Dibuat Oleh:
Maisarah
Ma’rufatul khasanah
Maskadi
Mawarni
:
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan, karena atas hidayah,
karunia serta limpahan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sebagai
mana mestinya. Makalah yang berjudul “Hukum islam terhadap ritual asyik pada
upacara adat kenduri sko kerinci ” ini disusun untuk memenuhi tugas pembimbing
bapak dosen Burhanudin, MH
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang tradisi Kenduri Sko dalam
Persfektif hukum Islam.penelitian ini akan melihat tradisi dari sudut pandang hukum
Islam, apakah tradisi kenduri Sko sudah sejalan dengan hukum Islam dan melihat
nilai-nilai hukum Islam yang terkandung di dalam tradisi Kenduri Sko. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan mengunakan metode wawancara yang dilakukan
di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci. Teknik
pengumpulan data mengunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi
terhadap beberapan orang responden. Hipotesis dalam penelitian ini adalah (1) ada
kebiasaan pelaksanaan tradisi Kenduri Sko; (2) ada nilai-nilai Islam yang
terkandung dalam praktik tradisi Kenduri Sko; (3) status hukum tradisi Kenduri Sko
jika ditinjau dari Persfektif hukum Islam. Pengujian hipotesis menggunakan analisi
deskriptif, dengan mengelompokkan data dan melakukan interpretasi. Penelitian ini
menghasilkan tiga kesimpulan yaitu: (1) terjadinya praktek tradisi Kenduri Sko di
Kelurahan Lempur Tengah, (2) terdapat nilai-nilai Islam pada tradisi Kenduri Sko
yang telah diwariskan sejak zaman dahulu, (3) hukum islam melarang beberapa
acara pada tradisi Kenduri Sko, tetapi tidak semuanya, karena dalam tradisi tersebut
terdapat nilai-nilai yang sejalan dengan Islam. Berdasarkan temuan penelitian ini,
tradisi kenduri Sko tetap boleh dilaksanakan dengan syarat harus menghilangkan
hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam. karena hal-hal yang dilarang itu
menimbulkan dampak negatif bagi individu maupun masyarakat.
penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................82
B. Implikasi ..............................................................................................84
C. Rekomendasi .......................................................................................84
D. Saran ....................................................................................................85
PENDAHULUAN
1 Edward Shils, dkk. Elit Dalam Perspektif Sejarah, (Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi, 1981), 12.
Islam selalu mengawasi tradisi dan konvensi masyarakat untuk dijadikan sebagai
sebuah sumber bagi yurisprudensi hukum Islam dengan disempurnakan terlebih
dahulu dengan batasan-batasan tertentu. Nabi Muhammad SAW. tentunya telah
menjalankan prinsipprinsip yang demikian, di dalam sunnahnya telah tertuang
hukum yang berkaitan dengan kebijakan beliau banyak mencerminkan
4 Adlin Sila, “Memahami Spektrum Islam di Jawa”, Indonesian Journal for Islamic Studies
Studia Islamika, Vol. 18, No. 3 (2011), 611 – 630.
6 Sri Mulyani, “Islam, Adat, and the State: Matrifocality in Aceh Revisited”, Journal of Islamic
Studies al-Jamiah, Vol. 48, No. 2 (2010/1431) : 321 – 342.
7 Ismail Suardi Wekke, “Islam dan Adat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan Agama Dalam
masyarakat Bugis” jurnal Analisis”, vol. 13, No. 1 (Juni 2013) : 30.
Sayyid Sabiq menamakan kelompok manusia semacam ini sebagai “Masyarakat
Islam” karena Masyarakat Islam mempunyai karakteristik yang berdiri atas dasar
mengabdi hanya kepada Allah bukan kepada selain Allah. 8 Begitu luar biasanya
tradisi dan budaya yang berkembang di Indonesia, yang mana di sana ada sistem
religius maupun sistem kepercayaan yang dihayati dan hidup pada Masyarakat
Indonesia. Perlu kesadaran dan pemahaman terhadap, peran kepercayaan pada
Bangsa Indonesia jelas sangat banyak. Selain sebagai salah satu akar bagi tumbuh
kembangnya kebudayaan di Indonesia, kepercayaan masyarakat juga memberi ciri
kebudayaan daerah setempat, yang lebih hakiki lagi dan memberikan kepercayaan-
kepercayaan kepada masyarakat yang mengandung makna dan nilai-nilai yang
sangat berguna bagi kehidupan manusia. Budaya dan tradisi adalah dua bagian
yang tak dapat dipisahkan di tengah kehidupan yang ideal dan berimbang. ilmu dan
budaya juga berproses dari belahan otak manusia. Ilmu berkembang dari pada otak
kiri yang fungsinya adalah membangun kemampuan berpikir kritis, ilmiah, dan
teknologi. Seperti begitu juga halnya dengan tradisi, termasuk ke dalam salah satu
kebudayaan daerah yang harus selalu kita jaga keberlangsungannya di tengah
masyarakat selalu kita lestarikan. 9 Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh
Ahmad dari
Artinya: “Diceritakan kepada kami `Amr bin Hafs as-Sudusi, menceritakan `Ashim in
Ali, menceritakan al-Mas`udy, dari `Ashim dari Abi Wail dari Abdillah bin Mas`ud ia
berkata: … apa yang dipandang baik oleh orang-orang Mukmin, maka ia di sisi Allah
pun baik, dan apa saja yang dipandang buruk oleh orang-orang mukmin, maka
buruk pula ia di sisi Allah”.10(Hadis Riwayat Muslim) kalangan ushuliyyin (Ulama
Ushul Fikih) menyimpulkan bahwa hadis tersebut mengisyaratkan bahwa tradisi
8 Sayyid Quthub, Petunjuk Jalan yang Benar, (Bandung, Husaini, 1987), 103.
10 Musthafa Nada Wadada , Hujjiyatul „Urf „Inda Ushuliyyin wa Atsarihi Fii Fiqhi alIslami, (kairo: tp,
2019) cet. Ke-1, 45.
masyarakat yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam menetapkan sebuah hukum.
Berdasarkan hadis tersebut kemudian ditetapkan atau dirumuskan suatu kaedah
dalam ushul fikih yang akan mendukung masuknya tradisi yang tidak bertentangan
dengan Syariat Islam; ا ْلَع@@اَدَ ةُ ُم َح َّك َم ةberarti suatu adat/tradisi itu dapat dijadikan
sebagai sumber hukum. Dalam kaedah fikih adat di atas secara bahasa mempunyai
makna mu`awadatus syar`î wa tikroruhû (membiasakan sesuatu dan mengulang-
ulangnya). Adat memiliki kesamaan makna dengan `Urf. Oleh karena itu, secara
istilah definisi adat adalah sebagai sesuatu yang telah dikenal di kalangan
masyarakat dan telah dikenal secara umum dan tidak bertentangan dengan Syariat
Islam.11 Pergulatan pemikiran Islam di Indonesia tidak dapat terlepas dari aspek
adat-istiadat sebagai suatu bagian yang sangat penting. 12
11 Buhori,” .Islam dan Tradisi Lokal Di Nusantara” . Jurnal IAIN Pontianak vol 13. 02, 2017, 17.
Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah seiring berjalan waktu mendapat
pengaruh baik dari Hukum Islam maupun pengaruh dari modernisasi. Tradisi ini
digelar sebagai sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat setempat setelah
usainya musim panen padi dan sekaligus menjaga keberlangsungan atau
melestarikan tradisi adat Nenek Moyang Masyarakat Kerinci. Proses acara tradisi
Kenduri Sko ini berlangsung selama 3 hari sampai dengan 6 hari, yang mana acara
adanya suatu keakraban, keterpaduan, kebersamaan, kesadaran dan keterbukaan
di tengah masyarakat. Perhelatan Kenduri Sko pada awalnya (masa zaman dahulu)
merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang bertujuan antara lain yaitu seperti :
pengukuhan dan penobatan orang adat seperti Depati, Hulubalang dan Ninik Mamak
sebagai pengganti pemangku adat yang telah berhenti dari jabatannya sesuai
dengan ketentuan adat yang berlaku, pemandian dan penurunan benda-benda
pusaka adat supaya dapat dilihat oleh masyarakat kampung, menjaga persatuan,
menjalin silaturahmi dan kesatuan antara masyarakat dalam satu Desa dengan
Desa lainnya. Proses pembacaan asal-usul penobatan gelar orangorang adat dan
warga-warga sekitar dapat tahu, terutama agar kaula muda tahu dan paham kepada
pendahulu-pendahulu mereka dan tarian tauh yang dilakukan sebagai bentuk
kesenian masyarakat pada masa tersebut. 13 Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan
Lempur Tengah seiring berjalan waktu mendapat pengaruh baik dari Hukum Islam
maupun pengaruh dari modernisasi. Tradisi ini digelar sebagai sebagai ungkapan
rasa syukur masyarakat setempat setelah usainya musim panen padi dan sekaligus
menjaga keberlangsungan atau melestarikan tradisi adat Nenek Moyang Masyarakat
Kerinci. Proses acara tradisi Kenduri Sko ini berlangsung selama 3 hari sampai
dengan 6 hari, yang mana acara Kenduri Sko ini dilakukan dengan beberapa acara
pelengkap, yaitu seperti turnamen sepak bola antar desa, organ tunggal, pemandian
benda pusaka, penerimaan jamuan tamu. Tradisi ini sudah ada secara turun
temurun dan sampai sekarang masih tetap dilestarikan masyarakat. Puncak acara
tradisi Kenduri Sko ini adalah pada malam terakhir yang mana acara Kenduri Sko
dibuka, dihadiri oleh Pimpinan-pimpinan adat, seperti Depati, Hulubalang, Ninik
Mamak dan juga dihadiri Ulama dan Pegawai Masjid. Acara Kenduri Sko ini dibuka
13 “Daud Rusdi,”Adat Kerinci Dalam”Lingkungan Mendapo,”(Sungai Penuh: Lembaga Adat Wilayah
Dusun Baru, 1991), 34.
dengan pembacaan doa yang berisi zikir-zikir untuk mendoakan Desa agar
dijauhkan dari mara bahaya dan memohon agar warga Desa diberikan hasil panen
yang melimpah di masa panen selanjutnya. Tepat jam 1.00 barulah dilaksanakannya
sebuah tarian tradisional yang disebut dengan tari tauh. Tari tauh adalah tarian khas
masyarakat Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya , Kabupaten Kerinci. 14 Tari
tauh itu sendiri diiringi oleh dua buah dap (rebana besar) yang pukulannya saling
bertingkah dan juga diiringi oleh selaan bunyi gung (gong) dan nyanyian tradisional
yang disebut dengan mantau. Sebelum tarian tauh dimulai maka para pawang
membakar kemanyan di sebuah wadah dan berkeliling tempat tarian tauh untuk
memanggil Roh Nenek Moyang, yang mana yang pertama membuka acara tarian
tauh adalah para pemuka adat (Depati Agung, Depati Anum, Depati Suko Barajo,
dan Depati Ninik Mamak) barulah berlanjut pada masyarakat yang dirasuki Roh
Nenek Moyang, dengan berbagai macam gerakan tarian dengan khas masing-
masing. Seorang yang kerasukan Roh Nenek Moyang dapat melakukan tarian tauh
sampai dengan berjam-jam, tanpa mereka sadari. Saat penari tersebut mulai
kecapean, maka ada beberapa orang pawang yang telah ditentukan oleh pengurus
adat untuk membawa penari tersebut ke depan pawang yang lainnya untuk
mengeluarkan roh yang merasuki tubuhnya yaitu, dengan cara membacakan ayat al-
Qur‟an dan bacaan mantra mengajak roh tersebut berinteraksi agar mau keluar
dengan sendirinya. Tidak jarang tubuh para penari yang kerasukan tersebut
terbentur dan luka karena ketika menari tiba-tiba pingsan dan tidak sadarkan diri. 15
Pada intinya tradisi Kenduri Sko bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur atas
rezeki yang diberikan Allah melalui panen masyarakat yang begitu melimpah dan
permohonan agar warga masyarakat diberi kelancaran pada panen-panen
selanjutnya, akan tetapi dalam praktek yang terjadi terdapat hal-hal yang
mendatangkan mudarat, yang mana tujuan Kenduri Sko adalah ungkapan rasa
syukur kepada Allah tetapi di dalam pelaksanaannya terdapat mudaratmudarat yang
terjadi pada tradisi Kenduri Sko, yang mana tujuan tradisi ini sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah tentunya tidak rasional jika dilakukan dalam keadaan tidak
sadarkan diri. Sepintas Peneliti melihat praktek Kenduri Sko di Kelurahan Tengah,
Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci berbenturan dengan nilai-nilai dalam
