Anda di halaman 1dari 87

Hukum islam terhadap ritual asyik Pada

upacara adat kenduri sko kerinci

Dosen pengampu: Burhanudin, MH

Dibuat Oleh:

Maisarah
Ma’rufatul khasanah
Maskadi
Mawarni
:

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA‘ UL ULUM

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

AKADEMIK TAHUN 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan, karena atas hidayah,
karunia serta limpahan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sebagai
mana mestinya. Makalah yang berjudul “Hukum islam terhadap ritual asyik pada
upacara adat kenduri sko kerinci ” ini disusun untuk memenuhi tugas pembimbing
bapak dosen Burhanudin, MH

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang tradisi Kenduri Sko dalam
Persfektif hukum Islam.penelitian ini akan melihat tradisi dari sudut pandang hukum
Islam, apakah tradisi kenduri Sko sudah sejalan dengan hukum Islam dan melihat
nilai-nilai hukum Islam yang terkandung di dalam tradisi Kenduri Sko. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan mengunakan metode wawancara yang dilakukan
di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci. Teknik
pengumpulan data mengunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi
terhadap beberapan orang responden. Hipotesis dalam penelitian ini adalah (1) ada
kebiasaan pelaksanaan tradisi Kenduri Sko; (2) ada nilai-nilai Islam yang
terkandung dalam praktik tradisi Kenduri Sko; (3) status hukum tradisi Kenduri Sko
jika ditinjau dari Persfektif hukum Islam. Pengujian hipotesis menggunakan analisi
deskriptif, dengan mengelompokkan data dan melakukan interpretasi. Penelitian ini
menghasilkan tiga kesimpulan yaitu: (1) terjadinya praktek tradisi Kenduri Sko di
Kelurahan Lempur Tengah, (2) terdapat nilai-nilai Islam pada tradisi Kenduri Sko
yang telah diwariskan sejak zaman dahulu, (3) hukum islam melarang beberapa
acara pada tradisi Kenduri Sko, tetapi tidak semuanya, karena dalam tradisi tersebut
terdapat nilai-nilai yang sejalan dengan Islam. Berdasarkan temuan penelitian ini,
tradisi kenduri Sko tetap boleh dilaksanakan dengan syarat harus menghilangkan
hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam. karena hal-hal yang dilarang itu
menimbulkan dampak negatif bagi individu maupun masyarakat.

Jambi, November 2020

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................5


B. Rumusan Masalah ..........................................................................12
C. Fokus penelitian ..............................................................................12
D. Tujuan dan kegunaan penelitan ......................................................13

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. URF (Adat) .......................................................................................14


B. Kedudukan urf sebagai dalil syarak..................................................22
C. Macam-macam urf ...........................................................................23
D. Kaidah al-‘Ādatu Muh}akkamah ( ‫ )ا ْلَعا َ َدةُ م َُح َّك َمة‬..............................25
E. Hubungan islam dengan tradisi ......................................................27
F. Adat dalam pandangan islam ..........................................................30
G. Pengertian dan macam-macam adat ..............................................32
H. Tinjuan pustaka ...............................................................................34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian ....................................................................36


B. Situasi sosial dan subjek penelitian ................................................40
C. Jenis dan sumber data ...................................................................42
D. Teknik pengumpulan data ..............................................................44
E. Teknik analisis data ........................................................................46
F. Uji kepercayaan data ......................................................................48
G. Rencana dan waktu penelitian ........................................................49

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN , HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS


HASIL PENELITIAN

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ................................................50


1. Historis dan geografis lokasi penelitian .................................50 ..
2. Aktivitas sosial msyrakat .......................................................52
3. Pendidikan masyarakat .........................................................54
4. Agama dan kepercayaan ......................................................55
5. Adat istiadat ..........................................................................56
6. Stuktur pemerintahan ............................................................56
B. HASIL PENELITIAN ........................................................................58
1. Praktik kenduri sko di kelurahan lempur tengah, kecamatan gunung
raya, kabupaten kerinci .........................................................58
2. Nilai-nilai islam berperan pada tradisi kenduri sko di kelurahan lempur
tengah,kecamatan gunung raya, kabupaten kerinci ..............66
3. Tinjauan hukum islam tentang tradisi kenduri sko dikelurahan lumpur
tengah,kecamatan gunung raya, kabupaten kerinci ..............70
C. ANALISIS HASIL PENELITIAN ........................................................80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................82
B. Implikasi ..............................................................................................84
C. Rekomendasi .......................................................................................84
D. Saran ....................................................................................................85

Daftar pustaka ...............................................................................................86


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tradisi dapat dikatakan sebagai sesuatu aktivitas atau kebiasaan yang


dilakukan secara turun-temurun sejak dari zaman Nenek Moyang dan dilakukan
Masyarakat dalam bentuk sebuah persembahan. Segala sesuatu yang telah
dilakukan sejak zaman Nenek Moyang dan masih berlangsung sampai saat ini,
berita-berita baik lisan maupun tulisan yang disampaikan dari generasi ke generasi
berikutnya, apabila tanpa itu semua maka suatu tradisi dapat punah dan hilang.
Tradisi juga merupakan setiap segala sesuatu yang diberikan atau diwariskan dari
masa yang telah lampau ke masa sekarang. 1 Shil megatakan bahwa: “manusia tak
akan mampu hidup tanpa sebuah tradisi meskipun mereka sering merasa tidak
puas terhadap tradisi mereka”.2 Agama dan tradisi adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan dan saling berpengaruh di dalam masyarakat. Ketika masuknya suatu
ajaran agama masuk ke dalam kelompok Masyarakat yang berpegang teguh dengan
tradisi, maka akan timbul terik-menarik kepentingan agama dengan tradisi. Agama
Islam diturunkan di tengah Masyarakat Arab yang mempunyai adat dan tradisi yang
turun temurun mereka lakukan. Rasulullah dakwah dengan mempertimbangkan
budaya Masyarakat Arab masa itu, Bahkan beberapa ayat al-Qur‟an turun melalui
langkah-langkah penyesuaian dengan budaya setempat. Tahap penyesuaian Ajaran
Agama Islam (wahyu) dengan kondisi budaya Masyarakat Arab pada masa itu
dapat kita perhatikan bahwa banyak sekali ayat yang mempunyai asbabun nuzul,
yang mana asbabun nuzul adalah keterangan kausalitas atau sebab sebuah ajaran
ditetapkan dan berintegrasi untuk berlaku dalam Masyarakat Arab. Asbabun nuzul
juga merupakan pembuktian bahwa adanya sebuah penerapan teks al-Qur‟an
dengan konteks masyarakat Arab sebagai tujuan dari diturunkannya wahyu.

1 Edward Shils, dkk. Elit Dalam Perspektif Sejarah, (Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi, 1981), 12.

2 Edward Shils, dkk, Elit Dalam Perspektif Sejarah, 13.


Islam masuk ke Indonesia tentunya tidak dapat dilepaskan dari budaya dan tradisi
yang telah melekat pada masyarakat Indonesia sejak dahulu. Tidak berbeda dengan
Islam di kawasan Arab, islamisme dan arabisme bergelut sedemikian rupa di
daerah Timur Tengah sehingga terkadang orang sulit membedakan mana yang
dipandang sebagai Nilai Islam dan mana yang dipandang sebagai simbol Budaya
Arab. Nabi Muhammad SAW. dengan bimbingan Allah (.wamâ yanthiqû „anil hawâ ,
in hua ill â wahyun yuhâ.), dengan cukup cerdik (fathanah) memahami sosiologi
pada Masyarakat Arab pada masa itu. Sehingga Rasulullah mengembangkan Islam
melalui perantara tradisi-tradisi Masyarakat Arab. Diantaranya seperti, ketika
Rasulullah SAW. hijrah dari Makkah ke Madinah, Masyarakat Madinah di sana
menyambut dengan sambutan yang sangat meriah yaitu dengan sebuah iringan
tetabuhan dan gendang sambil menyanyikan thala‟al-badru alainâ dan seterusnya.
Agama yang benar di sisi Allah ibarat sebuah lampu yang menerangi umat untuk
menuju hidup yang lebih maju. Mempraktekkan setiap ajaran-ajaran yang ada di
dalam agama merupakan sebuah petunjuk untuk seluruh umat manusia di dunia.
Allah pencipta agama, maka akan tidak masuk akal secara akal sehat, jika sekiranya
Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk melakukan kemungkaran yang
nantinya akan membuat mereka tidak mendapatkan hidup yang baik dan ridha Allah
SWT. Mengamalkan agama akan membuat Manusia memperoleh kehidupan yang
bahagia dan meninggalkan atau mengabaikan ajaran agama dan hanya berpegang
dengan kulit luar dan meninggalkan inti ajarannya akan membuat hidup menjadi
celaka. Islam tidak menghilangkan produk-produk kebudayaan lokal dan kearifan
lokal yang sejalan aturan syariat untuk tetap berlaku. Apabila terdapat suatu
perbedaan yang bersipat mendasar pada kehidupan maka agama akan
mengaturnya, karena agama harus lebih diutamakan dari pada tradisi. Mungkin akan
terbentuk suatu proses sinkretik, gejala seperti itu sangatlah wajar dan in the long
run, sesuai dengan perkembangan kecerdasan akal para Pemeluk Agama, gejala
seperti itu akan hilang dengan seiring berjalannya waktu. Pergulatan pemikiran
Islam di Indonesia tidak dapat terlepas dari aspek adat-istiadat sebagai suatu bagian
yang sangat penting.3 Yang mana kajian Adlin Sila dalam masyarakat Jawa bahwa
tidak akan memungkinkan untuk melakukan sebuah klaimIslam Indonesia dengan

3 Kamaruzzaman Bustaman Ahmad, “Contemporary Islamic Thought in Indonesia and Malay


World: Islam Liberal, Islam Hadhari, and Islam Progresif”, Journal of Indonesian Islam, Vol. 5,
No. 1 (June 2011), 91 – 129.
hanya semata-mata melihat sebuah suku atau etnis saja. 4 perjumpaan adat dengan
Islam sebagai sebuah pola menemukan bentuk dalam beberapa gambaran seperti
yang terjadi di Minang Kabau yang mengalami sebuah konflik antara keinginan
untuk tetap mempertahankan sebuah adat dengan penerimaan Islam sebagai jalan
hidup dan agama5. Adat berjalan paralel dengan praktik beragama yang mana
terjadi dalam tradisi Aceh.6 Jadi dalam proses transformasi agama ke dalam adat
mendapat respon yang berbeda dari setiap daerah. Keduanya bertemu dan
berlangsung secara dinamis sehingga bisa mendapatkan sebuah tempat dalam
kelangsungan suatu budaya. Proses tranformasi dan dialogis berjalan secara
berkesinambungan. Suatu tradisi memiliki cara pandang masing-masing sehingga
dinamisasi ini kemudian akan membentuk sebuah sikap yang berbeda ketika
memahami agama dan adat dalam suatu tempat yang sama. Kemudian pandangan
ini dapat dipergunakan guna menkaji kelangsungan agama dan adat hingga
menemukan titik persentuhan sehingga terjalin relasi yang sama. Sebuah konsepsi
kehidupan yang tetap relevan sampai sekarang. Karena ada beberapa nilai budaya
secara spesifik berbeda dengan nilai budaya yang dianut oleh masyarakat lain.
Praktik kehidupan tersebut akan membentuk kehidupan dengan formula tersendiri. 7

Islam selalu mengawasi tradisi dan konvensi masyarakat untuk dijadikan sebagai
sebuah sumber bagi yurisprudensi hukum Islam dengan disempurnakan terlebih
dahulu dengan batasan-batasan tertentu. Nabi Muhammad SAW. tentunya telah
menjalankan prinsipprinsip yang demikian, di dalam sunnahnya telah tertuang
hukum yang berkaitan dengan kebijakan beliau banyak mencerminkan

kebijaksanaan beliau terhadap tradisi-tradisi masyarakat atau sahabat.

4 Adlin Sila, “Memahami Spektrum Islam di Jawa”, Indonesian Journal for Islamic Studies
Studia Islamika, Vol. 18, No. 3 (2011), 611 – 630.

5 Taufik Abdullah, “Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau”, Indonesia,


No. 2 (1966), 1 – 24.

6 Sri Mulyani, “Islam, Adat, and the State: Matrifocality in Aceh Revisited”, Journal of Islamic
Studies al-Jamiah, Vol. 48, No. 2 (2010/1431) : 321 – 342.

7 Ismail Suardi Wekke, “Islam dan Adat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan Agama Dalam
masyarakat Bugis” jurnal Analisis”, vol. 13, No. 1 (Juni 2013) : 30.
Sayyid Sabiq menamakan kelompok manusia semacam ini sebagai “Masyarakat
Islam” karena Masyarakat Islam mempunyai karakteristik yang berdiri atas dasar
mengabdi hanya kepada Allah bukan kepada selain Allah. 8 Begitu luar biasanya
tradisi dan budaya yang berkembang di Indonesia, yang mana di sana ada sistem
religius maupun sistem kepercayaan yang dihayati dan hidup pada Masyarakat
Indonesia. Perlu kesadaran dan pemahaman terhadap, peran kepercayaan pada
Bangsa Indonesia jelas sangat banyak. Selain sebagai salah satu akar bagi tumbuh
kembangnya kebudayaan di Indonesia, kepercayaan masyarakat juga memberi ciri
kebudayaan daerah setempat, yang lebih hakiki lagi dan memberikan kepercayaan-
kepercayaan kepada masyarakat yang mengandung makna dan nilai-nilai yang
sangat berguna bagi kehidupan manusia. Budaya dan tradisi adalah dua bagian
yang tak dapat dipisahkan di tengah kehidupan yang ideal dan berimbang. ilmu dan
budaya juga berproses dari belahan otak manusia. Ilmu berkembang dari pada otak
kiri yang fungsinya adalah membangun kemampuan berpikir kritis, ilmiah, dan
teknologi. Seperti begitu juga halnya dengan tradisi, termasuk ke dalam salah satu
kebudayaan daerah yang harus selalu kita jaga keberlangsungannya di tengah
masyarakat selalu kita lestarikan. 9 Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh
Ahmad dari

Abdullah ibn Mas‟ud disebutkan :

Artinya: “Diceritakan kepada kami `Amr bin Hafs as-Sudusi, menceritakan `Ashim in
Ali, menceritakan al-Mas`udy, dari `Ashim dari Abi Wail dari Abdillah bin Mas`ud ia
berkata: … apa yang dipandang baik oleh orang-orang Mukmin, maka ia di sisi Allah
pun baik, dan apa saja yang dipandang buruk oleh orang-orang mukmin, maka
buruk pula ia di sisi Allah”.10(Hadis Riwayat Muslim) kalangan ushuliyyin (Ulama
Ushul Fikih) menyimpulkan bahwa hadis tersebut mengisyaratkan bahwa tradisi

8 Sayyid Quthub, Petunjuk Jalan yang Benar, (Bandung, Husaini, 1987), 103.

9 Edward Shils, dkk, Elit Dalam Perspektif Sejarah, 13.

10 Musthafa Nada Wadada , Hujjiyatul „Urf „Inda Ushuliyyin wa Atsarihi Fii Fiqhi alIslami, (kairo: tp,
2019) cet. Ke-1, 45.
masyarakat yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam dapat
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam menetapkan sebuah hukum.
Berdasarkan hadis tersebut kemudian ditetapkan atau dirumuskan suatu kaedah
dalam ushul fikih yang akan mendukung masuknya tradisi yang tidak bertentangan
dengan Syariat Islam; ‫ ا ْلَع@@اَدَ ةُ ُم َح َّك َم ة‬berarti suatu adat/tradisi itu dapat dijadikan
sebagai sumber hukum. Dalam kaedah fikih adat di atas secara bahasa mempunyai
makna mu`awadatus syar`î wa tikroruhû (membiasakan sesuatu dan mengulang-
ulangnya). Adat memiliki kesamaan makna dengan `Urf. Oleh karena itu, secara
istilah definisi adat adalah sebagai sesuatu yang telah dikenal di kalangan
masyarakat dan telah dikenal secara umum dan tidak bertentangan dengan Syariat
Islam.11 Pergulatan pemikiran Islam di Indonesia tidak dapat terlepas dari aspek
adat-istiadat sebagai suatu bagian yang sangat penting. 12

Suatu tradisi memiliki cara pandang masing-masing sehingga dinamisasi ini


kemudian akan membentuk sebuah sikap yang berbeda ketika memahami agama
dan adat dalam suatu tempat yang sama. Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah,
Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci masih banyak adat-istiadat yang kini
masih dipertahankan, diyakini, dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat
setempat berpengaruh terhadap sikap, pandangan, dan pola pemikiran bagi
masyarakat .yang menganutnya di antaranya tradisi Kenduri Sko. Kenduri Sko, kata
ini tidaklah asing lagi di telinga Masyarakat Kerinci. Kenduri Sko adalah upacara
adat paling besar di kalangan masyarakat Kabupaten Kerinci, pada saat
pelaksanaan Kenduri Sko seluruh lapisan masyarakat bergembira ria, memainkan
alat musik tradisional, melantunkan lagu daerah, puji-pujian, menari, dan makan
bersama. Pesta Kenduri Sko ini mengambarkan Perhelatan Kenduri Sko pada
awalnya (masa zaman dahulu) merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang
bertujuan antara lain yaitu seperti : pengukuhan dan penobatan orang adat seperti
Depati, Hulubalang dan Ninik Mamak sebagai pengganti pemangku adat yang telah
berhenti dari jabatannya sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku, pemandian
dan penurunan benda-benda pusaka adat supaya dapat dilihat oleh masyarakat

11 Buhori,” .Islam dan Tradisi Lokal Di Nusantara” . Jurnal IAIN Pontianak vol 13. 02, 2017, 17.

12 Kamaruzzaman Bustaman-Ahmad, “Contemporary Islamic Thought in Indonesia and Malay


World: Islam Liberal, Islam Hadhari, and Islam Progresif”, Journal of Indonesian Islam, Vol. 5,
No. 1 (June 2011), 91 – 129.
kampung, menjaga persatuan, menjalin silaturahmi dan kesatuan antara masyarakat
dalam satu Desa dengan Desa lainnya.

Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah seiring berjalan waktu mendapat
pengaruh baik dari Hukum Islam maupun pengaruh dari modernisasi. Tradisi ini
digelar sebagai sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat setempat setelah
usainya musim panen padi dan sekaligus menjaga keberlangsungan atau
melestarikan tradisi adat Nenek Moyang Masyarakat Kerinci. Proses acara tradisi
Kenduri Sko ini berlangsung selama 3 hari sampai dengan 6 hari, yang mana acara
adanya suatu keakraban, keterpaduan, kebersamaan, kesadaran dan keterbukaan
di tengah masyarakat. Perhelatan Kenduri Sko pada awalnya (masa zaman dahulu)
merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang bertujuan antara lain yaitu seperti :
pengukuhan dan penobatan orang adat seperti Depati, Hulubalang dan Ninik Mamak
sebagai pengganti pemangku adat yang telah berhenti dari jabatannya sesuai
dengan ketentuan adat yang berlaku, pemandian dan penurunan benda-benda
pusaka adat supaya dapat dilihat oleh masyarakat kampung, menjaga persatuan,
menjalin silaturahmi dan kesatuan antara masyarakat dalam satu Desa dengan
Desa lainnya. Proses pembacaan asal-usul penobatan gelar orangorang adat dan
warga-warga sekitar dapat tahu, terutama agar kaula muda tahu dan paham kepada
pendahulu-pendahulu mereka dan tarian tauh yang dilakukan sebagai bentuk
kesenian masyarakat pada masa tersebut. 13 Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan
Lempur Tengah seiring berjalan waktu mendapat pengaruh baik dari Hukum Islam
maupun pengaruh dari modernisasi. Tradisi ini digelar sebagai sebagai ungkapan
rasa syukur masyarakat setempat setelah usainya musim panen padi dan sekaligus
menjaga keberlangsungan atau melestarikan tradisi adat Nenek Moyang Masyarakat
Kerinci. Proses acara tradisi Kenduri Sko ini berlangsung selama 3 hari sampai
dengan 6 hari, yang mana acara Kenduri Sko ini dilakukan dengan beberapa acara
pelengkap, yaitu seperti turnamen sepak bola antar desa, organ tunggal, pemandian
benda pusaka, penerimaan jamuan tamu. Tradisi ini sudah ada secara turun
temurun dan sampai sekarang masih tetap dilestarikan masyarakat. Puncak acara
tradisi Kenduri Sko ini adalah pada malam terakhir yang mana acara Kenduri Sko
dibuka, dihadiri oleh Pimpinan-pimpinan adat, seperti Depati, Hulubalang, Ninik
Mamak dan juga dihadiri Ulama dan Pegawai Masjid. Acara Kenduri Sko ini dibuka
13 “Daud Rusdi,”Adat Kerinci Dalam”Lingkungan Mendapo,”(Sungai Penuh: Lembaga Adat Wilayah
Dusun Baru, 1991), 34.
dengan pembacaan doa yang berisi zikir-zikir untuk mendoakan Desa agar
dijauhkan dari mara bahaya dan memohon agar warga Desa diberikan hasil panen
yang melimpah di masa panen selanjutnya. Tepat jam 1.00 barulah dilaksanakannya
sebuah tarian tradisional yang disebut dengan tari tauh. Tari tauh adalah tarian khas
masyarakat Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya , Kabupaten Kerinci. 14 Tari
tauh itu sendiri diiringi oleh dua buah dap (rebana besar) yang pukulannya saling
bertingkah dan juga diiringi oleh selaan bunyi gung (gong) dan nyanyian tradisional
yang disebut dengan mantau. Sebelum tarian tauh dimulai maka para pawang
membakar kemanyan di sebuah wadah dan berkeliling tempat tarian tauh untuk
memanggil Roh Nenek Moyang, yang mana yang pertama membuka acara tarian
tauh adalah para pemuka adat (Depati Agung, Depati Anum, Depati Suko Barajo,
dan Depati Ninik Mamak) barulah berlanjut pada masyarakat yang dirasuki Roh
Nenek Moyang, dengan berbagai macam gerakan tarian dengan khas masing-
masing. Seorang yang kerasukan Roh Nenek Moyang dapat melakukan tarian tauh
sampai dengan berjam-jam, tanpa mereka sadari. Saat penari tersebut mulai
kecapean, maka ada beberapa orang pawang yang telah ditentukan oleh pengurus
adat untuk membawa penari tersebut ke depan pawang yang lainnya untuk
mengeluarkan roh yang merasuki tubuhnya yaitu, dengan cara membacakan ayat al-
Qur‟an dan bacaan mantra mengajak roh tersebut berinteraksi agar mau keluar
dengan sendirinya. Tidak jarang tubuh para penari yang kerasukan tersebut
terbentur dan luka karena ketika menari tiba-tiba pingsan dan tidak sadarkan diri. 15
Pada intinya tradisi Kenduri Sko bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur atas
rezeki yang diberikan Allah melalui panen masyarakat yang begitu melimpah dan
permohonan agar warga masyarakat diberi kelancaran pada panen-panen
selanjutnya, akan tetapi dalam praktek yang terjadi terdapat hal-hal yang
mendatangkan mudarat, yang mana tujuan Kenduri Sko adalah ungkapan rasa
syukur kepada Allah tetapi di dalam pelaksanaannya terdapat mudaratmudarat yang
terjadi pada tradisi Kenduri Sko, yang mana tujuan tradisi ini sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Allah tentunya tidak rasional jika dilakukan dalam keadaan tidak
sadarkan diri. Sepintas Peneliti melihat praktek Kenduri Sko di Kelurahan Tengah,
Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci berbenturan dengan nilai-nilai dalam

14 Daswarsa, Tokoh Adat , Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 26 November 2020.

15 Daswarsa, Tokoh Adat , Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 26 November 2020.
Syariat Islam. Yang mana di dalam tradisi kenduri Sko yang telah mendapat pengaru
modernisasi tersebut mengandung mudarat dan hal-hal yang dilarang oleh Syariat
Islam Seperti bermabuk-mabukan, tarian dalam keadaan kesurupan dan organ
tunggal. Hukum Islam telah memberikan peluang atau memberikan tempat agar
dapat terlaksananya suatu adat atau tradisi yaitu harus berdasarkan „Urf dan Kaidah
al-‘Ādatu Muh}akkamah. Berdasarkan uraian diatas, maka Penulis tertarik
melakukan sebuah penelitian pada tradisi yang ada di Kelurahan Lempur Tengah,
Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, dengan judul: Tradisi Kenduri Sko di
Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci dalam
perspektif Hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses pelaksanaan Tradisi Kenduri Sko yang ada di Kelurahan


Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci.
2. Bagaimana nilai-nilai Islam berperan pada Tradisi Kenduri Sko yang ada di
Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci.
3. Bagaimana status hukum tradisi Kenduri Sko jika Ditinjau dari perspektif
Hukum Islam.

