Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN OUTING CLASS SITUS PURBAKALA DAN LAPISAN

BATUAN DI KAWASAN SANGIRAN DAN DAYU

ANGGOTA:
 ABIYYU FATHIN ( 01 )
 ANA FUADHA. ( 05 )
 ERIKA SILVI DIANA P. ( 13 )
 MOCH. ANDHIKA JONNA T. ( 23 )
 NAZWA ALFINTHOURIQ FAUZIAH ( 27 )
 NEZA ARDINE WIDYADANI ( 28 )

SMA NEGERI 1 KERTOSONO


Jl. PANGLIMA SUDIRMAN 10
KERTOSONO, NGANJUK, JAWA TIMUR
Telp/ faks (0358) 551493

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan Karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan “Laporan Outing Class Situs Purbakala dan Lapisan Batuan di Kawasan
Sangiran dan Dayu”ini tepat pada waktunya. Tak lupa Shalawat serta salam senantiasa
dihaturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang .

Adapun laporan ini disusun untuk pemenuhan tugas Membuat Laporan dari Hasil
Pengamatan di Museum Sangiran dan Museum Cluster Dayu yang dilaksanakan oleh
SMA Negeri 1 Kertosono dilihat dari sudut pandang Sejarah, Geografi Dan Biologi.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada Bapak Tour Guide kami Bapak Darmaji selaku pengarah dan pengedukasi di
Museum dari rombongan Bus 3 dan kelas X- 4 yang telah memberikan penjelasan dan
membimbing kami dengan sangat baik selama pelaksanaan pengamatan pada saat Outing
Class di Museum Sangiran dan Dayu beberapa pekan lalu, Guru-guru pembimbing, dan
teman–teman. Tak lupa banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang turut membantu
kami selama pelaksanaan outing class mulai dari berangkat, pada proses pengamatan,
hingga pulang dalam keadaan selamat. Juga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
proses pembuatan laporan ini, hingga dapat selesai tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak
kekurangan dari pembuatan laporan ini yang perlu diperbaiki kedapannya. Oleh karena
itu, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga dengan
adanya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Kertosono, 9 Desember 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II METODE
A. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................3
BAB III HASIL STUDI
A. Pembahasan
1.) Rumusan Masalah 1...............................................................................................4
2.) Rumusan Masalah 2...............................................................................................5
3.) Rumusan Masalah 3.............................................................................................11
4.) Rumusan Masalah 4.............................................................................................13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................15
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu
untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum Merdeka ini
menggunakan pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan mengembangkan soft skill
serta karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Jenis Proyek yang dapat dilakukan salah
satunya adalah Outing Class.

Outing Class adalah Kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar kelas yang tidak
dilakukan di dalam kelas pada umumnya, Outing Class ini merupakan media yang
paling efektif dan efisien dalam menyampaikan pembelajaran yang bukan didasarkan
dari teori saja tapi juga pembuktian di lapangan secara langsung. Salah satu jenis
kegiatan Outing Class yang dapat dilakukan adalah mengunjungi museum untuk
memperdalam pembahasan sejarah. Maka dari itu beberapa pekan lalu kamu
mengunjungi museum situs purbakala Sangiran yang berada di Sragen dan Museum
Cluster Dayu yang berada di Karanganyar, Jawa Tengah. Outing Class yang kami
lakukan ini bertujuan untuk lebih memahami kehidupan masa prasejarah,dengan
melihat-lihat koleksi yang ada pada museum purbakala. Sehingga mendapatkan
gambaran yang utuh tentang masa prasejarah supaya peserta didik tidak lagi
membayangkan materi yang ada pada buku pelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan keterkaitan konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah
melalui pengamatan kehidupan manusia purba dan hasil peradaban masa
lalu hingga masa kini disertai bukti yang nyata!
2. A.) Jelaskan Bagaimana Fenomena Geologis terbentuknya Sangiran dan
Dayu?
1
B.) Di Klaster Dayu ditemukan beberapa lapisan tanah terkait dengan
kehidupan masa lampau, jelaskan keunikan setiap lapisan
tanah/anjungan mulai dari jenis tanah yang terkandung sampai fosil
yang ditemukan di setiap anjungan?
3. Bagaimanakah Korelasi keterkaitan faktor lingkungan dengan
terbentuknya makhluk hidup atau spesies baru berdasarkan pengamatan di
museum?
4. Bagaimana kehidupan masyarakat sekitar di lihat dari faktor sosial dan
ekonomi dengan adanya Museum Sangiran dan Dayu?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui keterkaitan konsep perubahan dan keberlanjutan dalam
sejarah kehidupan manusia purba dan hasil peradaban masa lalu hingga
masa kini.
2. Untuk Mempelajari Fenomena Geologis terbentuknya Sangiran dan Dayu.
3. Untuk mengetahui keunikan setiap lapisan tanah/anjungan dan fosil yang
ditemukan di setiap anjungan di Museum Sangiran dan Dayu.
4. Untuk mempelajari korelasi keterkaitan faktor lingkungan dengan
terbentuknya makhluk hidup atau spesies baru di Museum Sangiran dan
Dayu.
5. Untuk mengetahui kehidupan masyarakat sekitar Museum Sangiran dan
Dayu dilihat dari faktor sosial dan ekonomi.