14 Daswarsa, Tokoh Adat , Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 26 November 2020.
15 Daswarsa, Tokoh Adat , Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 26 November 2020.
Syariat Islam. Yang mana di dalam tradisi kenduri Sko yang telah mendapat pengaru
modernisasi tersebut mengandung mudarat dan hal-hal yang dilarang oleh Syariat
Islam Seperti bermabuk-mabukan, tarian dalam keadaan kesurupan dan organ
tunggal. Hukum Islam telah memberikan peluang atau memberikan tempat agar
dapat terlaksananya suatu adat atau tradisi yaitu harus berdasarkan „Urf dan Kaidah
al-‘Ādatu Muh}akkamah. Berdasarkan uraian diatas, maka Penulis tertarik
melakukan sebuah penelitian pada tradisi yang ada di Kelurahan Lempur Tengah,
Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, dengan judul: Tradisi Kenduri Sko di
Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci dalam
perspektif Hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Fokus penelitian
Untuk memudahkan Peneliti dan agar tidak keluar dari konteks masalah yang akan
diteliti, maka Penulis memfokuskan penelitian ini di Kelurahan Lempur Tengah,
Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci sebagai tempat penelitian, banyak hal
yang dapat di bahas dalam tradisi Kenduri Sko, untuk itu dalam penelitian ini Peneliti
hanya membahas praktek Kenduri Sko, pandangan Fikih Islam terhadap Tradisi
Kenduri Sko dan Nilai-nilai Islam yang ada pada tradisi Kenduri Sko. Peneliti tidak
akan membahas kecuali yang ada kaitannya dengan masalah penelitian ini, hal ini
dimaksudkan agar menyempurnakan pembahasan penelitian ini.
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Proses pelaksanaan Tradisi Kenduri Sko yang ada
di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten
Kerinci.
b. Untuk mengetahui nilai-nilai Islam berperan pada Tradisi Kenduri Sko
yang ada di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya,
Kabupaten Kerinci.
c. Untuk mengetahui status hukum tradisi Kenduri Sko jika ditinjau dari
perspektif Hukum Islam.
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk dijadikan pedoman dalam menjalankan tradisi adat istiadat yang
selaras dengan Ajaran Islam, khususnya pada tradisi Kenduri Sko.
b. Secara teoritis, tulisan ini juga memberikan sumbangan bagi pengembangan
akademis, terutama dalam membangun kerangka pikir konsep dan
mekanisme tradisi dalam perspektif Hukum Islam.
c. Untuk dijadikan referensi atau bahan perbandingan bagi Peneliti lain dan
dalam rangka mengadakan penelitian di masa mendatang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. URF (Adat)
Ulama-ulama ahli ushul fiqh sepakat bahwa „Urf shahih ialah „Urf yang tak
bertentangan dengan hukum syarak, baik yang menyangkut „Urf khas (khusus) dan
„Urf Aam (umum), maupun yang berkaitan dengan „Urf „amali (perbuatan) dan „Urf
lafzi (perkataan), dapat dijadikan sebagai hujah dalam menetapkan suatu hukum
syarak. Menurut imam al-Qarafi seorang mujtahid ketika menetapkan suatu hukum,
maka terlebih dahulu meneliti kebiasaan yang berlaku pada masyarakat setempat
sehingga setiap hukum yang ditetapkan tidak menghilangkan atau bertentangan
dengan kemaslahatan yang menyangkut masyarakat tersebut. 16 secara istilah,
pengertian „Urf dikemukakan oleh beberapa ushuliyyin, diantaranya:
هو ما اعتداه الناس و ساروا علٌٌه من كل فعل شاع ٌٌبنهم أو لفظ تعارفوااطالقه على
معنى خاص
و العرف هو ما اعتداه جمهور الناس و الفوه من قول او فعل تكرر مرة بعد أخرى حتى تمكن اثره فى نفوسهم و
صارت تتلفاه عقولهم بالقبول.
“Urf adalah sesuatu yang dibiasakan dan diakui oleh orang banyak dalam
menggunakannya, baik dalam bentuk perkataan atau perbuatan yang berulang-
ulang dilakukan sehingga berbekas dalam jiwa mereka dan diterima baik oleh
akal mereka”.
العرف هو ما الفه المجتمع و اعتداه و سار علٌه فى حٌٌ اته من قول او فعل
ال فرق: العرف هو ما تعارفه الناس و ساروا عليه من لول او فعل او ترن و يسمى العا دة و فى لسان الشرعيين
بين العرف و العادة
“‟Urf ialah sesuatu yang telah diketahui oleh orang banyak dan dikerjakan oleh
mereka, baik dari perkataan atau perbuatan atau sesuatu yang ditinggalkan, Hal ini
juga dinamakan adat. Menurut para ahli Hukum Islam tidak ada perbedaan antara
‟Urf dengan adat”Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa „Urf itu
mengandung tiga unsur yaitu, pertama, adanya perbuatan atau perbuatan yang
berlaku berdasarkan kemantapan jiwa; kedua sejalan dengan pertimbangan akal
sehat; ketiga dapat diterima oleh watak pembawaan manusia. Ulama-ulama Ushul
Fikih juga sepakat bahwa hukum-hukum yang didasarkan kepada „Urf dapat
berubah sesuai dengan perubahan masyarakat pada tempat tertentu dan zaman
tertentu..
„Urf menurut penyelidikan ialah bukan dalil syarak yang tersendiri. Pada
umumnya „Urf itu termasuk memelihara maslahat sebagaimana dipelihara dalam
proses pembentukan hukum. Dalam menafsirkan beberapa nas, maka dengan itu
dikhususkanlah lafaz yang „aam (umum) dan dibatasi yang mutlak, terkadang qiyas
itu ditinggalkan lantaran „Urf.17 Syekh Muhammad Khudari Husain di dalam
tulisannya yang berjudul memelihara „Urf, berkata : „Urf harus dipertimbangkan di
dalam keputusan-keputusan dan menetapkan fatwa, akan tetapi seorang Ahli
Hukum Islam tidak dibolehkan menetapkan putusan hukum atau fatwa yang
bertentangan dengan dasar syariat kecuali atas dasar rukhsah yang ditetapkan oleh
seorang Ahli Hukum Islam atas dasar ijtihad. 18 Kebanyakan literatur yang
membahas kehujahan adat atau „Urf dalam istinbat hukum selalu yang dibicarakan
ialah tentang „Urf atau adat secara umum, namun di atas telah dijelaskan bahwa
„Urf atau adat yang sudah diambil dan diterima alih oleh syarak atau yang secara
tegas telah ditolak oleh syarak, tidak perlu diperbincangkan lagi tentang
kehujahannya dengan demikian pembicaraan tentang kehujahan „Urf ini sedapat
mungkin dibatasi pada „Urf bentuk ke empat, baik yang termasuk pada adat atau
„Urf yang umum dan yang tetap (yang tidak mungkin mengalami perubahan),
maupun adat khusus dan yang dapat berubah dengan perubahan waktu dan
tempat.19 Imam as-Syathibi membagi „Urf atau adat ke dalam dua bagian, yaitu :
a) „Urf bersifat syar‟i : „Urf yang bersifat syar‟i dapat diukur dengan
mengunakan dalil-dalil syar‟i secara langsung, karena dalil syar‟i menjelaskan
secara langsung, baik yang berupa larangan maupun perintah.
b) „Urf tidak bersifat syar‟i : „Urf tidak bersifat syar‟i merupakan adat yang
tidak mendapatkan legitimasi dalil syar‟i secara langsung. 20 Secara umum
adat atau „Urf itu diamalkan oleh semua Ulama Fikih terutama diamalkan
dikalangan Ulama Mazhab Malikiyah (Ulama-ulama pengikut mazhab imam
Maliki) dan hanafiyah (Ulamaulama pengikut mazhab imam Hanafi).
Ulama hanafiyah menggunakan istihsan dalam berijthad dan salah satu bentuk
istihsan itu adalah Istihsan al-‟Urf (istihsan yang menyandar kepada „Urf). Ulama
Hanafiyah, ‟Urf itu didahulukan atas qiyas khafi dan juga didahulukan atas nas yang
umum dalam arti „Urf itu mentaksis umum nas.
و"الثابت بالع ْ ُرف كالثابت بالنص،" الت ٌٌٌعن بالع ْ ُرف كالت ٌٌٌعن بالنص: "فعند الِحناف،
17 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, 59.
18 H.A.Djazuli dan I. Nurol Aen, Ushul Fiqh (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 374.
19 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), 376.
20 Iim Fatimah, “Akomodasi Budaya Lokal („Urf) dalam Pemahaman Fikih Ulama Mujtahid” Wacana
Hukum, Volume 5, No. 1 (Mizani, 2018) 12.
ٌ
َ "و"تقٌٌد الم
ُطلق جائز بالع ْ ُرف
“Ulama Malikiyah menjadikan „Urf atau tradisi yang hidup di kalangan ahli
madinah sebagai dasar menetapkan hukum dan mendahulukannya dari hadis
ahad.
" و"األلفاظ تحمل على،" كل ُّ ما أ ُطلِك لفظه ُحمِل على ُعرفه: و عند المالكية
و"العادة مح َّكمة،"العرف
ُْ ”شر ًعا وال لغة ي ُر َجع فيه إلى
„Urf atau adat itu digunakan sebagai dasar dalam menetapkan suatu hukum.
Namun penerimaan Ulama atas adat bukanlah karena semata-mata ia bernama
adat atau „Urf.„Urf atau adat bukanlah dalil yang berdiri sendiri „ Adat yang
berlaku di kalangan umat telah diterima sekian lama secara baik oleh umat. Bila
semua Ulama sudah mengamalkannya, berarti secara tidak langsung telah
terjadi ijmak walaupun dalam bentuk sukuti (diam).21
Sebagaimana dikatakan oleh ‟Izzuddin Ibn „Abd al-Salam bahwa tujuan syariah
itu adalah meraih kemaslahatan dan menolak kemafsadatan. Apabila diturunkan ke
tataran yang lebih nyata maka maslahat membawa manfaat dan mafsadat
mendatangkan kemudaratan.22 Adat itu diterima dan berlaku pada orang banyak
karena mengandung suatu kemaslahatan. Apabila anti terhadap adat berarti
21 Musthafa Muhammad Rusydi, al-„Urf „Inda Ushuliyyin Wa Atsaruhu Fii al-Ahkam al-Fiqhiyyah,
(Iskandariyah: Daar al-Iman, 2006), 24.
Syariat Islam pada dasarnya sejak dahulu banyak menampung dan mengakui
adat dan tradisi yang baik yang berkembang di tengah masyarakat selama tradisi
tersebut masih sejalan dengan Al-qur‟an dan Sunah Rasulullah saw. Islam datang
bukan untuk menghapus seluruh tradisi, tetapi ada tradisi yang telah menyatu
dengan masyarakat dan sejalan dengan syariat. Tetapi secara selektif ada yang
tetap dilestarikan dan diakui serta adapula yang harus dihapuskan. Misalnya, adat
kebiasaan yang diakui, kerjasama dagang dengan cara berbagi untung
(mudarabah). Praktik seperti ini sudah lama berkembang di kalangan Bangsa Arab
sebelum masuknya Islam dan kemudian diakui oleh Islam sehingga menjadi Hukum
Islam. Pada intinya adat itu dapat dijadikan sebagai sumber hukum dengan
beberapa persyaratan seperti yang telah di uraikan diatas. 25
Penerimaan „Urf menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan suatu hukum,
menunjukkan bahwa Hukum Islam bisa bersinergi dengan menerima budaya-budaya
yang baik dan tak bertentangan dengan Islam. Hal ini penting menjadi salah satu
faktor revitalisasi dan dinamisasi Hukum Islam itu sendiri, pada satu sisi dan di sisi
lain menghormati dan menghargai nilai-nilai insan dengan tidak perlu menghilangkan
nilai-nilai samawi yang menjadi identitasnya. Adapun yang harus diperhatikan dalam
mengetahui apakah Tradisi Kenduri Sko ini sesuai atau tidak dengan syariat Islam,
23 Muhammad harun, Fauziah, Konsep „Urf dalam pandangan Ulama Ushul Fikih.
24 .
