KEPULAUAN SULA
(KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)
Oleh
03051811058
UNIVERSITAS KHAIRUN
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diamati dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Dalam seperangkat kebudayaan,
terdapat beberapa hal yang menjadi dasarnya antara lain meliputi nilai, budi, akal,
tujuan, moral dan adat istiadat. Kebudayaan dan sistem yang berlaku di
kebudayan tersebut membentuk suatu identitas pribadi yang unik dan menjadi
pembeda antara masyarakat satu dengan yang lain. Kebudayaan selalu diartikan
sebagai sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk dapat berperan, berfungsi dan
pengetahuan, ide, imajinatif, dan kolektif (2) kebudayaan tradisi mencakup nilai-
dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa. Antropolinguistik juga
masyarakat yang dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang kita, seperti
merupakan suatu yang telah dilakukan sejak lama dan sudah menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat itu sendiri. Hal itu dilakukan agar kita
menghadapi tantangan globalisasi modern saat ini. Memang tidaklah mudah bagi
pengetahuan tentang apa dan bagaimana suatu tradisi, ialah salah satu faktor
masyarakat tidak mau mempertahankan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur
kita. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak tradisi pada suatu daerah yang mulai
sejarah budaya yang diwariskan dari nenek moyang sampai sekarang. Warisan
nilai-nilai budaya yang terdapat dalam tradisi “Khatam Qur’an Lai Hiafai”
memiliki identitas tersendiri bagi masyarakat desa Waitina, seperti salah satu
warisan budaya yang dimiliki adalah “Khatam Qur’an Lai Hiafai”. Tradisi
“Khatam Qur’an Lai Hiafai” yang dilakukan oleh masyarakat desa Waitina
Kecamatan Mangoli Timur Kepulauan Sula, merupakan salah satu prosesi adat
yang dilaksanakan sekali dalam setahun, dimana prosesi adat ini diawali dengan
menyambut bulan suci Ramadhan dan setelah selesai bulan Romadhan. Acara ini
yang dibawakan oleh masyarakat desa Waitina khususnya pria bersama kepala
umaosa (rumah adat) yaitu umasangaji dan ke-enam marga lainnya yang teridiri
Prosesi tradisi “Khatam Qur’an Lai Hiafai” dilaksanakan setelah selesai sholat
isya, biasanya orang yang melaksanakan khatam Qur’an memakai pakaian jubah
layaknya pakaian seorang khatib di masjid dengan perpaduan warna yang berbeda
dari masing-masing marga itu sendiri. Selain itu, setiap tahun yang dapat
membawakan meja adat beserta makanan adat hanya dua marga saja yaitu Marga
keagamaan yang terkait dengan Khatam Qur’an Lai Hiafai, atau tadarus bersama
di masjid, ini sangat terjaga, unik, dan rapi. Mulai dari membuat makanan adat,
hiasan tempat makanan, hiasan meja adat, bermacam bunga, dan sebagainya yang
memiiki makna berbeda sehingga tradisi ini sampai sekarang masih tetap
dilestarikan dalam tradisi ini juga mempunyai larangan untuk masyarakat desa
Waitina khusunya wanita, setiap tahun, acara “Khatam Qur’an Lai Hiafai” atau
melainkan beberapa masyarakat pria yang di undang, beserta kepala rumah adat,
ke-enam soa (suku), dan para moding juga imam yang dapat memasuki masjid.
Wanita hanya di tugaskan untuk membuat makanan adat yang akan di bawakan
oleh setiap pelayan yang sudah di tetapkan oleh ke-enam umasoa yang
masjid, mereka harus memberi salam kepada salah satu juguru imam dengan
ucapan “Suba Jo” dan para undangam yang lain menjawab dengan ucapan “Jo”
selesai dari itu salah satu umasoa, mempersilkan tamu undangan untuk duduk.
