Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH TRADISI TUJUH BULANAN

( Study di Desa Jeru Kec. Tumpang Kab. Malang )


( MITONI )

DISUSUN OLEH
ALRAFLI ANUGRAH FARELIA

CHUSNUL WULANDARI

ELENA PUTRI ANDINI

RAFID ZUFAR

SAYYIDA ANNA ALTHA FUNISA

SMAN 1 TUMPANG

JL. Kamboja No. 10 Malangsuko, (0341) 787273 Tumpang 65156 Kabupaten Malang
LEMBAR PENGESAHAN

SEJARAH TRADISI TUJUH BULANAN

( Study di Desa Jeru Kec. Tumpang Kab. Malang )

( MITONI )

Tumpang, 23 November 2023

Guru Mata Pelajaran

Disi Adelina, S.Pd

NIP : 197611302006042023

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Puji syukur kehadiran Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah Tradisi
Tujuh Bulanan ( MITONI ) di Desa Jeru Kec. Tumpang Kab. Malang dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas sejarah Bu Disi Adelina, S.Pd.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak/ibu guru selaku


guru mata pelajaran sejarah, karena tugas yang diberikan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni ini. Kami juga berterima kasih
pada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini,
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan kami terima dengan senang hati demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang, dan kami meminta maaf kepada
semua yang membaca akan segala kekurangan kami.

Demikian semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi banyak orang dan menjadikan
motivasi bagi kami untuk lebih banyak menulis. Terima kasih.

Tumpang, 16 November 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

1. Lembar pengesahan ..................................................................................2


2. Kata Pengantar...........................................................................................3
3. Daftar Lampiran.........................................................................................4
4. Daftar Isi
5. BAB PENDAHULUAN..............................................................................6
A.Latar Belakang.........................................................................................6
B. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
C. Rumusan Masalah....................................................................................7
D. Metode Penelitian....................................................................................7
E. Tinjauan Pustaka......................................................................................7
6. BAB II PEMBAHASAN........................ ................................................... 11
A. Tradisi 7 Bulanan di Desa Jeru......................................................11
B. Mitos..............................................................................................13
C. Hubungan Mitoni Dengan Mitos...................................................14
7. Bab III Penutup............................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................16
B. Saran............................................................................................... 16
C. Daftar Pusaka.................................................................................. 17
D. Lampiran..........................................................................................18

4
DAFTAR LEMBARAN

1. Gambar Iilustrasi mitoni 7 bulanan di Desa Jeru.....................................................01

2. Gambar Ilustrasi mitoni siraman ..............................................................................02

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan negara kaya tradisi dan adat istiadat. Berbagai
macam tradisi hadir dari berbagai sudut daerah. Tradisi yang melekat pada setiap daerah
merupakan tradisi yang turun temurun dari nenek moyang. Banyak tradisi dari nenek
moyang di daerah Pulau Jawa yang masih dilaksanakan hingga saat ini. Lahirnya suatu
tradisi biasanya berkaitan erat dengan peristiwa alam atau bencana yang pernah terjadi.
Sebagian besar peristiwa tersebut akan dikaitkan dengan serangkaian ritual tertentu.
Ritual yang dilaksanakan tidak lepas dari berbagai simbol dan arti. Kebudayaan dalam
masyarakat Jawa sering diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol. Dalam masyarakat
Jawa , simbol telah mewarnai tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan, dan religi. Sistem
simbol digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan. Salah satu tradisi yang
masih bertahan dimasyarakat hingga sat ini adalah tradisi Tujuh Bulanan (Mitoni).

Tradisi ini dilaksankan pada ibu hamil pertama saat kandungan berusia 7
bulan. Mitoni merupkan ungkapan rasa syukur serta permohonan agar diberi
perlindungan dan keselamatan kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Tradisi ini
berkembang didaerah pulau jawa. Tradisi mitoni terdiri dari beberapa rangkaian acara
yang berbeda disetiap daerahnya. Mitoni merupakan tradisi yang sudah cukup mendarah
daging dikalangan masyarakat,maka muncul suatu mitos yang menyatakan bahwa jika
tidak melakukan mitoni,maka dikhawatirkan akan terjadi hal-hal buruk pada ibu hamil
dan jabang bayi. Mitos lahir karena tradisi mitoni merupakan tradisi yang kental
dimasyarakat. Sebagian besar masyarakat akan melakukan mitoni saat kehamilan
pertama. Hal ini dapat memunculkan pertanyaan apakah ada hubungan antara
keselamatan ibu hamil dan bayi dalam tradisi mitoni?. Berdasarkan pola pikir tersebut
maka makalah ini akan memaparkan tentang kebenaran mitos pada mitoni dan
hubungannya dengan keselamatan bagi calon ibu dan bayi.

