OLEH:
Subjek penelitian ini adalah masyarakat suku jawa di Desa Sari Mulya yang
masi melakukan tradisi tersebut, sedangkan objek nya adalah tradisi slametan setelah
kematian seseorang menurut hukum Islam. Populasi dalam penelitianini adalah
masyarakat Desa Sari Mulya yang melaksanakan ytadisi slametan setelah kematian
karena jumlahnya hanya dua puluh keluarga maka diambil sampel sebanyak dua
puluh keluarga. Data di kumpulkan dengan cara wawancara, kemudian penulis
analisa dengan menggunakan teknik analisa kualitatif, dengan metode induktif,
dduktif, dan deskriftif.
Proses dan makna tradisi slametan sesudah kematian seseorang apabila terjadi
maka proses tersebut menggunakan sesajen dengan maknanya sebagai simbol untuk
dipersembahkan kepada mayat.
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
B. Batasan Masalah........................................................................................6
C. Rumusan Masalah.....................................................................................6
E. Metodologi penelitian................................................................................8
H. Metode penulisan…………………………………………………….....10
I. Sistematika Penulisan..............................................................................10
iv
BAB 1V TRADISI PERINGATAN SLAMETAN SESUDAH KEMATIAN
SESEORANG DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
A. Kesimpulan ............................................................................................50
B. Saran.......................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
bangsa yang menyebar di seluruh wilayah tanah air Indonesia. Setiap suku
bangsa mempunyai kehidupan dan kebudayaan yang berbeda antara suku satu
dengan suku yang lainnya, demikian juga halnya dengan suku Jawa yang
budaya Jawa yang potensial adalah toleransinya yang amat besar terhadap
hal-hal yang berbeda, serta sifatnya yang sejuk yang dilandasi oleh rasa asih
kebudayaan nasional2.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa masyarakat suku Jawa yang
dengan positif terhadap pengaruh yang masuk dari luar. Keadaan semacam itu
akan menjadi segi positif bagi masyarakat suku Jawa untuk berbudaya kearah
yang lebih baik. Dalam proses globalisasi dimana manusia dari segala bangsa
1
Sujatmo, Refleksi Budaya Jawa, (Semarang : Efftar dan Dahara Frize, 1997), h..37
2
Ibid, Hal. 39
1
2
dan suku bangsa saling bercampur aduk dalam pacuan teknologi yang
Suatu hal yang sangat menarik ditinjau dari segi agama , adalah
Jawa. Sinkretisme ditinjau dari segi agama adalah suatu sikap atau pandangan
yang tidak mempersoalkan salah benarnya suatu agama, yakni orang yang
“Tradisi lokal bercorak Islami dan Islami bercorak lokal” salah satu
adat5.
mereka percaya pada suatu kekuatan yang melebihi kekuatan dimana saja
yang pernah dikenal, yaitu kesakten, kemudian arwah atau ruh leluhur, dan
makhluk-makhluk halus.
3
Ibid, hal. 13
4
Sinuh, Mistik Islam Kewajen Raden Ngabehi Ranggawarsita, (Jakarta : UI Press,
1998), h.2
5
Ibid, h.11.
3
Selamatan merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Jawa, yang
slametan tersebut6. Seperti pada kematian, orang suku Jawa pada umumnya
berkeyakinan bahwa roh nenek moyang itu lama kelamaan akan pergi dari
slametan untuk menandai jarak yang ditempuh roh itu menuju alam roh,
tempatnya yang abadi kelak. Namun roh itu dapat dihubungi oleh para
kerabat serta keturunannya setiap saat bila diperlukan7. Menurut salah satu
Tradisi Slametan bagi orang Jawa merupakan hal yang lumrah setiap ada
orang yang meninggal dunia dan biasanya acara ini dilakukan setelah tiga
hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, hingga seribu hari. Pada
yang telah meninggal dunia tetapi tradisi ini bisa menjadi hal yang tidak
6
Mbah Sariman . Tokoh Adat Suku Jawa. Wawancara. Tanggal 1 Maret 2010.