C. Fokus penelitian

Untuk memudahkan Peneliti dan agar tidak keluar dari konteks masalah yang akan
diteliti, maka Penulis memfokuskan penelitian ini di Kelurahan Lempur Tengah,
Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci sebagai tempat penelitian, banyak hal
yang dapat di bahas dalam tradisi Kenduri Sko, untuk itu dalam penelitian ini Peneliti
hanya membahas praktek Kenduri Sko, pandangan Fikih Islam terhadap Tradisi
Kenduri Sko dan Nilai-nilai Islam yang ada pada tradisi Kenduri Sko. Peneliti tidak
akan membahas kecuali yang ada kaitannya dengan masalah penelitian ini, hal ini
dimaksudkan agar menyempurnakan pembahasan penelitian ini.

D. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Proses pelaksanaan Tradisi Kenduri Sko yang ada
di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten
Kerinci.
b. Untuk mengetahui nilai-nilai Islam berperan pada Tradisi Kenduri Sko
yang ada di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya,
Kabupaten Kerinci.
c. Untuk mengetahui status hukum tradisi Kenduri Sko jika ditinjau dari
perspektif Hukum Islam.
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk dijadikan pedoman dalam menjalankan tradisi adat istiadat yang
selaras dengan Ajaran Islam, khususnya pada tradisi Kenduri Sko.
b. Secara teoritis, tulisan ini juga memberikan sumbangan bagi pengembangan
akademis, terutama dalam membangun kerangka pikir konsep dan
mekanisme tradisi dalam perspektif Hukum Islam.
c. Untuk dijadikan referensi atau bahan perbandingan bagi Peneliti lain dan
dalam rangka mengadakan penelitian di masa mendatang.

BAB II

LANDASAN TEORI
A. URF (Adat)

Ulama-ulama ahli ushul fiqh sepakat bahwa „Urf shahih ialah „Urf yang tak
bertentangan dengan hukum syarak, baik yang menyangkut „Urf khas (khusus) dan
„Urf Aam (umum), maupun yang berkaitan dengan „Urf „amali (perbuatan) dan „Urf
lafzi (perkataan), dapat dijadikan sebagai hujah dalam menetapkan suatu hukum
syarak. Menurut imam al-Qarafi seorang mujtahid ketika menetapkan suatu hukum,
maka terlebih dahulu meneliti kebiasaan yang berlaku pada masyarakat setempat
sehingga setiap hukum yang ditetapkan tidak menghilangkan atau bertentangan
dengan kemaslahatan yang menyangkut masyarakat tersebut. 16 secara istilah,
pengertian „Urf dikemukakan oleh beberapa ushuliyyin, diantaranya:

1. Mustafa Ahmad al-Zarqa, berpendapat:


‫عادة جمهور قوم فً قول او فعل‬

“Kebiasaan sebagian besar sekelompok orang dalam bentuk perkataan atau


perbuatan.”

2. Wahbah al-Zuhaili, berpendapat:

‫هو ما اعتداه الناس و ساروا علٌٌه من كل فعل شاع ٌٌبنهم أو لفظ تعارفوااطالقه على‬

‫معنى خاص‬

“Yaitu sesuatu yang diadatkan manusia dan mereka memberlakukannya dalam


bentuk perbuatan yang tersebar luas di kalangan mereka atau dalam bentuk
lafazh yang mereka ketahui penyebutannya dalam makna tertentu”.

3. Badran Abu al-„Ainaini Badran, berpendapat:

‫و العرف هو ما اعتداه جمهور الناس و الفوه من قول او فعل تكرر مرة بعد أخرى حتى تمكن اثره فى نفوسهم و‬
‫صارت تتلفاه عقولهم بالقبول‬.

“Urf adalah sesuatu yang dibiasakan dan diakui oleh orang banyak dalam
menggunakannya, baik dalam bentuk perkataan atau perbuatan yang berulang-
ulang dilakukan sehingga berbekas dalam jiwa mereka dan diterima baik oleh
akal mereka”.

16 Nasrun haroen, Ushul Fiqh, (Jakarata: P. Logos Ilmu, 1887), 142.


4. Muhammad Abu Zahrah, berpendapat:

‫والعرف ما اعتداه الناس من معامالت و استقامت علٌٌه امورهم‬

“‟Urf merupakan sesuatu yang dibiasakan manusia dalam bermuamalah dan


konsisten (menggunakannya) dalam berbagai persoalan mereka.”

5. Abdul Karim Zaidan, berpendapat:

‫العرف هو ما الفه المجتمع و اعتداه و سار علٌه فى حٌٌ اته من قول او فعل‬

„Urf adalah sesuatu yang digunakan masyarakat dan membiasakan serta


memberlakukannya dalam kehidupan dalam bentuk perkataan atau perbuatan”.
„Urf itu adalah sesuatu yang dibiasakan oleh masyarakat serta
memberlakukannya dalam perkataan atau perbuatan dan disebut juga adat
(kebiasaan).

6. Abdul Wahab Khalaf, berpendapat:

‫ ال فرق‬: ‫العرف هو ما تعارفه الناس و ساروا عليه من لول او فعل او ترن و يسمى العا دة و فى لسان الشرعيين‬
‫بين العرف و العادة‬

“‟Urf ialah sesuatu yang telah diketahui oleh orang banyak dan dikerjakan oleh
mereka, baik dari perkataan atau perbuatan atau sesuatu yang ditinggalkan, Hal ini
juga dinamakan adat. Menurut para ahli Hukum Islam tidak ada perbedaan antara
‟Urf dengan adat”Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa „Urf itu
mengandung tiga unsur yaitu, pertama, adanya perbuatan atau perbuatan yang
berlaku berdasarkan kemantapan jiwa; kedua sejalan dengan pertimbangan akal
sehat; ketiga dapat diterima oleh watak pembawaan manusia. Ulama-ulama Ushul
Fikih juga sepakat bahwa hukum-hukum yang didasarkan kepada „Urf dapat
berubah sesuai dengan perubahan masyarakat pada tempat tertentu dan zaman
tertentu..

„Urf menurut penyelidikan ialah bukan dalil syarak yang tersendiri. Pada
umumnya „Urf itu termasuk memelihara maslahat sebagaimana dipelihara dalam
proses pembentukan hukum. Dalam menafsirkan beberapa nas, maka dengan itu
dikhususkanlah lafaz yang „aam (umum) dan dibatasi yang mutlak, terkadang qiyas
itu ditinggalkan lantaran „Urf.17 Syekh Muhammad Khudari Husain di dalam
tulisannya yang berjudul memelihara „Urf, berkata : „Urf harus dipertimbangkan di
dalam keputusan-keputusan dan menetapkan fatwa, akan tetapi seorang Ahli
Hukum Islam tidak dibolehkan menetapkan putusan hukum atau fatwa yang
bertentangan dengan dasar syariat kecuali atas dasar rukhsah yang ditetapkan oleh
seorang Ahli Hukum Islam atas dasar ijtihad. 18 Kebanyakan literatur yang
membahas kehujahan adat atau „Urf dalam istinbat hukum selalu yang dibicarakan
ialah tentang „Urf atau adat secara umum, namun di atas telah dijelaskan bahwa
„Urf atau adat yang sudah diambil dan diterima alih oleh syarak atau yang secara
tegas telah ditolak oleh syarak, tidak perlu diperbincangkan lagi tentang
kehujahannya dengan demikian pembicaraan tentang kehujahan „Urf ini sedapat
mungkin dibatasi pada „Urf bentuk ke empat, baik yang termasuk pada adat atau
„Urf yang umum dan yang tetap (yang tidak mungkin mengalami perubahan),
maupun adat khusus dan yang dapat berubah dengan perubahan waktu dan
tempat.19 Imam as-Syathibi membagi „Urf atau adat ke dalam dua bagian, yaitu :

a) „Urf bersifat syar‟i : „Urf yang bersifat syar‟i dapat diukur dengan
mengunakan dalil-dalil syar‟i secara langsung, karena dalil syar‟i menjelaskan
secara langsung, baik yang berupa larangan maupun perintah.
b) „Urf tidak bersifat syar‟i : „Urf tidak bersifat syar‟i merupakan adat yang
tidak mendapatkan legitimasi dalil syar‟i secara langsung. 20 Secara umum
adat atau „Urf itu diamalkan oleh semua Ulama Fikih terutama diamalkan
dikalangan Ulama Mazhab Malikiyah (Ulama-ulama pengikut mazhab imam
Maliki) dan hanafiyah (Ulamaulama pengikut mazhab imam Hanafi).

Ulama hanafiyah menggunakan istihsan dalam berijthad dan salah satu bentuk
istihsan itu adalah Istihsan al-‟Urf (istihsan yang menyandar kepada „Urf). Ulama
Hanafiyah, ‟Urf itu didahulukan atas qiyas khafi dan juga didahulukan atas nas yang
umum dalam arti „Urf itu mentaksis umum nas.

‫ و"الثابت بالع ْ ُرف كالثابت بالنص‬،"‫ الت ٌٌٌعن بالع ْ ُرف كالت ٌٌٌعن بالنص‬: ‫"فعند الِحناف‬،
17 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, 59.
18 H.A.Djazuli dan I. Nurol Aen, Ushul Fiqh (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 374.

19 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), 376.
20 Iim Fatimah, “Akomodasi Budaya Lokal („Urf) dalam Pemahaman Fikih Ulama Mujtahid” Wacana
Hukum, Volume 5, No. 1 (Mizani, 2018) 12.
ٌ
َ ‫"و"تقٌٌد الم‬
‫ُطلق جائز بالع ْ ُرف‬

“Ulama Malikiyah menjadikan „Urf atau tradisi yang hidup di kalangan ahli
madinah sebagai dasar menetapkan hukum dan mendahulukannya dari hadis
ahad.

"‫ و"األلفاظ تحمل على‬،"‫ كل ُّ ما أ ُطلِك لفظه ُحمِل على ُعرفه‬: ‫و عند المالكية‬

‫بالعرف أص ل من أصول المذهب‬


ُْ ‫ و"العمل‬،"‫"العوائد‬

“Ulama Syafi‟iyah (Ulama-ulama pengikut mazhab imam Syafi‟i) banyak


menggunakan „Urf dalam hal-hal yang tidak ditemukan ketentuan batasannya
dalam syarak maupun dalam penggunaan bahasa. Adanya Qawl qadim
(pendapat lama) ketika Imam Syafi‟i di Iraq dan Qawl jadid (pendapat baru)
ketika beliau di Mesir menunjukkan diperhatikannya „Urf dalam istinbat hukum di
kalangan Syafi‟iyah. bila hukum telah ditetapkan berdasarkan „Urf, maka
kekuatannya menyamai hukum yang ditetapkan berdasarkan nas.

‫ و"ما ليس له ح ٌّد‬،"‫العرف‬ َُ ‫ما أ ُطلِك ولم‬: "‫وعند الشافعية‬


ُْ ‫يحدَّ ُر ِجع في ضبطه إلى‬

‫ و"العادة مح َّكمة‬،"‫العرف‬
ُْ ‫”شر ًعا وال لغة ي ُر َجع فيه إلى‬

„Urf atau adat itu digunakan sebagai dasar dalam menetapkan suatu hukum.
Namun penerimaan Ulama atas adat bukanlah karena semata-mata ia bernama
adat atau „Urf.„Urf atau adat bukanlah dalil yang berdiri sendiri „ Adat yang
berlaku di kalangan umat telah diterima sekian lama secara baik oleh umat. Bila
semua Ulama sudah mengamalkannya, berarti secara tidak langsung telah
terjadi ijmak walaupun dalam bentuk sukuti (diam).21

Sebagaimana dikatakan oleh ‟Izzuddin Ibn „Abd al-Salam bahwa tujuan syariah
itu adalah meraih kemaslahatan dan menolak kemafsadatan. Apabila diturunkan ke
tataran yang lebih nyata maka maslahat membawa manfaat dan mafsadat
mendatangkan kemudaratan.22 Adat itu diterima dan berlaku pada orang banyak
karena mengandung suatu kemaslahatan. Apabila anti terhadap adat berarti

21 Musthafa Muhammad Rusydi, al-„Urf „Inda Ushuliyyin Wa Atsaruhu Fii al-Ahkam al-Fiqhiyyah,
(Iskandariyah: Daar al-Iman, 2006), 24.

22 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih (Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-


masalah yang Praktis), 67. 32 Juhaya S Praja, Ilmu Ushul Fiqh, 131.
menolak maslahat. Sedangkan semua pihak telah sepakat untuk mengambil sesuatu
yang bernilai maslahat, meskipun tidak ada nas yang secara langsung
32
mengaturnya. Berikut Imam Al-Syathibi menetapkan konsep „Urf kedalam lima
bentuk kaidah yaitu :

a) Kekuatan hukum „Urf sama dengan ketetapan hukum berdasarkan nash.


b) Adat dapat menjadi hukum yang pasti jika tidak ditemukan ketetapan dari
nash.
c) Kemutlakan nash dibatasi oleh „Urf.
d) Adat yang sahih membatasi ketentuan umum.
e) Keabsahan pengetahuan yang diperoleh dari „Urf sama dengan kententuan
yang diatur Nash.2324

Syariat Islam pada dasarnya sejak dahulu banyak menampung dan mengakui
adat dan tradisi yang baik yang berkembang di tengah masyarakat selama tradisi
tersebut masih sejalan dengan Al-qur‟an dan Sunah Rasulullah saw. Islam datang
bukan untuk menghapus seluruh tradisi, tetapi ada tradisi yang telah menyatu
dengan masyarakat dan sejalan dengan syariat. Tetapi secara selektif ada yang
tetap dilestarikan dan diakui serta adapula yang harus dihapuskan. Misalnya, adat
kebiasaan yang diakui, kerjasama dagang dengan cara berbagi untung
(mudarabah). Praktik seperti ini sudah lama berkembang di kalangan Bangsa Arab
sebelum masuknya Islam dan kemudian diakui oleh Islam sehingga menjadi Hukum
Islam. Pada intinya adat itu dapat dijadikan sebagai sumber hukum dengan
beberapa persyaratan seperti yang telah di uraikan diatas. 25

Penerimaan „Urf menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan suatu hukum,
menunjukkan bahwa Hukum Islam bisa bersinergi dengan menerima budaya-budaya
yang baik dan tak bertentangan dengan Islam. Hal ini penting menjadi salah satu
faktor revitalisasi dan dinamisasi Hukum Islam itu sendiri, pada satu sisi dan di sisi
lain menghormati dan menghargai nilai-nilai insan dengan tidak perlu menghilangkan
nilai-nilai samawi yang menjadi identitasnya. Adapun yang harus diperhatikan dalam
mengetahui apakah Tradisi Kenduri Sko ini sesuai atau tidak dengan syariat Islam,

23 Muhammad harun, Fauziah, Konsep „Urf dalam pandangan Ulama Ushul Fikih.
24 .
25 Satria Efendi M. Zein, Ushul Fiqih , 158.
yaitu terdapat beberapa syarat sebagaimana disebut Ulama Ushul: Adat („Urf) harus
dilakukan oleh mayoritas masyarakat :

1) Adat („Urf) harus bisa berdiri dan membentuk prilaku yang didalamnya
bertujuan sesuai hukum adat.
2) Adat („Urf) tidak boleh menimbulkan mafsadat
3) „Urf tidak boleh melanggar hukum syara‟, atau hukum asal di dalam syariat. 26

27
dalam hal ini terdapat dua pandangan:

Pertama, ‟Urf merupakan hujah dan dalil syariat yang berdiri sendiri
(mustaqil) dan ini merupakan pendapat Mazhab Hanafiyah, contohnya sebagian dari
apa yang disepakati dari kalangan Fuqoha ( Ulama ahli fikih) Hanafi adalah tidak
membolehkan mengambil upah atau gaji dalam mengajar al-Qur‟an dan juga untuk
menegakkan syiarsyiar agama, karena hal ini merupakan ibadah dan persoalan
ibadah tidak boleh mengambil upah padanya.

Kedua, ulama Malikiyah dan Ibn al-Qayyim dari ulama Hanabilah, mereka
berhujah dengan al-Qur‟an, sunnah dan Ma‟qul (logika) 37

a) Al-Qur‟an, Firman Allah QS. Al-A‟raf ayat 199 ;

َْ ‫ُخ ِذ ْالع ْ َف َو َوأ ُْمرْ با ِْل َمعْ ر ُْوفِ َو‬


‫أع ِرضْ َع ِن ْال َجا ِه ٌِل َْن‬

Artinya: Jadilah Engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang


ma‟ruf serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. 28 (QS. Al-A‟raf :
199)

Banyak dari Ulama yang berdalil dengan ayat ini salah satunya Imam al-Qarafi di
dalam kitab nya disebutkan tentang perbedaan antara suami istri dalam tugas rumah
tangga seperti ayat di atas bahwasanya segala bentuk kebiasaan („Urf) bisa
dijadikan hujah kecuali adanya penjelasan atau nas syar‟i. 29 Perintah untuk
melakukan „Urf pada ayat di atas menunjukkan suatu perintah untuk merujuk

26 Amir Syarifuddin, Ushul Fikih, 426.


27 Suhar, Metodelogi Hukum Islam (Ushul Al-Fiqh), 145-148,

28 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 140.
29 Imam al-Qarafi, al-Furuq, (Kairo: Alamal Kutub, 2010), Jilid III, 149.
kepada adat/kebiasaan manusia dan apa-apa yang berlaku dalam muamalah atau
pergaulan mereka.

b) Sunnah
1. Taqririyah

Bahwasanya Rasulullah membiarkan beberapa kebiasaan baik orang


orang jahiliyah untuk tetap diteruskan, dengan ini berarti adat („Urf) adalah perkara
yang dibolehkan atau mubah.

2. Fi‟liyah

َْ‫ و التأسى به وإذا هو الِسوة الحسنة بنص القرأن الكرٌم} ل َقد‬.‫ص‬. ‫ اإلقتداء برسول هللا‬: ‫اما وجه اإلستدالل بالسنة الفعلٌة‬
‫ان ْ َرجُو هال ََّل َوالٌْ َْو َم ْالخ َِر َو‬ ٌَ ‫ُول هال َِّل أ ُْس َوةٌ َح َس‬
َ ‫نة لِ َمنْ َك‬ َُ ‫ان‬
ِ ‫لك ْم فًِ َرس‬ َ ‫َك‬

ِ ‫{ َذ َك َر هال ََّل َك‬


‫ث رً ا‬

Adapun bentuk dari pengambilan dalil sunnah dari fi‟liyah yaitu akhlak yang
baik sesuai dengan nas al-Qur‟an (sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.

3. Qouliyah sabda Rasulullah Saw :

…‫…ما رأه المسلمون حسنا فهو عند هللا حسن‬

Artinya: "Sesuatu yang dipandang baik oleh orang-orang muslim, maka


sesuatu itu baik juga di sisi Allah”30

Hadis ini menunjukkan bahwa perintah untuk memberlakukan „Urf yang baik di
antara Umat Islam dapat diterima sebagai perbuatan yang baik dan diakui
keberadaannya disisi Allah SWT. „Urf merupakan ketetapan dengan dalil syar‟i dan
bahwa yang dimakrufkan sebagai „Urf seperti halnya yang dipersyaratkan sebagai
syarat. Akan tetapi hadis ini dibantah dalam 2 hal berikut :

1) Bahwasanya hadis ini adalah hadis marfu‟ yang disandarkan kepada Ibn
Mas‟ud dan termasuk hadis dha‟if tidak bisa dijadikan dalil.

30 Musthafa Nada Wadada , Hujjiyatul „Urf „Inda Ushuliyyin wa Atsarihi Fii Fi qhi alIslami, (kairo: tp,
2019) cet. Ke-1, 45.
2) Makna ‫ ال‬dalam kata ‫ المسلمون‬bermakna umum (lafaznya umum), maksudnya
adalah apa apa yang disepakati oleh orang-orang Muslim (Mujtahid) bukan
bermakna apa-apa yang telah dibiasakan manusia. apabila Orang Muslim
ber-ijmak dalam sesuatu yang baik maka baik pula di sisi Allah, begitupun
sebaliknya apabila buruk maka buruk pula lah di sisi Allah, karena ijmak
adalah dalil syariat dan termasuk hujah qat‟iyyah.

Apabila „Urf menyalahi al-Kitab dan al-Sunnah seperti „Urf masyarakat di


sebagian tempat (suatu waktu) untuk membolehkan yang diharamkan seperti
khamar, memakan riba, maka „Urf mereka tertolak, karena keberadaannya
mengabaikan ketentuan nas yang qath‟i, memperturutkan hawa nafsu dan
membatalkan syariat. Hal itu disebabkan syariat datang untuk menentukan hal-hal
yang merusak (mafsadat). Kebanyakan orang yang berpegang dengan hal itu
mendapatkan tantangan, bukan untuk menerima keberadaannya. :

c) Ma‟qul (logika)

Tidak diragukan bahwa „Urf mempunyai pengaruh besar dalam jiwa seseorang,
menimbulkan rasa senang dan kemuliaan untuk menerimanya serta merupakan
tabiat (perilaku yang melekat) pada manusia dan rela menerimanya dengan mudah
serta mewujudkan kemaslahatan dan kemanfaatan bagi mereka. Dalam hal ini
syariat datang untuk merealisasikan berbagai kemaslahatan, sehingga „Urf yang
sahih merupakan sumber dan dalil serta merupakan prinsip pokok dari dasar-dasar
penggalian (istinbat) hukum.

B. Kedudukan Urf sebagai dalil Syarak

Ulama-ulama sepakat bahwa „Urf shahih dapat dijadikan sebagai dasar hujah
selagi tidak bertentangan dengan syariat. Ulama Malikiyah pernah menyatakan
suatu pernyataan yang tekenal yaitu bahwa ulama Madinah dapat dijadikan sebagai
sumber hujah, demikian juga dengan ulama Hanafiyah pun pernah menyatakan
bahwa pendapat Ulama di Kufah dapat dijadikan sumber sebagai dasar hujah. Imam
Syafi‟i terkenal dengan qawl jadid dan qawl qadimnya. Terdapat suatu kejadian yang
sama tetapi beliau menetapkan hukum yang berbeda saat beliau masih tinggal di
Makkah (Qawl qadim) dengan setelah beliau tinggal di Mesir (qawl jadid). Hal
tersebut mengambarkan bahwa ketiga mazhab itu berhujah dengan „Urf. Dengan
mengedepankan tidak mengunakan „Urf fasid tidak mereka gunakan sebagai dasar
hujah.