25 Satria Efendi M. Zein, Ushul Fiqih , 158.
yaitu terdapat beberapa syarat sebagaimana disebut Ulama Ushul: Adat („Urf) harus
dilakukan oleh mayoritas masyarakat :
1) Adat („Urf) harus bisa berdiri dan membentuk prilaku yang didalamnya
bertujuan sesuai hukum adat.
2) Adat („Urf) tidak boleh menimbulkan mafsadat
3) „Urf tidak boleh melanggar hukum syara‟, atau hukum asal di dalam syariat. 26
27
dalam hal ini terdapat dua pandangan:
Pertama, ‟Urf merupakan hujah dan dalil syariat yang berdiri sendiri
(mustaqil) dan ini merupakan pendapat Mazhab Hanafiyah, contohnya sebagian dari
apa yang disepakati dari kalangan Fuqoha ( Ulama ahli fikih) Hanafi adalah tidak
membolehkan mengambil upah atau gaji dalam mengajar al-Qur‟an dan juga untuk
menegakkan syiarsyiar agama, karena hal ini merupakan ibadah dan persoalan
ibadah tidak boleh mengambil upah padanya.
Kedua, ulama Malikiyah dan Ibn al-Qayyim dari ulama Hanabilah, mereka
berhujah dengan al-Qur‟an, sunnah dan Ma‟qul (logika) 37
Banyak dari Ulama yang berdalil dengan ayat ini salah satunya Imam al-Qarafi di
dalam kitab nya disebutkan tentang perbedaan antara suami istri dalam tugas rumah
tangga seperti ayat di atas bahwasanya segala bentuk kebiasaan („Urf) bisa
dijadikan hujah kecuali adanya penjelasan atau nas syar‟i. 29 Perintah untuk
melakukan „Urf pada ayat di atas menunjukkan suatu perintah untuk merujuk
28 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 140.
29 Imam al-Qarafi, al-Furuq, (Kairo: Alamal Kutub, 2010), Jilid III, 149.
kepada adat/kebiasaan manusia dan apa-apa yang berlaku dalam muamalah atau
pergaulan mereka.
b) Sunnah
1. Taqririyah
2. Fi‟liyah
َْ و التأسى به وإذا هو الِسوة الحسنة بنص القرأن الكرٌم} ل َقد.ص. اإلقتداء برسول هللا: اما وجه اإلستدالل بالسنة الفعلٌة
ان ْ َرجُو هال ََّل َوالٌْ َْو َم ْالخ َِر َو ٌَ ُول هال َِّل أ ُْس َوةٌ َح َس
َ نة لِ َمنْ َك َُ ان
ِ لك ْم فًِ َرس َ َك
Adapun bentuk dari pengambilan dalil sunnah dari fi‟liyah yaitu akhlak yang
baik sesuai dengan nas al-Qur‟an (sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.
Hadis ini menunjukkan bahwa perintah untuk memberlakukan „Urf yang baik di
antara Umat Islam dapat diterima sebagai perbuatan yang baik dan diakui
keberadaannya disisi Allah SWT. „Urf merupakan ketetapan dengan dalil syar‟i dan
bahwa yang dimakrufkan sebagai „Urf seperti halnya yang dipersyaratkan sebagai
syarat. Akan tetapi hadis ini dibantah dalam 2 hal berikut :
1) Bahwasanya hadis ini adalah hadis marfu‟ yang disandarkan kepada Ibn
Mas‟ud dan termasuk hadis dha‟if tidak bisa dijadikan dalil.
30 Musthafa Nada Wadada , Hujjiyatul „Urf „Inda Ushuliyyin wa Atsarihi Fii Fi qhi alIslami, (kairo: tp,
2019) cet. Ke-1, 45.
2) Makna الdalam kata المسلمونbermakna umum (lafaznya umum), maksudnya
adalah apa apa yang disepakati oleh orang-orang Muslim (Mujtahid) bukan
bermakna apa-apa yang telah dibiasakan manusia. apabila Orang Muslim
ber-ijmak dalam sesuatu yang baik maka baik pula di sisi Allah, begitupun
sebaliknya apabila buruk maka buruk pula lah di sisi Allah, karena ijmak
adalah dalil syariat dan termasuk hujah qat‟iyyah.
c) Ma‟qul (logika)
Tidak diragukan bahwa „Urf mempunyai pengaruh besar dalam jiwa seseorang,
menimbulkan rasa senang dan kemuliaan untuk menerimanya serta merupakan
tabiat (perilaku yang melekat) pada manusia dan rela menerimanya dengan mudah
serta mewujudkan kemaslahatan dan kemanfaatan bagi mereka. Dalam hal ini
syariat datang untuk merealisasikan berbagai kemaslahatan, sehingga „Urf yang
sahih merupakan sumber dan dalil serta merupakan prinsip pokok dari dasar-dasar
penggalian (istinbat) hukum.
Ulama-ulama sepakat bahwa „Urf shahih dapat dijadikan sebagai dasar hujah
selagi tidak bertentangan dengan syariat. Ulama Malikiyah pernah menyatakan
suatu pernyataan yang tekenal yaitu bahwa ulama Madinah dapat dijadikan sebagai
sumber hujah, demikian juga dengan ulama Hanafiyah pun pernah menyatakan
bahwa pendapat Ulama di Kufah dapat dijadikan sumber sebagai dasar hujah. Imam
Syafi‟i terkenal dengan qawl jadid dan qawl qadimnya. Terdapat suatu kejadian yang
sama tetapi beliau menetapkan hukum yang berbeda saat beliau masih tinggal di
Makkah (Qawl qadim) dengan setelah beliau tinggal di Mesir (qawl jadid). Hal
tersebut mengambarkan bahwa ketiga mazhab itu berhujah dengan „Urf. Dengan
mengedepankan tidak mengunakan „Urf fasid tidak mereka gunakan sebagai dasar
hujah.
َض َع ِن ٱ ْل ٰ َج ِهلِين
ْ أع ِر ُْ ُخ ِذ ٱ ْلع ْ َف َو َوأ ُْم ْر ِبٱ ْل
ِ عر
َْ ف َو
Artinya: “Sesuatu yang dinilai baik oleh kaum muslimin adalah baik di sisi
Allah, dan sesuatu yang mereka nilai buruk maka ia buruk di sisi Allah”. 33(HR.
Ahmad). Ungkapan Abdullah bin Mas‟ud di atas, baik dari segi maksud atau
redaksinya, menunjukkan setiap kebiasaan kebiasaan yang bersifat baik yang
terjadi di tengah masyarakat muslim yang sesuai dengan aturan umum
Syariat Islam adalah sesuatu yang di anggap baik di sisi Allah.
C. Macam-macam ‘Urf
Dari segi cakupannya, „Urf di bagi dua, yaitu Al-urf ‘a>mm (kebiasaan yang
bersifat umum) dan Al-‘Urf khas} (kebiasaan yang besifat khusus).
dari segi keabsahannya dari pandangan syarak, ‟Urf terbagi dua yaitu „Urf
shahih (kebiasaan yang di anggap sah) dan „Urf fasid (kebiasaan yang
dianggap rusak).
1) Al-„urf Shahih, adalah kebiasaan yang tidak bertentangan dengan nas
(ayat atau hadis) tidak menghilangkan kemaslahatan mereka, dan
tidak pula membawa madarat bagi mereka.38
2) Al-„Urf fasid, adalah kebiasaan yang bertentangan dengan dalil-dalil
syarak dan kaidah-kaidah dasar yang ada dalam syarak. „Urf fasid
atau rusak tidak boleh memeliharanya karena memeliharanya, karena
itu berarti menentang dalil syarak. „Urf fasid sendiri tidak dapat diterima
oleh akal sehat, mendatangkan mudarat dan menghilangkan
kemaslahatan.39
Kaidah fiqih asasi kelima ialah tentang adat atau kebiasaan, dalam bahasa
Arab terdapat dua istilah yang berkenaan dengan kebiasaan yaitu Adat dan „Urf.54
Adat merupakan suatu perkataan atau perbuatan yang secara terus-menerus
dilakukan oleh manusia karena dapat diterima oleh akal dan secara berkelanjutan
manusia mau melakukan berulang-ulang. Sedangkan „Urf ialah sesuatu perkataan
atau perbuatan dimana jiwa merasakan rasa ketenangan dalam mengerjakannya
karena perbuatan yang dilakukan sejalan dengan logika dan dapat diterima oleh akal
“Artinya sesuatu ungkapan dari apa yang terpendam dalam diri, perkara yang
berulang-ulang yang bisa diterima oleh tabiat (perangai) yang sehat”. 41
Dalam pengertian dan subtansi yang sama, terdapat istilah lain dari adat, yaitu 'Urf,
yang secara bahasa berarti suatu keadaan, ucapan, perbuatan, atau ketentuan yang
dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk melaksanakannya atau
meninggalkannya. sedangkan „Urf secara istilah yaitu:
العرف هو ما تعا رف عليه الناس واعتده فى الوالهم وافعالهم حتى صار ذالن مطردا اوغا لبا
Jadi kaidah ini adalah sebuah tradisi baik khusus maupun umum itu dapat dijadikan
dasar untuk menetapkan sebuah permasalahan hukum Syariat Islam (hujah)
terutama bagi seorang hakim di pengadilan, selama belum ditemukan dalil atau nas
yang secara khusus menetapkan larangan terhadap adat tersebut, atau mungkin
ditemukan dalil atau nas tetapi dalil tersebut bersifat umum, sehingga tidak dapat
mematahkan sebuah adat.
Artinya: Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam maka baik pula di
sisi Allah, dan apa saja yang dipandang buruk oleh orang Islam maka
menurut Allah pun digolongkan sebagai perkara yang buruk. (HR. Ahmad,
Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir dari Ibnu Mas'ud). 44
Agama yang benar itu bagaikan lampu yang menerangi umat untuk berjalan
menuju ke arah kemajuan. Mengamalkan ajaran-ajaran agama adalah petunjuk jalan
untuk seluruh umat manusia. Agama adalah ciptaan Allah, maka akan terasa janggal
bagi akal sehat, jika sekiranya Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk
berbuat kejahatan yang dapat menyebabkan mereka terhambat untuk mencapai
kehidupan yang layak dan diridhai-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang dapat
membahagiakan manusia, kecuali mengamalkan agama dan tidak ada sesuatu pun
yang dapat mencelakakan mereka kecuali mengabaikan agama atau berpegang
dengan bagian luar (kulit) agama dan meninggalkan inti ajarannya. Agama ibarat
pedang bermata dua, dua sisi sama-sama tajam. Apabila ada orang yang mengaku
beragama, berusaha mengamalkan agama sebagaimana mestinya, maka agama
45 Lihat saja lebaran menjadi momentum yang mulia dan mengharukan untuk sebuah
kegiatan yang bernama silaturrahim. Apalagi dalam era globalisasi dimana orang makin
mementingkan diri sendiri. Dalam masyarakat Minangkabau misalnya, tradisi telah menyatu
dengan nilai Islam. Lihat kearifan lokal mereka: Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah
“adat bersendikan Hukum Islam, hukun Islam bersendikan al-Quran.” dalam tradisi lisan
Madura juga dikenal abantal omba‟, asapo‟ iman yang bermakna bekerja keras dan
senantiasa bertakwa.
bangsa lain. Meluasnya Islam ke seluruh dunia tentu juga melintas aneka ragam
budaya lokal. Islam menjadi tidak “satu”, tetapi muncul dengan wajah yang berbeda-
beda. Hal ini tidak menjadi masalah asalkan substansinya tidak bergeser. Artinya,
rukun iman dan Rukun Islam adalah sesuatu yang tidak bisa di tawar lagi. Bentuk
masjid kita tidak harus seperti masjid-masjid di Arab. Atribut-atribut yang kita
kenakan tidak harus seperti atribut-atribut yang dikenakan Bangsa Arab. festival-
festival tradisional yang kita miliki dapat diselenggarakan dengan menggunakan
acuan Islam sehingga terjadi perpaduan yang cantik antara warna Arab dan warna
lokal. Lihat saja, misalnya, perayaan Sekaten di Yogyakarta, Festival Wali Sangan,
atau perayaan 1 muharram di banyak tempat. Dalam benak sebagian besar orang,
agama adalah produk langit dan budaya adalah produk Bumi. Agama dengan tegas
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
Sementara budaya memberi ruang gerak yang longgar, bahkan bebas nilai, kepada
manusia untuk senantiasa mengembangkan cipta, rasa, karsa dan karyanya. Tetapi
baik agama maupun budaya dipahami (secara umum) memiliki fungsi yang serupa,
yakni untuk memanusiakan manusia dan membangun masyarakat yang beradab
dan berperikemanusiaan.46 Patut diamati pula, kebudayaan populer di Indonesia
banyak sekali menyerap konsep-konsep dan simbol-simbol Islam, sehingga
seringkali tampak bahwa Islam muncul sebagai sumber kebudayaan yang penting
dalam kebudayaan populer di Indonesia.