7
Koentjaraninggrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta : Balai Pustaka, 1984), h.335
4
diantara makanan dan minuman yang disajikan untuk para undangan yang
datang”8.
Ringkasan bacaan itu disebut tahlil, karena ada bacaan la ilaha illallah.9.
Selain makanan dan doa-doa yang dikirim untuk orang yang meninggal,
orang suku Jawa kadang melengkapinya dengan berbagai sesajen atau sesaji.
tersendiri sesuai dengan nama dan hitungan harinya berikut sesajen sebagai
kelengkapannya10.
sistem keyakinan dan kepercayaan yang kuat terhadap sistem nilai dan adat
istiadat yang sudah berjalan turun menurun, sehingga mereka tidak berani
8
Suryanto. Tokoh Masyarakat. Wawancara. Tanggal 1 Maret 2010.
9
Hartono Ahmad Jaiz, Tarekat, Tasawuf, Tahlilan, dan Maulidan, (Surakarta :Wacana
Ilmiah Press, 2007), h.125
10
Thomas Wijaya Bratawidjaja, Upacara, Tradisional Masyarakat Jawa, (Jakarta :
Pustaka Sinar, 1987), h. 78
5
mengganti “isi” dari upacara tersebut dengan “wadah” yang sama yaitu,
10 september 2010 salah satu warga Desa Sari Mulya SP 9A yang bernama
tersebut. Sudah menjadi tradisi acara slametan diadakan tahlilan yaitu kirim
do’a selamat untuk para arwah dengan mengundang para tetangga, setelah
Masyarakat Suku Jawa Ditinjau Dari Hukum Islam (Study kasus Di Desa
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
11
Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur’an dan Terjemahanya,(semarang: PT
Kumudasmoro Grafindo, 1994) hal. 141
7
saat ini?
1. Tujuan penelitian
ini adalah :
ini
2. Kegunaan Penelitian
Islam
E. Metodologi Penelitian
1. Lokasi penelitian
karena itu, penelitian ini mengambil sebuah lokasi yaitu di Desa Sari
dijangkau.
4. Sumber Data
a. Data primer
b. Data Skunder
H. Metode Penulisan
1. Induktif
2. Deduktif
3. Deskriptif
I. Sistematika Penulisan
Bab III Kajian teoritis yang berisikan tentang kewajiban ahli wris stelah
BAB II
1. Geografis Daerah
12
2
2. Demografis Daerah
Desa Sari Mulya terdiri dari dua dusun yang bernama SP 9A dan
transmigrasi PIR trans dari PT Sari Lembah Subur, wilayah langgam dua
menjadi warga PIRTRAN dan diberi rumah dan lahan kebon. Pada akhir
1989 datanglah rombongan dari pulau jawa. Pada tahun 1990 dibuka lagi
1
Sumber data: kantor Desa Sari mulya
3
dilihat dari luas tanahnya yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit,
pendatang dari Jawa karena desa ini merupakan desa transmigrasi dari
pulau Jawa.
TABEL I
MENURUT SUKU
berimbang antara suku Jawa dan suku Melayu, namun yang lebih banyak
Menurut jenis kelamin dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:
TABEL II
kelompok umur:
5
TABEL III
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa penduduk Desa Sari Mulya
tahun yaitu berjumlah 482 jiwa. Peringkat kedua adalah yang berusia 41-
65 tahun yaitu berjumlah 408 jiwa. Peringkat ketiga adalah yang berusia
6-15 tahun yaitu berjumlah 205 jiwa. Peringkat ke empat adalah yang
berusia 0-5 tahun berjumlah 40 jiwa. Dan yang terakhir yang berusia 66
1. Agama
namun ada juga yang tidak beragama islam. Untuk lebih jelasnya dapat
TABEL IV
MENURUT AGAMA
NO Agama Jumlah
1 Islam 1152 jiwa
2 Kristen 6 jiwa
3 Katolik 4 jiwa
Jumlah 1162 jiwa
Sumber data: Kantos Desa Sari Mulya tahun 2010
Desa Sari Mulya beragama islam, oleh karena itu sarana ibadah umat
islam pulalah yang banyak disediakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dibawah ini:
7
TABEL V
Dari tabel diatas jelas bahwa sarana ibadah yang ada di Desa Sari
seperti pengajian yasinan ibu-ibu pada siang harinya pada hari jum’at,
2. Pendidikan
tingkat dini, yaitu telah adanya sarana PAUD dan SD. Sedangkan
seperti mereka yang buta baca tulis. Sehingga banyak masyarakat yang
TABEL VI
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa warga Desa Sari Mulya SP 9A
sarana pendidikan dasar guna untuk memberantas buta aksara. Dapat kita
TABEL VII
pendidikan di Desa Sari Mulya ini nampaknya sangat minim sekali hanya
dari desa mereka namun itu tidak menyurutkan mereka untuk menuntut
ilmu.