1. Allah berfirman dalam surah al-A‟raf ayat-199

َ‫ض َع ِن ٱ ْل ٰ َج ِهلِين‬
ْ ‫أع ِر‬ ُْ ‫ُخ ِذ ٱ ْلع ْ َف َو َوأ ُْم ْر ِبٱ ْل‬
ِ ‫عر‬
َْ ‫ف َو‬

Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang…


makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang bodoh. 31 ( QS. Al-A‟raf :
199). Melalui ayat di atas Allah memerintahkan Kaum Muslimin untuk
mengerjakan yang makruf. Sedangkan yang disebut sebagai makruf itu
sendiri ialah yang dinilai oleh Kaum Muslimin sebagai kebaikan, dikerjakan
berulang-ulang, dan tidak bertentangan dengan watak manusia yang benar,
yang dibimbing oleh prinsip-prinsip umum Ajaran Islam. 32

2. Ucapan dari Rasulullah, Abdullah bin Mas‟ud:

Artinya: “Sesuatu yang dinilai baik oleh kaum muslimin adalah baik di sisi
Allah, dan sesuatu yang mereka nilai buruk maka ia buruk di sisi Allah”. 33(HR.
Ahmad). Ungkapan Abdullah bin Mas‟ud di atas, baik dari segi maksud atau
redaksinya, menunjukkan setiap kebiasaan kebiasaan yang bersifat baik yang
terjadi di tengah masyarakat muslim yang sesuai dengan aturan umum
Syariat Islam adalah sesuatu yang di anggap baik di sisi Allah.

C. Macam-macam ‘Urf

Para Ulama Ushul Fikih membagi „Urf menjadi dua macam:

31 Departemen..Agama RI, Al-qur‟an..dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 140.

32 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, 211.


33 Ahmad Sarwat, Fiqh Kehidupan, (Jakarta: Rumah Fiqh Publishing, 2002), 150.
a. Dari segi objeknya, „Urf di bagi dalam al-‘urf Lafz}i> (kebiasaan yang
menyangkut ungkapan) dan al-„Urf amali> (kebiasaan yang berbentuk perbuatan).

1) Al-‘urf Lafz}i> ialah kebiasaan masyarakat dalam mempergunakan lafal


atau ungkapan tertentu untuk mengungkapkan sesuatu, sehingga makna ungkapan
itulah yang dipahami dan terlintas dalam pikiran masyarakat. 34 Seperti contonya :
Kata Lah}m ( ‫ ) لحم‬artinya adalah “daging”, baik daging sapi, ikan, atau hewan
lainnya. Pengertian secara umum lahmun yang juga mencakup daging ikan ini
terdapat dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 14 :

َْ ‫بح َر لِتَأ ُْكلوُ ۟ا ِم ْن ُه‬


‫لحمًا َط ِر ي‬ َ ْ ‫َوه َُو ٱلذَِّى َس َّخ َر ْٱل‬

Artinya : Allah menundukkan laut untukmu supaya kamu dapat memakan


ikannya yang segar…(QS. An-Nahl: 14). 35 Namun dalam adat dan kebiasaan
berbahasa sehari-hari di kalangan Orang Arab, kata lahmun itu tidak
digunakan untuk “ikan”. Karena itu, jika seorang bersumpah, “demi Allah saya
tidak akan memakan daging, tetapi ternyata kemudian ia memakan daging
ikan, maka menurut adat Masyarakat Arab, orang tersebut tidak melanggar
sumpah.36

2) Al-‘urf Amali> ialah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan


perbuatan biasa atau muamalah keperdataan. Perbuatan biasa ialah perbuatan
masyarakat dalam masalah kehidupan mereka yang tidak terkait dengan
kepentingan orang lain, seperti kebiasaan libur kerja pada hari-hari tertentu dalam
satu minggu, kebiasaan masyarakat tertentu memakan makanan khusus atau
meminum minuman tertentu dan kebiasaan masyarakat dalam memakai pakaian
tertentu dalam acara khusus.

 Dari segi cakupannya, „Urf di bagi dua, yaitu Al-urf ‘a>mm (kebiasaan yang
bersifat umum) dan Al-‘Urf khas} (kebiasaan yang besifat khusus).

34 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008), 366.


35 8Departemen..Agama RI, Al-qur‟an..dan..Terjemahnya, (Bandung: CV

Diponerogo, 2006), 214.

36 Amir syaripuddin, Ushul fiqh, 366-367. 50 Amir


syaripuddin, Ushul fiqh, 366.
1) Al-urf ‘a>mm adalah kebiasaan tertentu yang berlaku secara luas di
seluruh daerah. Tradisi atau kebiasaan tertentu yang berlaku pada suatu
wilayah yang luas pada suatu masyarakat atau seluruh daerah. 50

2) Al-‘Urf khas} adalah kebiasaan yang berlaku di daerah dan masyarakat


tertentu. Al-‘Urf khas}, ini, menurut Mustafa Ahmad al-Zarqa, tidak
terhitung jumlahnya dan senantiasa berkembang sesuai perubahan
situasi dan kondisi masyarakat.37

 dari segi keabsahannya dari pandangan syarak, ‟Urf terbagi dua yaitu „Urf
shahih (kebiasaan yang di anggap sah) dan „Urf fasid (kebiasaan yang
dianggap rusak).
1) Al-„urf Shahih, adalah kebiasaan yang tidak bertentangan dengan nas
(ayat atau hadis) tidak menghilangkan kemaslahatan mereka, dan
tidak pula membawa madarat bagi mereka.38
2) Al-„Urf fasid, adalah kebiasaan yang bertentangan dengan dalil-dalil
syarak dan kaidah-kaidah dasar yang ada dalam syarak. „Urf fasid
atau rusak tidak boleh memeliharanya karena memeliharanya, karena
itu berarti menentang dalil syarak. „Urf fasid sendiri tidak dapat diterima
oleh akal sehat, mendatangkan mudarat dan menghilangkan
kemaslahatan.39

D. Kaidah al-‘Ādatu Muh}akkamah ( ‫)ا ْلَعا َ َدةُ ُم َح َّك َمة‬

Kaidah fiqih asasi kelima ialah tentang adat atau kebiasaan, dalam bahasa
Arab terdapat dua istilah yang berkenaan dengan kebiasaan yaitu Adat dan „Urf.54
Adat merupakan suatu perkataan atau perbuatan yang secara terus-menerus
dilakukan oleh manusia karena dapat diterima oleh akal dan secara berkelanjutan
manusia mau melakukan berulang-ulang. Sedangkan „Urf ialah sesuatu perkataan
atau perbuatan dimana jiwa merasakan rasa ketenangan dalam mengerjakannya
karena perbuatan yang dilakukan sejalan dengan logika dan dapat diterima oleh akal

37 Amir syaripuddin, Ushul fiqh, 367.


38 Romli SA, Ushul Fiqh (metodologi penerapan Hukum Islam), (Depok: Kencana, 2017) 117.

39 Romli SA, Ushul Fiqh (metodologi penerapan Hukum Islam), 117. 54

Jaih Mubarok,.Kaidah Fiqh..(Sejarah dan Kaidah-kaidah.Asasi),( Jakarta: PT.Raja


Grafindo.Persada,.2002), 153.
pikiran manusia.40 Secara bahasa, adat berasal dari kata al-'Awud ( ‫ ) العود‬atau al-
Muwadah ( ‫ )المؤدة‬yang artinya berulang. Oleh karena itu, setiap sesuatu yang sudah
terbiasa dilakukan tanpa suatu usaha dikatakan sebagai adat. Dengan demikian
suatu perbuatan yang dilakukan sekali bukan merupakan adat. Adapun pengertian
adat menurut Ibnu Nuzhaim adalah :

‫عبا رة عما يستمر فى النفوس من العمور المتكررالممبولة عند الطباع السليمة‬

“Artinya sesuatu ungkapan dari apa yang terpendam dalam diri, perkara yang
berulang-ulang yang bisa diterima oleh tabiat (perangai) yang sehat”. 41

Dalam pengertian dan subtansi yang sama, terdapat istilah lain dari adat, yaitu 'Urf,
yang secara bahasa berarti suatu keadaan, ucapan, perbuatan, atau ketentuan yang
dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk melaksanakannya atau
meninggalkannya. sedangkan „Urf secara istilah yaitu:

‫العرف هو ما تعا رف عليه الناس واعتده فى الوالهم وافعالهم حتى صار ذالن مطردا اوغا لبا‬

'Artinya Urf adalah apa yang dikenal oleh manusia dan


mengulangngulangnya dalam ucapannya dan perbuatannya sampai hal
tersebut menjadi biasa dan berlaku umum

Jadi kaidah ini adalah sebuah tradisi baik khusus maupun umum itu dapat dijadikan
dasar untuk menetapkan sebuah permasalahan hukum Syariat Islam (hujah)
terutama bagi seorang hakim di pengadilan, selama belum ditemukan dalil atau nas
yang secara khusus menetapkan larangan terhadap adat tersebut, atau mungkin
ditemukan dalil atau nas tetapi dalil tersebut bersifat umum, sehingga tidak dapat
mematahkan sebuah adat.

Dasar hukum di dalam al-Qur‟an yaitu:

َ‫ض َع ِن ا ْل َجا ِهلِين‬


ْ ‫أع ِر‬ ِ ‫َوأ ُْم ْر ب ِا ْلع ْ ُر‬
َْ ‫ف َو‬

Artinya: Dan suruhlah orang-orang mengerjakan yang makruf serta


berpalinglah dari orang-orang bodoh”. 42 (QS. Al-A‟raf: 199).

40 5Muhammad..Ma‟shum..Zein, Sistematika Teori Hukum Islam


(Qawa‟id..Fiqhiyyah), (Jombang: Al-Syarifah..Al-Khadijah,‟‟2006), 79.
41 Abu Ishaq al- Syathibi, al-Muwafaq fi Ushul al-Syari‟ah, kairo: t.pn, tt), 239.
ِ ‫َو َعاشِ ُروهُنَّ ب ِا ْل َم ْع ُرو‬
‫ف‬

Artinya: Dan pergaulilah mereka secara patut.43 (QS. An-Nisa: 19).

Dasar hukum di dalam Hadis yaitu:

َ ِ‫س ْيئا ً ف َُه َو عِ ْن َداهللا‬


‫س ْي ء‬ َ ‫َما َر َءا ُه ا ْل ُم ْسلِ ُم ْونَ َح‬
َ ‫سنا ً ف َُه َو ِع ْن َد اهللاِ َح‬
َ َ‫س ن َو َما َر َءا ُه ال ُم ْسلِ ُم ْون‬

Artinya: Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam maka baik pula di
sisi Allah, dan apa saja yang dipandang buruk oleh orang Islam maka
menurut Allah pun digolongkan sebagai perkara yang buruk. (HR. Ahmad,
Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir dari Ibnu Mas'ud). 44

E. Hubungan Islam dengan Tradisi

Agama yang benar itu bagaikan lampu yang menerangi umat untuk berjalan
menuju ke arah kemajuan. Mengamalkan ajaran-ajaran agama adalah petunjuk jalan
untuk seluruh umat manusia. Agama adalah ciptaan Allah, maka akan terasa janggal
bagi akal sehat, jika sekiranya Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk
berbuat kejahatan yang dapat menyebabkan mereka terhambat untuk mencapai
kehidupan yang layak dan diridhai-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang dapat
membahagiakan manusia, kecuali mengamalkan agama dan tidak ada sesuatu pun
yang dapat mencelakakan mereka kecuali mengabaikan agama atau berpegang
dengan bagian luar (kulit) agama dan meninggalkan inti ajarannya. Agama ibarat
pedang bermata dua, dua sisi sama-sama tajam. Apabila ada orang yang mengaku
beragama, berusaha mengamalkan agama sebagaimana mestinya, maka agama

42 8Departemen..Agama RI, Al-qur‟an..dan..Terjemahnya, (Bandung: CV

Diponerogo, 2006), 140.

43 9Departemen..Agama RI, Al-qur‟an..dan..Terjemahnya, (Bandung: CV

Diponerogo, 2006), 64.


44 Tamrin Dahlan, Kaidah-kaidah Hukum Islam (Kulliyah al-Khamsah),(Malang: UIN Maliki
Press,2010). 203.
akan menjadi penolong baginya dalam menghadapi segala kesulitan, menjadi
petunjuk jalan di kala dalam keadaan kebingungan serta menjadi lentera yang
bersinar dalam kegelapan. Sedangkan apabila orang yang mengaku beragama akan
tetapi salah dalam mengamalkan ajaran agamanya, maka akan membawa petaka
baginya dan orang lain. Oleh sebab itu, dalam mengamalkan agama haruslah benar
dan sesuai dengan aturan syariat yang ada. moral dan etika serta bersifat absolut,
tetapi pada sisi lain juga menjadi sistem kebudayaan, yakni ketika wahyu itu
direspon oleh manusia atau mengalami proses transformasi dalam kesadaran dan
sistem kognisi manusia. Dalam konteks ini agama disebut sebagai gejala
kebudayaan. Sebagai sistem kebudayaan, agama menjadi establishment dan
kekuatan mobilisasi yang sering kali menimbulkan konflik.

Agama Islam membiarkan Adat (tradisi) dan produk-produk kebudayaan lokal


yang produktif dan tidak mengotori aqidah untuk tetap eksis. Jika memang terjadi
perbedaan yang mendasar, agama sebagai sebuah naratif yang lebih besar bisa
secara pelan-pelan menyelinap masuk ke dalam “dunia lokal” yang unik tersebut.
Mungkin untuk sementara akan terjadi proses sinkretik, tetapi gejala semacam itu
sangat wajar, dan in the long run seiring dengan perkembangan akal dan
kecerdasan para pemeluk agama, gejala semacam itu akan hilang dengan
sendirinya. Para Ulama Salaf di Indonesia rata-rata bersikap akomodatif. Mereka
tidak serta merta membabat habis tradisi. Tidak semua tradisi setempat berlawanan
dengan aqidah dan kontraproduktif. Banyak tradisi yang produktif dan dapat
digunakan untuk menegakkan syiar Islam.45 Islam tidak pernah membeda-bedakan
budaya rendah dan budaya tinggi, budaya Kraton dan budaya akar rumput yang
dibedakan adalah tingkat ketakwaannya. Disamping perlu terus menerus memahami
al-Quran dan Hadis secara benar, perlu kiranya Umat Islam merintis cross cultural
understanding (pemahaman lintas budaya) agar kita dapat lebih memahami budaya

45 Lihat saja lebaran menjadi momentum yang mulia dan mengharukan untuk sebuah
kegiatan yang bernama silaturrahim. Apalagi dalam era globalisasi dimana orang makin
mementingkan diri sendiri. Dalam masyarakat Minangkabau misalnya, tradisi telah menyatu
dengan nilai Islam. Lihat kearifan lokal mereka: Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah
“adat bersendikan Hukum Islam, hukun Islam bersendikan al-Quran.” dalam tradisi lisan
Madura juga dikenal abantal omba‟, asapo‟ iman yang bermakna bekerja keras dan
senantiasa bertakwa.
bangsa lain. Meluasnya Islam ke seluruh dunia tentu juga melintas aneka ragam
budaya lokal. Islam menjadi tidak “satu”, tetapi muncul dengan wajah yang berbeda-
beda. Hal ini tidak menjadi masalah asalkan substansinya tidak bergeser. Artinya,
rukun iman dan Rukun Islam adalah sesuatu yang tidak bisa di tawar lagi. Bentuk
masjid kita tidak harus seperti masjid-masjid di Arab. Atribut-atribut yang kita
kenakan tidak harus seperti atribut-atribut yang dikenakan Bangsa Arab. festival-
festival tradisional yang kita miliki dapat diselenggarakan dengan menggunakan
acuan Islam sehingga terjadi perpaduan yang cantik antara warna Arab dan warna
lokal. Lihat saja, misalnya, perayaan Sekaten di Yogyakarta, Festival Wali Sangan,
atau perayaan 1 muharram di banyak tempat. Dalam benak sebagian besar orang,
agama adalah produk langit dan budaya adalah produk Bumi. Agama dengan tegas
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
Sementara budaya memberi ruang gerak yang longgar, bahkan bebas nilai, kepada
manusia untuk senantiasa mengembangkan cipta, rasa, karsa dan karyanya. Tetapi
baik agama maupun budaya dipahami (secara umum) memiliki fungsi yang serupa,
yakni untuk memanusiakan manusia dan membangun masyarakat yang beradab
dan berperikemanusiaan.46 Patut diamati pula, kebudayaan populer di Indonesia
banyak sekali menyerap konsep-konsep dan simbol-simbol Islam, sehingga
seringkali tampak bahwa Islam muncul sebagai sumber kebudayaan yang penting
dalam kebudayaan populer di Indonesia.

Kosa kata bahasa Jawa maupun Melayu banyak mengadopsi konsep-konsep Islam.
Taruhlah, dengan mengabaikan istilah-istilah kata benda yang banyak sekali
dipinjam dari bahasa Arab, bahasa Jawa dan Melayu juga menyerap kata-kata atau
istilah-istilah yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Istilah-istilah seperti wahyu,
ilham atau wali misalnya, adalah istilah-istilah pinjaman untuk mencakup konsep-
konsep baru yang sebelumnya tidak pernah dikenal dalam khazanah budaya
populer. penggunaan istilah-istilah yang diadopsi dari Islam, tentunya perlu
membedakan mana yang “Arabisasi”, mana yang “Islamisasi”. Penggunaan dan
sosialisasi terma-terma Islam sebagai manifestasi simbolik dari Islam tetap penting
dan signifikan serta bukan seperti yang dikatakan Gus Dur, menyibukkan dengan
masalah-masalah semu atau hanya bersifat pinggiran. Begitu juga penggunaan kata
shalat sebagai ganti dari sembahyang (berasal dari kata nyembah sang hyang)

46 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, 87.


adalah proses Islamisasi bukannya arabisasi. Makna substansi dari shalat
mencakup dimensi individual-komunal dan dimensi pribumisasi nilai-nilai substansial
ini ke alam nyata. Adalah naif juga mengganti salam Islam “Assalâmu‟alaikum”
dengan “Selamat Pagi, Siang, Sore ataupun Malam”. Sebab esensi doa dan
penghormatan yang terkandung dalam salam tidak terdapat dalam ucapan “Selamat
Pagi” yang cenderung basa-basi, selain salam itu sendiri memang dianjurkan oleh
Allah swt dan Rasul-Nya. Dalam Syariat Islam yang dinamis dan elastis, terdapat
landasan hukum yang dinamakan 'Urf. „Urf adalah sesuatu yang menjadi kebiasaan
dan dijalankan oleh manusia, baik berupa perbuatan yang terlakoni di antara mereka
atau lafaz yang biasa mereka ucapkan untuk makna khusus yang tidak dipakai
(yang sedang baku). Dari segi sahih tidaknya, 'Urf terbagi dua: „Urf shahih dan fasid.
'Urf shahih adalah adat kebiasaan manusia yang mengharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram sedangkan 'Urf fasid adalah adat kebiasaan manusia
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal seperti kebiasaan makan
riba, ikhthilath (campur baur) antara pria dan wanita dalam pesta. „Urf ini tidak boleh
digunakan sumber hukum, karena bertentangan dengan syariat. Islam memandang
budaya, tradisi/adat yang ada di masyarakat sebagai hal yang memiliki kekuatan
hukum. Seperti dalam salah satu kaidah fikih yang sering digunakan dalam
menjawab berbagai pertanyaan mengenai hukum adat pada masyarakat, yaitu
al-‘Ādatu Muh}akkamah (adat itu bisa dijadikan patokan hukum).

Perlu diketahui bersama bahwa teori adat ini diambil dari adanya realitas
sosial kemasyarakatan bahwa semua cara hidup dan kehidupan itu dibentuk oleh
nilai-nilai yang diyakini sebagai norma kehidupan, sedang setiap individu dalam
bermasyarakat dalam melakukan sesuatu itu karena sesuatu tersebut dianggap
bernilai, sehingga dalam komunitas mereka memiliki pola hidup dan kehidupan
mereka sendiri secara khusus berdasarkan nilai-nilai yang sudah dihayati bersama.
Oleh sebab itu, jika ditemukan suatu masyarakat meninggalkan perbuatan yang
selama ini sudah biasa dilakukan, maka mereka sudah dianggap telah mengalami
pergeseran nilai, nilai-nilai seperti inilah yang dikenal degan sebutan adat-istiadat,
budaya, tradisi dan sebagainya. Oleh karena itulah kebudayaan itu bisa dianggap
sebagai perwujudan aktifitas nilai-nilai dan hasilnya. Dari faktor itulah, Islam dalam
berbagai bentuk ajaran yang ada di dalamnya, menganggap adat-istiadat atau „Urf
sebagai patner dan elemen yang harus diadopsi secara selektif dan proporsional,
sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu alat penunjang hukumhukum syarak,
bukan sebagai landasan hukum yuridis yang berdiri sendiri dan akan melahirkan
produk hukum baru, akan tetapi ia hanya sebagai suatu ornamen untuk melegitimasi
hukum-hukum syarak sesuai dengan perspektifnya yang tidak bertentangan dengan
nas-nas syarak.

F. Adat dalam pandangan Islam

Islam datang dan berkembang dan berkembang di Arab dengan seperangkat


norma syarak yang gunanya mengatur kehidupan masyarakat Arab, dan proses
tersebut tentunya menimbulkan penyerapan, pembenturan dan pembauran antara
adat dan syariat. Dalam hal menyeleksi adat yang perlu dilaksanakan dengan adat
yang berbenturan dengan Ajaran Islam. Apapun yang jadi pedoman dalam
menyeleksi adat lama ialah kemaslahatan menurut wahyu. Berdasarkan hal
tersebut, adat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: 47

1. Adat lama dalam pelaksanaannya mengandung unsur Maslahat


Maksudnya dalam prakteknya terdapat unsur-unsur manfaat dan tidak
mengandung mudharat. Adat dalam bentuk ini dapat diterima dalam Islam.
2. Adat lama secara prinsip mengandung unsur maslahat
Maksudnya Adat kebiasaan umat tersebut memang mengandung
kemaslahatan, namun dalam pelaksaannya di anggap tidak baik dalam Islam,
tetapi seiring waktu dalam pelaksanaannya selanjunya secara bertahap
mengalami perubahan dan perlu penyesuaian dengan Syariat Islam.
3. Adat lama secara prinsip mengandung mafsadat
Maksudnya ialah adat tersebut tidak mengandung manfaat dan hanya
mengandung mafsadat (kerusakan), atau kerusakan yang ditimbulkan lebih
besar dari pada manfaat. Adat yang telah berlangsung lama Adat yang telah
berlangsung lama
4. Adat yang diterima oleh orang banyak karena tidak mengandung mudarat
atau mafsadat dan tidak bertentangan dengan syarak yang datang kemudian,

47 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh 2, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008), 416-418.
48 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh, 417
Adat dalam bentuk pertama, kedua dan ke empat di terima oleh Islam, dalam
artian tetap dilaksanakan mengikuti Hukum Islam. Para Ulama sepakat dengan
menerima adat dalam bentuk pertama, kedua dan keempat karena adat tersebut
tidak bertentangan dengan Syariat Islam meskipun berasal dari adat lama. Adat-adat
tersebut digolongkan sebagai adat yang sahih (benar). Adat dalam bentuk ketiga
para Ulama sepakat menolaknya karena sudah jelas mudaratnya dan bertentangan
dengan syariat. Segala ketentuan yang bertentangan dengan hukum syariat harus
ditinggalkan meskipun secara adat tersebut diterima oleh banyak masyarakat. Adat
dalam bentuk tersebut digolongkan dalam bentuk fasid (rusak). 49 Selanjutnya para
Ulama mengamalkan adat („Urf) di antaranya Ulama golongan Hanafiyah, Malikiyah
dan Syafi‟iyah :

 Adat („Urf) tersebut bernilai maslahat dan dapat diterima oleh akal sehat.
Syarat tersebut merupakan kelaziman bagi Adat („Urf) yang sahih, sebagai
syarat untuk diterima secara umum. Umpamanya suatu kelompok masyarakat
mempunyai kebiasaan memakan biawak, meski dianggap boleh akan tetapi
tidak dapat diterima akal sehat.
 Adat („Urf) tersebut berlaku umum dan merata dikalangan masyarakat yang
berada dalam suatu lingkungan adat, atau di kalangan sebagian besar
warganya. al-Shuyuthi berkata bahwa yang diperhitungkan ialah adat yang
berlaku secara umum, seandainya adat tersebut kacau maka tidak
diperhitungkan.
 Adat („Urf) yang dapat dijadikan sebagai dasar penetapan hukum yang ada
dan berlaku pada saat itu, bukan adat yang muncul kemudian. Maksutnya
ialah adat tersebut harus sudah ada sejak sebelum penetapan hukum, jika
datang kemudian maka tidak
diperhitungkan.50

G. Pengertian Adat dan Macam-macam Adat

49 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh, 418

50 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh, 426


Suatu kumpulan masyarakat tentunya punya keinginan hidup yang teratur.
Maka dengan keinginan tersebut masyarakat merumuskan, mengembangkan dan
mempertahankan nilai-nilai. Nilai tersebut merupakan bentuk nyata yang berasal dari
dalam diri manusia tentang apa yang harus mereka pertahankan (yang dianggap
baik) dan apa yang harus mereka tinggalkan (yang dianggap buruk). Nilai-nilai
tersebut berpengaruh besar dengan dapat terciptanya keteraturan dalam kehidupan
masyarakat.51Mengenai nilai baik dan nilai buruk yang ada dalam masyarakat,
dijelaskan di dalam ensiklopedia Islam bahwa sesuatu nilai dapat dikatakan baik
apabila dia mendatangkan kebahagiaan atau rahmat dan mendatangkan rasa
senang tentunya dalam koridor yang positif. Sedangkan suatu nilai dikatakan buruk
apabila mendatangkan segala ketercelaan, tidak baik, tidak pantas, dan lain
sebagainya. Derajat baik dan buruk tidak sama Karena bersifat relative. Perbuatan
yang buruk merupakan sesuatu yang bertentangan dengan norma masyarakat yang
berlaku yang biasa disebut dengan adat istiadat. 52 Perilaku baik dan buruk bersifat
sangat individual sekali tergantung kepada kelompok masyarakat yang menilainya,
serta terikat dengan ruang dan waktu dan tidak bersifat universal, hanya meliputi
kelompok atau wilayah masyarakat tertentu. Dapat kita simpulkan bahwa cara kita
mengukur takaran baik dan buruknya suatu prilaku yaitu dengan norma agama,
norma kesusilaan dan norma kesopanan yang berlaku dalam suatu kelompok
masyarakat. Juga dapat diukur dari tujuan yang hendak dicapai. Misalnya tujuan dari
syariat adalah kemaslahatan manusia. Begitu juga dengan hukum adat, bersendi
atas dasar alam pikir bangsa Indonesia yang tentunya tidak sama dengan pikiran
yang menguasai sistem hukum di Barat. 5354 Norma dan tradisi dalam adat terbentuk
melalui beberapa proses yaitu:

 Manusia senantiasa berinteraksi atau melakukan hubungan interpersonal,


oleh karena kebutuhan akan inklusi, kontrol dan afeksi. Maka pengalaman
berinteraksi tersebut menghasilkan
sistem nilai.
 Sistem nilai merupakan konsepsi nyata mengenai baik dan buruk.