Kosa kata bahasa Jawa maupun Melayu banyak mengadopsi konsep-konsep Islam.
Taruhlah, dengan mengabaikan istilah-istilah kata benda yang banyak sekali
dipinjam dari bahasa Arab, bahasa Jawa dan Melayu juga menyerap kata-kata atau
istilah-istilah yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Istilah-istilah seperti wahyu,
ilham atau wali misalnya, adalah istilah-istilah pinjaman untuk mencakup konsep-
konsep baru yang sebelumnya tidak pernah dikenal dalam khazanah budaya
populer. penggunaan istilah-istilah yang diadopsi dari Islam, tentunya perlu
membedakan mana yang “Arabisasi”, mana yang “Islamisasi”. Penggunaan dan
sosialisasi terma-terma Islam sebagai manifestasi simbolik dari Islam tetap penting
dan signifikan serta bukan seperti yang dikatakan Gus Dur, menyibukkan dengan
masalah-masalah semu atau hanya bersifat pinggiran. Begitu juga penggunaan kata
shalat sebagai ganti dari sembahyang (berasal dari kata nyembah sang hyang)
Perlu diketahui bersama bahwa teori adat ini diambil dari adanya realitas
sosial kemasyarakatan bahwa semua cara hidup dan kehidupan itu dibentuk oleh
nilai-nilai yang diyakini sebagai norma kehidupan, sedang setiap individu dalam
bermasyarakat dalam melakukan sesuatu itu karena sesuatu tersebut dianggap
bernilai, sehingga dalam komunitas mereka memiliki pola hidup dan kehidupan
mereka sendiri secara khusus berdasarkan nilai-nilai yang sudah dihayati bersama.
Oleh sebab itu, jika ditemukan suatu masyarakat meninggalkan perbuatan yang
selama ini sudah biasa dilakukan, maka mereka sudah dianggap telah mengalami
pergeseran nilai, nilai-nilai seperti inilah yang dikenal degan sebutan adat-istiadat,
budaya, tradisi dan sebagainya. Oleh karena itulah kebudayaan itu bisa dianggap
sebagai perwujudan aktifitas nilai-nilai dan hasilnya. Dari faktor itulah, Islam dalam
berbagai bentuk ajaran yang ada di dalamnya, menganggap adat-istiadat atau „Urf
sebagai patner dan elemen yang harus diadopsi secara selektif dan proporsional,
sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu alat penunjang hukumhukum syarak,
bukan sebagai landasan hukum yuridis yang berdiri sendiri dan akan melahirkan
produk hukum baru, akan tetapi ia hanya sebagai suatu ornamen untuk melegitimasi
hukum-hukum syarak sesuai dengan perspektifnya yang tidak bertentangan dengan
nas-nas syarak.
47 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh 2, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008), 416-418.
48 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh, 417
Adat dalam bentuk pertama, kedua dan ke empat di terima oleh Islam, dalam
artian tetap dilaksanakan mengikuti Hukum Islam. Para Ulama sepakat dengan
menerima adat dalam bentuk pertama, kedua dan keempat karena adat tersebut
tidak bertentangan dengan Syariat Islam meskipun berasal dari adat lama. Adat-adat
tersebut digolongkan sebagai adat yang sahih (benar). Adat dalam bentuk ketiga
para Ulama sepakat menolaknya karena sudah jelas mudaratnya dan bertentangan
dengan syariat. Segala ketentuan yang bertentangan dengan hukum syariat harus
ditinggalkan meskipun secara adat tersebut diterima oleh banyak masyarakat. Adat
dalam bentuk tersebut digolongkan dalam bentuk fasid (rusak). 49 Selanjutnya para
Ulama mengamalkan adat („Urf) di antaranya Ulama golongan Hanafiyah, Malikiyah
dan Syafi‟iyah :
Adat („Urf) tersebut bernilai maslahat dan dapat diterima oleh akal sehat.
Syarat tersebut merupakan kelaziman bagi Adat („Urf) yang sahih, sebagai
syarat untuk diterima secara umum. Umpamanya suatu kelompok masyarakat
mempunyai kebiasaan memakan biawak, meski dianggap boleh akan tetapi
tidak dapat diterima akal sehat.
Adat („Urf) tersebut berlaku umum dan merata dikalangan masyarakat yang
berada dalam suatu lingkungan adat, atau di kalangan sebagian besar
warganya. al-Shuyuthi berkata bahwa yang diperhitungkan ialah adat yang
berlaku secara umum, seandainya adat tersebut kacau maka tidak
diperhitungkan.
Adat („Urf) yang dapat dijadikan sebagai dasar penetapan hukum yang ada
dan berlaku pada saat itu, bukan adat yang muncul kemudian. Maksutnya
ialah adat tersebut harus sudah ada sejak sebelum penetapan hukum, jika
datang kemudian maka tidak
diperhitungkan.50
51 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Presentasi Pustaka karya, 2006) 118.
53 Soejono Soekanto, Hukum Adat di Indonesia,( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009)
54 .
Sistem nilai berpengaruh terhadap pola pikir manusia
Selanjutnya pola pikir manusia membentuk suatu sikap.
Sikap manusia cenderung berbuat atau tidak terhadap suatu keadaan, sikap
tersebut menimbulkan perilaku.
Perilaku tersebut kemudian menjadi pola prilaku, dan di absraksikan menjadi
norma, kaidah dan tradisi.55
Sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini kehidupan masyarakat terutama di
pedesaan di Kabupaten Kerinci. Adat istiadat yang di pegang oleh Depati dan Ninik
Mamak secara turun temurun dan dipatuhi oleh penduduk dalam wilayah adat
Kerinci. Adat punya peranan yang sangat penting dalam masyarakat Kerinci. Walau
adat tidak tertulis tetapi nilai-nilainya tetap bersinergi di Tengah masyarakat. Begitu
juga masyarakat sangat menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi warisan Nenek
Moyang.56
H. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang pernah dianalisis oleh pihak lain yang dapat
digunakan sebagai bahan masukan, serta bahan kajian yang berkaitan dengan
penelitian ini antara lain :
Pertama, Disertasi yang ditulis Ismail Thalaby berjudul “Adat Sakti Alam
Kerinci dan Akulturasinya dengan Hukum Islam. penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif analitik dengan menitikberatkan kepada normatif survei serta
menggabungkan antara penelitian kepustakaan dengan penelitian lapangan. Obyek
penelitian ini adalah tentang eksistensi Hukum Adat Kerinci dan hubungannya
dengan Hukum Islam, seperti persoalan kekerabatan, perkawinan, kewarisan,
pertanahan dan pidana. Kesimpulannya, Dalam masyarakat kerinci terdapat praktek
penerapan syarak dan adat saling mempengaruhi. Adat dan syarak hanya pada
batas tertentu, sedangkan dalam batas lain adatnya yg berjalan 57. Disertasi ini
menyoroti bagaimana akulturasi Hukum Islam dengan adat Kerinci, yang mana
55 Soejono Soekanto, Hukum Adat di Indonesia, 66.
56 Yunasril Ali, dkk, Adat Basendi Syarak (Sebagai pondasi membagun masyarakat madani Kerinci),
(Sungai Penuh: Stain Kerinci Press, 2005), 61.
57 Ismail Thalaby ”Adat Sakti Alam Kerinci dan Akulturasinya dengan Hukum Syara” (Jakarta, UIN
Syarif Hidayatullah, 2000)
melihat tarik menarik antara Hukum Islam dan adat kerinci. Antara penelitian Ismail
Thalaby dan penelitian ini meskipun sama-sama mengkaji berdasarkan hukum
Islam, tetapi terdapat perbedaan subjek, lokasi dan perbedaaan ruang lingkup
penelitiannya.
Keempat, Karya Ilmiah Lalu Moh. Fahri berjudul : Tinjauan Hukum Islam
Terhadap pelaksanaan adat perkawinan di Kecamatan Sakra, Lombok timur.
Penelitian ini memfokuskan pada melihat sejauh mana Hukum Islam dapat dapat
diterapkan dalam adat perkawinan di Kecamatan Sakra. Kesimpulannya pada adat
perkawinan di Kecamatan Sakra Terdapat dampak positif dan negatif. Antara
penelitian Moh. Fahri dan peneltiian ini memeiliki peredaan subjek dan Fokus
penelitiannya. Penelitian ini berfokus pana tinjauan Hukum Islam terhadap adat
Kota Sungai Penuh) Jurnal Islamika, Vol. 17, no. 2 Tahun (2017)
perkawinan, sedangkan penelitian ini berfokus pada Tradisi Kenduri Sko dalam
Persfektif Hukum Islam.5960
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
61 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: universitas Indonesia, 2010), 42-43.
yang dinamakan hukum, yang kemudian dijadikan sesuatu pegangan. Oleh karena
itu untuk mendapatkan hasil penelitian yang mempunyai nilai validasi yang tinggi
serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Maka diperlukan suatu metode
penelitian yang tepat, diperlukan untuk memberikan suatu pedoman serta arah yang
jelas dalam mempelajari serta meneliti objek yang diteliti. Demikian Peneliti akan
berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana yang ditetapkan “suatu
metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk memahami obyek yang menjadi
sasaran ilmu pengetahuan yang bersangkutan”. Menurut Maria S.W. Sumardjono,
penelitian merupakan suatu proses penentuan kebenaran yang dijabarkan dalam
bentuk kegiatan yang sistematik yang terencana yang dilandasi oleh metode ilmiah.
Seluruh proses penelitian merupakan kegiatan terkait. Asas suatu benang merah
yang dapat ditarik berawal dari pemilihan judul serta perumusan masalah yang
mana masalah harus singkron dengan tujuan Penelitian. Tinjauan pustaka yang
dikemukan maka dapat dilihat kerangka berpikir yang berhubungan dan menunjang
penelitian. Kerangka berpikir ini dapat terwujud tanpa merinci cara-cara melakukan
penelitian yang menerangkan tentang dari mana serta bagaimana data yang
terkumpul akan dianalisis untuk dapat menjawab masalah. 62 Ditinjau dari sudut
tujuannya, Soejono Soekanto membagi penelitian hukum menjadi dua bagian yaitu:
62 Maria S.W Sumardjono, Pedoman Usulan Penelitian Sebuah Panduan Dasar, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum, 1997), 27.
a. Penelitian diagnostic.
b. Penelitian prekskriptif.
c. Penelitian evaluative.
a. Penelitian “fact-finding”.
b. Penelitian problem-identification.
c. Penelitian problem solution.
a. Penelitian murni/dasar/fundamental.
b. Penelitian yang berfokus masalah, dan.
c. Penelitian terapan/terpakai.
2. Penelitian non oktrina, yaitu Penelitian yang berupa studi empiris untuk
menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses
bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Tipologi penelitian yang terakhir
ini sering disebut sosio legal research. Jika diperhatikan sebenarnya
penelitian jenis terakhir ini juga sama dengan tipologi penelitian sosiologis
atau empiris64.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini Penulis akan mengunakan
metode pendekatan yuridis sosiologis atau empiris, yaitu metode yang terdiri dari
penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap
efektivitas hukum65. Bambang Sunggono mengutip pendapat
64 Bambang sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2012), 42.
65 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 51.
1. Situasi Sosial
Situasi sosial adalah lokasi atau tempat yang ditetapkan untuk melakukan
penelitian. Karena penelitiannya adalah riset sosial atau lingkungan manusia atau
budaya maka dinamakan dengan situasi sosial (Social Setting).69 Adapun situasi
sosial dalam penelitian ini adalah Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung
Raya. Terdapat beberapa pertimbangan Peneliti dalam menetapkan situasi sosial,
diantaranya adalah :
Peneliti harus bukan bagian dari situasi sosial yang diteliti. Misalnya
kehidupan masyarakat Desa setempat, data lembaga adat, situasi sosial
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah.
Situasi sosial tidak terlalu luas, Jarak yang terlalu jauh dan terpisah di suatu
lokasi dan lokasi lainnya.
Situasi sosial dapat didatangi kapanpun oleh Peneliti untuk mendapat
informasi melalui snowball data dan proses elaborasi data.