Saat Sangaji tiba di masjid memberi salam (Suba Jo) kepada Juguru Imam dan
seluruh tamu undangan, langsung duduk di tempat yang sudah ditentukan dan
dilanjutkan dengan pembagian. air sos-sos yang dibawakan oleh para moding
dilaksanakan, dengan tempat duduk atau posisi yang ditentukan oleh para moding
dan prosesi pembacaan “Khatam Qur’an Lai Hiafai” di awali dengan Khotmil
huruf tulang atau huruf tanda baca) dan dilanjutkan dengan tahlilan dan doa
selamat. Seluruh rangkaian prosesi adat telah selesai dan Marga Liamanu
Tradisi Khatam Qur’an Lai Hiafai sebagai warisan budaya yang hanya
terkandung pada aturan serta nilai keagamaan dan kebudayaan yang berlaku
Dengan menyadari pentingnya arti dan peranan tradisi Khatam Qur’an Lai
Waitina sehingga peneliti beranggapan bahwa hal ini sangat menarik untuk
tradisi Khatam Qur’an Lai Hiafai, dalam kehidupan masyarakat serta nilai budaya
dan nilai agama yang terdapat dalam tradisi Khatam Qur’an Lai Hiafai yang
terkandung dalam pelaksanaan tradisi tersebut. Oleh karna itu, peneliti merasa
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Tradisi Khatam Qur’an Lai Hiafai sebagai salah satu khasanah warisan
Tradisi Khatam Qur’an Lai Hiafai sebagai salah satu khasanah warisan
2. Maanfaat Praktis
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Makna
kata bahasa Yunani Kuno sema (bentuk nominal) yang berarti "tanda" atau
padanan kata "sema" itu adalah tanda linguistik (Prancis: signe linguistique)
terdiri dari dua unsur yaitu (1) Prancis (signifie), Inggris (signified) yang diartikan
sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi dan
(2) Prancis (signfiant), Inggris (signifier) itu adalah tidak lain dari pada bunyi-
bunyi itu, yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Jadi
dengan kata lain setiap tanda lingustik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna.
Kedua unsur ini adalah unsur dalam bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk
atau mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan unsur luar bahasa
(ekstralingual).
Umpamanya tanda linguistik yang di eja < kursi >. Tanda ini terdiri dari unsur
makna atau yang diartikan ‘kursi’ (Inggris: chair) dan unsur bunyi atau yang
mengartikan dalam wujud runtunan fonem [k,u,r,s,i]. lalu tanda < kursi >, yang
dalam hal ini terdiri dari unsur makna dan unsur bunyinya mengacu kepada suatu
referen yang berada diluar bahasa, yaitu suatu sebuah kursi, sebagai salah satu
dalam sistem lambang atau sistem tanda lainnya karena bahasa sesungguhnya juga
B. Jenis-Jenis Makna
Kajian semantik berkaitan erat dengan makna. Dalam hal makna terdapat
beberapa jenis makna menurut Abdul Chaer. Makna tersebut adalah makna
dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya. Kamus-kamus
dasar biasanya hanya memuat makna leksikal yang dimiliki oleh kata
c) Makna Kontektual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di
dalam suatu konteks. Misalnya, makna konteks kata keapala pada kalimat
dalam dunia nyata. Sebaliknya kata-kata seperti dan, atau, dank arena adalah
termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial, karena kata-kata itu tidak
mempunyai referens.
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya
yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi, makna denotatif ini sebenarnya sama
tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal’. Sedangkan makna
konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang
berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang
kurus itu memiliki konotasi positif, nilai rasa yang mengenakkan orang akan
terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata rumah memiliki makna
leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu
yang berada diluar bahasa. Misalnya kata melati berasosiasi dengan sesuatu
Makna kata adalah makna yang bersifat umum, kasar dan tidak jelas. Kata
‘tangan’ dan ‘lengan’ sebagai kata maknanya lazim dianggap sama, seperti
contoh berikut: (1) Tangannya luka kena pecahan kaca, (2) lengannya luka
kena pecahan kaca. Jadi kata tangan dan lengan pada kedua kalimat diatas
Sedangkan makna istilah adalah makna yang pasti, jelas, tidak meragukan,
meskipun tanpa konteks kalimat dan perlu diingat bahwa makna istilah hanya
dipakai pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu saja. Umpamanya kata
‘tangan’ dan ‘lengan’ yang menjadi contoh diatas iyalah kedua kata itu dalam
‘bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan’ dan kata ‘lengan’ bermakna
Jadi kata ‘tangan’ dan ‘lengan’ sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak
Makna idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan dari makna
dan yang membeli menerima rumahnya, tetapi dalam bahasa Indonesia bentuk
‘menjual gigi’ tidak memiliki makna seperti itu, melainkan bermakna tertawa
seperti ‘anjing dan kucing yang bermakna ihwal dua orang yang tidak pernah
akur’. Makna ini memilki asosiasi bahwa binatang yang namanya anjing dan
C. Pengertian Non-verbal
simbol nonverbal sangat sulit untuk ditafsirkan dari pada symbol verbal. Bahasa
verbal sealur dengan bahasa nonverbal, contoh ketika kita mengatakan “ya” pasti
komunikasi yang terjadi di luar kata-kata yang terucap dan tertulis. Secara teoritis
komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam
kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi
D. Pengertian Tradisi
Secara etomologi kata tradisi atau tradisonal berarti aturan, budaya atau adat
diartikan kesepakatan bersama untuk ditaati serta dijunjung tinggi oleh sebuah
Tradisi berasal dari kata traditium, yang berarti segala sesuatu yang ditansmisikan,
merupakan suatu kebiasaan yang telah dilakukan oleh masyarakat dari dulu
hingga sekarang.