51 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Presentasi Pustaka karya, 2006) 118.

52 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, 189.

53 Soejono Soekanto, Hukum Adat di Indonesia,( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009)
54 .
Sistem nilai berpengaruh terhadap pola pikir manusia
 Selanjutnya pola pikir manusia membentuk suatu sikap.
 Sikap manusia cenderung berbuat atau tidak terhadap suatu keadaan, sikap
tersebut menimbulkan perilaku.
 Perilaku tersebut kemudian menjadi pola prilaku, dan di absraksikan menjadi
norma, kaidah dan tradisi.55

Sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini kehidupan masyarakat terutama di
pedesaan di Kabupaten Kerinci. Adat istiadat yang di pegang oleh Depati dan Ninik
Mamak secara turun temurun dan dipatuhi oleh penduduk dalam wilayah adat
Kerinci. Adat punya peranan yang sangat penting dalam masyarakat Kerinci. Walau
adat tidak tertulis tetapi nilai-nilainya tetap bersinergi di Tengah masyarakat. Begitu
juga masyarakat sangat menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi warisan Nenek
Moyang.56

H. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu yang pernah dianalisis oleh pihak lain yang dapat
digunakan sebagai bahan masukan, serta bahan kajian yang berkaitan dengan
penelitian ini antara lain :

Pertama, Disertasi yang ditulis Ismail Thalaby berjudul “Adat Sakti Alam
Kerinci dan Akulturasinya dengan Hukum Islam. penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif analitik dengan menitikberatkan kepada normatif survei serta
menggabungkan antara penelitian kepustakaan dengan penelitian lapangan. Obyek
penelitian ini adalah tentang eksistensi Hukum Adat Kerinci dan hubungannya
dengan Hukum Islam, seperti persoalan kekerabatan, perkawinan, kewarisan,
pertanahan dan pidana. Kesimpulannya, Dalam masyarakat kerinci terdapat praktek
penerapan syarak dan adat saling mempengaruhi. Adat dan syarak hanya pada
batas tertentu, sedangkan dalam batas lain adatnya yg berjalan 57. Disertasi ini
menyoroti bagaimana akulturasi Hukum Islam dengan adat Kerinci, yang mana
55 Soejono Soekanto, Hukum Adat di Indonesia, 66.

56 Yunasril Ali, dkk, Adat Basendi Syarak (Sebagai pondasi membagun masyarakat madani Kerinci),
(Sungai Penuh: Stain Kerinci Press, 2005), 61.

57 Ismail Thalaby ”Adat Sakti Alam Kerinci dan Akulturasinya dengan Hukum Syara” (Jakarta, UIN
Syarif Hidayatullah, 2000)
melihat tarik menarik antara Hukum Islam dan adat kerinci. Antara penelitian Ismail
Thalaby dan penelitian ini meskipun sama-sama mengkaji berdasarkan hukum
Islam, tetapi terdapat perbedaan subjek, lokasi dan perbedaaan ruang lingkup
penelitiannya.

Kedua, Syamsarina Nasution (1693-8712) /jurnal/ tradisi Kenduri Sko dan


memandikan benda-benda pusaka dalam perspektif Hukum Islam (studi kasus di
Kelurahan Dusun Baru Kota Sungai Penuh). Penelitian ini mengunakan jenis
penelitian field research. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah prosesi tradisi
Kenduri Sko dan memandikan benda-benda pusaka dalam persepektif Hukum Islam
(studi kasus di Desa Dusun Baru, Kota Sungai Penuh). didalam islam dikatakan
bahwa “ Sesuatu yang membawa kepada yang haram maka hukum sesuatu itu
menjadi haram pula” jadi hukum dari memandikan benda-benda pusaka adalah
haram, jika berlebih-lebihan menghormati benda-benda tersebut dan menganggap
benda-benda tersebut bisa memberikan manfaat dan mudarat. 58

Ketiga, Jurnal Randa Gustiawan Kenduri Sko di Kabupaten Kerinci (studi


kasus di Dusun Empih tahun 1991-2011. Penelitian ini mengunakan metode
historiografi (penulisan sejarah). Penelitian ini berfokus kepada membahas tinjauan
histori (sejarah) pada tradisi Kenduri Sko, Dalam upacara Kenduhai Sko ini
masyarakat bisa menyaksikan banyak keajaiban fenomena dalam pembersihan
bendabenda pusaka, dalam hal ini dukun memiliki peranan penting untuk
mensahkan upacara pembersihan benda-benda pusaka tersebut. Kenduhai Sko bila
diartikan secara harfiah berasal dari kosa kata Kenduhai dan Sko.

Keempat, Karya Ilmiah Lalu Moh. Fahri berjudul : Tinjauan Hukum Islam
Terhadap pelaksanaan adat perkawinan di Kecamatan Sakra, Lombok timur.
Penelitian ini memfokuskan pada melihat sejauh mana Hukum Islam dapat dapat
diterapkan dalam adat perkawinan di Kecamatan Sakra. Kesimpulannya pada adat
perkawinan di Kecamatan Sakra Terdapat dampak positif dan negatif. Antara
penelitian Moh. Fahri dan peneltiian ini memeiliki peredaan subjek dan Fokus
penelitiannya. Penelitian ini berfokus pana tinjauan Hukum Islam terhadap adat

58 Syamsarina Nasution /Jurnal/ Tradisi Kenduri Sko Dan Memandikan Benda-


Benda Pusaka Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Di Kelurahan Dusun Baru

Kota Sungai Penuh) Jurnal Islamika, Vol. 17, no. 2 Tahun (2017)
perkawinan, sedangkan penelitian ini berfokus pada Tradisi Kenduri Sko dalam
Persfektif Hukum Islam.5960

Kelima, Karya Ilmiah Salvetri dan Nana Supriatna berjudul: penerapan


budaya lokal Kenduri Sko sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kesadaran
sejarah peserta didik (penelitian tindakan kelas di X IS SMA Negeri 2 Kerinci).
Penelitian ini berfokus kepada mengatasi kesadaran sejarah peserta didik yang
rendah melalui penerapan budaya lokal Kenduri Sko sebagai sumber belajar.
Penelitian dilaksanakan di kelas X IS 3 SMA Negeri 2 Kerinci. Metode yang
digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan desain
pembelajaran;dan pembelajaran sejarah menggunakan budaya lokal Kenduri Sko
sebagai sumber belajar telah berhasil meningkatkan kesadaran sejarah peserta didik

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Soejono Soekanto61 mengungkapkan, bahwa penelitian merupakan sesuatu


kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi, yang dilakukan
secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologi berarti sesuai dengan
metode atau cara tertentu. Sistematis adalah berdasar suatu sistem, sedangkan
konsistem berarti tidak adanya yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.
Penelitian hukum seorang dapat saja melakukan kegiatan-kegiatan untuk
mengungkapkan kebenaran hukum, yang dilakukan secara kebetulan. Selain itu ia
juga dapat menerapkan metode untung-untungan yang banyak didasarkan kepada
kegiatan mengadakan percobaan. Kegiatan tersebut dilakukan tidak atas dasar
metode tertentu yang ilmiah dan tidak juga sistematis maupun konsisten. Dalam
melakukan Penelitian hukum seorang Peneliti seyogyanya selalu mengkaitkan
dengan arti-arti yang mungkin dapat diberikan pada hukum. Arti-arti tersebut
merupakan pemahamanpemahaman yang diberikan oleh masyarkat terhadap gejala

59 Devi Angreani ” Kenduri Sko di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci (1990-


60 )” (Jambi: Universitas Negeri Jambi, 2015)

61 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: universitas Indonesia, 2010), 42-43.
yang dinamakan hukum, yang kemudian dijadikan sesuatu pegangan. Oleh karena
itu untuk mendapatkan hasil penelitian yang mempunyai nilai validasi yang tinggi
serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Maka diperlukan suatu metode
penelitian yang tepat, diperlukan untuk memberikan suatu pedoman serta arah yang
jelas dalam mempelajari serta meneliti objek yang diteliti. Demikian Peneliti akan
berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana yang ditetapkan “suatu
metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk memahami obyek yang menjadi
sasaran ilmu pengetahuan yang bersangkutan”. Menurut Maria S.W. Sumardjono,
penelitian merupakan suatu proses penentuan kebenaran yang dijabarkan dalam
bentuk kegiatan yang sistematik yang terencana yang dilandasi oleh metode ilmiah.
Seluruh proses penelitian merupakan kegiatan terkait. Asas suatu benang merah
yang dapat ditarik berawal dari pemilihan judul serta perumusan masalah yang
mana masalah harus singkron dengan tujuan Penelitian. Tinjauan pustaka yang
dikemukan maka dapat dilihat kerangka berpikir yang berhubungan dan menunjang
penelitian. Kerangka berpikir ini dapat terwujud tanpa merinci cara-cara melakukan
penelitian yang menerangkan tentang dari mana serta bagaimana data yang
terkumpul akan dianalisis untuk dapat menjawab masalah. 62 Ditinjau dari sudut
tujuannya, Soejono Soekanto membagi penelitian hukum menjadi dua bagian yaitu:

1. Penelitian hukum normative, yang mencakup;


a. Penelitian terhadap azas-azas hukum
b. Penelitian terhadap tata singkronisasi hukum
c. Penelitian sejarah hukum
d. Penelitian perbandingan hukum

2. Penelitian hukum sosiologis dan empiris, yang terdiri;

a. Penelitian terhadap identifikasi


b. Penelitian terhadap efektifitas hukum. 63

3. Ditinjau dari sudut sifatnya, Penelitian hukum dapat berupa;

a. Penelitian eksplortoris atau penjelajah,

62 Maria S.W Sumardjono, Pedoman Usulan Penelitian Sebuah Panduan Dasar, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum, 1997), 27.

63 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 9-10.


b. Penelitian deskriptif.

4. Ditinjau dari sumber bentuknya Penelitina hukum dapat berupa;

a. Penelitian diagnostic.
b. Penelitian prekskriptif.
c. Penelitian evaluative.

5. Ditinjau dari sudut tujuan, dapat berbentuk;

a. Penelitian “fact-finding”.
b. Penelitian problem-identification.
c. Penelitian problem solution.

6. Dari sudut penerapan, dapat berbentuk;

a. Penelitian murni/dasar/fundamental.
b. Penelitian yang berfokus masalah, dan.
c. Penelitian terapan/terpakai.

Soetandyo Wignosoebroto sebagaimana yang dikutip oleh Bambang


Sunggono membagikan penelitian hukum menjadi:

1. Penelitian doktrinal yang terdiri dari


a. Penelitian yang berupa usaha inventarisasi hukum positif.
b. Penelitian yang berupa usaha penemuan asas-asas dan dasar
falsafah (dogma atau doktrin) hukum positif.
c. Penelitian yang berupa penemuan hukum atau in concreto yang
layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara tertentu.

2. Penelitian non oktrina, yaitu Penelitian yang berupa studi empiris untuk
menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses
bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Tipologi penelitian yang terakhir
ini sering disebut sosio legal research. Jika diperhatikan sebenarnya
penelitian jenis terakhir ini juga sama dengan tipologi penelitian sosiologis
atau empiris64.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini Penulis akan mengunakan
metode pendekatan yuridis sosiologis atau empiris, yaitu metode yang terdiri dari
penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis) dan penelitian terhadap
efektivitas hukum65. Bambang Sunggono mengutip pendapat

Sotjipto Raharjo mengatakan, bahwa metode yuridis sosiologis berbeda


dengan metode normative misalnya, karena metode sosiologis mengkaitkan hukum
kepada usaha untuk mencapai tujuan-tujuan serta memenuhi kebutuhan konkret
dalam masyarakat, atau metode yang memusatkan perhatiannya pada pengamatan
efektivitas hukum66. Peter Mahmud marzuki mengatakan ada beberapa pendekatan
penelitian hukum yaitu; pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan
kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), dan pendekatan
konseptual (conceptual aproauch)67. Metode yuridis sosiologis disebut juga metode
empiris atau yang berarti bersifat nyata, yaitu suatu suatu metode yang berusaha
untuk mendekatkan masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata dan
sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Penelitian dengan
pendekatan empiris dilakukan dilapangan dengan mengunakan metode dan teknik
penelitian lapangan, dimana Peneliti harus mengadakan kunjungan kepada
masyarakat dan berkomunikasi dengan masyarakat. Penelitian dengan pendekatan
empiris selalu diarahkan dengan identifikasi (pengenalan) terhadap hukum yang
berlaku secara implisit (penuh) buku yang eksplisis (jelas dan tegas) dalam
perundang-undangan atau yang diuraikan dalam kepustakaan, dengan kata lain
dapat disimpulkan, bahwa metode yuridis sosiologis atau metode empiris adalah
metode yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan penelitian
terhadap efektivitas penerapan norma-norma hukum ke dalam pelaksanaan
kedalam masyarakan atau suatu penelitian yang berusaha untuk mendekatkan
masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan

64 Bambang sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2012), 42.
65 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 51.

66 Bambang sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, 68


67 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: kencana premadia grup, 2010), 43.
yang hidup dalam masyarakat68. Penelitian yuridis sosiologis atau empiris dilakukan
di lapangan dengan cara penelitian berkunjung langsung kepada masyarakat yang
diteliti sehingga mendapat data yang menjadi bahan dalam penelitian dalam
penelitian yang dimaksud. Data yang terhimpun dari lapangan yang berkaitan
dengan tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya,
Kabupaten Kerinci, kemudian dianalisis dengan mengadakan pendekatan secara
teoritis kepada data yang diperoleh dari bahan pustaka yang berkaitan dengan adat
atau tradisi Kenduri Sko dalam perspektif Hukum Islam.. Prosedur penelitian nanti
akan menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang yang terlibat langsung dalam masalah yang diteliti.

B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian

1. Situasi Sosial

Situasi sosial adalah lokasi atau tempat yang ditetapkan untuk melakukan
penelitian. Karena penelitiannya adalah riset sosial atau lingkungan manusia atau
budaya maka dinamakan dengan situasi sosial (Social Setting).69 Adapun situasi
sosial dalam penelitian ini adalah Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung
Raya. Terdapat beberapa pertimbangan Peneliti dalam menetapkan situasi sosial,
diantaranya adalah :

 Peneliti harus bukan bagian dari situasi sosial yang diteliti. Misalnya
kehidupan masyarakat Desa setempat, data lembaga adat, situasi sosial
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah.
 Situasi sosial tidak terlalu luas, Jarak yang terlalu jauh dan terpisah di suatu
lokasi dan lokasi lainnya.
 Situasi sosial dapat didatangi kapanpun oleh Peneliti untuk mendapat
informasi melalui snowball data dan proses elaborasi data.

68 Mudjia Rahardjo, Penelitian Sosiologis Hukum Islam, (2010),


http://mudjiraharjo.uin-malang.ac.id/artikel/134-Penelitian-sosiologis-hukum-Islam.html.

69 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 88.


 Situasi sosial bukan sesuatu yang asing sama sekali bagi Peneliti, baik
menyangkut lokasi, nama, istilah dan keberadaan kelembagaan maupun
eksistensinya.
 Situasi sosial memiliki informasi atau data yang sesuai dengan judul dan
masalah penelitian yang mungkin dapat dikumpulkan. 70

Berdasarkan penjelasan di atas Penulis menetapkan tempat penelitian di


Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, karena situasi sosial yang
Penulis pilih sangat tepat dan memungkinkan bagi Penulis untuk melakukan
penelitian. Adapun alasan Penulis memilih Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan
Gunung Raya sebagai situasi sosial penelitian ini adalah pertama karena Kelurahan
Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya termasuk desa yang berpegang dengan
adat istiadat, kedua di sana masih dihadapkan pada masalah adat yang dilakukan
masyarakat sudah terpengaruh oleh modernisasi, ketiga sehubungan dengan
permasalahan itu maka belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti
permasalahan ini dan kemudahan dalam mengakses data di karenakan Penulis
merupakan bagian warga desa tersebut. Adapun manfaat akademis dari penelitian
ini yang berjudul “Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan
Gunung Raya, Kabupaten Kerinci dalam persfektif Hukum Islam‟‟ adalah bahwa,
adat istiadat yang terakar di tengah masyarakat tentunya harus sesuai dengan
Syariat Islam yaitu tidak bertentangan dengan dasar-dasar hukum di dalam Agama
Islam yaitu al-Qur‟an dan sunnah. Jadi syariat itu adalah patokan bagi setiap adat
istiadat, apabila adat bertentangan dengan syariat maka adat tersebut tidak dapat
diberlakukan dalam Masyarakat Islam. 71 Menurut Soekanto, hukum adat adalah
kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak di kitabkan, tidak dikodifikasi
(ongencodificeerd). Bersifat paksaan (dwang), yang mempunyai sanksi (dari hukum
itu), jadi mempunyai akibat hukum (rechtsgevolg).72

2. Subjek Penelitian

70 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 90-91.

71 Abdurrahman Aljaziri, Fiqh Empat Mazhab, Bagian Muamalat I, (Jakarta: Darul Ulum Press,
1992), 156.

72 Soekanto, Meninjau Hukum Adat Indonesia, Hukum Adat Indonesia : Pengantar untuk
Mempelajari Hukum Adat, (Jakarta, Rajawali Press, 1981), 2.
Atas berbagai pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas maka Peneliti
menentukan yang dapat dijadikan sebagai informan (subjek penelitian) untuk
memperoleh data tentang tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah,
Kecamatan Gunung Raya adalah:

 Depati Agung (Ketua Adat Kelurahan Lempur Tengah)


 Ninik Mamak (pemuka adat).
 Ulama-ulama
 Tokoh-tokoh masyarakat.
 Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah.

Adapun alasan Peneliti menetapkan subjek penelitian diatas sebagai berikut:

 Mereka yang relatif paham tentang masalah dan penelitian yang akan
dilakukan,
 Mereka yang mengerti tentang situasi sosial yang menjadi lokasi penelitian.
 Mereka yang mau berbagi informasi, ilmu dan pengetahuan.
 Mereka yang bertanggung jawab atas kebenaran informasi yang diberikan.
 Mereka orang yang kredibel, dapat diterima (acceptable), dan dipercaya.

Dalam penetapan subjek penelitian atau informan, harus di tetapkan informan


kunci (key informen). Informen kunci ini merupakan orang yang dapat dijadikan
sandaran untuk melakukan croos check data atau proses triangulasi sumber. Namun
bukan berarti informan kunci adalah orang yang membenarkan data, yang akan
memberikan kebenaran data merupakan teori dan peraturan yang terkait yang
dibangun dari triangulasi teori. teknik pengambilan sample dan informan dalam
penelitian ini menggunakan cara snow ball sampling. Snowball sampling adalah
“proses penyebaran sample yang seibarat bola salju, yang mulanya bergulir kecil,
kemudian semakin membesar dalam proses “bergulir menggelindir”. 73 Sebagai key
infomen yaitu Pemuka Adat dan beberapa panitia acara Kenduri Sko Kelurahan
Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya.

C. Jenis dan Sumber Data

73 Soekanto, Meninjau Hukum Adat Indonesia, Hukum Adat Indonesia : Pengantar untuk
Mempelajari Hukum Adat, 65.
1. Jenis Data

Data merupakan catatan atas kumpulan fakta, data merupakan sesuatu


belum mempunyai makna dan masih memerlukan pengolahan. Data diterima secara
apa adanya dan bentuknya dapat berupa kata-kata, angka, simulasi, gambar,
konsep, dan lainnya. Dalam penelitian, fakta-fakta akan dikumpulkan menjadi
sebuah data.74 Dalam penelitian ini mengunakan data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama melalui
observasi dan wawancara di lapangan. Sedangkan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari bacaan literatur-literatur serta sumber-sumber lain yang berhubungan
dengan penelitian ini, dengan kata lain data sekunder dapat diperoleh dari sumber
kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan atau tulisan. Data
primer didukung dan dilengkapi oleh data sekunder.

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung Peneliti tanpa
perantara dari sumbernya.75 yaitu data yang diperoleh dengan proses wawancara
dan pengamatan (observasi) secara langsung terhadap tradisi Kenduri Sko di
Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya dalam persfektif Hukum Islam
pada masyarakat di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya. Data
primer yang berkaitan dengan permasalahan yang ada Penelitian ini adalah sebagai
berikut:

 Bagaimana Proses pelaksanaan Tradisi Kenduri Sko yang ada di Kelurahan


Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci.
 Bagaimana nilai-nilai Islam berperan pada Tradisi Kenduri Sko yang ada di
Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci.
 Bagaimana status hukum tradisi Kenduri Sko jika ditinjau dari perspektif
Hukum Islam.

2) Data Sekunder

74 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 87.