1
BAB III
KAJIAN TEORITIS
Agar harta peninggalan tersebut dapat dibagi sebagai harta warisan, maka
diselesaikan secara wajar dan makruf. Tidak boleh terlalu kurang, juga
sesuatunya3.
2. Pelunasan hutang
1
Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur’an dan Terjemahanya,(Semarang: PT
Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 568
2
Ahmad rofiq, hukum islam di Indonesia, (jakarta: PT raja grafindo persada, 2003), h.
389-390
3
Ibid.
3
peninggalannya dan jika tidak ada maka kelauarga (ahli waris) yang
akan membayarnya.
3. Pelaksanaan wasiat
Imam Syafi’i, Abu dawud dan Ulama Salaf wasiat adalah wajib.
wajibah.
4
Ibid, h. 391
4
Karena itu jika simati tidak berwasiat, tidak perlu diambil hartanya
untuk wasiat. Namun jika si mati berwasiat, maka wasiatnya itu wajib
dilaksanakan.
dari harta peninggalan si mati. Namun apabila, ada ahli waris yang
supaya tidak terjadi sengketa diantara ahli waris. Namun, pada umum
nya kegiatan semacam ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
5
ibid, h. 393-394
6
Ibid, h. 393-397
5
a. Memandikan
gugurlah kewajiban itu, tetapi kalau tidak ada seorang pun yang
ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ان اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﻓﻲ اﻟﺬى ﺳﻘﻂ
(ﻋﻦ راﺣﻠﺘﮫ ﻓﻤﺎت اﻏﺴﻠﻮه ﺑﻤﺎء وﺳﺪر )ر واه اﻟﺒﺨﺮى وﻣﺴﻠﻢ
Artinya : “Dari Ibn Abbas bahwasanya Nabi saw telah bersabda tentang
seluruh badan jenazah, sedikitna sekali basuh. Sebaiknya tiga kali dengan
menyiram air bersih dan suci pada kali pertama, lalu dengan air sabundan
sebagai pembersih akhir air bersih sekali lagi. Dan bila tidak ditemukan air
7
H. Zainuddin hamidi, H. Fachruddin Hs, Darwis z., A. Rahman Zainuddin MA,
terjemahan hadist shahih bukhori, (kuala lumpur: Kilang Book Centre 2005), h. 67-68
6
jenazah8.
B. Mengafani
sebanyak tiga lapis, berwarna putih. Kalu tidak ada kain putih, boleh
manggunakan warna lainya. Demikian pula bila tak ada kain, boleh
atau tembus pandang, karena tidak dapat menutup aurat. Dan kain yang
Adapun anjuran kain kafan berwarna putih yaitu dari hadist Nabi :
8
Wahbah al Zuhaili, al-fiqh al-Islami wa Adillatuh juz II, (Beirut: Dar al-Fiqr, 1989), h.
460
9
Muhammad Sholikhin, ritual dan tradisi islam jawa, (jakarta: PT suka buku, 2010), h.