membaca Alqur’an dari awal hingga akhir. Dalam bahan bacaan, islam banyak
material. Salah satu tempat pengijabaan dan penerimaan do’a adalah setelah
khataman Alqur’an. Khatam qur’an dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
membaca lebih besar. Salah satu waktu khataman Alqur’an adalah bulan
Ramadhan, dimana pembacaan Alqur’an di dalamnya memiliki pahala yang
banyak. Dalam bahasa sula “Lai” artinya tanah “Hiafai” artinya sekumpulan
masyarakat.
F. Masyarakat
yang tinggal di dalam satu wilayah dan memiliki hukum adat, norma-norma serta
G. Makanan Adat
Dari berbagai kelompok etnis tersebut terdapat berbagai ragam budaya dan
adat istiadat, salah satunya adalah budaya makan. Para antropolog mengganggap
makan adalah budaya yang sangat penting karena sudah ada sejak manusia lahir.
beberapa generasih sebelumnya, diolah dari bahan yang tersedia dan sebagian
mempunyai fungsi khusus baik sebagai makanan ritual maupun berkaitan dengan
fungsi social dan budaya. Dalam pembuatan makanan tradisonal peranan budaya
dari berbagai sub-etnis maka terdapat juga berbagai ragam jenis makanan
tradisonal. Dan setiap daerah memiliki jenis makanan daerah tersendiri juga
terdapat berbagai jenis olahan, baik sebagai makanan pokok atau makanan
salingan. Makanan tradisonal dapat juga ditinjau dari tujuannya, kapan dan apa
yang disajikan hal ini terutama berkaitan dengan aspek ritual. Beberapa makanan
tradisonal mempunyai arti khusus dari segi ritual dan kepercayaan yang sudah
daerahnya dan sulit dihilangkan kerena merupakan budaya dan kepercayaan yang
telah dimiliki secara turun temurun dari nenek moyangnya. Disamping itu fungsi
social dari makanan tradisonal dapat mempererat solidaritas atau ikatan bagi
yang mempunyai arti khusus dari segi ritual dan kepercayaan yang sudah turun
temurun, dari segi rasa, warna bentuk, dan tekstur itu sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
wawancara, atau study dokumen) untuk menjaring data, menganalisis data secara
menganalisis data secara deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil,
dialami oleh subjek penelitian secara alamiah. Peneltian deskriptif yaitu penelitian
utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau
Alasan peneliti memilih metode kualitatif karena meneliti pada kondisi objek
yang alamiah, dalam Makna Non-verbal Tradisi Khatam Qur’an Lai Hiafai di
Sula, pada hari sabtu tanggal 14 Mei 2022, pukul 21.00 WIT. Penelitian ini
“Khatam Qur’an Lai Hiafai” atau Tadarus bersama di Masjid yang dilakukan pada
1. Data
Kepuluan Sula,
b) Data sekunder dari penelitian ini berasal dari sumber lain yang
relevan dengan penelitian ini seperti buku, modul, jurnal dan lain-lain
2. Sumber Data
teliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
1. Observasi
saja yang terdapat dalam tradisi “Khatam Qur’an Hia Fai” desa Waitina
Kepulauan Sula selama acara tersebut berlangsung dari awal sampai akhir.
2. Wawancara
atas pertanyaan itu. Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain menguntruksi
3. Dokumentasi
Analisis data adalah suatu proses atau upaya pengolahan data menjadi
sebuah informasi yang baru agar karakteristik data tersebut menjadi lebih
hasil dari penelitian menjadi sebuah informasi baru yang dapat digunakan
dalam membuat kesimpulan. Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk
dapat menjelaskan suatu data agar lebih mudah di pahami, selanjutnya dibuat
sebuah kesimpulan. Suatu kesimpulan dari analisis data yang di dapatkan dari
Lexy J Moleong (2002) analisis data adalah suatu proses mengatur urutan
dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Rhoni Rodin. 2013. “Tradisi Tahlilan dan Yasinan”. Vol 11(1). Hal 78