2
BAB II
METODE

A. Teknik Pengumpulan Data

1.) Metode Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Kami
melakukan pengamatan secara langsung pada koleksi-koleksi yang
dipamerkan pada museum Sangiran dan museum dan Dayu serta
mempelajari perilaku manusia purba, proses kerja dan interaksi pada masa
lampau, gejala geosfer, perubahan iklim hingga terbentuknya lapisan-lapisan
tanah dan penemuan fosil.

2.) Metode Wawancara yaitu dengan menyampaikan beberapa pertanyaan yang


kemudian dijawab langsung oleh Bapak Tour Guide kami, yang menjadi
narasumber terpercaya karena beliau mengetahui secara langsung beberapa
penemuan dan penelitian serta merupakan orang lokal yang bertempat di
sekitar Museum yang kami kunjungi.

Dari proses pengumpulan data ini, kamu kemudian memperoleh informasi –


informasi mengenai kehidupan masa lampau manusia purba secara terperinci,
lengkap dengan peradaban dan interaksinya sehingga kami dapat menggunakan
informasi tersebut untuk dimuat dalam Laporan ini.

3
BAB III
HASIL STUDI

A. Pembahasan
1. Konsep Perubahan keberlanjutan dalam sejarah.
Perubahan dalam sejarah Perubahan dapat diartikan sebagai segala aspek kehidupan
yang terus bergerak seiring dengan perjalanan kehidupan masyarakat dan membuat
perbedaan.. Sementara keberlanjutan dalam sejarah berarti melihat sebuah peristiwa
sebagai mata rantai masa lampau, sekarang dan mendatang. Peristiwa tersebut tidak
berdiri sendiri dan berkesinambungan dari tatanan lama yang dipertahankan atau
diadopsi dengan penyesuaian-penyesuaian.

Kehidupan manusia pada masa sekarang ini tidak lepas dari penemuan-penemuan
dan kebudayaan manusia purba beberapa juta tahun lalu. Dalam artian bahwa
kehidupan manusia purba dan kebudayaannya pada masa lampaulah yang
membawa kita menuju peradaban yang modern ini. Tentunya dengan perkembangan
otak manusia yang terus berpikir untuk terus berinovasi dan menciptakan sesuatu
menuju perubahan yang lebih baik. Sehingga keterkaitan konsep perubahan dan
keberlanjutan kehidupan antara manusia purba itu dapat dilihat pada saat ini.
Contoh dari keterkaitan keterkaitan antara perubahan
dan keberlanjutan peradaban masa lalu dan masa kini
adalah:
1. Manusia Prasejarah pada mulanya membuat api
dengan cara menggosokkan batu berkali-kali.
Kemudian seiring dengan berkembangnya volume
otak manusia, mereka mulai menciptakan sesuatu
yang lebih efektif dan efisien untuk membuat api.
mulai dari korek api yang digesek (korek jres),
korek bensol, hingga alat pemantik api.
(Perubahan)

4
2. Sejak dahulu, manusia hidup berkelompok untuk mencari makanan bersama-
sama. Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu
membutuhkan orang lain. Dan kebiasaan ini masih ada hingga sekarang, di
mana di lingkungan manapun kita berada, kita akan selalu dikelompokkan untuk
saling berkolaborasi mencapai tujuan yang diinginkan bersama. (Keberlanjutan)

3. Alat serpih (flakes) adalah kebudayaan pada zaman Paleolithikum yang


merupakan batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang dibentuk menjadi
tajam. Alat ini digunakan sebagai pisau (memotong daging dan mengupas umbi-
umbian), gurdi (melubangi kulit), dan tombak (menusuk hewan buruan). Alat
serpih inilah yang menjadi cikal bakal pisau atau benda-benda tajam yang kita
kenal pada masa saat ini.