2. Subjek Penelitian
71 Abdurrahman Aljaziri, Fiqh Empat Mazhab, Bagian Muamalat I, (Jakarta: Darul Ulum Press,
1992), 156.
72 Soekanto, Meninjau Hukum Adat Indonesia, Hukum Adat Indonesia : Pengantar untuk
Mempelajari Hukum Adat, (Jakarta, Rajawali Press, 1981), 2.
Atas berbagai pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas maka Peneliti
menentukan yang dapat dijadikan sebagai informan (subjek penelitian) untuk
memperoleh data tentang tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah,
Kecamatan Gunung Raya adalah:
Mereka yang relatif paham tentang masalah dan penelitian yang akan
dilakukan,
Mereka yang mengerti tentang situasi sosial yang menjadi lokasi penelitian.
Mereka yang mau berbagi informasi, ilmu dan pengetahuan.
Mereka yang bertanggung jawab atas kebenaran informasi yang diberikan.
Mereka orang yang kredibel, dapat diterima (acceptable), dan dipercaya.
73 Soekanto, Meninjau Hukum Adat Indonesia, Hukum Adat Indonesia : Pengantar untuk
Mempelajari Hukum Adat, 65.
1. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung Peneliti tanpa
perantara dari sumbernya.75 yaitu data yang diperoleh dengan proses wawancara
dan pengamatan (observasi) secara langsung terhadap tradisi Kenduri Sko di
Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya dalam persfektif Hukum Islam
pada masyarakat di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya. Data
primer yang berkaitan dengan permasalahan yang ada Penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2) Data Sekunder
74 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 87.
75 Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif
Lapangan dan Perpustakaan (Jambi: Gaung Persada Press, cetakan ke-3, 2010), 86.
Data sekunder adalah data yang didapat Peneliti tidak dengan sendirinya dalam
proses pengumpulan misalnya dari dokumentasi (struktur organisasi dan profil
Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya) atau publikasi lainnya. 76 Data
sekunder ialah data yang didapatkan dari bacaan sumbersumber serta literatur-
literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini. data sekunder dapat
didapatkan dari sumber kedua berupa peristiwa yang bersifat lisan atau tulisan serta
dokumentasi. Data sekunder digunakan sebagai bahan pelengkap bagi data primer.
3) Sumber Data
Menurut Lofland dalam Jam‟an Satori dan Aan Komariah mengatakan bahwa
sumber data utama dalam pene Dalam penelitian ini, subjek yang Penulis gunakan
untuk memperoleh data penelitian ini terdiri dari orang dan literatur yang meliputi
sebagai berikut:
Pemuka-pemuka Adat
Ninik Mamak
Ulama
Masyarakat
Peristiwa/kondisi
Dokumentasi
76 Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan dan
Perpustakaan, 90.
77 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 224.
data yang sesuai. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
metode observasi, wawancara, dokumentasi.
1) Observasi
2) Wawancara
79 Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.106.
3) Dokumentasi
84 Mukhtar, Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian
Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan, 119
85 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 158.
86 Mukhtar, Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian
Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan , 120.
dikumpulkan, data itu perlu dianalisis dan diolah. Pertama-tama Peneliti perlu
menyeleksi tingkat reliabilitas dan validitasnya. Data yang memiliki reliabilitas dan
validitas rendah digugurkan, Di samping itu data yang kurang lengkap tidak perlu
disertakan dalam unit analisis.87 penelitian ini yang akan dianalisis adalah melalui
metode pendekatan penelitan kualitatif sosiologis empiris dengan menggunakan
cara analisis sosiologis empiris.Penelitian kualitatif sosiologis empiris berusaha
mengambarkan seluruh keadaan dan gejala yang ada, yaitu gejala keadaan menurut
apa adanya pada saat Penelitian dilakukan.88 Analisis data meliputi:
1) Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terdapat dari
berbagai sumber yaitu dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah
dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya yaitu reduksi data. Mereduksi data
berarti kita merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan fokus pada hal-hal yang
penting, dicari pola dan temanya. 89 Reduksi data adalah proses pemilihan,
pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-
data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data
dilakukan selama penelitian berlangsung.
2) Penyajian Data
Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisa data adalah
penyajian data atau informasi-informasi yang memungkinkan Peneliti untuk
melakukan penarikan suatu kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk bagan, uraian singkat, flowchart, hubungan antar
kategori, dan sejenisnya.90
88 Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif
Lapangan dan Perpustakaan , 10-11.
1) Perpanjang keikutsertaan
2) Ketekunan Pengamatan
3) Triangulasi
1 Studi
Pustaka
2 Proposal
Tesis
3 Pengabilan
data
4 Pengolaha
n Data
5 Penulisan
Tesis
6 Seminar
Hasil
94 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 330.
7 Munaqasah
BAB IV
a) Historis
1) Batas Wilayah
a. Sebelah Utara : Desa Lempur Hilir
Luas wilayah Kelurahan Lempur Tengah yaitu 3133 hektar. Iklim Kelurahan
Lempur Tengah, sebagaimana Desa-desa lain di wilayah Indonesia yang
mempunyai iklim kemarau dan penghujanan, hal tersebut mempunyai pengaruh
terhadap pola tanam yang ada di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung
Raya. Masyarakat Lempur Tengah hidup dengan penuh kedamaian dan sosial yang
tinggi sesama anggota masyarakatnya, dari sumbernya Lurah Lempur Tengah
Bapak Indra Hermawan menyampaikan saat diwawancarai untuk memperoleh data,
beliau memaparkan berdasarkan tabel Desa dan monografi Kelurahan antara lain
yang berkenaan dengan data-data produk, yang terdiri dari:
Berikut rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya:
1 0-5 17 30 47
2 6-15 70 78 148
4 16-25 59 54 113
6 26-30 40 47 87
95 Indra Hermawan, Lurah Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, tanggal
23 November 2020.
7 31-40 62 87 149
9 41-50 23 35 58
10 51-60 64 99 163
11 61-70 55 60 115
12 71 Ke atas 5 12 17
a. Pertanian
b. Peternakan
c. Perkebunan
96 Indra Hermawan, Lurah Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah,
tanggal 23 November 2020.
97 Indra Hermawan, Lurah Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah,
tanggal 23 November 2020.
Kelurahan Lempur Tengah adalah perkebunan kulit manis kopi, nilam serta jeruk
manis. Akan tetapi masyarakat Lempur Tengah mayoritas menggeluti perkebunan
kulit manis. Sebagian tanaman kopi, nilam, dan jeruk manis juga banyak diminati
masyarakat Lempur Tengah sebagai penambah penghasilannya. Luas wilayah yang
menjadi daerah perladangan rakyat semuanya dipenuhi oleh tanaman tersebut,
penghasilan dari perkebunan ini telah mampu membangun rumah permanen bagi
rakyatnya dan kebutuhan mewah lainnya bagi setiap rumah tangga seperti Mobil,
Motor, Televisi, dan banyak lagi barang mewah yang didapatinya. lebih-lebih
masyarakat ada yang mampu menunaikan ibadah haji dan umrah, ini semua dari
98
hasil perkebunan yang merupakan kegiatan atau aktivitas di daerah ini.
d. Perdagangan
Pengajian Agama oleh Ibu-ibu, melalui wadah Majlis Taklim yang dilakukan
satu minggu satu kali yang bertempat di Masjid, adapun didalam pengajian ini para
98 Syamsir Alam, Tokoh Mayarakat, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 21
November 2020.
99 Yulia Margatina, sekretaris lurah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 23
November 2020.
Ibu-ibu Desa ini diberikan ilmu pengetahuan agama diantara materi ajarannya
adalah kehidupan, akhlak, peranan orang tua terhadap pendidikan putra dan
putrinya serta tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya menurut Ajaran
Islam serta kehidupan bermasyarakat dan kehidupan yang berkenaan dengan
lingkungan hidup dan masih banyak topik lainnya sebagai tambahan seperti
pentingnya kesehatan dan makanan yang halal lagi baik. Berdasarkan wawancara
Penulis dengan Ibu Khasmiah selaku ketua Majlis Taklim kaum Ibu mengatakan:
“Dengan adanya pengajian majlis ta‟lim dilakukan seminggu satu kali sudah banyak
menambah ilmu pengetahuan tentang ajaran Agama Islam yang didapat oleh para
Ibu-ibu karena selama ini banyak Ibu-ibu yang tidak pernah mendapatkan
pengajaran agama dikarenakan pada masa dahulu, Ibu-Ibu tidak Sekolah pada
lembaga pendidikan agama baik yang formal maupun informal.” 100 Pengajian yang
dilakukan oleh kaum Ibu-ibu sebagai wujud pengalaman Sunnah Rasul di dalam
mengamalkan ajaran Agama Islam tentang menuntut ilmu pengetahuan.
2) Pengajian kelompok
100 Khasmiah, Ketua Majlis Ta‟lim, Wawancara, Kelurahan Lempur Tengah, tanggal 4 November
2020.
101 Abdul Halim, Guru Pengajian, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
November 2020.
pendididkan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat
kecakapan juga akan mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Kemudian
sendirinya akan membantu program pemerintahan untuk pembukaan lapangan kerja
baru guna mengatasi pengangguran. Keadaan pendidikan Kelurahan masyarakat
Lempur Tengah secara umum cukup menggembirakan. Artinya Bahwa sebagian
besar penduduk di sini terutama dikalangan orang tua telah mengenyam pendidikan
walaupun itu sebatas Sekolah Dasar (SD). Lain halnya keadaan pendidikan pada
kalangan generasi muda yang rata-rata berpendidikan Sekolah Menengah (SMA),
bahkan ada sebagian dari mereka yang telah dan sedang menjalani pendidikan
mereka di jenjang perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar daerah seperti di
Jambi, Padang, Riau, Jogjakarta dan sebagainya. 102
6. Adat Istiadat
102 Fatimah syam, kasi Pemerintahan, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 25
November 2020.
103 Indra Hermawan, Lurah Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah,
tanggal 23 November 2020.
masyarakat, sedangkan “teliti” adalah peraturan adat yang stelah mendapat
pengaruh oleh agama Islam. “undang” dan “Teliti” ini gabungkan menjadi sebuah
kesatuan sehingga menghasilkan adat istiadat Kerinci yang berasaskan pada dasar:
“Adat besendi syara‟, syara‟ besendi kitabullah”, maka dapat dilihat hukum yang
diberlakukan pada masyarakat Kelurahan Lempur Tengah adalah hukum adat
terutama dalam hal kewarisan. Hal tersebut tidak terlepas dari pada ajaran Syariat
Islam, karena masyarakat Kelurahan Lempur Tengah mayoritas beragama Islam. 104
Adat istiadat tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah karena antara ninik
mamak selaku pemegang adat selalu ada kerja sama dengan pihak pemerintah
yang dikenal dengan “Ninik Mamak undang di tangan rajo” (pemerintah). Adat
istiadat terbukti mampu mempersatukan masyarakat Lempur Tengah dalam menata
hidup yang lebih baik.105 Upacara adat di Kelurahan Lempur Tengah terdiri dari dua
macam, yaitu :
a) Upacara yang bersifat Religius magis, seperti : Kenduri adat (Kenduri Sko)
pada acara perayaan pesta panen masyarakat Lempur Tengah, Maulid Nabi,
1 muharram, dan upacara perkawinan.
b) Upacara yang bersifat kebesaran seperti pengankatan Depati Ninik Mamak,
kemudian upacara pengukuhan cendikia dari adat (nagari) untuk anak negeri
yang telah menyandang gelar sarjana, megister, doctor dan professor. 106
7. Struktur Pemerintahan
104 Abdul Halim, Guru Pengajian, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
November 2020.
105 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 Desember
2020.
106 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 Desember
Struktut Pemerintahan Kelurahan Lempur Tengah
LURAH
INDRA HERMAWAN. S.STP., M,TR.I.P
SEKRETARIS LURAH
YULIA MARGANINA, SKM
KETUA LIN
GKUNGAN KETUA
LINGKUNGAN
BUKITSIRIH BUKI
T SETANGIS
AHMAD HU
SEN, SE.MM M. YANI
KETUA RT.01 KETUA RT.02 KETUA RT.01 KETUA RT.01 KETUA RT.01
ABDUL RAZAK M. ABDAI RATOMI ZAHRI ANUAR MALIK EFRIZAL
B. Hasil Penelitian
107 Rusli Zein, Mantan Depati Nalo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
Desember 2020.