6
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan pengertian mitoni
2. Mendeskripsikan mitos yang muncul pada tradisi mitoni
3. Menganalisis mitos pada tradisi mitoni dapat dibuktikan secara ilmiah

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan mitoni?
2. Mitos apa yang muncul pada tradisi mitoni?
3. Bagaimana mitos pada tradisi mitoni dapat dibuktikan secara ilmiah?

D. METODE PENELITIAN
1. Metode historis merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode historis
bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan
mengumpulkan, menilai, memverifikasi dan mensintesiskan bukti untuk menetapkan fakta
dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan, seringkali dalam hubungan hipotesis
tertentu. Dengan metode historis, seorang ilmuwan sosial peneliti historis yaitu orang yang
mengajukan pertanyaan terbuka mengenai peristiwa masa lalu dan menjawabnya dengan
fakta terpilih yang disusun dalam bentuk paradigma penjelasan.
Dengan demikian, penelitian dengan metode historis merupakan penelitian yang kritis
terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang
secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber sejarah serta interprestasi dari
sumber-sumber keterangan tersebut.

E. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah
Pengertian sejarah:
Menurut KBBI
Pengertian KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah :
1. asal-usul (keturunan) silsilah.
2. kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat;
tambo: cerita.
3. pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi
dalam masa lampau; ilmu sejarah.

Menurut Wikipedia

7
Sejarah adalah peristiwa atau kejadian yang terjadi pada masa lalu yang dipelajari dan
diselidiki untuk menjadi acuan serta pedoman kehidupan masa mendatang. Menurut etimologi
atau asal katanya, sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni syajarotun, yang artinya pohon.

Menurut Para Ahli


1. Thomas Carlyle
Sejarah adalah peristiwa di masa lampau, yang mempelajari biografi mereka yang terkenal
sebagai penyelamat pada zamannya. Orang-orang besar tersebut adalah orang yang pernah
dicatat sebagai peletak dasar sejarah.
2. Ibnu Kaldun
Menurut, Ibnu Kaldun sejarah adalah catatan umat manusia atau peradaban dunia, tentang
perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat manusia itu.
3. Moh. Yamin
Pengertian sejarah menurut Moh. Yamin, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun
atas hasil penyelidikan, dari beberapa peristiwa yang mampu dibuktikan dengan kenyataan
(fakta).
4. Roeslan Abdulgani
Menurutnya Roeslan Abdulgani, sejarah adalah ilmu yang diibaratkan dengan penglihatan
tiga dimensi; pertama melalui penglihatan ke masa silam, kedua masa sekarang, dan ketiga ke
masa yang akan datang. Dengan kata lain, penyelidikan di masa lampau tidak dapat
melepaskan diri dari kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi, dan juga tidak dapat
dilepaskan dari perspektif masa depan.
5. Sartono Kartodirdjo
Menurut Sartono Kartodirdjo, pengertian sejarah dalam arti subjektif adalah suatu kontruksi
(bangunan) yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian cerita (kisah). Kisah tersebut
merupakan suatu kesatuan dari rangkaian fakta-fakta yang saling berkaitan.
6. Kuntowijoyo
Kuntowijoyo adalah seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan. Pengertian sejarah
menurut Kuntowijoyo adalah rekonstruksi atau membangun kembali peristiwa masa lalu
untuk dikontekstualisasikan ke dalam kehidupan kekinian dan masa datang.

Menurut Berbagai Bahasa


a. Belanda : geschiedenis yang artinya peristiwa yang sudah terjadi di masa lalu.
b. Bahasa Inggris : sejarah berarti history, artinya masa lampau umat manusia atau
kejadian-kejadian yang dibuat olealam.
c. Sejarah : Bahasa Arab Dalam Bahasa Arab, sejarah disebut syajaratun, yang artinya
pohon. Hubungan antara syajaratun atau pohon dengan asal kata sejarah adalah

8
karena pohon memiliki akar, batang, ranting, dan daun, yang melambangkan asal-
usul.
B. Tradisi
Pengertian Tradisi:
Menurut KBBI
Pengertian KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah :
1. adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
masyarakat
2. penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling
baik dan benar

Menurut Wikipedia

Tradisi atau leluri (bahasa Latin: traditio, "diteruskan") adalah sebuah bentuk perbuatan
yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Kebiasaan yang diulang-ulang
ini dilakukan secara terus menerus karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang,
sehingga sekelompok orang tersebut melestarikannya.