415
7
atas kematianmu”10
Adapun kain kafan untuk mayit laki-laki sebanyak tiga lapis, dan
untuk mayit wanita sebanyak lima lapis. Rasulullah saw sendiri dikafani
dengan tiga lapis kain kafan yang terbuat dari kapas yang baru, tanpa ada
baju kurung dan sorban. Kecuali bagi orang yang meninggal dunia ketika
C. Mensholatkan
kewajiban itu dianggap gugur dari kaum muslimin yang lainya. Rasulullah
10
Al Turmudzi, sunan al Turmudzi juz II, (ttp: Maktabah dahlan Indonesia, tth), h. 232
11
Syaikh Abu Bakar Jabir al jaza’iri, Minhajul muslim, (jakarta : darul haq, 2008) cet.
III. Hal. 344
8
lainya.
اﻟﻠﮭﻢ اﻏﻔﺮﻟﮭﻮارﺣﻤﮫ
untuk melakukanya13
D. Menguburkan
12
ibid, hal. 345
13
Wahbah az zuhaili, op.cit., h. 491-493
9
Adat atau tradisi dalam islam disebut ‘urf . Secara etimologi ‘urf
dilakukan terus-menerus.17
14
Syaikh Abu Bakar Jabir al jaza’iri, op. Cit., h. 348
15
Depag RI,al Qur’an dan Terjemahan, ,(Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo, 1994),
h. 1024
16
Wahbah az zuhaili, op. Cit., h. 413-514
17
Nasrun Harun, Ushul Fiqih I, (Jakarta : PT. Logis Wacana Ilmu, 1997), h. 137
10
adalah sesuatu yang saling dikenal diantara manusia yang sudah menjadi
Dalam redaksi lain adat adalah segala apa yang telah dikenal
manusia sehingga hal itu menjadi suatu kebiasaan yang berlaku dalam
a. ‘urf yang diakui dan ditetapkan tidak berubah dengan perubahan masa
dan tempat. Yaitu ‘urf yang merupakan fitrah manusia dan tabi’at
baik adat istiadat, kondisi sosial, iklim, dan lain sebagainya. Semua
18
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushu lFikih, (Mesir : Da’wah Islamiyah Shahab Al-Ashar,
1978) , h. 891.
19
Imam Musbikin ,Qowaidul Fiqhiyah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001),
Cet.I, h.93.
20
Abu Zahrah, Malik Hayatuhu Wa ‘asruhu Wa Fiqhu, (Beirut : Dar Al-Fikri, tt), h. 354.
11
melakukan ijtihadnya.21
Adapun adat kebiasaan itu ada dua yaitu; biasa dan kebiasaan.
rasam. Jadi, kebiasaan yaitu adat yang dilakukan sehari-hari atau sesuatu
Hal ini dapat dilihat dalam kaidah ushul fiqih yang berbunyi:
اﻠﻌﺎﺪة ﻤﺤﻜﻤﮫ
Artinya : “ Apa-apa yang dianggap baik oleh orang Islam maka baik pula
21
Alaidin Koto, Ilmu Fikih Dan Ushul Fikih Sebuah pengantar, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), h.143.
22
Bambang Marhiyanto, Kamus Bahasa Indonesia, (Bandung: Media Centre, tt), h. 627.
23
Mukhtar yahya, Dasar-dasar Pembinaan Hukum, (Bandung : PT Al-Ma;arif, 1997),
h.517.
12
diterima dan dijadikan sebagi salah satu dalil dalam menetapkan hukum
1) ’urf itu (baik yang bersifat khusus atau umum maupun yang bersifat
perbuatan atau ucapan), berlaku secara umum, artinya ’urf itu berlaku
2) ’urf atau adat itu telah memasyarakat ketika persoalan yang akan
sandaran hukum itu lebih dahulu ada sebelum kasus yang akan
menyatakan :
yang dikandung nash itu tidak bisa diterapkan. ‘urf yang seperti ii
24
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidiqi, Kriteria Sunnah dan Bid’ah, (Semarang :
PT.Pustaka Riski Putra), Cet.III, h.77.