75 Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif
Lapangan dan Perpustakaan (Jambi: Gaung Persada Press, cetakan ke-3, 2010), 86.
Data sekunder adalah data yang didapat Peneliti tidak dengan sendirinya dalam
proses pengumpulan misalnya dari dokumentasi (struktur organisasi dan profil
Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya) atau publikasi lainnya. 76 Data
sekunder ialah data yang didapatkan dari bacaan sumbersumber serta literatur-
literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini. data sekunder dapat
didapatkan dari sumber kedua berupa peristiwa yang bersifat lisan atau tulisan serta
dokumentasi. Data sekunder digunakan sebagai bahan pelengkap bagi data primer.

3) Sumber Data

Menurut Lofland dalam Jam‟an Satori dan Aan Komariah mengatakan bahwa
sumber data utama dalam pene Dalam penelitian ini, subjek yang Penulis gunakan
untuk memperoleh data penelitian ini terdiri dari orang dan literatur yang meliputi
sebagai berikut:

 Pemuka-pemuka Adat
 Ninik Mamak
 Ulama
 Masyarakat
 Peristiwa/kondisi
 Dokumentasi

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling


strategis dalam penelitian, karena tujuan yang utama dari penelitian adalah
memperoleh data. Tanpa kita mengetahui teknik dalam pengumpulan data, maka
Peneliti tidak dapat memperoleh sebuah data yang sesuai dengan standar data yang
telah ditentukan.77 Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk
memperoleh data atau fakta yang terjadi pada subjek penelitian untuk memperoleh

76 Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan dan
Perpustakaan, 90.
77 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 224.
data yang sesuai. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
metode observasi, wawancara, dokumentasi.

1) Observasi

Observasi diartikan sebagai pencatatan atau pengamatan secara sistematik


terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. 78 Observasi dilakukan
untuk mendapatkan informasi tentang kelakuan manusia sesuai dengan terjadi
dalam kenyataan.79 Metode ini dilakukan dengan jalan terjun langsung kedalam
lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan pencatatan terhadap hal-
hal yang muncul terkait dengan informasi data yang dibutuhkan. Dengan observasi
sebagai alat pengumpul data merupakan dimaksud observasi yang dilakukan secara
sistematis bukan observasi secara kebetulan saja atau sambil-sambilan. 80 Dalam
penelitian ini, Penulis menggunakan metode observasi untuk mengamati secara
langsung data yang ada dilapangan, terutama data yang ada di Kelurahan Lempur
Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci.

2) Wawancara

Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi verbal seperti percakapan yang


bertujuan memperoleh informasi.81 Menurut Joko Subagyo, wawancara adalah suatu
kegiatan dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dengan
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari para Responden. 82 Penulis
mengunakan metode wawancara ini untuk mengambil data, dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung dengan Responden dan mendengarkan langsung
jawaban dari responden serta mencatat dengan teliti diterangkan oleh Responden,
Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa sumber-
sumber yang bersangkutan yaitu Pemuka-pemuka Adat, Ninik Mamak, Ulama,
Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah. Sebelum Penulis melakukan wawancara,

78 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 158.

79 Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.106.

80 Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, 106.

81 . Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, 113.


82 . Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, 92.
Penulis sudah mempersiapkan seperangkat pertanyaan yang berkaitan dengan
penelitian. Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara:

 Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang


hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.
 Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai checklist. Pewawancara tinggal
membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai.83

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data pendukung yang diperoleh sebagai pendukung


data wawancara dan observasi.84 Metode ini adalah suatu cara pengumpulan data
yang menghasilkan catatancatatan penting berhubungan dengan masalah yang
diteliti, sehingga akan didapatkan data yang sah, lengkap dan bukan berdasarkan
narasi sendiri.85 Adapun data tersebut antara lain :

- Historis dan geografis Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya.


- Struktur Organisasi Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya.
Struktur adat Kelurahan Lempur Tengah.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses memisahkan, mengolah, memadukan dan


mengelompokkan sejumlah data yang diperoleh di lapangan secara empiris menjadi
sebuah kumpulan informasi yang ilmiah yang sistematis dan terstruktur yang
selanjutnya siap dikemas menjadi laporan hasil Penelitian. 86 Setelah data

83 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, 270.

84 Mukhtar, Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian
Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan, 119

85 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 158.

86 Mukhtar, Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian
Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan , 120.
dikumpulkan, data itu perlu dianalisis dan diolah. Pertama-tama Peneliti perlu
menyeleksi tingkat reliabilitas dan validitasnya. Data yang memiliki reliabilitas dan
validitas rendah digugurkan, Di samping itu data yang kurang lengkap tidak perlu
disertakan dalam unit analisis.87 penelitian ini yang akan dianalisis adalah melalui
metode pendekatan penelitan kualitatif sosiologis empiris dengan menggunakan
cara analisis sosiologis empiris.Penelitian kualitatif sosiologis empiris berusaha
mengambarkan seluruh keadaan dan gejala yang ada, yaitu gejala keadaan menurut
apa adanya pada saat Penelitian dilakukan.88 Analisis data meliputi:

1) Reduksi Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terdapat dari
berbagai sumber yaitu dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah
dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya yaitu reduksi data. Mereduksi data
berarti kita merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan fokus pada hal-hal yang
penting, dicari pola dan temanya. 89 Reduksi data adalah proses pemilihan,
pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-
data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data
dilakukan selama penelitian berlangsung.

2) Penyajian Data

Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisa data adalah
penyajian data atau informasi-informasi yang memungkinkan Peneliti untuk
melakukan penarikan suatu kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk bagan, uraian singkat, flowchart, hubungan antar
kategori, dan sejenisnya.90

3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

87 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Kencana,


2010), 189.

88 Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif
Lapangan dan Perpustakaan , 10-11.

89 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D , 247.

90 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 249.


Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa gambaran atau deskripsi suatu objek yang
sebelumnya masih tidak tampak atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan interaktif atau kautsal, teori atau hipotesis. 91 Setelah data
terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan, maka langkah terakhir dalam
penganalisa data merupakan menarik suatu kesimpulan analisanya.

F. Uji Keterpercayaan Data (Trushwortnines)

Untuk menetapkan keterpercayaan data, maka diperlukan tehnik pemeriksaan.


Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas beberapa kriteria tertentu. Ada beberapa
teknik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan temuan, diantaranya :

1) Perpanjang keikutsertaan

Perpanjangan keikut-sertaan berarti Peneliti tinggal di lapangan penelitian


sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan
membatasi gangguan dari dampak Peneliti pada konteks, membatasi kekeliruan
Peneliti, dan mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak
biasa atau peristiwa yang memiliki pengaruh sesaat. Perpanjangan waktu di
lapangan akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpul.92

2) Ketekunan Pengamatan

Ketekunan dalam pengamatan berarti menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur


dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
dan kemudian memusatkan diri terhadap hal-hal tersebut secara rinci. 93 Hal ini
diharapkan dapat mengurangi distorsi data yang timbul akibat Peneliti
terburuburu dalam menilai suatu persoalaan, ataupun kesalahan Responden
yang tidak benar dalam memberikan informasi.

3) Triangulasi

91 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 253.

92 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 327.


93 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 329.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Terdapat empat macam teknik pemeriksaan
menggunakan sumber, metode, penyidik, dan teori. 94 Triangulasi merupakan
proses pengujian kebenaran data, yang dimaksudkan untuk membandingkan
atau mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
dalam penelitian. Berdasarkan penggunaan teknik triangulasi tersebut, maka
dimaksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh
di lapangan tentang Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah,
Kecamatan Gunung Raya dalam persfektif Hukum Islam.

G. Rencana Dan Waktu Penelitian

Untuk memudahkan dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan mencari


informasi dan data di lapangan, maka Penulis memerlukan adanya jadwal penelitian.
Agar lebih jelas jadwal penelitian Peneliti dapat diketahui pada tabel berikut :

NO Uraian oktober november desember januari februari maret

1 Studi
Pustaka

2 Proposal
Tesis

3 Pengabilan
data

4 Pengolaha
n Data

5 Penulisan
Tesis

6 Seminar
Hasil
94 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 330.
7 Munaqasah

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN

DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Historis Dan Geografis Lokasi Penelitian

a) Historis

Kelurahan Lempur Tengah merupakan sebuah Kelurahan yang terletak dalam


daerah Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci, terletak sekitar 48 kilo meter
dari pusat Kota Sungai Penuh yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Kerinci namun
pada saat ini Kota Sungai Penuh telah diresmikan menjadi daerah Kota Madya
Sungai Penuh. Dari hasil Penulis dengan Bapak Syamsir Alam S.E salah satu tokoh
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah beliau manyatakan bahwa “Kelurahan
Lempur Tengah ini berasal dari kata “Talempo" yang berawal dari “Puti Ayu Mariam”
yang durhaka pada Ibunya, sehingga pada suatu waktu dia disumpah oleh Ibunya
sehingga ia talempo di tengah-tengah sawah.

b) Keadaan Fisik/ Geografis Kelurahan Lempur Tengah

Kelurahan Lempur Tengah terletak di bagian selatan dari daerah Kabupaten


Kerinci, dan berada di dataran tinggi dan berbukit yang sangat subur untuk lahan
pertanian yang terletak di samping pegunungan yang dikelilingi oleh sawah,
perbukitan dan sungai air Lempur beriklim yang lembab dengan suhu rata-rata 17/25
c dan mendapat cahaya matahari berkisar 8 s/d 10 jam/hari dengan batas wilayah
sebagai berikut:

1) Batas Wilayah
a. Sebelah Utara : Desa Lempur Hilir

b. Sebelah Selatan : Desa Lempur Mudik

c. Sebelah Barat : Kecamatan Bukit Kerman

c) Sebelah Timur : Desa Perikan Tengah.95 2) Luas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Lempur Tengah yaitu 3133 hektar. Iklim Kelurahan
Lempur Tengah, sebagaimana Desa-desa lain di wilayah Indonesia yang
mempunyai iklim kemarau dan penghujanan, hal tersebut mempunyai pengaruh
terhadap pola tanam yang ada di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung
Raya. Masyarakat Lempur Tengah hidup dengan penuh kedamaian dan sosial yang
tinggi sesama anggota masyarakatnya, dari sumbernya Lurah Lempur Tengah
Bapak Indra Hermawan menyampaikan saat diwawancarai untuk memperoleh data,
beliau memaparkan berdasarkan tabel Desa dan monografi Kelurahan antara lain
yang berkenaan dengan data-data produk, yang terdiri dari:

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

395 Jiwa 503 Jiwa 898 Jiwa

Berikut rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya:

Tabel 1.2 Struktur penduduk

NO Kelompok Umur LK PR Jumlah

1 0-5 17 30 47

2 6-15 70 78 148

4 16-25 59 54 113

6 26-30 40 47 87

95 Indra Hermawan, Lurah Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, tanggal
23 November 2020.
7 31-40 62 87 149

9 41-50 23 35 58

10 51-60 64 99 163

11 61-70 55 60 115

12 71 Ke atas 5 12 17

Jumlah 395 503 898

Sumber: Dokumentasi Kantor Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya


2019.

2. Aktivitas Sosial Masyarakat

Untuk menyimak aktivitas sosial masyarakat Kelurahan Lempur Tengah


terlebih dahulu Penulis memaparkan tentang keadaan ekonomi dari masyarakat
daerah tersebut, bila diamati kembali keadaan ekonomi masyarakat Kelurahan
Lempur Tengah secara umum juga mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari
bertambahnya jumlah penduduk yang memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis
pendapatan tersebut pada umumnya belum dapat dipastikan bersumber dari hasil
usaha yang dilakukan bisa juga diperoleh dari pinjaman modal usaha dari
pemerintah, seperti dana SPP dari program PNPM, atau instansi lainnya. Adapun
mata pencaharian penduduk Kelurahan Lempur Tengah mereka adalah bertani,
beternak, berdagang, pekerja serabutan, sopir dan sebagai Pegawai Negeri, TNI
dan POLRI. Perkembangan kemajuan dan kemakmuran masyarakat Kelurahan
Lempur Tengah dapat juga dilihat dari aktivitas sosial masyarakatnya yang
mayoritas bergerak pada bidang pertanian yang meliputi petani, peternak dan
pedagang.

a. Pertanian

Bertani merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian besar


masyarakat produksi sebagai arena dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya,
dengan kata lain bertani merupakan suatu aktivitas yang menjadi sumber nafkah
harian dan sumber dana kehidupan masyarakat Kelurahan Lempur Tengah, adapun
bentuk aktivitas pertanian adalah bertani padi, kopi, jeruk, sayur-mayur seperti cabe,
kacangkacangan, terong serta bertani kentang. Menurut hasil wawancara dengan
Bapak Lurah Kelurahan Lempur Tengah yang Penulis peroleh, bertani menanam
padi adalah persentase terbesar dari pada bertanam lainnya. Menanam padi bagi
masyarakat disini tidaklah langka lagi atau sudah biasa dilakukan, dari segi
pengolahannya masih banyak yang menggunakan alat-alat tradisional dan ada juga
yang menggunakan alat modern, apabila dilihat dari penghasilannya sudah cukup
memadai bahkan sudah mampu untuk memasukkan beras ketempat lain dengan
kata lain kebutuhan dalam Kelurahan sudah cukup terpenuhi. 96

b. Peternakan

Beternak adalah salah satu aktivitas sosial yang terdapat di Kelurahan


Lempur Tengah namun, di sektor ini sebagai aktivitas pendukung dan persentase
yang bergerak dibidang kegiatan ini juga dominan namun bagi pelaku di bidang
aktivitas ini memberikan kontrIbusi yang baik bagi kehidupan ekonomi masyarakat.
Peternakan yang terdapat di daerah ini antara lain beternak kerbau, sapi, kambing,
ayam, itik, pemeliharaan hewan ternak ini juga dilakukan dengan sistem tradisional
sehingga produksinya pun belum sebagai sumber mata pencaharian akan tetapi
masih bersifat mata pencaharian pendukung. Dalam mengembangkan budi daya
peternakan di daerah ini masih terdapat permasalahan, adapun permasalahan yang
terdapat pada masyarakat Kelurahan Lempur Tengah seperti tidak ada pembinaan
yang menuntut pada arah pembinaan peternakan disamping itu lahan
pengembalaan terbatas dengan lahan pertanian yang penuh serta sulitnya mencari
pakan ternak.97

c. Perkebunan

Perkebunan di daerah ini adalah merupakan aktivitas yang paling besar


persentasenya dan merupakan mata pencaharian yang paling besar memberikan
penghasilan bagi Masyarakat. Perkebunan yang dilakukan oleh masyarakat

96 Indra Hermawan, Lurah Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah,
tanggal 23 November 2020.

97 Indra Hermawan, Lurah Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah,
tanggal 23 November 2020.
Kelurahan Lempur Tengah adalah perkebunan kulit manis kopi, nilam serta jeruk
manis. Akan tetapi masyarakat Lempur Tengah mayoritas menggeluti perkebunan
kulit manis. Sebagian tanaman kopi, nilam, dan jeruk manis juga banyak diminati
masyarakat Lempur Tengah sebagai penambah penghasilannya. Luas wilayah yang
menjadi daerah perladangan rakyat semuanya dipenuhi oleh tanaman tersebut,
penghasilan dari perkebunan ini telah mampu membangun rumah permanen bagi
rakyatnya dan kebutuhan mewah lainnya bagi setiap rumah tangga seperti Mobil,
Motor, Televisi, dan banyak lagi barang mewah yang didapatinya. lebih-lebih
masyarakat ada yang mampu menunaikan ibadah haji dan umrah, ini semua dari
98
hasil perkebunan yang merupakan kegiatan atau aktivitas di daerah ini.

d. Perdagangan

Perdagangan yang dilakukan di Kelurahan Lempur Tengah ini sangat


meningkat dari tahun ke tahun adapun yang bergerak di bidang perdagangan di sini
adalah pertokoan yang menyediakan sembako bagi keperluan masyarakat dan jual
beli hasil panen masyarakat. Jumlah usaha yang dilakukan oleh masyarakat
Kelurahan Lempur Tengah ini ada puluhan toko pada umumnya pedagang eceran
kelontong dan makanmakanan dan ada juga yang berdagang menampung dari hasil
pertanian masyarakat seperti pembelian hasil kebun kulit manis, kopi, jeruk, padi
dan sebagainya. Dari hal tersebut di atas sebagai bentuk aktivitas sosial yang
merupakan dari sumber penghasilan masyarakat di dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi rumah tangga.99

3. aktivitas sosial kemasyarakatan

1) Pengajian Majlis Taklim

Pengajian Agama oleh Ibu-ibu, melalui wadah Majlis Taklim yang dilakukan
satu minggu satu kali yang bertempat di Masjid, adapun didalam pengajian ini para

98 Syamsir Alam, Tokoh Mayarakat, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 21
November 2020.

99 Yulia Margatina, sekretaris lurah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 23
November 2020.
Ibu-ibu Desa ini diberikan ilmu pengetahuan agama diantara materi ajarannya
adalah kehidupan, akhlak, peranan orang tua terhadap pendidikan putra dan
putrinya serta tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya menurut Ajaran
Islam serta kehidupan bermasyarakat dan kehidupan yang berkenaan dengan
lingkungan hidup dan masih banyak topik lainnya sebagai tambahan seperti
pentingnya kesehatan dan makanan yang halal lagi baik. Berdasarkan wawancara
Penulis dengan Ibu Khasmiah selaku ketua Majlis Taklim kaum Ibu mengatakan:

“Dengan adanya pengajian majlis ta‟lim dilakukan seminggu satu kali sudah banyak
menambah ilmu pengetahuan tentang ajaran Agama Islam yang didapat oleh para
Ibu-ibu karena selama ini banyak Ibu-ibu yang tidak pernah mendapatkan
pengajaran agama dikarenakan pada masa dahulu, Ibu-Ibu tidak Sekolah pada
lembaga pendidikan agama baik yang formal maupun informal.” 100 Pengajian yang
dilakukan oleh kaum Ibu-ibu sebagai wujud pengalaman Sunnah Rasul di dalam
mengamalkan ajaran Agama Islam tentang menuntut ilmu pengetahuan.

2) Pengajian kelompok

Pengajian kelompok merupakan kegiatan pengajian yang banyak dilakukan


oleh Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah pada saat sekarang ini, begitupun
dengan Lempur Tengah. Pengajian kelompok ini tidak hanya dilakukan oleh para
Ibu-ibu saja akan tetapi Bapak-bapak juga ikut serta dalam pengajian kelompok
yang dilakukan sebulan sekali secara rutin. Pengajian kelompok ini tidak hanya
bertujuan membahas tentang hal yang berbau agama saja seperti akhlak, sholat dan
lainnya akan tetapi kelompok ini juga memiliki tujuan khusus yaitu untuk lebih
mempererat tali persaudaraan antar sesama, baik pendatang maupun penduduk asli
Lempur101.

4. Pendidikan Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah

Pendidikan adalah salah satu hal terpenting dalam memajukan tingkat


kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian khususnya. tingkat

100 Khasmiah, Ketua Majlis Ta‟lim, Wawancara, Kelurahan Lempur Tengah, tanggal 4 November
2020.

101 Abdul Halim, Guru Pengajian, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
November 2020.
pendididkan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat
kecakapan juga akan mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Kemudian
sendirinya akan membantu program pemerintahan untuk pembukaan lapangan kerja
baru guna mengatasi pengangguran. Keadaan pendidikan Kelurahan masyarakat
Lempur Tengah secara umum cukup menggembirakan. Artinya Bahwa sebagian
besar penduduk di sini terutama dikalangan orang tua telah mengenyam pendidikan
walaupun itu sebatas Sekolah Dasar (SD). Lain halnya keadaan pendidikan pada
kalangan generasi muda yang rata-rata berpendidikan Sekolah Menengah (SMA),
bahkan ada sebagian dari mereka yang telah dan sedang menjalani pendidikan
mereka di jenjang perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar daerah seperti di
Jambi, Padang, Riau, Jogjakarta dan sebagainya. 102

5. Agama dan Kepercayaan

Penduduk Kelurahan Lempur Tengah merupakan masyarakat yang mayoritas


beragama Islam. Dalam kehidupan beragama seperti ibadah berkembang dengan
baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tempat-tempat ibadah dan tempat
pengajian anak-anak di Kelurahan Lempur Tengah. Hal ini jugalah yang
menyebabkan tata pergaulan hidup bermasyarakat dan tata cara pemecahan setiap
masalah di tengah masyarakat berpedoman dengan Ajaran Islam dan aturan adat,
dengan kata lain tolak ukur baik atau buruh berdasarkan kepada Syariat Islam yang
mana bersumber dari al-Qur‟an dan Hadis. 103

6. Adat Istiadat

Pada masyarakat Kelurahan Lempur Tengah dikenal dengan istilah harto


pusako (harta pusaka yang berasal dari kedua orang tua yang dibagikan kepada
anak laki-laki ataupun kepada anak perempuan menurut peraturan adat masyarakat
Lempur Tengah, karena seluruh wilayah Lempur masih memegang teguh peraturan
Adat. Hukum daerah setempat berdasarkan pada “Adat lamo pusako usang” yaitu
“undang” dan “Teliti”. “Undang” yang dimaksut disini adalah peraturan adat istiadat
yang berasal dari nenek moyang dan aturan-aturan yang tumbuh di Tengah

102 Fatimah syam, kasi Pemerintahan, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 25
November 2020.

103 Indra Hermawan, Lurah Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah,
tanggal 23 November 2020.
masyarakat, sedangkan “teliti” adalah peraturan adat yang stelah mendapat
pengaruh oleh agama Islam. “undang” dan “Teliti” ini gabungkan menjadi sebuah
kesatuan sehingga menghasilkan adat istiadat Kerinci yang berasaskan pada dasar:
“Adat besendi syara‟, syara‟ besendi kitabullah”, maka dapat dilihat hukum yang
diberlakukan pada masyarakat Kelurahan Lempur Tengah adalah hukum adat
terutama dalam hal kewarisan. Hal tersebut tidak terlepas dari pada ajaran Syariat
Islam, karena masyarakat Kelurahan Lempur Tengah mayoritas beragama Islam. 104
Adat istiadat tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah karena antara ninik
mamak selaku pemegang adat selalu ada kerja sama dengan pihak pemerintah
yang dikenal dengan “Ninik Mamak undang di tangan rajo” (pemerintah). Adat
istiadat terbukti mampu mempersatukan masyarakat Lempur Tengah dalam menata
hidup yang lebih baik.105 Upacara adat di Kelurahan Lempur Tengah terdiri dari dua
macam, yaitu :

a) Upacara yang bersifat Religius magis, seperti : Kenduri adat (Kenduri Sko)
pada acara perayaan pesta panen masyarakat Lempur Tengah, Maulid Nabi,
1 muharram, dan upacara perkawinan.
b) Upacara yang bersifat kebesaran seperti pengankatan Depati Ninik Mamak,
kemudian upacara pengukuhan cendikia dari adat (nagari) untuk anak negeri
yang telah menyandang gelar sarjana, megister, doctor dan professor. 106
7. Struktur Pemerintahan

Pemerintahan Kelurahan Lempur Tengah di kepalai oleh Lurah dalam


melaksanakan tugasnya ia dibantu beberapa orang staf yang telah terstruktur
sedemikian rupa guna menjalankan roda pemerintahan Desa. Secara lengkap
struktur Organisasi Kelurahan Lempur Tengah adalah seperti tercantum dalam
bagan dibawah ini :

104 Abdul Halim, Guru Pengajian, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
November 2020.

105 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 Desember
2020.