Menurut Para Ahli

1. Soerjono Soekamto
Tradisi menurut Soerjono Soekanto adalah kegiatan yang dilakukan
(berulangkali) oleh sekelompok orang secara berkelanjutan.
2. WJS Poerwada minto
Tradisi menurut WJS Poerwadaminto adalah segala sesuatu yang
adahubungannya dengan kehidupan di masyarakat dan yang dilakukan terus
menerus,seperti adat istiadat, budaya, kebiasaan dan bahkan kepercayaan.
3. Van Reusen
Tradisi menurut Van Reusen adalah warisan atau aturan biasa, aturan,
barang.Tetapi tradisi tidak bisa diubah. Tradisi adalah kombinasi dari
berbagai jenistindakan yang dilakukan oleh manusia dan dibangkitkan secara
keseluruhan.
4. Bastomi
Tradisi menurut Bastomi adalah roh yang berasal dari suatu budaya,
dimanatradisi sistem budaya menjadi lebih kuat. Jika suatu tradisi harus
dihilangkan, ada harapan bahwa suatu budaya dapat segera berakhir. Segala sesuatu
dalam tradisisering diuji efektivitas dan efisiensinya. Efektivitas dan efisiensi
mereka selalu mengikuti jalur pengembangan elemenbudaya. Berbagai bentuk
sikap dan perilaku ketika berhadapan dengan masalahketika tingkat efektivitas dan

9
efisiensi rendah segera ditinggalkan oleh pelaku dantidak lagi menjadi tradisi.
Sebuah tradisi akan beradaptasi dengan keadaan dimana orang mewarisinya
5. Piotr Sztompka
Tradisi menurut Piotr Sztompka adalah bahwa semua benda dan gagasan
materialyang berasal dari masa lalu tetapi masih ada sampai sekarang tidak
dihancurkan,dihancurkan atau dilupakan. Dalam hal ini, sebuah tradisi
hanya ditafsirkansebagai warisan yang sebenarnya tetap ada dari masa lalu.

6. Shils
Tradisi menurut Shils adalah segala sesuatu yang diteruskan dari masa lalu kemasa
sekarang. Kriteria tradisi dapat lebih jauh dibatasi dengan membatasi ruang
lingkup.
Menurut Berbagai Bahasa
Bahasa Latin : berasal dari bahasa latin traditio yang memiliki arti diteruskan
(Koentjaraningrat, 1984:2). Dapat dikatakan bahwa tradisi merupakan kebiasaan
dari masyarakat tertentu yang telah berlangsung lama.

C. Tujuh Bulanan
Pengertian Tujuh Bulanan:
Menurut KBBI
Pengertian KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah :
1. upacara (selamatan) untuk ibu yang mengandung tujuh bulan

Menurut Wikipedia

1. pesta pemberian hadiah untuk merayakan persalinan atau kelahiran anak yang
diharapkan atau perubahan seorang wanita menjadi ibu.

Menurut para ahli

1. Menurut Mbah Musni, upacara Tujuh Bulanan (Tingkeban) adalah upacara yang
ditujukan kepada sang pencipta , agar nanti pada saat proses lahiran, baik ibu dan
calon bayi yang akan lahir nanti dalam keadaan selamat, sehat, dan tidak
congkrengan.