2. a. Fenemona geologis terbentuknya Sangiran dan Dayu:


Selama kurang lebih 2,4 juta tahun lalu Sangiran masih berupa laut kemudian
terbentuk lima lapisan tanah di Sangiran, yaitu:
1.) Anjungan Kalibeng (2,4 juta tahun silam)
2.) Anjungan Pucangan (1,8 juta tahun silam)

5
3.) Anjungan Grenzbank (900.000 tahun silam)
4.) Anjungan Kabuh ( 700.000 tahun silam)
5.) Anjungan Notopuro (250.000 tahun silam)

a. Awalnya pada Lapisan Kalibeng berusia 2,4 juta tahun silam


menunjukan lingkungan Sangiran saat itu merupakan lingkungan laut
dalam pada cekungan Solo (Solo Depresion) di antara Gunung Lawu
dan Merapi Purba.
b. Kemudian Proses tektonik mengangkat Sangiran yang semula
merupakan laut dangkal karena mendapat limpahan vulkanik dari
gunung sekitar sehingga menimbun wilayah laguna ini, menjadi
hamparan dataran rendah berawa-rawa.
c. Setelah laut kembali surut, Sangiran makin menyembul. Bagai
gundukan tanah subur berlapis lempung, pasir, dan kerikil, yang diraut
arus sungai malang-melintang pada permukaannya.Di lembah savana
hijau itu Homo erectus menghabiskan waktu hidupnya.
d. Pada masa itu hmpitan gunung-gunung melipat Sangiran bagai kubah,
sementara Sungai Cemoro terus mengiris di tengahnya. Kini, pusat
kubah itu lebih berwujud jambangan besar. Material vulkanik yang
masih terus diendapkan, tambah menciutkan tepian sungai. Pasokan air
menipis menyisakan hamparan padang rumput yang sedikit kerontang.

Pada masa itu satuan batuan memiliki ketebalan sekitar 47 meter, terbentuk dari
endapan berbagai material gunung api lalu mengeras menjadi batuan breksi laharik
hingga sejumlah kecil fosil vertebrata ditemukan di lapisan terbawah lapisan ini.
Setelah sekitar 250.000 tahun lalu alam Pulau Jawa seakan kembali memproses
dirinya. Erupsi gunung api tua yang terjadi selama 70.000 tahun tak henti
menggelontarkan kerikil, kerakal, hingga batu bongkahan di bumi Sangiran. Seiring
terjadinya perubahan iklim yang mengering, tanah Sangiran menjadi semakin
gersang titik pepohonan menjelma menjadi semak belukar. Sangiran pun berubah

6
menjadi stepa. Pada saat yang sama tumbuhnya gunung-gunung terus menghimpit
Sangiran, menyempurnakan bentuknya bagai kubah.

Proses geologi pun terus bekerja di Sangiran. Sekitar 100 ribu tahun silam terjadi
deformasi perlapisan tanah akibat pergerakan endogen maupun eksogen, sehingga
menjadi sebuah kubah raksasa. Lapisan-lapisan tanah yang telah terbentuk
sebelumnya mengikuti bentuk kubah. Erosi yang terjadi di puncak kubah pada tahap
selanjutnya telah memberikan singkapan- singkapan tanah, sehingga lapisan-lapisan
tanah purbanya dapat ditemukan dipermukaan tanah sekarang. Sungai purba yang
mengalir di tengah kubah mengikis dan menguak lapisan hingga kedalaman lebih
dari 60 m. Karena proses itu, fosil-fosil yang pernah terendamkan bermunculan dan
berserakan di bumi Sangiran.

b. Keunikan lapisan tanah/anjungan dan fosil yang ditemukan di dalamnya:


1.) Anjungan Kalibeng (2,4 juta tahun yang lalu)
Anjungan Kalibeng yang berusia 2,4 juta tahun. 2,4 juta tahun silam
menunjukan lingkungan Sangiran saat itu merupakan lingkungan laut dalam
pada cekungan Solo (Solo Depresion) di antara Gunung Lawu dan Merapi
Purba. Anjungan ini memiliki materi berupa lempung biru dengan analisis
polen menunjukkan bahwa sangiran pada saat ini dibatasi oleh hutan bakau
lebat. Kondisi lingkungan ini tidak memungkinkan penemuan mamalia
kontinental. Anjungan kalibeng terbentuk pada masa Miosen akhir-pilosen
yang merupakan suatu formasi yang terdiri dari beberapa anggota dengan
lingkungan laut yang bervariasi dari neritik sampai batial. Fosil-fosil yang
ditemukan pada lapisan ini adalah fosil moluska laut, kerang,hiu, penyu,
ikan pari yang ditemukan di Anjungan Kalibeng pada masa pleiosen.