25
Zainal Abidin Ibnu Ibrahim ibnu Nujaim, Al-Ashibah AL-Nazhair ‘Ala Mazhab Abi
Hanifah AL-Nu’man. (Mesir : Mu’asasah Al- halabi Wa Syurakah , 1968), h.133
13
dalam suatu transaksi, artinya dalm suatu transaksi apabila kedua belah
26
Izzuddin Ibnu Abdussalam, Qawa’idul Ahkam FiMasalaih Wal Anam, (Beirut: Dar al
kutub al Ilmiyah, tt), h. 178
1
BAB IV
Dengan karunia Allah Swt, dan akal budi serta cipta rasa dan karsa
nilai-nilai yang luhur. Artinya setiap satu tradisi mempunyai simbol atau
falsafah yang mengandung ajaran untuk menanamkan nilai luhur. seperti pada
segala urusanya didunia ini tidak lepas dari bantuan dan campur tangan
orang-orang disekitarnya.
1
Drs.H.Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya DasarBerdasarkan Al-Qur’an dan
Hadist, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997 ), Cet.II, h.23
33
2
Maka pada saat acara-acara yang berhubungan dengan daur hidup atau
satu macam tradisi. Tradsi-tradisi ini ada yang masih dijalankan dan
bangsa ini.
moyang dahulu kala. Bahkan sebelum masuknya agama Islam ditanah Jawa.4
Ini menunjukan nenek moyang zaman dahulu sudah mengenal dan mewarisi
sebuah tradisi yang mengandung makna dan nilai-nilai yang dalam. Ternyata
2
Giyanto, Wawancara, 29 april 2011
3
Suryanto,Wawancara, 29 April 2011
4
Samuji, Tokoh Adat, Wawancara, 29 April 2011 .
3
diadakan untuk mengingat dan mendoakan para arwah yang agung. Maka
makanan yang akan disuguhkan kepada para tamu yang datang, sehingga
berdampak pada para tamu itu sendiri, sehingga wajar jika para tamu yang
Setelah agama Islam mulai tersebar di tanah Jawa khusunya pada masa
wali songo, semua tradisi peninggalan yang sudah mendarah daging tersebut
tidak langsung dimusnahkan begitu saja. Justru ini menjadi jembatan untuk
sudah ada.
secara maknawi tradisi ini dari segi maksud dan tujuannya tidak melanggar
syari’at Islam. Justru Islam juga mengajarkan hal-hal yang demikian, yaitu
manusia.
5
Sariman, Warga, Wawancara, 29 April 2011.
4
segala yang sudah ada dan yang akan ada selalu diukur dengan ajaran Islam.
hal-hal yang demikian karena dua hal tersebut sangat pentig dalam kehidupan
Metode yang digunakan dalam penyebaran agama Islam pada waktu itu
dilakukan dengan cara damai7. Dan ternyata cara ini membuahkan hasil yang
memuaskan.
sesudah kematian ini walaupun mereka sudah tidak berada didaerah asal
mereka. Tapi sangat disayangkan tradisi itu siring dengan perubahan waktu
sudah mulai luntur dari wajah aslinya. Tradisi yang semula mengandung
6
M.Tohlah Hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, ( Jakarta :
Gentabora Pers, 2005 ), Cet.VI, h.19
7
Endang Syaifuddin Anshari, Wawasan Islam; Pokok-pokok Pikiran Tentang
Paradigma Dan sistem Islam, ( Jakarta : Gema Insani Pers, 2004 ), Cet.I, h.196
5
gunakan rumus lusarlu yaitu hari ketiga dan pasaran ketiga. Maksudnya
jika ada seseorang yang meninggal pada hari jumat kliwon waktu
upaya ahli waris untuk penghormatan pada roh orang yang meninggal.
perkara yang disebut anasir manusia yaitu bumi api angin dan air.