106 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 Desember
Struktut Pemerintahan Kelurahan Lempur Tengah

LURAH
INDRA HERMAWAN. S.STP., M,TR.I.P

SEKRETARIS LURAH
YULIA MARGANINA, SKM

KASI UMUM KASI PEME


RINTAHAN KASI PEMBANGUNAN
HERLIN NAZAR,SE PATIMAH
SYAM, SE TRI SUSANTI
YURIS DIATI ELIA OZA
R NEI SIDARIA

KETUA LIN
GKUNGAN KETUA
LINGKUNGAN
BUKITSIRIH BUKI
T SETANGIS
AHMAD HU
SEN, SE.MM M. YANI

KETUA RT.01 KETUA RT.02 KETUA RT.01 KETUA RT.01 KETUA RT.01
ABDUL RAZAK M. ABDAI RATOMI ZAHRI ANUAR MALIK EFRIZAL

B. Hasil Penelitian

1. Praktik Kenduri Sko Di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan


Gunung Raya, Kabupaten Kerinci

Kenduri Sko merupakan suatu acara adat yang dilaksanakan oleh


Masyarakat Kerinci dalam melestarikan budaya yang sudah ada sejak dari pada
zaman Nenek Moyang Masyarakat Kerinci. Kenduri Pusaka dan Kenduri Sko
merupakan suatu rangkaian acara adat yang saling berhubungan satu sama lain.
Sebab disaat Kenduri pusaka dilaksanakan maka Kenduri Sko pun harus
dilaksanakan kenduri pusaka dan Kenduri Sko dilaksanakan dalam rentang waktu
yang berbeda di setiap daerah. Kenduri Sko secara Adat Kerinci adalah suatu acara
pengukuhan gelar suku atau Kepala Adat. Berikut wawancara dengan bapak Rusli
Zein selaku Mantan depati di Kelurahan Lempur Tengah tentang Kenduri Sko pada
zaman dahulu: “Kenduri Sko pada zaman dahulunya hanya dilaksanakan 1 malam
saja, yaitu acara pemandian benda pusaka, Nugeh Depati (penobatan gelar depati),
tari tauh. Yang mana pada saat kenduri Sko masyarakat mensyukuri hasil panen
dan rezeki kepada sang pencipta.”107 Jadi Kenduri Sko pada awalnya sebelum
mendapat pengaruh modernisasi dan pengaruh-pengaruh Hukum Islam Kenduri Sko
pada awalnya hanya dilakukan 1 hari 1 malam saja, yaitu acara pemandian benda
puasaka, tari tauh dan Nugeh Depati. Berbeda lagi dengan Kenduri Sko di
Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, kabupaten Kerinci pada saat
ini, dilaksanakan selama 7 hari dilakukan 1 kali dalam 2 tahun. Tujuan Kenduri Sko
sebagaimana wawancara dengan Bapak Amris Kahar selaku Depati Agung :
“Kenduri Sko merupakan bentuk rasa syukur atas rahmat Allah SWT. dan
merupakan upaya mempertahankan budaya yang diperoleh secara turun-temurun
dari nenek moyang kami. Tradisi ini juga merupakan bentuk ungkapan rasa syukur
kepada nenek moyang yang telah menaruko (merintis) mencari tempat menetap dan
membuka lahan pertanian sehingga masih bisa dimanfaatkan oleh Anak Cucu
sampai saat ini”.108 Jadi pada dasarnya Kenduri Sko merupakan suatu tradisi yang
dilaksanakan di Kelurahan Lempur Tengah merupakan bentuk ungkapan rasa
syukur kepada Sang Pencipta, dalam bentuk sebuah upacara adat Kenduri Sko.
Tidak hanya itu tetapi dalam Kenduri Sko juga bertujuan untuk nugeh Depati
(penobatan gelar Depati) bagi gelar-gelar Depati yang sedang kosong. “Kenduri Sko
pada saat ini melalui masa yang begitu panjang sehingga banyak mendapat
pengaruh baik yang positif maupun negatif, baik secara Kepercayaan maupun
modernisasi. Tradisi Kenduri Sko sendiri terdapat adat yang di istiadatkan selain dari
adat yang telah dilaksanakan oleh pendahulu masyarakat Kelurahan Lempur
Tengah”.109 Acara Kenduri Sko pada saat sekarang ini terdiri dari serangkaian

107 Rusli Zein, Mantan Depati Nalo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
Desember 2020.

108 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 November
2020.

109 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 November
2020.
proses kegiatan yaitu rapat adat nagari, kegiatan pengumpulan dana, malam puncak
acara Kenduri Sko, nugeh Depati (penobatan gelar adat).

 Rapat adat negeri

Rapat adat negeri di hadiri oleh Tokoh-Tokoh Adat, Alim Ulama, Cerdik
Pandai yang mana biasa disebut dengan tigo tungku sajarangan, serta anggota
masyarakat. Rapat ini bertujuan untuk bermusyawarah memilih siapa yang akan
mengisi gelar Depati yang kosong atau gelar yang telah diletakkan, yang mana
syarat-syarat untuk menjadi seorang Depati ialah :

 Simbai Ikounyo (kembang ekornya)

“Kembang ekornya artinya adalah ibarat seekor ayam jantan yang akan
berlaga di suatu gelanggang, dan ia mengembangkan ekornya sewaktu akan
menyerang, tidak kuncup ketakutan. Sehingga orang yang cakap untuk jadi Depati
harus berani dalam menegakkan kebenaran, siap berkorban”. Makna dari semua itu
ialah bahwa seorang Depati harus dewasa, berakal, punya pandangan yang baik
maju ke depan. Karena dengan semua itu mereka dapat mengurus anak negri
(masyarakat).

 Nyaring kukoknyo (nyaring kokoknya)

Nyaring kokonya artinya ialah setiap perintah dapat dipatuhi masyarakat,


setiap nasehat dapat didengar masyarakat, pandai dalam berbicara di depan umum
dan bijaksana. Makna nya ialah seorang Depati hendak harus pandai berbicara di
depan khalayak ramai dan pandai berunding (musyawarah).

a) Runcing Tajinyo (Runcing taringnya)

Runcing taringnya artinya ialah tegas, tangkas, berilmu dan berpengetahuan.

b) Kembang Kepaknyo (Kembang sayapnya)

Kembang sayapnya artinya adalah adil dalam memutuskan suatu masalah di


Tengah masyarakat, sebagaimana pepatah adat mengatakan “tidak menegak
benang basah, tidak menohok kawan seiring, tidak bersembunyi dalam
lipatan”.
c) Lapang dadonyo (lapang dadanya)

Lapang dadanya artinya ialah baik maupun buruk nya diterima dengan hati
yang terbuka dan lapang, tidak mudah emosi (marah), dan tidak pula
menunduk, tidak ada masalah yang tidak dapat di selesaikan, tidak ada keruh
yang tidak dapat dijernihkan. Pepatah tersebut merupakan simbol kesabaran
seorang Depati dalam menyelesaikan suatu masalah di tengah masyarakat.

d) Nyalang matonyo (jeli matanya)

Jeli matanya artinya paham dengan situasi dan kondisi masyarakat.


Sebagaimana pepatah adat mengatakan “datang siang datang malam,
mengetahui larek (deret) yang bejejer, balai (pasar) yang rami (rame),
mengetahui pematang nan balantak.

e) Gedang paruhnyo (besar paruhnya)

Besar paruhnya artinya ialah dapat menjadi tempat minta nasehat, tempat
bermusyawarah, tempat mengadu. Suka mengajak dalam kebaikan dan mau
diajak kedalam kebaikan.

f) Kuat kakinyo (kuat kakinya)

Kuat kakinya maksudnya ialah sehat secara jasmani (kuat badannya) dan
rohani (jiwa), kalau bisa kuat juga secara finansial (harta).

g) Bintik bulunyo (bulunya berbercak)

Bulunya berbercak artinya ialah berasal dari nasab (keturunan) baik-baik,


jelas asal-usul keturunannya baik garis keturunan dari bapak maupun ibu.
Jadi seorang Depati haruslah seseorang yang punya budi pekerti dan akhlak
yang baik, karena mereka akan menjadi percontohan di tengah
masyarakat.110

110 Suryadi, Depati Suko Barajo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27 November
2020.
h) Kegiatan pengumpulan dana dan acara kesenian

Kegiatan pengumpulan dana dan acara kesenian ini merupakan suatu


rangkaian acara yang diperuntukkan untuk para pemuda-pemudi untuk
mengumpulkan dana antara lain dengan mengadakan turnamen sepak bola,
organ tunggal, jual aneka makanan dan minuman keras.

i) sepak bola

Dalam acara Kenduri Sko kegiatan pengumpulan dana merupakan rangkaian


acara yang memakan waktu cukup panjang, karena para Pemuda dan Panitia
acara Kenduri Sko sudah mulai melakukannya sejak 2 minggu sebelum hari
puncak Kenduri Sko yaitu mengadakan acara turnamen sepak bola, yang
mana peserta turnamennya dari berbagai Desa di Kabupaten Kerinci. 111

j) Organ tunggal

Acara organ tunggal dilaksanakan 5-6 hari sebelum malam puncak acara
Kenduri Sko diadakan di gedung adat. Sebagai penyanyi dalam organ tunggal
Panitia Kenduri Sko menghadirkan beberapa orang biduan dari luar daerah,
dalam organ tunggal ini Panitia Kenduri Sko melakukan pengumpulkan dana
dengan mengadakan lelang kue bolu dan minuman keras, tawaran harga
tertinggi yang akan mendapatkan lelang tersebut di tambah dengan bonus
berjoget bersama dengan biduan selama beberapa menit, biasanya lelang
kue bolu di peruntukkan untuk para Ibu-ibu dan Bapak-bapak dan lelang
minuman keras untuk para Pemuda.112

k) Jual beli makanan dan minuman keras

Jajanan yang dijual oleh Panitia Kenduri Sko ini berupa jajan ringan dengan
menetapkan nominal harga yang tinggi dari pada umumnya, tetapi
masyarakat sudah terbiasa dan tidak mempermasalahkan hal tersebut,
sedangkan jual beli minuman keras dilakukan pada tempat khusus yaitu di
lantai 2 dari gedung adat, yang di perbolehkan naik kelantai 2 tidak semua
111 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl Desember
2020.

112 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 Desember
2020.
kalangan masyarakat, tetapi hanya memperbolehkan pemuda, pemudi dan
panitia acara Kenduri sko.113

l) Malam puncak Kenduri Sko

Malam puncak pada acara Kenduri Sko Kelurahan Lempur Tengah


Kecamatan Gunung Raya itu berlangsung pada malam terakhir tepatnya sore
sabtu malam minggu. Pada malam puncak Kenduri Sko ini di hadiri oleh
Depati, Ninik Mamak, Tokoh Masyarakat, Ulama, Masyarakat dan Tamu dari
Desa-desa di Kabupaten Kerinci. Acara Kenduri Sko pada malam puncak di
awali dengan pembacaan doa dan zikir oleh Ulama sebagai bentuk ungkapan
rasa syukur sebagaimana tujuan dari tradisi Kenduri Sko itu sendiri.
Dilanjutkan dengan parago-parago dari Depati, Ninik mamak atau perwakilan
dari pemangku adat Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya,
Kabupaten Kerinci. Berikut parago-parago Depati, Ninik Mamak :

Singgo berganggang bumi dengan langit maku turun wajah nan duo. Satu
waris pado nabi, kaduo khalifah dari pado rajo,waris pado mano beliau malin yang
mengetahui bulan nan duo belas, tahun nan duo lapan, hari nan tujuh, mentiko nan
satu. Khalifah dari pado kayo Depati nenek mamak yang memegang adat lamo
pusako usang, mano ado kayo Depati maajum, marah, melarik, mangaju, manggilo,
membentang, mengukung, mengekam dalm negeri-negeri ajum kayo Depati baumu,
balaman, baternak, bertani, beranak-pinak berumah tango. Tentang seseorang telah
mengikuti ajum arah kayo Depati, lah baumu, lah balaman, tentang seseorang telah
menegak rumah entah ado ta ambik kayu di sarang panyengat, kayu bagesung,
kayu bagiso, mintak kito kepado Allah, yang gagah mintak tunduk, yang talu mintak
bena, yang sesak mintak lapang yang hangat mintak dingin. Kareno hamba bersifat
khilaf tuhan bersifat qadim, mintak tapasan oleh tukang kayu sunsang kayu teralih
kayu betimbang ujung pangkal. Tanah lekung dijerang kuali melibis di inang hari,
gabuk ulu tulok di pinak kepado Allah nan bela mintak ditulak nan angat mintak
didingin, pado hari ini si anu telah mengumpulkan suku. Darah daging diatas
pelambo adat kito betegak rumah tulang belulang petulangan suku darah daging,
tentang tali nan sagabung duo tenun, uang sepuloh, sirih dua beganggang, piang

113 Prajo, Panitia Kenduri Sko, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 7 Desember
2020.
nan batanduk, beras nan bagantang. Lah taletak itam ateh nan putih tentang
seorang badan nak sikat iman nak tetap. Baladang nak bulih meh, baumo nak bulih
padi. Begitu pulo badan nak sihat dalam mengerjokan rumah ini ntah ado lebih
kurang kawat dengan talapan lahir dengan bathin pado hambo banyakkan maaf
pado tuhan banyakkan taubat. Nasi nan sasuap, gulai nan satangkai, air nan
sateguk, sepangkalan besedekah kepado kito, ateh dari pado itu kok ado mimpi nan
tidak bekaseh nan kurang, jiko mimpi nan dak beh busamo kito layikan patehah. Jiko
mimpi yang baik kito tamping dengan doa selamat dan berkat saiyo itulah dapat
dengan belang.114

beberapa tarian khas Kerinci di tampilkan di tradisi Kenduri Sko seperti: tari
iyo-iyo, tari rangguk dan kesenian beladiri pencak silat. Dalam tradisi Kenduri Sko
Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci ada tarian
yang di sakralkan yaitu tarian Tauh. Tarian Tauh adalah tarian tradisional
masyarakat Lempur dan sekitarnya, yang mana merupakan tarian yang di warisi
oleh Nenek Moyang.

Berikut wawancara dengan Bapak Rusli Zein selaku mantan Depati di


Kelurahan Lempur Tengah : “asal usul tari tauh ini sangat berkaitan dengan asal
usur dari Desa Lempur, pada zaman dahulu tari tauh ini di tampilkan oleh para raja-
raja untuk meRayakan upacara adat termasuk Kenduri Sko (pesta panen),
pemberian gelar Depati (nugeh Depati) ataupun menyambut tamu-tamu kerajaan.
Kerajaan Manjuto merupakan yang bercorak melayu yang berada di Sumatra
Tengah. Tari tauh merupakan tarian campuran dari budaya melayu yang berada di
Sumatra Tengah yang dulunya merupakan wilayah Kerajaan Manjuto, hingga pada
akhirnya kesenian tari tauh terpengaruh oleh kebudayaan melayu”. 115 Tarian tauh
terbagi menjadi dua macam yaitu, tarian tauh untuk menyambut tamu penting dan
tarian tauh dalam tradisi Kenduri Sko (pesta panen). Tari tauh itu iringan alat musik
dari gung (gong) dan dap (gendang), serta dengan suatu nyanyian yang biasa
disebut dengan Mantau. Mantau berisi pantun-pantun dengan mengunakan irama
yang khas sekali, syair mantau berisikan cerita adat, hukum adat dan ketentuan adat

114 Rusli Zein, Mantan Depati Nalo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
Desember 2020.

115 Rusli Zein, Mantan Depati Nalo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
Desember 2020.
wilayah Lempur.116 Contoh syair mantau yang diambil dari hukum adat, sebagai
berikut : 1.Nak badarok kabuki tinggi, bukit tinggi kota bertingkat, urang palimbang
nyuel cebedok, kalo di angkat jadi Depati, tibo di duri jangan nak mindek, tibo di
papan jangan nak berentok. 2.Bungu nilo bungu melati, kuning nilo padang geding,
limok purut bukit sitangih, kalo kayo menjadi Depati, tibo dimato jangan dipicing, tibo
di perut jangan dikempis.

Pantun-pantun yang dinyanyikan dalam bentuk mantau di sampaikan kepada


masyarakat sehingga masyarakat Lempur Tengah selalu ingat terhadap aturan-
aturan adat ini dapat melekat dan terus tersampaikan dari generasi ke generasi
selanjutnya.Tari tauh pada Kenduri Sko dimulai oleh Depati-Depati, kemudian
dilanjutkan oleh masyarakat dengan terlebih dahulu seorang pawang dari orang adat
mengasapi ruangan acara Kenduri Sko dengan menyan yang dibakar di bara api di
atas sebuah piring, dengan maksut memanggil Roh Nenek Moyang yang biasa
disebut dengan Roh Orang Gunung oleh masyarakat Lempur agar dapat datang dan
memasuki raga seseorang dan ikut menari tauh. Tari tauh merupakan jenis tarian
kolosal, yang mana tari kolosal terdiri dari banyak penari atau biasa disebut dengan
tarian massal.117 Para penari dalam pesta panen membebaskan siapapun yang ingin
ikut menari, terlebih lagi orang-orang yang tiba-tiba dirasuki Roh yang dipercayai
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah sebagai Roh Nenek Moyang. Tarian tauh
berlangsung cukup lama yaitu 00.30-04.00 WIB, akibat lamanya waktu tari tauh
pada acara Kenduri Sko mengakibat adanya cedera fisik dari penari karena tidak
sadar diri karena kesurupan seperti pingsan, terbentur ke lantai, memar-memar. 118

m) Nugeh Depati (Penobatan gelar Depati)

Penobatan gelar Depati dilakukan setelah malam puncak Kenduri Sko yaitu
pada pagi minggu. Acara nugeh Depati ini dilaksanakan untuk peresmian penobatan
116 Rusli Zein, Mantan Depati Nalo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27
Desember 2020.

117 Reza Silfi Rizki Ayu, “Makna Simbolik Seni Mantau Pada Tradisi Kenduri Sko Di

Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci”, (Universitas Negeri Padang,
2016), 70.
118 Tisen, Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah,
Tgl 27 November 2020.
gelar Depati yang telah diletakkan (mengundurkan diri dengan hormat), dipecat,
telah meninggal dunia dengan penobatan gelar kepada Depatidepati yang baru
sesuai dengan hasil rapat adat negeri sebelum Kenduri Sko. Nugeh Depati berisi
pengucapan sumpah, larangan, dan pantangan sebagai seorang Depati. Sebagai
mana seloko adat : “negeri ba ajun, luhah bapanghulu (Rajo), kampung batuan,
rumah batangganai”. Diharapkannya dengan adanya regenerasi dari pengurus adat
masyarakat Lempur Tengah dapat hidup terjalinnya suatu sistem kehidupan yang
baik, aman dan damai.119

2. Nilai-nilai Islam berperan pada Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan


Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci.

Tradisi Kenduri Sko merupakan suatu tradisi warisan leluhur yang


pertahankan dari masa-kemasa. Hal tersebut merupakan bagian dari menjaga dan
melestarikan adat. Adat tentunya mempunyai peran penting dalam proses
pembentukan Hukum Islam dalam berbagai aspek hukum yang muncul di Negara
Islam. Bahkan, adat diterima sebagai salah satu dari sumber Hukum Islam. 120

adat merupakan kebiasaan yang dilakukan secara berulang dalam suatu


masyarakat. Kebiasaan tersebut dipengaruhi oleh agama, terutama Agama Islam.
Khususnya di Kelurahan Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten
Kerinci yaitu pada tradisi Kenduri Sko sebagai salah satu acara adat yang
diwariskan oleh para leluhur. Pada tradisi Kenduri Sko sendiri terkandung nilainilai
Islam, antara agama dan adat telah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
hal tersebut dinyatakan dalam sebuah pepatah adat, yaitu “adat besandi syarak dan
syarak besandi kitabullah, syarak mengato dan adat memakai”. Nilai-nilai Islam yang
berperan pada tradisi Kenduri Sko di antaranya adalah:

1) Ungkapan syukur kepada Allah

119 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 Desember
2020.

120 Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 54.
Ungkapan rasa syukur kepada Allah merupakan salah satu tujuan dari tradisi
Kenduri Sko, yaitu bersyukur atas rezeki, bersyukur atas hasil panen pertanian
masyarakat, karena sebagian besar masyarakat Kelurahan Lempur Tengah kerja
sebagai Petani. Ungkapan rasa syukur pada tradisi Kenduri Sko diantaranya
diungkapkan dengan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh Ulama setempat.
Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya, Wawasan Islam menjelaskan bahwa
kata syukur sendiri berasal dari bahasa Arab. Kata syukur merupakan bentuk
masdar, Secara bahasa syukur berasal dari kata “syakara” yang mempunyai arti
pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu. Sedangkan menurut syarak syukur
ialah mengakui nikmat yang Allah karuniai kepada hambanya. 121 Sebagaimana
dijelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 152 :

ْ َْ
ِ ‫ُونى َْأذكرُْ ُك ْم َوٱ ْش ُكرُو ا لِى َوالَ ت َكف ُُر‬
‫ون‬ ِ ٓ ‫فٱذ ُكر‬

Artinya: maka ingatlah kepada-ku, aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukur

Sebagaimana wawancara dengan bapak Suryadi selaku Depati Suko Barajo, beliau
mengatakan : “Tujuan dari Kenduri Sko itu adalah sebagai ungkapan rasa syukur, di
antaranya dengan berdoa kepada sang pencipta atas rezeki yang diberikan kepada
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah, dan memohon agar tahun berikutnya
diberikan hasil panen pertanian yang melimpah lagi, karena setelah Kenduri Sko
masyarakat akan kembali turun bertani”122 Berdasarkan wawancara diatas
mencerminkan bahwa doa bersama pada tradisi Kenduri Sko itu merupakan nilai-
nilai Islam yang terkandung didalam adat-istiadat masyarakat Kelurahan Lempur
Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci.

Sebagaimana penjelasan dalam al-Qur‟an surat Ibrahim ayat 7 :

ُ
ِ ‫فرت ُْم ِإ هن َع َذ‬
‫ابى ل َش ِد د‬ َ ‫َوِإ ْذ تَأ َذ‬
َْ ‫هن َرب ُّك ْم لَئ ِن َش َكرْ ت ُْم َل ٌَِِزدَنه ُك ْم ۖ َولَئ ِن َك‬

Artinya: Dan ingatlah ketika tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika


kamu bersyukur, niscahya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika
121 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur‟an: Tafsir Tematik Atas Berbagai Persoalan, (Bandung:
Mizan, 1997), 215.

122 Suryadi, Depati Sukobarajo, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 27 November
2020.
kamu mengingkari (nikmat-ku), maka pasti azab-Ku sangat pedih. 123 (QS.
Ibrahim: 7).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa bila sukses bahagia, kaya dan banyak rezeki
maka bersyukurlah. Apabila anda tidak bersyukur tentu harus siap dengan
mendapat petaka atau bencana. Oleh sebab itu hal yang terbaik pada saat itu
adalah bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Bersyukur merupakan hal yang
dilakukan agar seorang hamba dapat sukses dan dilipatkan rezeki dan nikmatnya. 124

2) Silaturahmi dan Silaturahim

Tradisi Kenduri Sko merupakan saat yang di tunggutunggu oleh masyarakat


Kabupaten Kerinci, khususnya masyarakat Kelurahan Lempur Tengah Karena pada
saat Kenduri Sko mereka dapat lebih mempererat tali persaudaraan, pertemanan,
dan merajut kembali silaturahim. Berikut wawancara dengan bapak Amril selaku
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah: “Kenduri Sko merupakan saat yang sangat
di tunggutunggu karena pada saat tersebut kami dapat berbagi rezeki dan
bercengkrama dengan sanak keluarga, teman, sahabat, yang berada di luar daerah,
maupun di lingkup kabupaten Kerinci”. Dalam Islam sendiri menyambung
silaturahmi sangatlah penting dan bukan merupakan sesuatu yang sepele. Imam
alQadhi Iyyadh mengatakan, bahwa dalam kalangan Ulama tidak terjadi perbedaan
pendapat tentang hukum silaturahmi, secara umum adalah wajib, dan barang siapa
yang memutuskan silaturahmi hukumya adalah dosa. Namun menyambung
silaturahmi itu sendiri ada tingkatannya yang sebagian lebih tinggi dari yang lainnya.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Surat Muhammad ayat 22-23 :

ٌِ ‫ك‬
‫ٱلهذ َن‬ َ ‫أر َحا َم ُكمأ وُ ٰلَ َِٓئ‬ ُٓ ‫ض َوت َُق ِّط‬
َْ ‫عو ا‬ ْ َ ‫س ْت ُْم ن َتوله ْت ُْم‬
ِ ‫أن تفُسِ ُدو ا‬
ِ ‫فى ٱلِْ َْر‬ ‫ف َه ْل َع َ ِإ‬

َ ٰ ‫أع َم ٰ َٓى أ َْب‬


‫ص َر ُه ْم‬ َ ‫هلل فَأ‬
َْ ‫ص هم ُه ْم َو‬ َُّ ‫َلع َن َُه ُم ٱ‬

Artinya : Maka apakah sekitarnya kamu berkuasa, kamu akan berbuat


kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan keluarga? (22) mereka itulah
orang-orang yang dikutuk Allah, lalu dibuat tuli dan butakan penglihatannya.
(QS. Muhammad :22-23).