10
BAB II

PEMBAHASAN

A. MITONI

Mitoni berasal dari Bahasa Jawa “pitu” yang artinya tujuh. Angka tujuh ini
dimaksudkan bahwa mitoni adalah ritual yang dilaksanakan pada saat bayi menginjak
usia tujuh bulan dalam kandungan (Ani, 2023). Selain mitoni, pada umumnya
masyarakat juga menyebutnya sebagai tingkeban. Tingkeb artinya tutup, sehingga
tingkeban merupakan upacara penutup selama kehamilan sampai bayi dilahirkan.
Upacara tingkeban atau mitoni adalah upacara yang diselenggarakan pada bulan ke tujuh
masa kehamilan dan hanya dilakukan terhadap anak yang dikandung sebagai anak
pertama bagi kedua orang tuanya. Hal ini tidak terlepas dari persepsi dan keyakinan
orang Jawa bahwa tujuh dalam bahasa Jawa adalah pitu yang berarti pituduh (petunjuk),
pitulung (pertolongan). Salah satu dari tujuan dilakukannya acara tradisi mitoni yakni memohon
pertolongan kepada Allah (Nasir, 2016). Upacara ini diselenggarakan untuk memohon
keselamatan, baik bagi ibu yang mengandung maupun calon bayi yang akan dilahirkan (Ani,
2023).
Mitoni merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang sampai saat ini masih dilakukan
oleh sebagian masyarakat Jawa. Mitoni adalah upacara yang dilakukan saat usia kandungan
seorang ibu hamil berumur tujuh bulan. Upacara tujuh bulan dalam masyarakat Jawa paling
sering dilakukan di kalangan masyarakat Jawa dibandingkan upacara kehamilan lainnya. Upacara
mitoni pada masa sekarang masih dilakukan oleh masyarakat Jawa baik dilingkungan keraton
maupun di lingkungan masyarakat biasa. (Ajeng, 2023).
Prosesi tata cara pelaksanaan mitoni pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung
pelaksana dan pemangku adat yang ada di daerah tersebut. Ada yang hanya menggunakan
tradisi Jawa saja, ada yang hanya mengundang orang agar dibacakan tujuh surat dalam al-
Qur’an saja, dan ada juga yang melaksanakan keduanya. Pada upacara mitoni terdapat beberapa
rangkaian acara seperti siraman, kenduri, pantes-pantes, pembacaan surat-surat al-Qur’an dan
lain sebagainya. Pada pelaksanaan acara ini dihadiri oleh sanak keluarga, tetangga, para
sesepuh serta tokoh agama (Nasir, 2016).
Menurut Nasir (2016) Secara teknis, penyelenggaraan upacara ini dilaksanakan oleh
dukun atau anggota keluarga yang dianggap sebagai tertua. Kehadiran dukun ini lebih bersifat
seremonial, dalam arti mempersiapkan dan melaksanakan upacara-upacara kehamilan,
serangkaian upacara yang diselengggarakan pada ritual tingkeban secara garis besar adalah
sebagai berikut:

11
1. Membuat Rujak
Dalam tradisi Jawa membuat rujak dilakukan oleh ibu jabang bayi. Jika bumbunya
rasanya asin, biasanya jabang bayi lahir prempuan. Bila tidak asin biasanya lahir laki-laki.
Akan tetapi karena teknologi medis sudah ada sedemikian canggih, sampai ditemukan USG
empat dimensi. Jenis kelamin bayi sudah dapat diketahui lebih dini.
2. Siraman calon ibu
Upacara siraman dilakukan oleh sesepuh atau keluarga dari pemilik hajat sebanyak
tujuh orang. Hal ini bertujuan untuk memohon doa restu, supaya suci lahir dan batin. Calon
ibu memakai kain 7 batik yang dililitkan (kemben) pada tubuhnya. Dalam posisi duduk,
calon ibu mula-mula disirami oleh suaminya, lalu oleh orang tua dan keluarga lainnya.
Maksud upacara ini adalah untuk mencuci semua kotoran dan hal-hal negatif lainnya.
3. Memasukkan telur ayam kampung
Setelah siraman, telur ayam kampung di masukkan ke dalam kain si calon ibu oleh
sang suami melalui dari atas perut lalu telur dilepas sehingga pecah. Upacara ini dilakukan di
tempat siraman sebagai simbol harapan agar bayi lahir dengan lancar dan selamat.
4. Pantes-Pantes atau Ganti Busana 7 kali
Upacara pantes-pantes adalah upacara ganti busana yang dilakukan dengan tujuh jenis
kain batik yang berbeda. Motif kain batik dan kemben yang akan dipakai dipilih yang terbaik
dengan harapan si bayi kelak memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang kain.
Fungsi dan tujuan busana pada mitoni berkaitan dengan pengharapan, dan keselamatan lahirnya
bayi (Nasir, 2016). Kain dan kebaya yang pertama sampai yang ke enam merupakan busana
yang menunjukkan kemewahan dan kebesaran. Ibu-ibu yang hadir saat ditanya apakah si calon
ibu pantas menggunakan busana-busana tersebut memberikan jawaban : “dereng Pantes”
(belum pantas). Setelah dipakaikan busana ke tujuh yang berupa kain lurik dengan motif
sederhana, yaitu Lasem, baru ibu-ibu yang hadir menjawab : “pantes” (pantas). Ini
melambangkan, doa agar si bayi nantinya menjadi orang yang sederhana. Angka 7
melambangkan 7 lubang tubuh (2 di mata, 2 di telinga, 1 hidung, 1 di mulut, dan 1 di alat
kelamin), yang harus selalu dijaga kesucian dan kebersihannya. Ada pengertian lain dari angka
7 ini disebut keratabasa. Angka 7, dalam bahasa jawa disebut pitu, keratabasa dari pitu-lungan
(pertolongan). Motif kain dan kemben yang akan di pakai yang terbaik dengan harapan agar
kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambung kain:
a. Sidoluhur : Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti
luhur.
b. Sidomukti : Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti
wibawa, yaitu berbahagia dan disegani karena kewibawaannya.