Selametan nelung dina ini belum memakai sesajen apem. saji sajian
penghormatan kepada roh lain agar tidak menganggu roh oranng yang
telah meninggal8.
orang meninggal pada hari jumat kliwon maka selametan tujuh hari jatuh
8
Sarjiman, Warga, Wawancara, 2 mei 2011
6
roh. Setelah tujuh hari roh mulai keluar dari rumah. Itulah sebabnya secara
selametan dimulai agar roh orang yang meninggal dapat keluar dengan
cara tahlilan.
shadaqah berupa bancakan, yang berisi nasi dan lauk pauknya. Dan salah
satu sesajennya adalah memakai apem dan pasung. Dengan maksud agar
tahlil. Sesajennya sama dengan sajenan pada waktu tujuh hari. Fungsi
9
Tumijo, Warga, Wawancara, 2 Mei 2011
7
orang yang meninggal yang sudah mulai keluar dari pekarangan dan akan
rumus Rosarma, yaitu hari kedua pasaran kelima. Slametan seratus hari
Sesajen selametan seratus hari sama dengan sesajen tiga hari, tujuh
berbentuk ketan dan kolak yang fungsinya alas kaki agar kakinya tidak
panas dan mendekatkan diri kepada tuhan, sedangkan kolak berasal dari
kata kholik yang berarti diharapkan orang yang meninggal akan dengan
tiga tahun atau setelah kurang lebih dua tahun sepuluh bulan.
10
Samijo, Warga, Wawancara, 3 Mei 2011
11
Wagimin, Warga, Wawancara,3 Mei 2011
8
kambing yang dimaksudkan sebagai kendaraan roh orang yang mati agar
Ditambahkan lagi dengan sesajen pisang raja satu sisir yang diikat
pemimpin doa’ dengan gunting yang bermaksud bahwa sudah tidak ada
terkandung dalam simbol simbol yang ada dalam upacara tradisi slametan, yaitu
antara lain:
lapisan
Kopi manis mempunya arti bahwa dengan kehidupan manusia sering kali
dihadapkan dengan ujian yang mannis atau enak dari tuhan yang patut
Warna kopi hitam mempunyai arti bahwa manusia harus penuh pengertian
Air teh mempunyai arti bahwa manusia di dalam hidupnya harus bisa
lingkunganya
Air putih mempunyi tekad ucap dan perilaku manusia harus dilandasi
makna, jangan sampai hancur terbawa arus zaman sehingga hidupnya tidak
mempunyai makna.
kepada Ibu dan Bapak kepada Bangsa dan Negara serta memperjuangkan
Bakakak ayam artinya bahwa manusia harus utuh dalam mengabdi kepada
tuhan.
bersama.
Kematian Seseorang
yang membutuhkan rincian dan penjelasan operasional yang berasal dari Nabi
dari Nabi Muhammad menjadi sumber hukum yang harus diikuti dan di
dan kamu harus takut kepada Allah karena Allah telah menetapkan hukum
dengan jelas.
12
Suryanto,Wawancara, 4 Mei 2011
12
Atas dasar itulah adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakat Islam
walaupun banyak dikerjakan orang tidak dapat dijadikan sumber hukum. Hal
Artinya : “ Apa-apa yang dianggap baik oleh orang Islam maka baik pula
Dalam hadist ini diberi predikat hasanan (baik) yang sudah barang tentu
menurut aturan syari’at dan logika. Sesuatu dikatakan baik jika tiada hal yang
taat kepada kepercayaan dan pendapat bersama. Ritual, yang terwujud dalam
kepercayaan mereka atas orde moral yang ada, di atas mana solidaritas
13
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidiqi, Kriteria Sunnah dan Bid’ah, (Semarang :
PT.Pustaka Riski Putra), Cet.III, h.77.
13
manusia terhadap agama, yang dengan begitu turut serta di dalam memainkan
Sedangkan bila dilihat dari sisi sosiologi hukum islam, bahwa tradisi
dan kepercayaan. Hasil yang diperoleh adalah perpaduan antara dua atau
Di dalam ajaran Islam tidak ada sesaji dan juga kepercayaan tentang roh
orang Jawa menggunakan doa secara agama Islam. Kenyataan ini sering
disebut sebagai bentuk sinkritisme agama atau system kepercayaan yang ada.