123 DepartemenAgama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 36.

124 Choiru Mahfud, “The Power of Syukur”, Jurnal Episteme, vol.9, No.2, Dessember 2014, hal. 17.
Adapun manfaat silaturahmi menurut al-Faqih Abu Lais adalah untuk
mendapatkan ridha dari Allah SWT. Membahagiakan orang yang kita kunjungi,
menyenangkan malaikat, karena malaikatpun akan ikut senang ketika kita
mengadakan silaturahmi, disamping hal tersebut juga di senangi oleh manusia.
Lebih jauh beliau mengemukakan bahwa silaturrahmi dapat memupuk rasa cinta
dengan sesama, memperkuat tali persaudaraan, persahabatan dan meningkatkan
rasa kekeluargaan, yang terpenting ialah membuat orang saling mendoakan satu
sama lain.

3) Bersedekah

Tradisi Kenduri Sko juga ada tradisi makan bajamba (makan bersama). Acara
makan bersama yang dilakukan di gedung pemuda Kelurahan Lempur Tengah, para
pimpinan lembaga adat, anggota masyarakat, tamu-tamu dari Desa lain yang
dipimpin makan secara bersamaan disebut dengan makan bajamba. Dalam acara
makan bajamba ini, semua anggota masyarakat Kelurahan Lempur Tengah
membawa makanan seperti: nasi yang di bungkus, lauk-pauk, gulai, lemang,
kancung beruk (kantong semar) dan lain-lain. Makanan tersebut lalu dihidangkan
kepada tamu-tamu dan anggota masyarakat yang menghadiri acara pada hari
tersebut. Makan bajamba sendiri dimaksudkan sebagai sedekah bagi anggota
masyarakat Kelurahan Lempur Tengah kepada tamu-tamu yang berkunjung ke
Kelurahan Lempur Tengah. Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah merupakan
masyarakat yang menjunjung tinggi adat istiadat yang mana mereka memegang
teguh tradisi adat mereka yang telah diwarisi oleh pendahulu mereka, termasuk
salah satunya makan bajamba sebagai salah bentuk sedekah dalam syariat Islam.
Dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 261 :

ََُ ٰ ‫فى ُك ِّل س ُۢنبلُ َ ٍة ِّم ائ َُة َحبه ٍة ۗ َوٱه ل َُّل‬


‫ٌضعِفُ لِ َمن َشا ۗ ُٓء‬ َ ْ ‫فى َس ٌِب ِل ٱ هل َِّل َك َمث َِل َحبه ٍة َۢأنب َت‬ ٰ
ِ ‫ت َسب َْع َسنا َ ِب َل‬ ِ ‫همث َُل ٱله ِذ َن ٌ ُنفِقوُ َن أ َْم َول َُه ْم‬
‫َوٱ هل َُّل ٰ َوسِ ٌع َع ِل ٌم‬

Artinya :Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya dijalan Allah


seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkainya
ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siap yang dia kehendaki dan
Allah maha luas dan mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261).
Menurut Thobrani dijelaskan dalam buku mukjizat sedekah, orang yang paham
dengan arti kehidupan adalah orang yang gemar berbagi atau bersedekah. Orang
yang gemar dalam bersedekah paham akan urgensi berbagi rezeki kepada sesama
hamba Allah, dari pada suka menuntut apaapa yang seringkali bukan haknya159.
Allah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada orang kaya untuk
menyisihkan sebagian hartanya bagi orang yang membutuhkan. Ibadah akan
semakin lengkap di mata Allah dengan bersedekah dan semakin sempurna dalah
kehidupan sosial seseorang di tengah masyarakat luas.

4) Memuliakan tamu

Tradisi Kenduri Sko menjadi momen dimana masyarakat Kelurahan Lempur


Tengah untuk kembali mempererat silaturahmi atar anggota masyarakat dan kerabat
yang ada di luar daerah, yang mana Kenduri Sko menjadi momen untuk mereka
pulang ke negeri asal mereka dengan kata lain biasa disebut dengan bersilaturahim.
Pada malam puncak tradisi Kenduri Sko merupakan saat dimana semua orang
bebas untuk bertamu ke rumah warga Kelurahan Lempur Tengah tanpa terkecuali
karena tidak ada pintu rumah masyarakat yang tertutup, bahkan orang yang tidak
dikenal sekalipun boleh

3. Tinjauan Hukum Islam Tentang Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan


Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci

Agar mengetahui secara jelas tentang tradisi Kenduri Sko dalam pandangan
Hukum Islam, maka Penulis akan menjelaskan melalui data-data dari hasil
wawancara oleh beberapa narasumber masyarakat Kelurahan Lempur Tengah :

1. Tradisi Kenduri Sko dalam pandangan „Urf

Tradisi Kenduri Sko menjadi kebiasaan dari masyarakat Kelurahan Lempur


Tengah secara turun temurun dari generasi ke generasi. Kenduri Sko di adakan
setiap 1 kali dalam 2 tahun, tepatnya setelah musim panen, yang menjadi
permasalahannya ialah tradisi Kenduri Sko merupakan tradisi yang telah
berlangsung turun-temurun oleh masyarakat setempat terdapat kejanggalan dalam
tradisi tersebut yaitu sebagai mana observasi yang dilakukan Penulis, bahwa
prakteknya diduga menyalahi hukum syarak. Untuk lebih mempertegas sesuai
dengan Hukum Islam, Penulis akan menganalisis masalah tersebut dengan teori
„Urf. tujuan pada tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah adalah
merupakan ungkapan rasa syukur, tetapi dalam prakteknya terdapat hal-hal yang
menyimpang dari tujuan Kenduri Sko yaitu tari tauh dengan kesurupan, jual beli
minum minuman keras dan organ tunggal.

2. Kesurupan roh nenek moyang pada tari tauh

Masyarakat Kelurahan Lempur Tengah meyakini bahwa saat tari tauh (tarian
khas masyarakat kelurahan lempur tengah) pada tradisi Kenduri Sko nenek moyang
akan datang ketika di seru (dipanggil) pada malam Kenduri Sko. Kalau kita
berpedoman kepada teori Imam as-Syathibi yang membagi „Urf atau adat ke dalam
dua bagian, yaitu : „Urf Syar‟i dan „Urf tidak Syar‟i. Berdasarkan pembagian „Urf
oleh as-Syathibi tradisi kenduri sko sendiri dapat digolongkan sebagai „Urf yang
bersifat tidak syar‟i, karena dalam praktek tradisi Kenduri Sko melenceng dari tujuan
utama dari tradisi ini yaitu sebagai ungkapan syukur kepada Allah, tetapi di sertakan
dengan kerasukan Roh Nenek Moyang pada saat tari tauh membuat mereka tidak
sadarkan diri dan tentunya tidak sesuai dengan tujuan pokok Kenduri Sko itu sendiri.
Karena menimbulkan mudarat bagi orang-orang yang melaksanakannya.
Sebagaimana ungkapan as-Syathibi, membicarakan

Sedangkan pada tradisi Kenduri Sko menyadarkan para penari yang


kesurupan yaitu dengan seorang pawang yang telah ditunjukan oleh adat, dan
beliau membacakan ayat al-Qur‟an dan dengan berinteraksi dengan roh yang
masuk di dalam tubuhnya agar segera keluar. Tidak jarang seorang penari sampai
pingsan dan cedera fisik, karena kecapean dan terbentur ketika pingsan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa tradisi Kenduri sko
menimbulkan suatu mudarat bagi masyarakat yang ikut di dalamnya. Dalam sebuah
Kaidah fikih di jelaskan :

َُ ‫الَض ََّر ُر‬


‫يزا ُل‬
“Kemudharatan harus dihilangkan” Makna dari kaidah ini ialah setiap
manusia harus menjauhi diri dari Idrar (tindakan menyakiti) oleh orang lain maupun
dirinya sendiri. Begitu halnya yang terjadi pada tradisi Kenduri Sko yang menyalahi
konsepsi dari hukum Islam. Sebagaimana teori yang di sampaikan oleh ‟Izzuddin Ibn
„Abd al-Salam bahwa tujuan syariah itu adalah meraih kemaslahatan dan menolak
kemafsadatan. Apabila diturunkan ke tataran yang lebih nyata maka maslahat
membawa manfaat dan mafsadat mendatangkan kemudaratan. Berdasarkan teori
yang di ungkapkan oleh ‟Izzuddin Ibn „Abd al-Salam syariat membawa umat kepada
kemaslahatan dengan kata lain memberi manfaat dan menjauhi mudarat.
berbanding terbalik dengan tari tauh pada tradisi Kenduri Sko yaitu mendatangkan
mafsadat atau mudarat kepada orang-orang yang ikut melaksanakannya,
seperti : pingsan, cedera fisik, terbentur ke lantai. Sebagaimana dijelaskan dalam al-
Qur‟an surat al-A‟raf ayat 199 :

‫أع ِرضْ َع ِن ْٱل ٰ َج ِه ِل َن‬


َْ ‫ُخ ِذ ْٱلع ْ َف َو َوأ ُْمرْ بٱ ِْلع ْ ُرفِ َو‬

Artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang


ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS. al-
A‟raf :199).

Rasulullah bersabda :

َ َ‫ ال‬: ‫صلهـى هللاُ َع َل ْ ِه َو َسله َم قا َ َل‬


‫ض َر َر‬ ِ ‫هن َرس ُْو َل‬
َ ‫هللا‬ ًِ ‫ْن سِ نا َ ٍن ْالـ ُخ ْد ِريِّ َر‬
َ ‫ض َ هللاُ َع ْن ُه أ‬ ِ ‫َعنْ أ َبـًِ ْ َس ِع ٌْ ٍد َسعْ ِد ب‬
ِ ‫ْن َمالِكِ ب‬
َ ‫َوالَ ضِ َر‬
‫ار‬

Artinya : Dari Abu Sa‟id Sa‟d bin Malik bin Sinan al-Khudri RadhyAllahu anhu,
Rasulullah ShallAllahu „alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh ada bahaya dan
tidak boleh membahayakan orang lain. (HR. Muslim). 125

Kaidah diatas kembali ketujuan untuk merealisasikan Maqa>s}hid al-Syari>’ah


dengan menolak semua kemafsadatan, dengan cara menghilangi kemudaratan atau
setidaknya mengurangi kemudaratan, tidak mengherankan apabila Ahmad al-Nadwi
menyebutkan bahwa penerapan dari kaidah fikih di atas meliputi larangan yag luas
di dalam fikih, bahkan bisa jadi meliputi seluruh dari akidah fikih yang ada. 126
125 Sugianto, :Membangun Islam Berbasis Qawa‟idul Fiqhiyah” Jurnal Human Falah, Volume.1, no.1
(Januari-juni 2014) : 4.

126 Ahmad al-Nadwi, al-Qawa‟id Fiqhiyah, cet, v, (Beirut: Dar al-Qalam, 1420) 44.
3. Jual beli minuman keras dan organ tunggal

Pada tradisi Kenduri Sko terdapat kebiasaan masyarakat yaitu jual beli
minuman keras dan organ tunggal. Jual beli minuman keras dan organ tunggal
sudah berlangsung sejak lama dan sudah menjadi kebiasaan yang selalu ada pada
tradisi Kenduri Sko. Jual beli minuman keras dan organ tunggal merupakan kegiatan
yang datang kemudian atau teradatkan karena pengaruh modernisasi yang mana di
lakukanan masyarakat untuk mencari pendanaan yang akan digunakan untuk
membangun Desa (membangun fasilitas umum masyarakat). Dari segi keabsahan
dalam pandangan syariat, „Urf di bagi menjadi dua, yaitu : Al-„Urf Shahih dan Al-„Urf
fasid.127 Pencarian dana dengan cara penjualan minuman keras dan organ tunggal
menyalahi syariat dan digolongkan sebagai „Urf atau adat yang fasid. „Urf fasid ialah
setiap adat atau kebiasaan yang menetang dalil syariat atau membatalkan dalil
syariat.128 Jual beli minuman keras sendiri sudah jelas dilarang dalam syariat.
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an Surat al-Maidah Ayat 90 :

ٰ
َٰ‫صابُ َوٱلِْ َْز ٰلَ َُم ِرجْ سٌ مِّنْ َع َم ِل ٱل هشٌ َْط ِن‬ ٌِ ‫ََٓأٌ َُّها‬
َ ‫ٱلهذ َن َءا َم ُٓنو ا إنِه َما ْٱل َخ ْم ُر َو ْٱل َم ْسِ ُر َو ٱلِْ َن‬

َ ‫فٱَجْ ت َن ِبوُ هُ َلعلَه ُك ْم ت ْفُلِح‬


‫ُون‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.(QS. Al-Maidah: 90). 129

Begitu juga dengan organ tunggal pada tradisi Kenduri Sko, yang mana organ
tunggal ini dengan biduan-biduan yang berpakain terbuka (tidak menutup aurat).
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an Surat An-Nur ayat 31 :

‫وج ُه هن َوالَ ُْب ٌِد َن ٌِز ن َت َُه هن إ هاِل َما‬ َ ْ ‫ص ِرهِه ن ٌَو ْ َح‬
َ ‫فظ َن ف ُُر‬ َ ٰ ‫َوق ُل لِ ْلّمُْؤ ِم ٰ َنتَِ ٌ ْ َغضُضْ َن مِنْ أ َْب‬

‫لى ُج وُ ِب ِه هن ۖ َوالَ ُْب ٌِد َن ِز ن َت َُه هن ِإ هال لِبعُوُ ل َِت ِه هن‬ َ ْ ‫َظ َه َر ِم ْن َها ۖ َو ْل‬
ََٰ ‫ض ِرب َْن ب ُِخم ُِر ِه هن َع‬

Artinya : Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan janganlah
127 Amir syaripuddin, Ushul fiqh, 365.
128 Asnawi, Ushul Fikih, (Jakarta: Amzah, 2013), 72.

129 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 97.
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) Nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka… 130
(QS An-Nur : 31). Berdasarkan Ayat-ayat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa penjualan minuman keras dan organ tunggal pada tradisi Kenduri Sko
bertentangan dengan dalil-dalil syariat.

Berikut Muhammad Hasan Al-Syaibani menetapkan konsep „Urf ke dalam beberapa


kaidah yaitu :

a) Kekuatan hukum „Urf sama dengan ketetapan hukum berdasarkan nas.


b) Adat dapat menjadi hukum yang pasti jika tidak ditemukan ketetapan dari nas.
c) Kemutlakan „Urf dibatasi oleh nas
d) Adat yang sahih membatasi ketentuan umum.
e) Keabsahan pengetahuan yang diperoleh dari „Urf sama dengan kententuan
yang diatur Nash.173

Berdasarkan kaidah-kaidah yang disampaikan As-Syaibani diatas ketetapan suatu


adat atau „Urf harus berdasarkan ketetapan yang berdasarkan nas. Pada tradisi
Kenduri Sko sendiri secara dalil-dalil syariat jelas melarang beberapa praktek pada
tradisi Kenduri Sko, Seperti jual beli minuman keras dan organ tunggal pada tradisi
Kenduri Sko. Suatu adat dapat menjadi hukum yang pasti jika tidak ditemukan
ketetapan dari nas. Suatu adat atau tradisi dapat di lakukan apabila tidak ada dalil-
173
dalil syariat (dalil qath‟i) yang Muhammad harun, Fauziah, Konsep „Urf dalam
pandangan Ulama Ushul Fikih

melarang berlangsungnya suatu adat. berdasarkan kaidah ini Kenduri Sko sendiri
sebagai sebuah tradisi yang telah berlangsung sangat lama, pada tradisi Kenduri
Sko sendiri terdapat hal-hal yang dianjurkan oleh syariat Islam, seperti : doa
bersama, sedekah, silaturahmi antar masyarakat. Akan tetapi dalam tradisi Kenduri
Sko sendiri terdapat praktek-praktek yang secara dalil Syariat Islam jelas dilarang.

Dari segi objeknya, „Urf di bagi dalam al-‘Urf Lafz}i> (kebiasaan yang
menyangkut ungkapan) dan al-„Urf amali> (kebiasaan yang berbentuk perbuatan). 131

130 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), .

131 Amir syarifuddin, Ushul fiqh, 366-367.


Tradisi Kenduri Sko merupakan sebuat tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
terusmenerus dalam bentuk sebuah perbuatan, yang mana berupa tari tauh, doa
bersama, penobatan gelar depati, acara pengumpulan dana, dll. Jadi tradisi Kenduri
Sko berdasarkan objeknya digolongkan sebagai al-„Urf amali>.

Dari segi cakupannya, ‟Urf di bagi dua, yaitu Al-urf ‘a>mm (kebiasaan yang
bersifat umum) dan Al-‘Urf khas} (kebiasaan yang besifat khusus) 132. Al-‘Urf khas}
merupakan „Urf yang khusus berlaku pada suatu golongan tertentu saja. Tradisi
Kenduri Sko digolongkan sebagai tradisi atau „Urf yang berdasarkan cakupannya
adalah sebagai Al-‘Urf khas}, karena tradisi Kenduri Sko itu sendiri pada masa
sekarang di Kabupaten Kerinci sudah mulai tenggelam oleh zaman, dan banyak
Desa-desa yang sudah absen melaksanakan tradisi Kenduri Sko. Akan tetapi
kelurahan Lempur Tengah, merupakan salah satu Desa yang masih melestarikan
tradisi Kenduri Sko.

Adapun yang harus diperhatikan dalam mengetahui apakah Tradisi Kenduri


Sko ini Sesuai atau tidak dengan Syariat Islam, yaitu terdapat beberapa syarat
sebagaimana disebut Ulama Ushul: pertama, Adat („Urf) harus dilakukan oleh
mayoritas masyarakat. Pada tradisi Kenduri Sko sendiri sebagian masyarakat yang
paham agama akan bersikap lebih selektif terhadap substansi-substansi acara-acara
pada tradisi Kenduri Sko, dengan kata lain mereka ikut andil hanya pada substansi
yang tidak bertentangan dengan Hukum Islam. Jadi pada tradisi Kenduri Sko
dilakukan oleh kalangan masyarakat yang minim dalam pengetahuan agamanya.

Kebiasaan-kebiasaan yang telah mentradisi seperti itu dalam Islam di golongkan


sebagai „Urf Fasid.karena adat („Urf) yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan
Lempur Tengah bertentangan dengan sumber Hukum Islam yaitu al-Qur‟an dan
Hadis.

4. Tradisi Kenduri Sko dalam pandangan al-‘Ādatu Muh}akkamah Tradisi


Kenduri Sko merupakan kebiasaan yang diwarisi oleh nenek moyang
masyarakat Kerinci, khususnya masyarakat Kelurahan Lempur Tengah, yang
sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu, dan tidak pernah absen
dilaksanakan oleh masyarakat Kelurahan Lempur Tengah. 133 Kelurahan
Lempur Tengah merupakan masyarakat adat yang menjaga dan melestarikan
132 Amir syarifuddin, Ushul fiqh, 366.
tradisi yang diwariskan oleh Nenek Moyang mereka.Berikut merupakan
kaidah cabang dari kaidah al-‘Ādatu Muh}akkamah :

‫استعم ل النا س حخة ىجب العمل‬

“Apa yang biasa diperbuat orang banyak adalah hujah (dalil) yang wajib
diamalkan”.134

Maksud dari kaidah diatas ialah setiap anggota masyarakat menaatinya dan sudah
menjadi pegangan dan kebiasaan di masyarakat dalam artian setiap masyarakat
menaatinya.135

Dalam kaidah lainnya juga dijelaskan :

‫ا نما تعتبر العادة اذا اضطردت او غلبت‬

"Adat yang dianggap sebagai pertimbangan hukum itu hanyalah adat yang terus-
menerus berlaku atau berlaku umum”.

Dalam suatu masyarakat suatu perkataan atau perbuatan dapat diterima sebagai
adat kebiasaan apabila suatu perbuatan atau perkataan sering dilakukan berulang-
ulang atau sebagai syarat bagi sebuah adat dapat dijadikan dasar hukum. 136 Dalam
tinjauan Kaidah al-‘Ādatu Muh}akkamah tradisi Kenduri Sko merupakan adat yang
telah mengakar yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana hal tersebut
dianggap sebagai hal yang lumrah dikerjakan,Tidak heran jika di dalam idiom Arab
adat dianggap sebagai “tabiat kedua” manusia. 137 Sebagaimana kaidah lainnya,
kaidah asasi kelima ini memiliki landasan hadis manqul, sebagai berikut:

‫مار ْا ْْ اامسلمؤن حسن فةو عند اللة حسن‬

133 Amris Kahar, Depati Agung, Wawancara Pribadi, Kelurahan Lempur Tengah, Tgl 4 November
2020.

134 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, 201.
135 A. Dzujali, Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam menyelesaikan maslah-masalah yang praktis, 84-
85

136 Imam Musbikin, Qawa‟id Al-Fiqhiyyah, (Jakarta: Grafindo Persada, 1001), 102103.

137 Muhammad Sidqi bin Al-Burnu, Al-wajiz fi Idlah al-Qawaid, (Cet 1, Jakarta: Muassahah Al-
Risalah, 1983), 153.
“ Apa yang dipandang baik oleh orang Islam, maka baik pula disisi Allah”.
(Hadist Riwayat Ahmad).138

Muhammad al-Zarqa‟ membagi adat kedalam dua macam, yaitu ammah dan
khassah. Adat yang bersifat ammah merupakan setiap perbuatan atau prilaku
berlaku secara umum diseluruh negara atau daerah, sedangkan adat yang khassah
(khusus) artinya ialah suatu adat yang hanya berlaku pada suatu kawasan tertentu.
Jadi dengan demikian, setiap tradisi atau adat baik berlaku secara umum maupun
khusus. Apabila tidak ada nas yang menentangnya maka tidak perlu
dipermasalahkan lagi.139 Jadi Kenduri Sko sendiri digolongkan ke dalam tradisi yang
bersifat khusus karena hanya dilakukan pada kawasan tertentu yaitu khususnya
Kabupaten Kerinci, bahkan pada saat ini tradisi Kenduri Sko di Kabupaten Kerinci
sudah mulai tenggelam di zaman modern ini, karena di banyak Desa absen
melaksanakannya.

Berdasarkan kaidah al-‘Ādatu Muh}akkamah dan kaidah turunannya Suatu


adat tidak dapat terapkan apabila :

pertama, Adat tersebut menimbulkan kemafsadatan atau menghilangkan


kemaslahatan.140 Kenduri Sko sendiri merupakan bentuk syukur masyarakat
Kelurahan Lempur Tengah setelah panen raya selesai akan tetapi dalam
pelaksanaan tradisi Kenduri Sko terdapat praktek secara perbuatan menimbulkan
mafsadat atau mudarat kepada warga yang melaksanakannya, seperti cedera fisik
pada saat tari tauh, perkelahian pemuda akibat pengaruh minuman keras, dan
banyak lagi dampak negatif yang di timbulkan.