12
c. Truntum : Maknanya agar keluhuran budi orangtuanya menurun (tumaruntum)
pada sang bayi.
d. Wahyu tumurun : Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang senantiasa
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mendapat petunjuk dan
perlindungan dari-Nya.
e. Udan riris : Maknanya agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan,
enak dipandang, dan menyenangkan siapa saja yang bergaul dengannya.
f. Sido asih : Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang
selalu di cintai dan dikasihi oleh sesama serta mempunyai sifat belas kasih.
g. Lasem : Bermotif garis vertikal, bermakna semoga anak senantiasa
bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.
5. Membelah kelapa gading
Selanjutnya dua butir kelapa gading yang masing-masing telah digambari Dewa
Kamajaya dan Dewi Ratih, gambar tokoh wayang melambangkan doa, agar nantinya si bayi jika
laki-laki akan setampan Dewa kamajaya dan jika wanita secantik Dewi Ratih. Kedua dewa dan
dewi ini merupakan lambang kasih sayang sejati. Oleh si calon ibu, kedua butir kelapa
diserahkan pada suaminya (calon bapak), yang akan membelah kedua butir kelapa gading
menjadi dua bagian dengan bendo. Ini melambangkan, bahwa jenis kelamin apapun, nantinya,
terserah pada kekuasaan Allah.
6. Selamatan
Selamatan dilaksanakan pada malam hari setelah melalui beberapa ritual yang
disebutkan diatas. Terkadang sebagian masyarakat menggabungkan acara selama Bentuk
selamatan disini tuan rumah mengundang para warga khususnya para Bapak Kyai atau Ustadz
untuk datang kerumah pada jam yang telah ditentukan. Beberapa surat yang sering dipilih
dalam pembacaan Al-Qur’an pada acara mitoni antara lain surat Yusuf, Luqman, Maryam,
Yasin, Al-Wa’qiah, Ar-Rahman, Al-Mulk, Toha dan An-Nur. Surat-surat yang dipilih tidak
terlepas dari makna dan harapan-harapan kepada bayi yang akan dilahirkan kelak. Misalnya
surat Yusuf, pembacaan surat ini diharapkan bahwa anak yang kelak lahir adalah anak yang
tampan dan memiliki sifat-sifat baik seperti Nabi Yusuf, pembacaan Surat Maryam bertujuan
agar bayi yang dilahirkan jika perempuan akan menjadi wanita suci dan solihah, begitu juga
dengan surat-surat lainnya.

B. MITOS

Tingkeban adalah upacara yang diadakan untuk keselamatan seorang perempuan yang pertama
kali mengandung beserta anak yang dikanduungnya. Upacara ini diadakan pada saat kandungan

13
berumur tujuh bulan sehingga disebut juga sebagai upacara mitoni. Sementara bagi orang Jawa,
upacara tingkeban atau mitoni merupakan upacara terpenting di antara upacara lain yang berhubungan
dengan kehamilan. Mereka beranggapan jika tidak melakukan upacara ini akan timbul akibat yang
tidak diharapkan bagi keselamatan ibu dan anak yang akan dilahirkannya. Untuk melaksanakan
upacara tingkeban atau mitoni telah ada ketentuannya. Adapun ketentuan tanggal untuk melaksanakan
upacara mitoni yaitu tanggal ganjil menurut perhitungan Jawa dan tanggal-tanggal sebelum bulan
purnama. Upacara mitoni merupkan upacara peralihan yang dipercaya sebagai sarana untuk
menghilangkan petaka, yaitu semacam inisiasi yang menunjukkan bahwa upacara-upacara itu
merupakan penghayatan unsur-unsur kepercayaan lama. Selain sebagai penghayatan unsur-unsur
kepercayaan lama, dalam upacara mitoni juga terdapat suatu aspek utama yaitu adalah adat istiadat
yang secara turun temurun dan dilestarikan oleh kelompok sosialnya. Mengabaikan adat istiadat akan
mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata kelompok sosial
masyarakatnya.