108 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 November
2020.
109 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 November
2020.
proses kegiatan yaitu rapat adat nagari, kegiatan pengumpulan dana, malam puncak
acara Kenduri Sko, nugeh Depati (penobatan gelar adat).
Rapat adat negeri di hadiri oleh Tokoh-Tokoh Adat, Alim Ulama, Cerdik
Pandai yang mana biasa disebut dengan tigo tungku sajarangan, serta anggota
masyarakat. Rapat ini bertujuan untuk bermusyawarah memilih siapa yang akan
mengisi gelar Depati yang kosong atau gelar yang telah diletakkan, yang mana
syarat-syarat untuk menjadi seorang Depati ialah :
“Kembang ekornya artinya adalah ibarat seekor ayam jantan yang akan
berlaga di suatu gelanggang, dan ia mengembangkan ekornya sewaktu akan
menyerang, tidak kuncup ketakutan. Sehingga orang yang cakap untuk jadi Depati
harus berani dalam menegakkan kebenaran, siap berkorban”. Makna dari semua itu
ialah bahwa seorang Depati harus dewasa, berakal, punya pandangan yang baik
maju ke depan. Karena dengan semua itu mereka dapat mengurus anak negri
(masyarakat).
Lapang dadanya artinya ialah baik maupun buruk nya diterima dengan hati
yang terbuka dan lapang, tidak mudah emosi (marah), dan tidak pula
menunduk, tidak ada masalah yang tidak dapat di selesaikan, tidak ada keruh
yang tidak dapat dijernihkan. Pepatah tersebut merupakan simbol kesabaran
seorang Depati dalam menyelesaikan suatu masalah di tengah masyarakat.
Besar paruhnya artinya ialah dapat menjadi tempat minta nasehat, tempat
bermusyawarah, tempat mengadu. Suka mengajak dalam kebaikan dan mau
diajak kedalam kebaikan.
Kuat kakinya maksudnya ialah sehat secara jasmani (kuat badannya) dan
rohani (jiwa), kalau bisa kuat juga secara finansial (harta).
110 Suryadi, Depati Suko Barajo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27 November
2020.
h) Kegiatan pengumpulan dana dan acara kesenian
i) sepak bola
j) Organ tunggal
Acara organ tunggal dilaksanakan 5-6 hari sebelum malam puncak acara
Kenduri Sko diadakan di gedung adat. Sebagai penyanyi dalam organ tunggal
Panitia Kenduri Sko menghadirkan beberapa orang biduan dari luar daerah,
dalam organ tunggal ini Panitia Kenduri Sko melakukan pengumpulkan dana
dengan mengadakan lelang kue bolu dan minuman keras, tawaran harga
tertinggi yang akan mendapatkan lelang tersebut di tambah dengan bonus
berjoget bersama dengan biduan selama beberapa menit, biasanya lelang
kue bolu di peruntukkan untuk para Ibu-ibu dan Bapak-bapak dan lelang
minuman keras untuk para Pemuda.112
Jajanan yang dijual oleh Panitia Kenduri Sko ini berupa jajan ringan dengan
menetapkan nominal harga yang tinggi dari pada umumnya, tetapi
masyarakat sudah terbiasa dan tidak mempermasalahkan hal tersebut,
sedangkan jual beli minuman keras dilakukan pada tempat khusus yaitu di
lantai 2 dari gedung adat, yang di perbolehkan naik kelantai 2 tidak semua
111 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl Desember
2020.
112 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 Desember
2020.
kalangan masyarakat, tetapi hanya memperbolehkan pemuda, pemudi dan
panitia acara Kenduri sko.113
Singgo berganggang bumi dengan langit maku turun wajah nan duo. Satu
waris pado nabi, kaduo khalifah dari pado rajo,waris pado mano beliau malin yang
mengetahui bulan nan duo belas, tahun nan duo lapan, hari nan tujuh, mentiko nan
satu. Khalifah dari pado kayo Depati nenek mamak yang memegang adat lamo
pusako usang, mano ado kayo Depati maajum, marah, melarik, mangaju, manggilo,
membentang, mengukung, mengekam dalm negeri-negeri ajum kayo Depati baumu,
balaman, baternak, bertani, beranak-pinak berumah tango. Tentang seseorang telah
mengikuti ajum arah kayo Depati, lah baumu, lah balaman, tentang seseorang telah
menegak rumah entah ado ta ambik kayu di sarang panyengat, kayu bagesung,
kayu bagiso, mintak kito kepado Allah, yang gagah mintak tunduk, yang talu mintak
bena, yang sesak mintak lapang yang hangat mintak dingin. Kareno hamba bersifat
khilaf tuhan bersifat qadim, mintak tapasan oleh tukang kayu sunsang kayu teralih
kayu betimbang ujung pangkal. Tanah lekung dijerang kuali melibis di inang hari,
gabuk ulu tulok di pinak kepado Allah nan bela mintak ditulak nan angat mintak
didingin, pado hari ini si anu telah mengumpulkan suku. Darah daging diatas
pelambo adat kito betegak rumah tulang belulang petulangan suku darah daging,
tentang tali nan sagabung duo tenun, uang sepuloh, sirih dua beganggang, piang
113 Prajo, Panitia Kenduri Sko, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 7 Desember
2020.
nan batanduk, beras nan bagantang. Lah taletak itam ateh nan putih tentang
seorang badan nak sikat iman nak tetap. Baladang nak bulih meh, baumo nak bulih
padi. Begitu pulo badan nak sihat dalam mengerjokan rumah ini ntah ado lebih
kurang kawat dengan talapan lahir dengan bathin pado hambo banyakkan maaf
pado tuhan banyakkan taubat. Nasi nan sasuap, gulai nan satangkai, air nan
sateguk, sepangkalan besedekah kepado kito, ateh dari pado itu kok ado mimpi nan
tidak bekaseh nan kurang, jiko mimpi nan dak beh busamo kito layikan patehah. Jiko
mimpi yang baik kito tamping dengan doa selamat dan berkat saiyo itulah dapat
dengan belang.114
beberapa tarian khas Kerinci di tampilkan di tradisi Kenduri Sko seperti: tari
iyo-iyo, tari rangguk dan kesenian beladiri pencak silat. Dalam tradisi Kenduri Sko
Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci ada tarian
yang di sakralkan yaitu tarian Tauh. Tarian Tauh adalah tarian tradisional
masyarakat Lempur dan sekitarnya, yang mana merupakan tarian yang di warisi
oleh Nenek Moyang.
114 Rusli Zein, Mantan Depati Nalo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
Desember 2020.
115 Rusli Zein, Mantan Depati Nalo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
Desember 2020.
wilayah Lempur.116 Contoh syair mantau yang diambil dari hukum adat, sebagai
berikut : 1.Nak badarok kabuki tinggi, bukit tinggi kota bertingkat, urang palimbang
nyuel cebedok, kalo di angkat jadi Depati, tibo di duri jangan nak mindek, tibo di
papan jangan nak berentok. 2.Bungu nilo bungu melati, kuning nilo padang geding,
limok purut bukit sitangih, kalo kayo menjadi Depati, tibo dimato jangan dipicing, tibo
di perut jangan dikempis.
Penobatan gelar Depati dilakukan setelah malam puncak Kenduri Sko yaitu
pada pagi minggu. Acara nugeh Depati ini dilaksanakan untuk peresmian penobatan
116 Rusli Zein, Mantan Depati Nalo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
Desember 2020.
117 Reza Silfi Rizki Ayu, “Makna Simbolik Seni Mantau Pada Tradisi Kenduri Sko Di
Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci”, (Universitas Negeri Padang,
2016), 70.
118 Tisen, Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah,
Tgl 27 November 2020.
gelar Depati yang telah diletakkan (mengundurkan diri dengan hormat), dipecat,
telah meninggal dunia dengan penobatan gelar kepada Depatidepati yang baru
sesuai dengan hasil rapat adat negeri sebelum Kenduri Sko. Nugeh Depati berisi
pengucapan sumpah, larangan, dan pantangan sebagai seorang Depati. Sebagai
mana seloko adat : “negeri ba ajun, luhah bapanghulu (Rajo), kampung batuan,
rumah batangganai”. Diharapkannya dengan adanya regenerasi dari pengurus adat
masyarakat Lempur Tengah dapat hidup terjalinnya suatu sistem kehidupan yang
baik, aman dan damai.119
119 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 Desember
2020.
120 Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 54.
Ungkapan rasa syukur kepada Allah merupakan salah satu tujuan dari tradisi
Kenduri Sko, yaitu bersyukur atas rezeki, bersyukur atas hasil panen pertanian
masyarakat, karena sebagian besar masyarakat Kelurahan Lempur Tengah kerja
sebagai Petani. Ungkapan rasa syukur pada tradisi Kenduri Sko diantaranya
diungkapkan dengan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh Ulama setempat.
Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya, Wawasan Islam menjelaskan bahwa
kata syukur sendiri berasal dari bahasa Arab. Kata syukur merupakan bentuk
masdar, Secara bahasa syukur berasal dari kata “syakara” yang mempunyai arti
pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu. Sedangkan menurut syarak syukur
ialah mengakui nikmat yang Allah karuniai kepada hambanya. 121 Sebagaimana
dijelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 152 :
ْ َْ
ِ ُونى َْأذكرُْ ُك ْم َوٱ ْش ُكرُو ا لِى َوالَ ت َكف ُُر
ون ِ ٓ فٱذ ُكر
Artinya: maka ingatlah kepada-ku, aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukur
Sebagaimana wawancara dengan bapak Suryadi selaku Depati Suko Barajo, beliau
mengatakan : “Tujuan dari Kenduri Sko itu adalah sebagai ungkapan rasa syukur, di
antaranya dengan berdoa kepada sang pencipta atas rezeki yang diberikan kepada
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah, dan memohon agar tahun berikutnya
diberikan hasil panen pertanian yang melimpah lagi, karena setelah Kenduri Sko
masyarakat akan kembali turun bertani”122 Berdasarkan wawancara diatas
mencerminkan bahwa doa bersama pada tradisi Kenduri Sko itu merupakan nilai-
nilai Islam yang terkandung didalam adat-istiadat masyarakat Kelurahan Lempur
Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci.
ُ
ِ فرت ُْم ِإ هن َع َذ
ابى ل َش ِد د َ َوِإ ْذ تَأ َذ
َْ هن َرب ُّك ْم لَئ ِن َش َكرْ ت ُْم َل ٌَِِزدَنه ُك ْم ۖ َولَئ ِن َك
122 Suryadi, Depati Sukobarajo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27 November
2020.
kamu mengingkari (nikmat-ku), maka pasti azab-Ku sangat pedih. 123 (QS.
Ibrahim: 7).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa bila sukses bahagia, kaya dan banyak rezeki
maka bersyukurlah. Apabila anda tidak bersyukur tentu harus siap dengan
mendapat petaka atau bencana. Oleh sebab itu hal yang terbaik pada saat itu
adalah bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Bersyukur merupakan hal yang
dilakukan agar seorang hamba dapat sukses dan dilipatkan rezeki dan nikmatnya. 124
ٌِ ك
ٱلهذ َن َ أر َحا َم ُكمأ وُ ٰلَ َِٓئ ُٓ ض َوت َُق ِّط
َْ عو ا ْ َ س ْت ُْم ن َتوله ْت ُْم
ِ أن تفُسِ ُدو ا
ِ فى ٱلِْ َْر ف َه ْل َع َ ِإ
123 DepartemenAgama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 36.
124 Choiru Mahfud, “The Power of Syukur”, Jurnal Episteme, vol.9, No.2, Dessember 2014, hal. 17.
Adapun manfaat silaturahmi menurut al-Faqih Abu Lais adalah untuk
mendapatkan ridha dari Allah SWT. Membahagiakan orang yang kita kunjungi,
menyenangkan malaikat, karena malaikatpun akan ikut senang ketika kita
mengadakan silaturahmi, disamping hal tersebut juga di senangi oleh manusia.
Lebih jauh beliau mengemukakan bahwa silaturrahmi dapat memupuk rasa cinta
dengan sesama, memperkuat tali persaudaraan, persahabatan dan meningkatkan
rasa kekeluargaan, yang terpenting ialah membuat orang saling mendoakan satu
sama lain.