Meminjam istilah yang digunakan Abd A’la saat ini dibutuhkan suatu sistem
agama ini mesti dibenahi, mulai dari masalah content, metodologi, serta
agenda ini bukan suatu kerja enteng yang dapat diselesaikan dalam waktu
14
Interseksi berjalan secara damai dan melalui waktu yang panjang dan dengan
yang bersangkutan.
umumnya masyarakat suku jawa mengikuti adat istiadat yang telah lama
ini sudah menjadi keharusan karena jika tidak dilaksanakan maka akan
dipandang negatif disamping itu juga bagi yang tidak melaksanakan dianggap
dan juga sisi negatifnya. Nilai positifnya adalah tradisi ini mengandung nilai
acara tahlilan dimana dalam acara tahlilan itu mengirim do’a kepada arwah-
arwah yang telah meninggal dunia dengan bentuk pembacaan yasin dan surat-
surat pendek.
15
sesudah kematian ini dapat dilihat dari kepercayaan atau keyakinan yang
begitu kuat oleh masyarakat yang menganggap sesajen pada tradisi peringatan
slametan sesudah kematian ini adalah suatu hal yang wajib. Berangkat dari
salah, karena apabila tidak dilakukan akan berdosa dan dapat sanksi dari
tuhan. Tapi sesajen pada tradisi peringatan slametan sesudah kematian ini
ﻋﻦ ﺟﺮﯾﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ اﻟﺒﺠﻠﻲ ﻗﺎل ﻛﻨﺎ ﻧﺮى اﻻء ﺟﺘﻤﺎ ع اﻟﻰ اھﻞ اﻟﻤﯿﺖ وﺻﻨﻌﺔ
14
Mu’amal Hamidi, Drs. Imran AM, Umar Fanany B. A, Terjemah nailul authar
himpunan hadist-hadist hukum 3, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, tt) h.1133-1134
16
Dapat dilihat juga dalam riwayat yang menjelaskan ketika Ja’far ibn Abu
membbuatnya.”15
Hal ini sebagai slah usaha untuk meringankan beban mental keluarga
setelah ditinggal oleh seseorang, dan kadar makanan tersebut yang dapat
15
Al-Turmudzi, sunan al-Turmudzi juz II, (ttp: maktabah dahlan Indonesia, tth), h. 234
17
syara’ dan sebelum ada nash yang mengharamkan. Sedangkan sesajen yang
seharusnya ada. Tradisi ini cukup sebatas tahlilan dan memberi hidangan para
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
sebagai berikut:
Hadits.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushu lFikih, (Mesir : Da’wah Islamiyah Shahab Al-
Ashar, 1978)
Abu Zahrah, Malik Hayatuhu Wa ‘asruhu Wa Fiqhu, (Beirut : Dar Al-Fikri, tt)
Ahmad rofiq, hukum islam di Indonesia, (jakarta: PT raja grafindo persada, 2003)
Alaidin Koto, Ilmu Fikih Dan Ushul Fikih Sebuah pengantar, (Jakarta : PT. Raja
Al Turmudzi, sunan al Turmudzi juz II, (ttp: Maktabah dahlan Indonesia, tth)
2001)
Mu’amal Hamidi, Drs. Imran AM, Umar Fanany B. A, Terjemah nailul authar
1997)
Sinuh, Mistik Islam Kewajen Raden Ngabehi Ranggawarsita, (Jakarta :UI Press,
1998)
Sujatmo, Refleksi Budaya Jawa, (Seamarang: Efftar dan Dahara Frize, 1997)
Syaikh Abu Bakar Jabir al jaza’iri, Minhajul muslim, (jakarta : darul haq, 2008)
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidiqi, Kriteria Sunnah dan Bid’ah, CET
Wahbah al Zuhaili, al-fiqh al-Islami wa Adillatuh juz II, (Beirut: Dar al-Fiqr,
1989)
Zainal Abidin Ibnu Ibrahim ibnu Nujaim, Al-Ashibah AL-Nazhair ‘Ala Mazhab
1968)