C. HUBUNGAN MITONI DENGAN MITOS


Pada tradisi mitoni muncul mitos bahwa jika tradisi nenek moyang ini tidak dilaksanakan
maka dikhawatirkan akan timbul akibat yang tidak diharapkan terhadap keselamatan bayi dan
ibunya. Kepercayaan yang cukup kuat tentang mitos ini mendorong masyarakat Jawa tetap
melestarikan tradisi mitoni demi menghindari akibat buruk yang akan terjadi. Sebenarnya
mitos mengenai keselamatan bayi dalam kandungan yang tersebar dalam tradisi mitoni ini ada
kaitannya dengan salah satu rangkaian acara mitoni yaitu membaca atau mendengarkan ayat
suci al-Qur’an. Masuknya bacaan al-Qur’an dalam tradisi mitoni mengakibatkan terjadinya
akulturasi budaya.
Budaya lama merupakan budaya Jawa yang dimasuki oleh budaya baru yakni Islam.
Unsur-unsur Islam yang masuk dalam tradisi mitoni berupa pembacaan surat-surat tertentu pada
saat upacara mitoni. Sedangkan unsur budaya Jawa masih tetap dilaksanakan.
Rangsangan yang diberikan ibu kepada anaknya dalam rahim sangat penting bagi
perkembangan selanjutnya. Ibu sebaiknya mengaktifkan komunikasi dengan anak sejak dalam
rahim. Memasuki bulan keenam dan ketujuh masa kehamilan, bayi mulai mendengar suara-suara
seperti detak jantung ibu, suara usus dan paru-paru, dan juga suara lain di luar rahim. Semua itu
didengarkan melalui getaran ketuban yang ada dalam rahim.
Menurut penelitian Surilena menyatakan bahwa stimulus bunyi dari lingkungan yang tersedia
melalui pendengaran mempunyai presentase cukup tinggi, dan buktinya jelas bahwa dari kira-kira 18
minggu masa perkembangan dalam Rahim, musik memainkan peran sangat penting dalam proses
pembentukan sinaps di otak seorang anak. Begitu anak lahir dan tumbuh menjadi besar, musik akan
terus menyempurnakan fisiologisnya, kecerdasannya, juga perilakunya. Selain musik, Al-Qur’an juga

14
memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr.
Nurhayati dari Malaysia dalam seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun
1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat al-
Qur’an menunjukkan respon tersenyum dan menjadi lebih tenang. Ada banyak kemuliaan dan
kebaikan yang ada dalam al-Qur’an. Salah satunya adalah al-Qur’an dapat merangsang perkembangan
otak anak dan meningkatkan intelegensinya.
Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu.
Nah, ternyata, bacaan al-Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan
tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara
positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh. Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik
untuk tubuh, seperti: memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan
kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit,
menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi
rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa dan sebagainya. Hal ini
dikarenakan frekuensi gelombang bacaan al-Qur`an memiliki kemampuan untuk memprogram ulang
sel-sel otak, meningkatkan kemampuan, serta menyeimbangkannya (Nasir, 2016).
Otak telah tumbuh jauh sebelum bayi lahir. la telah mulai bekerja yang hasilnya merupakan
benih penginderaan berdasarkan prioritas. Umumnya pendengaran lebih dulu. Jadi, selama masa itu
penting sekali untuk selalu menghadirkan lingkungan kondusif dan baik bagi perkembangan otaknya
Menurut penelitian Yasmin dalam Fatmawati (2013) tentang kehamilan di atas 30 minggu
yaitu bayi dalam kandungan telah dapat mendengar suara dari luar dirinya. Bayi yang sedang
berkembang mendengar bunyi saluran pencernaan yang bising dan denyut jantung ibu. Janin
mendengar suara ibunya juga, tetapi tidak dapat mendengar suara dengan intonasi tinggi. Dia juga
mengemukakan bahwa denyut jantung janin meningkat dalam berespon terhadap intonasi suara yang
didengar melalui abdomen ibunya, sehingga bayi baru lahir ditemukan lebih menyukai suara ibunya
daripada suara orang asing. Fatmawati (2013) menyatakan bahwa denyut jantung janin akan sangat
terpengaruhi oleh intonasi suara yang lembut atau mirip dengan suara ibu ini akan membuat suasana
menjadi tenang dan denyut jantung janin relatif stabil. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
peningkatan denyut jantung janin saat diberi stimulasi musik klasik lebih besar dibandingkan dengan
murotal. Stimulasi murotal akan mempengaruhi denyut jantung menjadi lebih stabil dibandingkan
dengan musik klasik.
Dr. Al Qadhi melalui penelitiannya di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil
membuktikan hanya dengan mendengarkan murotal, dengan ditunjang dengan bantuan peralatan
elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit
terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan bahwa bacaan murotal berpengaruh
besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