3) Bersedekah
Tradisi Kenduri Sko juga ada tradisi makan bajamba (makan bersama). Acara
makan bersama yang dilakukan di gedung pemuda Kelurahan Lempur Tengah, para
pimpinan lembaga adat, anggota masyarakat, tamu-tamu dari Desa lain yang
dipimpin makan secara bersamaan disebut dengan makan bajamba. Dalam acara
makan bajamba ini, semua anggota masyarakat Kelurahan Lempur Tengah
membawa makanan seperti: nasi yang di bungkus, lauk-pauk, gulai, lemang,
kancung beruk (kantong semar) dan lain-lain. Makanan tersebut lalu dihidangkan
kepada tamu-tamu dan anggota masyarakat yang menghadiri acara pada hari
tersebut. Makan bajamba sendiri dimaksudkan sebagai sedekah bagi anggota
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah kepada tamu-tamu yang berkunjung ke
Kelurahan Lempur Tengah. Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah merupakan
masyarakat yang menjunjung tinggi adat istiadat yang mana mereka memegang
teguh tradisi adat mereka yang telah diwarisi oleh pendahulu mereka, termasuk
salah satunya makan bajamba sebagai salah bentuk sedekah dalam syariat Islam.
Dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 261 :
4) Memuliakan tamu
Agar mengetahui secara jelas tentang tradisi Kenduri Sko dalam pandangan
Hukum Islam, maka Penulis akan menjelaskan melalui data-data dari hasil
wawancara oleh beberapa narasumber masyarakat Kelurahan Lempur Tengah :
Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah meyakini bahwa saat tari tauh (tarian
khas masyarakat kelurahan lempur tengah) pada tradisi Kenduri Sko nenek moyang
akan datang ketika di seru (dipanggil) pada malam Kenduri Sko. Kalau kita
berpedoman kepada teori Imam as-Syathibi yang membagi „Urf atau adat ke dalam
dua bagian, yaitu : „Urf Syar‟i dan „Urf tidak Syar‟i. Berdasarkan pembagian „Urf
oleh as-Syathibi tradisi kenduri sko sendiri dapat digolongkan sebagai „Urf yang
bersifat tidak syar‟i, karena dalam praktek tradisi Kenduri Sko melenceng dari tujuan
utama dari tradisi ini yaitu sebagai ungkapan syukur kepada Allah, tetapi di sertakan
dengan kerasukan Roh Nenek Moyang pada saat tari tauh membuat mereka tidak
sadarkan diri dan tentunya tidak sesuai dengan tujuan pokok Kenduri Sko itu sendiri.
Karena menimbulkan mudarat bagi orang-orang yang melaksanakannya.
Sebagaimana ungkapan as-Syathibi, membicarakan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa tradisi Kenduri sko
menimbulkan suatu mudarat bagi masyarakat yang ikut di dalamnya. Dalam sebuah
Kaidah fikih di jelaskan :
Rasulullah bersabda :
Artinya : Dari Abu Sa‟id Sa‟d bin Malik bin Sinan al-Khudri RadhyAllahu anhu,
Rasulullah ShallAllahu „alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh ada bahaya dan
tidak boleh membahayakan orang lain. (HR. Muslim). 125
126 Ahmad al-Nadwi, al-Qawa‟id Fiqhiyah, cet, v, (Beirut: Dar al-Qalam, 1420) 44.
3. Jual beli minuman keras dan organ tunggal
Pada tradisi Kenduri Sko terdapat kebiasaan masyarakat yaitu jual beli
minuman keras dan organ tunggal. Jual beli minuman keras dan organ tunggal
sudah berlangsung sejak lama dan sudah menjadi kebiasaan yang selalu ada pada
tradisi Kenduri Sko. Jual beli minuman keras dan organ tunggal merupakan kegiatan
yang datang kemudian atau teradatkan karena pengaruh modernisasi yang mana di
lakukanan masyarakat untuk mencari pendanaan yang akan digunakan untuk
membangun Desa (membangun fasilitas umum masyarakat). Dari segi keabsahan
dalam pandangan syariat, „Urf di bagi menjadi dua, yaitu : Al-„Urf Shahih dan Al-„Urf
fasid.127 Pencarian dana dengan cara penjualan minuman keras dan organ tunggal
menyalahi syariat dan digolongkan sebagai „Urf atau adat yang fasid. „Urf fasid ialah
setiap adat atau kebiasaan yang menetang dalil syariat atau membatalkan dalil
syariat.128 Jual beli minuman keras sendiri sudah jelas dilarang dalam syariat.
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an Surat al-Maidah Ayat 90 :
ٰ
َٰصابُ َوٱلِْ َْز ٰلَ َُم ِرجْ سٌ مِّنْ َع َم ِل ٱل هشٌ َْط ِن ٌِ ََٓأٌ َُّها
َ ٱلهذ َن َءا َم ُٓنو ا إنِه َما ْٱل َخ ْم ُر َو ْٱل َم ْسِ ُر َو ٱلِْ َن
Begitu juga dengan organ tunggal pada tradisi Kenduri Sko, yang mana organ
tunggal ini dengan biduan-biduan yang berpakain terbuka (tidak menutup aurat).
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an Surat An-Nur ayat 31 :
وج ُه هن َوالَ ُْب ٌِد َن ٌِز ن َت َُه هن إ هاِل َما َ ْ ص ِرهِه ن ٌَو ْ َح
َ فظ َن ف ُُر َ ٰ َوق ُل لِ ْلّمُْؤ ِم ٰ َنتَِ ٌ ْ َغضُضْ َن مِنْ أ َْب
لى ُج وُ ِب ِه هن ۖ َوالَ ُْب ٌِد َن ِز ن َت َُه هن ِإ هال لِبعُوُ ل َِت ِه هن َ ْ َظ َه َر ِم ْن َها ۖ َو ْل
ََٰ ض ِرب َْن ب ُِخم ُِر ِه هن َع
Artinya : Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan janganlah
127 Amir syaripuddin, Ushul fiqh, 365.
128 Asnawi, Ushul Fikih, (Jakarta: Amzah, 2013), 72.
129 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 97.
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) Nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka… 130
(QS An-Nur : 31). Berdasarkan Ayat-ayat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa penjualan minuman keras dan organ tunggal pada tradisi Kenduri Sko
bertentangan dengan dalil-dalil syariat.
melarang berlangsungnya suatu adat. berdasarkan kaidah ini Kenduri Sko sendiri
sebagai sebuah tradisi yang telah berlangsung sangat lama, pada tradisi Kenduri
Sko sendiri terdapat hal-hal yang dianjurkan oleh syariat Islam, seperti : doa
bersama, sedekah, silaturahmi antar masyarakat. Akan tetapi dalam tradisi Kenduri
Sko sendiri terdapat praktek-praktek yang secara dalil Syariat Islam jelas dilarang.
Dari segi objeknya, „Urf di bagi dalam al-‘Urf Lafz}i> (kebiasaan yang
menyangkut ungkapan) dan al-„Urf amali> (kebiasaan yang berbentuk perbuatan). 131
130 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), .
Dari segi cakupannya, ‟Urf di bagi dua, yaitu Al-urf ‘a>mm (kebiasaan yang
bersifat umum) dan Al-‘Urf khas} (kebiasaan yang besifat khusus) 132. Al-‘Urf khas}
merupakan „Urf yang khusus berlaku pada suatu golongan tertentu saja. Tradisi
Kenduri Sko digolongkan sebagai tradisi atau „Urf yang berdasarkan cakupannya
adalah sebagai Al-‘Urf khas}, karena tradisi Kenduri Sko itu sendiri pada masa
sekarang di Kabupaten Kerinci sudah mulai tenggelam oleh zaman, dan banyak
Desa-desa yang sudah absen melaksanakan tradisi Kenduri Sko. Akan tetapi
kelurahan Lempur Tengah, merupakan salah satu Desa yang masih melestarikan
tradisi Kenduri Sko.
“Apa yang biasa diperbuat orang banyak adalah hujah (dalil) yang wajib
diamalkan”.134
Maksud dari kaidah diatas ialah setiap anggota masyarakat menaatinya dan sudah
menjadi pegangan dan kebiasaan di masyarakat dalam artian setiap masyarakat
menaatinya.135
"Adat yang dianggap sebagai pertimbangan hukum itu hanyalah adat yang terus-
menerus berlaku atau berlaku umum”.
Dalam suatu masyarakat suatu perkataan atau perbuatan dapat diterima sebagai
adat kebiasaan apabila suatu perbuatan atau perkataan sering dilakukan berulang-
ulang atau sebagai syarat bagi sebuah adat dapat dijadikan dasar hukum. 136 Dalam
tinjauan Kaidah al-‘Ādatu Muh}akkamah tradisi Kenduri Sko merupakan adat yang
telah mengakar yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana hal tersebut
dianggap sebagai hal yang lumrah dikerjakan,Tidak heran jika di dalam idiom Arab
adat dianggap sebagai “tabiat kedua” manusia. 137 Sebagaimana kaidah lainnya,
kaidah asasi kelima ini memiliki landasan hadis manqul, sebagai berikut:
133 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 November
2020.
134 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, 201.
135 A. Dzujali, Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam menyelesaikan maslah-masalah yang praktis, 84-
85
136 Imam Musbikin, Qawa‟id Al-Fiqhiyyah, (Jakarta: Grafindo Persada, 1001), 102103.
137 Muhammad Sidqi bin Al-Burnu, Al-wajiz fi Idlah al-Qawaid, (Cet 1, Jakarta: Muassahah Al-
Risalah, 1983), 153.
“ Apa yang dipandang baik oleh orang Islam, maka baik pula disisi Allah”.
(Hadist Riwayat Ahmad).138
Muhammad al-Zarqa‟ membagi adat kedalam dua macam, yaitu ammah dan
khassah. Adat yang bersifat ammah merupakan setiap perbuatan atau prilaku
berlaku secara umum diseluruh negara atau daerah, sedangkan adat yang khassah
(khusus) artinya ialah suatu adat yang hanya berlaku pada suatu kawasan tertentu.
Jadi dengan demikian, setiap tradisi atau adat baik berlaku secara umum maupun
khusus. Apabila tidak ada nas yang menentangnya maka tidak perlu
dipermasalahkan lagi.139 Jadi Kenduri Sko sendiri digolongkan ke dalam tradisi yang
bersifat khusus karena hanya dilakukan pada kawasan tertentu yaitu khususnya
Kabupaten Kerinci, bahkan pada saat ini tradisi Kenduri Sko di Kabupaten Kerinci
sudah mulai tenggelam di zaman modern ini, karena di banyak Desa absen
melaksanakannya.
Kedua, Adat tersebut bertentangan dengan al-Qur‟an dan hadis. 141 Suatu
tradisi tidak dapat dilaksanakan apabila dalil-dalil syariat (dalil qath‟i) melarangnya.
Dalil qath‟i adalah nas yang menunjukkan kepada makna tertentu yang tidak ada
138 Imam Ahmad bin Hambal, Hadis-hadis Imam Ahmad, terjemahan M.A. Fatah dari asli Al-
Musnad Li-Imam Ahmad ibn Hambal, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2009), 190.
139 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id Fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Gaya Media Utama,
2008), 219.
140 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, 213
141 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, 213 188 Abdul
wahhab Khallaf, Ilm Ushul al-Fiqh, (Kuwait: Dar al-Fikr, tt), 35.
kemungkinan untuk dita‟wil (dipalingkan dari makna asalnya) dan tidak ada peluang
untuk merubah maknanya188. Pada tradisi Kenduri Sko sendiri telah ada dalil yang
secara qath‟i melarang atau membatasi pemberlakuan tradisi pada Kenduri Sko
seperti, larangan menjual dan meminum minuman keras, larangan
mempertontonkan aurat saat organ tunggal. Sebagaimana dijelaskan dalam al-
Qur‟an Surat al-Maidah Ayat 90 :
ٰ ٌََٓأ
َ ك ْم ت ْفُلِح
َُٰون ُ َع َم ِل ٱل هش ٌْ َط ِن فٱَجْ تنَِبوُ هُ َلعلَه ْصابُ َوٱلِْ َْز ٰلَ َُم ِرجْ سٌ مِّن
َ َُّها ٱله ِذ َن َءا َم ُٓنو ا إنِه َما ْٱل َخ ْم ُر َو ْٱل َم ْسِ ُر َوٱلِْ َن
Begitu juga dengan organ tunggal pada tradisi Kenduri Sko, yang mana organ
tunggal ini dengan biduan-biduan yang berpakain terbuka (tidak menutup aurat).