Kedua, Adat tersebut bertentangan dengan al-Qur‟an dan hadis. 141 Suatu
tradisi tidak dapat dilaksanakan apabila dalil-dalil syariat (dalil qath‟i) melarangnya.
Dalil qath‟i adalah nas yang menunjukkan kepada makna tertentu yang tidak ada

138 Imam Ahmad bin Hambal, Hadis-hadis Imam Ahmad, terjemahan M.A. Fatah dari asli Al-
Musnad Li-Imam Ahmad ibn Hambal, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2009), 190.

139 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id Fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Gaya Media Utama,
2008), 219.
140 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, 213

141 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, 213 188 Abdul
wahhab Khallaf, Ilm Ushul al-Fiqh, (Kuwait: Dar al-Fikr, tt), 35.
kemungkinan untuk dita‟wil (dipalingkan dari makna asalnya) dan tidak ada peluang
untuk merubah maknanya188. Pada tradisi Kenduri Sko sendiri telah ada dalil yang
secara qath‟i melarang atau membatasi pemberlakuan tradisi pada Kenduri Sko
seperti, larangan menjual dan meminum minuman keras, larangan
mempertontonkan aurat saat organ tunggal. Sebagaimana dijelaskan dalam al-
Qur‟an Surat al-Maidah Ayat 90 :

ٰ ‫ٌََٓأ‬
َ ‫ك ْم ت ْفُلِح‬
َٰ‫ُون‬ ُ ‫َع َم ِل ٱل هش ٌْ َط ِن فٱَجْ تنَِبوُ هُ َلعلَه‬ ْ‫صابُ َوٱلِْ َْز ٰلَ َُم ِرجْ سٌ مِّن‬
َ ‫َُّها ٱله ِذ َن َءا َم ُٓنو ا إنِه َما ْٱل َخ ْم ُر َو ْٱل َم ْسِ ُر َوٱلِْ َن‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan142.(QS. Al-Maidah: 90).

Begitu juga dengan organ tunggal pada tradisi Kenduri Sko, yang mana organ
tunggal ini dengan biduan-biduan yang berpakain terbuka (tidak menutup aurat).
Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an Surat An-Nur ayat 31 :

َ ‫ص ِرهِه ن وٌَ ْ َحف ْ َظ َن ف ُُر‬


َ ْ ‫وج ُه هن َوالَ ُْب ٌِد َن ٌِز ن َت َُه هن ِإ هال َما َظ َه َر ِم ْن َها ۖ َو ْل‬
‫ض ِرب َْن ب ُِخم ُِر ِه‬ َ ٰ ‫َوق ُل لِّ ْلمُْؤ ِم ٰ َنتَِ ٌ ْ َغضُضْ َن مِنْ أ َْب‬
‫لى ُج وُ ِب ِه هن ۖ َوالَ ُْب ٌِد َن ِز ن َت َُه هن إ هاِل لِبعُوُ ل َِت ِه هن‬ ََٰ ‫هن َع‬

Artinya : Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar


mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan
janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa)
Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami
mereka…143(QS An-Nur : 31).

Ketiga, Berlaku umum dan tidak terkhusus hanya pada beberapa orang
saja.144 Tradisi Kenduri Sko sendiri dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Lempur
Tengah secara umum tetapi hanya pada praktek-praktek yang tidak dilarang oleh
dalil syariat. Dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariat hanya dilakukan oleh
kelompok masyarakat tertentu saja. Pada intinya tradisi Kenduri Sko sendiri bersifat
terkhusus pada masyarakat tertentu saja. Berikut juga dipertegas dengan

142 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 97.
143 Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponerogo, 2006), 282.
144 Ade Royana, Ilmu Qawa‟id fiqhiyah Kaidah-kaidah Hukum Islam, 213
rangkuman Muhlish Usman gambaran tentang syarat-syarat adat yang dapat
diterima dalam Islam yaitu:

Pertama, perbuatan yang dilakukan dapat diterima akal sehat (logis) dan tidak
mengandung mudarat192. Persyaratan tersebut menunjukkan bahwa suatu tradisi
atau adat tidak mungkin berkenaan dengan perbuatan tidak baik atau maksiat.
Setiap perbuatan agar dapat dapat diterima tentunya harus logis (dapat diterima akal
sehat) dan tidak mengandung mafsadat atau mudarat. Akan tetapi tradisi Kenduri
Sko sendiri sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta, tetapi dalam
prakteknya terdapat hal-hal yang tidak logis apabila pada tradisi Kenduri Sko
terdapat hal-hal yang dilarang oleh dalil syariat (al-Qur‟an dan hadis) dan perbuatan
yang mengandung mudarat, seperti: minuman keras, organ tunggal, dan tari tauh.

Syarat Kedua, Perkataan atau perbuatan yang dilakukan berulang-ulang atau


telah mengakar pada masyarakat193. Tradisi kenduri Sko merupakan tradisi yang
telah berlangsung sangat lama dan di wariskan dari generasi ke generasi. Tradisi
Kenduri Sko sudah sangat mengakar di masyarakat Kelurahan Lempur Tengah,
buktinya sampai saat ini masih berlangsung dan tidak pernah absen dilakukan.

Syarat ketiga, Tidak bertentangan dengan nas, baik itu al-Qur‟an maupun hadis. 194
Tradisi Kenduri Sko beberapa prakteknya bertentangan dengan dalil-dalil syariat,
baik al-Qur‟an maupun hadis, seperti : jual minuman keras, mempertontonkan aurat
(organ tunggal), tari tauh dan semua hal tersebut jelas dilarang oleh dalil-dalil syariat
dan kaidahkaidah hukum dalam Islam.

Berdasarkan penjelasan di atas dan kaidah-kaidah fikih yang telah dipaparkan di


atas maka dapat disimpulkan bahwa tradisi Kenduri Sko bertentangan dengan
Syariat Islam, karena tidak memenuhi syarat-syarat sebuat adat atau tradisi dapat
ditetapkan sebagai dasar Hukum Islam.

C. Analisis Hasil Temuan

Setelah melakukan wawancara secara mendalam terhadap Tokoh


masyarakat, Ketua lembaga adat, Depati-depati, Ulama dan masyarakat Kelurahan
Lempur Tengah, maka Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : Tradisi
Kenduri Sko mempunyai nilai-nilai yang sejalan dengan Syariat Islam, yang mana
nilai-nilai tersebut diwariskan oleh nenekmoyang masyarakat Kelurahan Lempur
Tengah, diantaranya kegiatan berdoa bersama, makan bajamba (bersedekah) dan
bersilaturahmi. Berdasarkan „Urf shahih maka doa bersama, makan bajamba dan
bersilaturahmi pada tradisi Kenduri Sko merupakan adat istiadat yang sejalan
dengan hukum Syariat Islam. secara jelas di atur oleh dalil-dalil qath‟i dalam Islam
sebagai perbuatan-perbuatan yang bernilai pahala di sisi Allah. Tradisi Kenduri Sko
telah banyak mendapat perubahan karena tradisi tersebut telah berlangsung sangat
lama diwariskan dari generasi-kegenerasi sehingga mendapat pengaruh baik itu dari
agama maupun modernisasi. Tradisi Kenduri Sko mendapat pengaruh dan oleh
Ulama-ulama menyelipkan nilai-nilai Islam di dalamnya seperti acara berdoa
bersama dan bersedekah pada saat tradisi Kenduri Sko yang mana dalam hukum
Islam digolongkan sebagai „Urf sahih. Tradisi Kenduri Sko sendiri juga mendapat
pengaruh dari masa modern ini, dan hal-hal tersebut digolongkan sebagai „Urf fasid.
„Urf fasid ialah kebiasaan atau adat yang bertentang dari Hukum Islam yaitu al-
Qur‟an dan hadis. Contohnya seperti: organ tunggal, dilegalkan minum miras, dll.
Kenduri Sko dalam pandangan kaidah al-‘Ādatu Muh}akkamah. Tradisi Kenduri Sko
yang dapat dijadikan dasar hukum dalam Islam yaitu adat yang sesuai dengan
Hukum Islam. sebagai mana penjelasan hadis berikut:

Artinya : Apa yang dipandang baik oleh orang Islam, maka baik pula disisi
Allah dan ap apa yang dipandang sesuatu yang buruk, maka disisi Allah
adalah Buruk”. (Hadist Riwayat Ahmad).145

Hadis tersebut menjelaskan bahwa setiap apa saja yang dipandang baik oleh
kaum muslimin, dengan mengunakan akal sehat mereka, maka hal tersebut pun
baik disisi Allah.Pada tradisi Kenduri Sko sendiri jelas telah menimbulkan
kemudaratan dan secara Hukum Islam Jelas melarang beberapa bagian acara dari
tradisi Kenduri Sko. Dalam hadis diatas telah jelas menjelaskan bahwa sesuatu yang
secara jelas dipandang memiliki keburukan, mudarat atau larangan dalam syarak,

145 Imam Ahmad bin Hambal, Hadis-hadis Imam Ahmad, Terjemahan M.A. Fatah dari Asli Al-
Musnad Li-Imam Ahmad ibn Hambal, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), 190.
maka di sisi Allah pun juga melarang perbuatan tersebut. Tradisi Kenduri Sko dalam
persfektif Hukum Islam juga dapat di telusuri dalam kaidah fikiyah : “yang dijadikan
tolak ukur dalam sebuah perkara adalah tujuan (maqa>s}id) dan subtansinya, buka
penomena luar dan penamaannya”.146 konteks tradisi Kenduri Sko ini melihat dari
sisi maqasid dan dan substansi yang ada pada tradisi Kenduri Sko, maka tradisi ini
dari segi tujuan (maqa>s}id), tradisi Kenduri Sko memiliki tujuan yang baik. Tetapi
dari sisi subtansi-subtansi praktek tradisi Kenduri Sko sendiri terdapat hal-hal yang
dilarang oleh Syariat Islam. Syariat itu bertujuan untuk menjaga atau menghidari dari
mafsadat dan mudarat.

Berdasarkan pemaparan di atas Praktek Kenduri Sko dalam persfektif Hukum


Islam, Kenduri Sko sendiri mempunyai nilai-nilai Islam yang sejalan dengan Syariat
Islam, karena berdasarkan dalildalil Syariat. Dari sisi lain tradisi Kenduri Sko
bertentangan dengan Syariat Islam karena dilarang oleh dalil-dalil syariat dan dalam
pelaksanaanya menimbulkan mafsadat dan mudarat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah Penulis menguraikan data-data secara panjang lebar mengenai hal-


hal yang berkaitan dengan Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah dalam
beberapa bab sebelumnya, maka dalam bab ini Penulis akan menarik kesimpulan
bahwa:

1. Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah merupakan tradisi yang


diwariskan oleh Nenek Moyang masyarakat setempat. Kenduri Sko
merupakan prosesi adat yang diadakan untuk ungkapan syukur pesta panen
dan pengukuhan gelar pemuka adat dan kepala adat (nugeh depati). Kenduri
Sko dilaksanakan setiap 1 kali dalam 2 tahun, dilaksanakan selama 5-7 hari.

Kenduri Sko pada masa nenek moyang terdiri dari beberapa rangkaian acara, yaitu:

 Pemandian Benda Pusaka

146 Riyadh bin Mansur al-Akholifi, al-Mihhaj fi „ilmil Qawaid al-Fiqhiyah, (tt, Maktabah syamilah,
Isdor Tsnai) 271.
 Tari tauh
 Pembacaan naskah asal-usul penobatan dan dari mana mereka berasal
 Nugeh depati (pengukuhan Gelar depati)

Acara kenduri sko pada saat sekarang ini terdiri dari beberapa rangkaian acara,
yaitu:

a) Rapat adat negeri


b) Kegiatan pengumpulan dana
 Sepak bola
 Organ tunggal
 Jual minuman keras
c) Malam puncak Kenduri Sko
 Doa bersama
 Tari tauh

d) Nugeh Depati

2. Pada tradisi Kenduri Sko sendiri terkandung nilai-nilai Islam, antara agama
dan adat telah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, hal tersebut
dinyatakan dalam sebuah pepatah adat, yaitu “adat besandi syara‟ dan syara‟
besandi kitabullah syara‟ mengato dan adat memakai kalau salah kato adat berdosa
kato syarak menumbuk kelesung menampi keniru alam takembang menjadi guru”

Artinya ialah hukum adat selalu selaras dengan Hukum Islam, jika suatu
kebiasaan atau tradisi dalam masyarakat bertentangan dengan hukum syarak maka
hal tersebut ditolak dan tidak boleh dilanjutkan. Syarak dan adat merupakan satu
kesatuan yang sangat erat yang tidak ada adat yang sebenar adat yang
bertentangan dengan Hukum Islam, karena syarak merupakan sendi dari adat.

Begitu juga dengan Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah terkandung
Nilai-nilai Islam yang begitu kental dan merupakan hal-hal yang sangat dianjurkan di
dalam Islam, di antaranya ialah :

1) ungkapan syukur kepada Allah atas rezeki dan hasil panen masyarakat.
2) kenduri Sko menjadi wadah untuk semakin mempererat silaturahmi.
3) Bersedekah pada saat makan bajamba dan tamu-tamu yang datang pada
acara kenduri sko.
4) Adab memuliakan tamu pada tradisi kenduri sko

Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam tradisi kenduri sko diatas menunjukan
bahwa tradisi kenduri sko di Kelurahan Lempur Tengah punya nilai-nilai yang
selaras dengan Hukum Islam.

3. Adapun Tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah

terdapat adat yang telah Akulturasi atau telah mendapat pengaruh dari moderenisasi
diantaranya jual beli minuman keras, organ tunggal. Pengaruh moderenisasi
tersebut dapat mengantarkan masyarakat yang melakukan tradisi yang berasal dari
pengaruh modernisasi tersebut ke perbuatan yang dilarang oleh Syariat Islam dan
juga perbuatan tersebut menimbulkan lebih banyak mudarat dari pada maslahat,
dalam tradisi Kenduri Sko sendiri terdapat nilai-nilai Islam yang terkandung di
dalamnya yaitu: berdo‟a bersama, silaturahmi, memuliakan tamu, bersedekah.

B. Implikasi

Implikasi dari penelitian ini adalah tradisi Kenduri Sko di Kelurahan Lempur Tengah
ini pada dasarnya tradisi Kenduri Sko itu sendiri terkandung Nilai-nilai Islam yang
sangat dianjurkan dalam Islam, akan tetapi beberapa dari bagian tradisi ini
bertentangan dengan hukum syarak, pada dasarnya tradisi kenduri sko di Kelurahan
Lempur Tengah harus melewati suatu filter (penyaringan), maksutnya adalah
mempertahankan hal-hal yang baik dan dianjurkan di dalam Islam dan
memhilangkan hal-hal yang bertentangan dengan syarak. Selanjutnya apabila
praktek tradisi Kenduri Sko ini masih dilaksanakan tanpa adanya filter yang akan
memilah hal-hal yang bertentangan dengan syarak maka tradisi ini akan menyalahi
Syariat Islam yang mana 100 % masyarakat Kelurahan Lempur Tengah Beragama
Islam.

C. Rekomendasi

Mengingat bahwa tradisi Kenduri Sko merupakan tradisi yang telah berlangsung
sangat lama di kalangan masyarakat Kerinci Khususnya masyarakat Kelurahan
Lempur Tengah. Mengingat tradisi ini merupakan rutinitas yang telah melekat dan
menjadi kebiasaan masyarakat Kelurahan Lempur Tengah. Oleh karena itu
menanggapi praktik tradisi Kenduri Sko ini, Penulis ingin menyampaikan beberapa
saran yang insyaallah bermanfaat. Selanjutnya mengingat dalam pepatah adat
mengatakan “Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, Syarak mengato,
adat memakai” artinya kebiasaan yang ada dalam masyarakat harus sesuai dengan
norma-norma adat yang bersendikan dari syarak. Adapun rekomendasi yang ingin
Penulis ungkapkan ialah sebagai berikut:

1. Perlu adanya penyuluhan atau penanaman pemahaman keislaman


kepada masyarakat, agar masyarakat paham tentang hukum –hukum
dalam Syariat Islam.

2. Bagi masyarakat kelurahan Lempur Tengah yang bersentuhan


langsung dengan tradisi kenduri sko, harus pandai dalam memilih dan
memilah mana apa-apa saja yang diperboleh kan dan apa-apa saja yang
dilarang oleh Syariat Islam pada tradisi Kenduri Sko.

3. Bagi Pengurus lembaga adat, Depati-depati dan Tokoh-tokoh adat


Kelurahan Lempur Tengah agar membuat atau mengadkan kajian
mengenai kitab-kitab Fikih atau kitab-kitab Hukum Islam, khususnya
mengenai hukum adat dalam pandangan Islam.

4. Diharapkan bagi ulama dan para Dai-dai untuk memberi pemahaman


tentang Hukum Islam kepada masarakat baik itu melalui ceramah agama,
tabligh akbar, kajian mingguan. Agar masyarakat lebih paham dalam
menyikapi Tradisi Kenduri Sko.

5. Tokoh masyarakat kelurahan Lempur Tengah hendaknya

menghentikan kebiasaan yang dilarang oleh syariat pada tradisi Kenduri Sko yaitu
dengan mengadakan musyawarah adat dan mengeluarkan aturan adat. Semua itu
agar terciptanya masyarakat yang islami.

D. Saran

Penulis banyak mengucap rasa syukur kepada Allah dan berserah diri kepada Allah
SWT. Kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Atas pertolongan
Allah. Adapun saran yang ingin disampaikan oleh Penulis adalah perlu adanya
musyawarah antara pengurus Lembaga adat, tokoh adat, Ulama dan Masyarakat
Kelurahan Lempur Tengah, tujuan musyawarah adat ini adalah agar menggali
hukum-hukum serta dalildalil agar dapat mengetahui secara utuh tradisi yang harus
dipertahankan dan yang harus dihilangkan.

Demikian penelitian ini penuis paparkan Penulis menyadari bahwa dalam


penulisan penelitian ini sangat banyak kekurangan dan kelemahan, Penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk Penulis menyelesaikan penelitian ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
pemikiran, masukan dan bantuan materil dan moril kepada Penulis, terutama
kepada Bapak Dosen Pembimbing tesis dan pihak-pihak tempat Penulis melakukan
penelitian yang telah membimbing Penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian
ini dan sehingga Penulis dapat memperoleh data yang valid dalam Penulisan tesis
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, “Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau”,


Indonesia, No. 2 (tt.1966).

Sila, Adlin, “Memahami Spektrum Islam di Jawa”, Indonesian Journal for Islamic
Studies Studia Islamika, Vol. 18, No. 3 (2011), 611 – 630.

Agung Setiyawan, “Budaya Lokal Dalam Persfektif Agama” Legitimasi Hukum Adat
Dalam Islam ”, vol. 13, No. 2 (Juli 2020) : 208.

Ahmad, Kamaruzzaman Bustaman, “Contemporary Islamic Thought in Indonesia


and Malay World: Islam Liberal, Islam Hadhari, and Islam Progresif”, Journal of
Indonesian Islam, Vol. 5, No. 1 (June 2011)

Ali Mohammad Daud, Pengentar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia,
Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Aljaziri Abdurrahman, Fiqh Empat Mazhab, Bagian muamalat I, Jakarta: Darul Ulum
Pres, 1992
Ali Yunasril, dkk, Adat Basendi syara‟ Sebagai pondasi membagun masyarakat
madani, Sungai Penuh: Stain Kerinci Oress, 2005.

al-Nadwi, Ahmad, al-Qawa‟id Fiqhiyah, cet,V, Beirut: Dar al-Qalam, 1420.

Al-Qarafi, Imam. al-Furuq, Kairo: Alamal Kutub, 2010.

Asnawi, Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah, 2013.

Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kuaitatif Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Buhori,” .Islam Dan Tradisi Lokal Di Nusantara” . Jurnal IAIN Pontianak vol 13. 02,
( tt, 2017).

Ayu Reza Silfi Rizki, “Makna Simbolik Seni Mantau Pada Tradisi Kenduri Sko Di
Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya

Kabupaten Kerinci”, Universitas Negeri Padang, 2016.

Baqi Muhammad fu‟ad Abdul, Hadist Bukhari-Muslim, Jakarta: Gramedia, 2017.

Buhori. Islam Dan Tradisi Lokal Di Nusantara, Jurnal IAIN Pontianak, vol1, 2017.

Dahlan Tamrin, Kaidah-kaidah Hukum Islam (Kulliyah al-

Khamsah),Malang: UIN Maliki Press, 2010

Daud Rusdi. Adat Kerinci Dalam Lingkungan Mendapo. Sungai Penuh: Lembaga
Adat Wilayah Dusun Baru, 1991.

DepartemenAgama RI, Al-qur‟an dan Terjemahnya, Bandung: CV Diponerogo,


2006.

Dzujali A, (kaidah-kaidah fikih) kaidah-kaidah hukum Islam dalam menyelesaikan


masalah-masalah yang praktis, Jakarta: Kencana, 2006.

Djazuli H.A. dan Aen I.Nurol, Ushul Fiqh Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2000.

Fatimah, Iim, “Akomodasi Budaya Lokal („Urf) dalam pemahaman Fiqh Ulama
Mujtahid” wacana hukum Volume 5, No. 1 Mizani, (2018).
Google, “kenduri sko” http://tasman1959.blogspot.com/2014/12/malpu 107-kenduri-
sko-lekuk-50-tumbi.html, pada tanggal 2 Maret 2020 pukul 11.09.

Harun, Muhammad, Fauziah, Konsep „Urf dalam pandangan Ulama Ushul Fiqh,
Jurnal Hukum , No.2 (Desember 2014)

Imam Ahmad bin Hambal, Hadis-hadis Imam Ahmad, terjemahan M.A. Fatah dari
asli Al-Musnad Li-Imam Ahmad ibn Hambal, Bandung: Remaja RosdaKarya, 2009.

Ismail Suardi Wekke, “Islam dan adat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan

Agama Dalam masyarakat Bugis” Analisis”, vol. 13, No. 1 (Juni 2013) : 30.

Jam‟an Satori dan Aan Komariah, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung:
Alfabeta,

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek Jakarta: Rineka Cipta,
2006

J.Moleong Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014

Kamaruzzaman Bustaman-Ahmad, “Contemporary Islamic Thought in Indonesia and


Malay World: Islam Liberal, Islam Hadhari, and Islam

Progresif”, Journal of Indonesian Islam, Vol. 5, No. 1 (June 2011), 91 – 129.

Khallaf Abdul Wahhab. 1978, ‟Ilmu Ushul Fiqh, Cet.XXI; Kairo: Daar alQalam,
2015.

Khadziq, Islam Dan Budaya Lokal, Yogyakarta: Sukses Offset, 2009

Mahfud Choiru, “The Power Of Syukur”, Jurnal Episteme, vol.9, No.2, Dessember
2014.

Mubarok Jaih. Kaidah Fiqh, Sejarah dan Kaidah-kaidah Asasi), Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Muhammad bin Al-Burnu Sidqi, Al-wajiz fi Idlah al-Qawaid, Jakarta:


Muassahah Al-Risalah, 1983.

Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-Ju‟fi, al-Jami‟ al alMasnan al-
Sahihal-Mukhtasar min Umur Rasulullah Sallahu Alahi Sallam, t.tp : Dar Taruq al-
Najah, t.th.

Mukhtar. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah Panduan Berbasis Penelitian
Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan Jambi: Gaung Persada Press, cetakan ke-3,
2010.

Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif Jakarta: GP Press Group,


2013.

Mustafa Ahmad, Al-Maragi, Tafsir Al-Maraghi, Terj. Anshari Umar Sitanggal.


Semarang: CV. Toha Putra, 1993.

M. Noor Harisuddin. „Urf Sebagai Sumber Hukum Islam (fiqh) Nusantara, Al-Fikr
Volume 20 No. 1, 2016.

Nasution. Metode Research Penelitian Ilmiah Jakarta: Bumi Aksara, 2011.


Poerwadarminta W.JS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka,
1976.

Anda mungkin juga menyukai