15
BAB III
A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan kebenaran mitos dalam tradisi mitoni
adalah sebagai berikut:
1. Mitoni berasal dari Bahasa Jawa “pitu” yang artinya tujuh. Angka tujuh ini dimaksudkan bahwa
mitoni adalah ritual yang dilaksanakan pada saat bayi menginjak usia tujuh bulan dalam kandungan.
Kata bilangan itu kemudian dipakai oleh orang Jawa sebagai simbol yang mewakili kata kerja. Pitu
menjadi pitulungan, bermakna mohon berkat pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Upacara ini
diselenggarakan untuk memohon keselamatan, baik bagi ibu yang mengandung maupun calon bayi
yang akan dilahirkan
2. Mitos yang tersebar di masyarakat dalam tradisi mitoni yaitu masyarakat beranggapan bahwa jika
tidak melakukan upacara mitoni akan timbul akibat yang tidak diharapkan bagi keselamatan ibu dan
anak yang akan dilahirkannya. Selain itu, jika masyarakat mengabaikan adat istiadat setempat maka
akan mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata kelompok
sosial masyarakatnya
3. Upaya menjaga keselamatan calon ibu dan bayi dalam kandungan yang diwujudkan melalui tradisi
mitoni ini dapat dibuktikan secara ilmiah. Salah satu rangkaian acara pada mitoni yaitu selametan,
merupakan upaya menjaga keselamatan calon ibu dan bayi. Acara selametan merupakan kegiatan
membaca atau mendengarkan ayat suci Al-Qur’an. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi bayi dalam
kandungan, mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an dengan tartil dan makhroj huruf yang benar
memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti: memberikan efek menenangkan, meningkatkan
kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan
berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan
kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa
dan sebagainya. Stimulasi lantunan ayat Al-Qur’an juga mempengaruhi denyut jantung bayi menjadi
lebih stabil dan berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan
penyakit.

B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut, hendaknya masyarakat sekarang
tetap melestarikan kebudayaan tersebut, karena kebudayaaan adalah salah satu harta
warisan Indonesia yang berharga. Namun, sebaiknya di sesuaikan dengan zaman
sekarang, di karenakan hal-hal yang di percayai masyarakat hanyalah mitos, dimana tidak

16
terbukti kenyataannya. Ditakutkan hal tersebut bisa menyebabkan perdebatan diantara
masyarakat, padahal belum tentu hal tersebut bersifat aktual dan hanya tebakan semata-
mata. Jadi kita sebagai generasi penerus bangsa sekarang harus bisa tetap melestarikan
budaya Indonesia tapi dengan pemikiran yang maju dan tidak lolot.

C. DAFTAR PUSTAKA

Hidayatie, Anie (2023). Hasil Wawancara Pribadi: 23 Oktober 2023.


Fitroh, Nurul. (2014). Ritual Tingkeban dalam Perspektif Aqidah Islam. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan Filsafat Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang.
Kratonjogja.id, “Upacara Mitoni, Tradisi Memuliakan Calon Ibu”, 01 Februari
2022,<https://www.kratonjogja.id/hajad-dalem/19-upacara-mitoni-tradisi-memuliakan-
calon-ibu/[25 Oktober 2023].

17
LAMPIRAN

Gambar. 1

Gambar

18

Anda mungkin juga menyukai