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an Surat An-Nur ayat 31 :
Ketiga, Berlaku umum dan tidak terkhusus hanya pada beberapa orang
saja.144 Tradisi Kenduri Sko sendiri dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Lempur
Tengah secara umum tetapi hanya pada praktek-praktek yang tidak dilarang oleh
dalil syariat. Dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat hanya dilakukan oleh
kelompok masyarakat tertentu saja. Pada intinya tradisi Kenduri Sko sendiri bersifat
terkhusus pada masyarakat tertentu saja. Berikut juga dipertegas dengan
142 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 97.
143 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 282.
144 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, 213
rangkuman Muhlish Usman gambaran tentang syarat-syarat adat yang dapat
diterima dalam Islam yaitu:
Pertama, perbuatan yang dilakukan dapat diterima akal sehat (logis) dan tidak
mengandung mudarat192. Persyaratan tersebut menunjukkan bahwa suatu tradisi
atau adat tidak mungkin berkenaan dengan perbuatan tidak baik atau maksiat.
Setiap perbuatan agar dapat dapat diterima tentunya harus logis (dapat diterima akal
sehat) dan tidak mengandung mafsadat atau mudarat. Akan tetapi tradisi Kenduri
Sko sendiri sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta, tetapi dalam
prakteknya terdapat hal-hal yang tidak logis apabila pada tradisi Kenduri Sko
terdapat hal-hal yang dilarang oleh dalil syariat (al-Qur‟an dan hadis) dan perbuatan
yang mengandung mudarat, seperti: minuman keras, organ tunggal, dan tari tauh.
Syarat ketiga, Tidak bertentangan dengan nas, baik itu al-Qur‟an maupun hadis. 194
Tradisi Kenduri Sko beberapa prakteknya bertentangan dengan dalil-dalil syariat,
baik al-Qur‟an maupun hadis, seperti : jual minuman keras, mempertontonkan aurat
(organ tunggal), tari tauh dan semua hal tersebut jelas dilarang oleh dalil-dalil syariat
dan kaidahkaidah hukum dalam Islam.
Artinya : Apa yang dipandang baik oleh orang Islam, maka baik pula disisi
Allah dan ap apa yang dipandang sesuatu yang buruk, maka disisi Allah
adalah Buruk”. (Hadist Riwayat Ahmad).145
Hadis tersebut menjelaskan bahwa setiap apa saja yang dipandang baik oleh
kaum muslimin, dengan mengunakan akal sehat mereka, maka hal tersebut pun
baik disisi Allah.Pada tradisi Kenduri Sko sendiri jelas telah menimbulkan
kemudaratan dan secara Hukum Islam Jelas melarang beberapa bagian acara dari
tradisi Kenduri Sko. Dalam hadis diatas telah jelas menjelaskan bahwa sesuatu yang
secara jelas dipandang memiliki keburukan, mudarat atau larangan dalam syarak,
145 Imam Ahmad bin Hambal, Hadis-hadis Imam Ahmad, Terjemahan M.A. Fatah dari Asli Al-
Musnad Li-Imam Ahmad ibn Hambal, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), 190.
maka di sisi Allah pun juga melarang perbuatan tersebut. Tradisi Kenduri Sko dalam
persfektif Hukum Islam juga dapat di telusuri dalam kaidah fikiyah : “yang dijadikan
tolak ukur dalam sebuah perkara adalah tujuan (maqa>s}id) dan subtansinya, buka
penomena luar dan penamaannya”.146 konteks tradisi Kenduri Sko ini melihat dari
sisi maqasid dan dan substansi yang ada pada tradisi Kenduri Sko, maka tradisi ini
dari segi tujuan (maqa>s}id), tradisi Kenduri Sko memiliki tujuan yang baik. Tetapi
dari sisi subtansi-subtansi praktek tradisi Kenduri Sko sendiri terdapat hal-hal yang
dilarang oleh Syariat Islam. Syariat itu bertujuan untuk menjaga atau menghidari dari
mafsadat dan mudarat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kenduri Sko pada masa nenek moyang terdiri dari beberapa rangkaian acara, yaitu:
146 Riyadh bin Mansur al-Akholifi, al-Mihhaj fi „ilmil Qawaid al-Fiqhiyah, (tt, Maktabah syamilah,
Isdor Tsnai) 271.
Tari tauh
Pembacaan naskah asal-usul penobatan dan dari mana mereka berasal
Nugeh depati (pengukuhan Gelar depati)
Acara kenduri sko pada saat sekarang ini terdiri dari beberapa rangkaian acara,
yaitu:
d) Nugeh Depati
2. Pada tradisi Kenduri Sko sendiri terkandung nilai-nilai Islam, antara agama
dan adat telah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, hal tersebut
dinyatakan dalam sebuah pepatah adat, yaitu “adat besandi syara‟ dan syara‟
besandi kitabullah syara‟ mengato dan adat memakai kalau salah kato adat berdosa
kato syarak menumbuk kelesung menampi keniru alam takembang menjadi guru”
Artinya ialah hukum adat selalu selaras dengan Hukum Islam, jika suatu
kebiasaan atau tradisi dalam masyarakat bertentangan dengan hukum syarak maka
hal tersebut ditolak dan tidak boleh dilanjutkan. Syarak dan adat merupakan satu
kesatuan yang sangat erat yang tidak ada adat yang sebenar adat yang
bertentangan dengan Hukum Islam, karena syarak merupakan sendi dari adat.
Begitu juga dengan Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah terkandung
Nilai-nilai Islam yang begitu kental dan merupakan hal-hal yang sangat dianjurkan di
dalam Islam, di antaranya ialah :
1) ungkapan syukur kepada Allah atas rezeki dan hasil panen masyarakat.
2) kenduri Sko menjadi wadah untuk semakin mempererat silaturahmi.
3) Bersedekah pada saat makan bajamba dan tamu-tamu yang datang pada
acara kenduri sko.
4) Adab memuliakan tamu pada tradisi kenduri sko
Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam tradisi kenduri sko diatas menunjukan
bahwa tradisi kenduri sko di Kelurahan Lempur Tengah punya nilai-nilai yang
selaras dengan Hukum Islam.
terdapat adat yang telah Akulturasi atau telah mendapat pengaruh dari moderenisasi
diantaranya jual beli minuman keras, organ tunggal. Pengaruh moderenisasi
tersebut dapat mengantarkan masyarakat yang melakukan tradisi yang berasal dari
pengaruh modernisasi tersebut ke perbuatan yang dilarang oleh Syariat Islam dan
juga perbuatan tersebut menimbulkan lebih banyak mudarat dari pada maslahat,
dalam tradisi Kenduri Sko sendiri terdapat nilai-nilai Islam yang terkandung di
dalamnya yaitu: berdo‟a bersama, silaturahmi, memuliakan tamu, bersedekah.
B. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah
ini pada dasarnya tradisi Kenduri Sko itu sendiri terkandung Nilai-nilai Islam yang
sangat dianjurkan dalam Islam, akan tetapi beberapa dari bagian tradisi ini
bertentangan dengan hukum syarak, pada dasarnya tradisi kenduri sko di Kelurahan
Lempur Tengah harus melewati suatu filter (penyaringan), maksutnya adalah
mempertahankan hal-hal yang baik dan dianjurkan di dalam Islam dan
memhilangkan hal-hal yang bertentangan dengan syarak. Selanjutnya apabila
praktek tradisi Kenduri Sko ini masih dilaksanakan tanpa adanya filter yang akan
memilah hal-hal yang bertentangan dengan syarak maka tradisi ini akan menyalahi
Syariat Islam yang mana 100 % masyarakat Kelurahan Lempur Tengah Beragama
Islam.
C. Rekomendasi
Mengingat bahwa tradisi Kenduri Sko merupakan tradisi yang telah berlangsung
sangat lama di kalangan masyarakat Kerinci Khususnya masyarakat Kelurahan
Lempur Tengah. Mengingat tradisi ini merupakan rutinitas yang telah melekat dan
menjadi kebiasaan masyarakat Kelurahan Lempur Tengah. Oleh karena itu
menanggapi praktik tradisi Kenduri Sko ini, Penulis ingin menyampaikan beberapa
saran yang insyaallah bermanfaat. Selanjutnya mengingat dalam pepatah adat
mengatakan “Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, Syarak mengato,
adat memakai” artinya kebiasaan yang ada dalam masyarakat harus sesuai dengan
norma-norma adat yang bersendikan dari syarak. Adapun rekomendasi yang ingin
Penulis ungkapkan ialah sebagai berikut:
menghentikan kebiasaan yang dilarang oleh syariat pada tradisi Kenduri Sko yaitu
dengan mengadakan musyawarah adat dan mengeluarkan aturan adat. Semua itu
agar terciptanya masyarakat yang islami.
D. Saran
Penulis banyak mengucap rasa syukur kepada Allah dan berserah diri kepada Allah
SWT. Kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Atas pertolongan
Allah. Adapun saran yang ingin disampaikan oleh Penulis adalah perlu adanya
musyawarah antara pengurus Lembaga adat, tokoh adat, Ulama dan Masyarakat
Kelurahan Lempur Tengah, tujuan musyawarah adat ini adalah agar menggali
hukum-hukum serta dalildalil agar dapat mengetahui secara utuh tradisi yang harus
dipertahankan dan yang harus dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sila, Adlin, “Memahami Spektrum Islam di Jawa”, Indonesian Journal for Islamic
Studies Studia Islamika, Vol. 18, No. 3 (2011), 611 – 630.
Agung Setiyawan, “Budaya Lokal Dalam Persfektif Agama” Legitimasi Hukum Adat
Dalam Islam ”, vol. 13, No. 2 (Juli 2020) : 208.
Ali Mohammad Daud, Pengentar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia,
Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Aljaziri Abdurrahman, Fiqh Empat Mazhab, Bagian muamalat I, Jakarta: Darul Ulum
Pres, 1992
Ali Yunasril, dkk, Adat Basendi syara‟ Sebagai pondasi membagun masyarakat
madani, Sungai Penuh: Stain Kerinci Oress, 2005.
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kuaitatif Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Buhori,” .Islam Dan Tradisi Lokal Di Nusantara” . Jurnal IAIN Pontianak vol 13. 02,
( tt, 2017).
Ayu Reza Silfi Rizki, “Makna Simbolik Seni Mantau Pada Tradisi Kenduri Sko Di
Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya
Buhori. Islam Dan Tradisi Lokal Di Nusantara, Jurnal IAIN Pontianak, vol1, 2017.
Daud Rusdi. Adat Kerinci Dalam Lingkungan Mendapo. Sungai Penuh: Lembaga
Adat Wilayah Dusun Baru, 1991.
Djazuli H.A. dan Aen I.Nurol, Ushul Fiqh Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2000.
Fatimah, Iim, “Akomodasi Budaya Lokal („Urf) dalam pemahaman Fiqh Ulama
Mujtahid” wacana hukum Volume 5, No. 1 Mizani, (2018).
Google, “kenduri sko” http://tasman1959.blogspot.com/2014/12/malpu 107-kenduri-
sko-lekuk-50-tumbi.html, pada tanggal 2 Maret 2020 pukul 11.09.
Harun, Muhammad, Fauziah, Konsep „Urf dalam pandangan Ulama Ushul Fiqh,
Jurnal Hukum , No.2 (Desember 2014)
Imam Ahmad bin Hambal, Hadis-hadis Imam Ahmad, terjemahan M.A. Fatah dari
asli Al-Musnad Li-Imam Ahmad ibn Hambal, Bandung: Remaja RosdaKarya, 2009.
Ismail Suardi Wekke, “Islam dan adat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan
Agama Dalam masyarakat Bugis” Analisis”, vol. 13, No. 1 (Juni 2013) : 30.
Jam‟an Satori dan Aan Komariah, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung:
Alfabeta,
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek Jakarta: Rineka Cipta,
2006
Rosdakarya, 2014
Khallaf Abdul Wahhab. 1978, ‟Ilmu Ushul Fiqh, Cet.XXI; Kairo: Daar alQalam,
2015.
Mahfud Choiru, “The Power Of Syukur”, Jurnal Episteme, vol.9, No.2, Dessember
2014.
Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-Ju‟fi, al-Jami‟ al alMasnan al-
Sahihal-Mukhtasar min Umur Rasulullah Sallahu Alahi Sallam, t.tp : Dar Taruq al-
Najah, t.th.
Mukhtar. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian
Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan Jambi: Gaung Persada Press, cetakan ke-3,
2010.
M. Noor Harisuddin. „Urf Sebagai Sumber Hukum Islam (fiqh) Nusantara, Al-Fikr
Volume 20 No. 1, 2016.