7
2.) Anjungan Pucangan (1,7 Juta tahun yang lalu)
Pada formasi Pucangan, Sangiran terangkat menjadi daratan dan dikelilingi
oleh rawa belakang. Pada Kala Plestosen Awal, sejak 1,7 juta tahun lalu
Sangiran sudah menjadi daratan terutama karena aktivitas gunung api yang
aktif terus mengisi laut dangkal dengan material yang dikeluarkannya.
Hutan bakau bergeser lebih utara, tetapi di sekitar Sangiran masih terdapat
daerah-daerah rawa belakang (back swamp) yang meninggalkan endapan
lempung hitam pada formasi Pucangan. Fosil fauna yang ditemukan pada
lapisan ini merupakan hewan vertebrata (bertulang belakang) seperti buaya
sungai, kuda air, kepiting, dan labi-labi Selain itu ada hewan-hewan besar
sudah mulai menghuni daerah-daerah di sekitar Sangiran pada kala itu..
Selain itu pada lapisan pucangan juga ditemukan fosil manusia purba homo
erectus arcaic. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri, yaitu tempurung otak
tebal, volume otak kecil, serta memiliki tulang rahang yang kekar dan gigi
geliginya besar. Homo erectus arcaic ini merupakan manusia awal yang
menghuni pulau jawa.

3.) Anjungan Grenzbank (900.000 tahun lalu).


Rawa belakang yang ada di sekitar Sangiran terus meluas ke utara dan
mendesak hutan bakau bergeser ke utara juga. Sementara itu Pegunungan
Kendeng terus terangkat sehingga membuat selat yang ada di antara
Sangiran dan bagian selatan Pegunngan Kendeg menyempit. Pegunungan
Kendeng tererosi dan materialnya yang berkapur terendapkan di selat dan
laut dangkal yang mulai ditumbuhi oleh bakau. Endapan material kapur ini

8
meluas dan membentuk lapisan alomerat berkapur yang dikenal sebagai
lapisan Grenzbank. Sekitar 0,9 juta tahun lalu, laut dangkal menghilang
menjadi daratan. Kawasan Sangiran bergabung dengan Pegunungan
Kendeng. Lapisan Grenzbank yang menyerupai beton semen yang sangat
keras, terdiri dari konkresi konglomeratan / gamping pisoid. Lapisan ini
tersusun dari paduan mineral, gamping, batuan beku, lempung, fosil
moluska, dan foraminivera. Campuran ini menandakan adanya kehidupan
laut yang bercampur endapan aktivitas gunung api dan erosi dari
pegunungan Kendeng. Pada lapisan ini hidup kuda sungai
(Hippopotamidae), Penyu purba (Chelonidae), macan purba, Panthera tigris
oxygnatha, serta buaya purba. Manusia purba Homo erectus biasanya
beraktivitas di sepanjang sungai. Mereka mengumpulkan tanaman pangan
dan membuat alat batu dari bahan yang tersedia yang gemar memangsa
hewan-hewan lain. Kadangkala manusia juga belajar dari alam untuk
berburu dan menangkap hewan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada akhir kala Plestosen Tengah, proses pengangkatan daratan dan material
erupsi gunung api purba yang mengisi dan menimbun laut dangkal bersama-
sama mengubah Sangiran menjadi pantai dan daratan.

4.) Anjungan Kabuh ( 700.000 tahun lalu)


Lapisan kabuh merupakan endapan yang merekam jejak kehidupan dinamis
di Sangiran, 750 sampai 250.000 tahun lalu. Pada awal kala Pleistosen
Tengah ini, Sangiran menjadi sabana yang subur dengan aliran sungai besar

9
berkelok-kelok. Sungai ini membawa materi erosi dari pegunungan kandeng
Utara dan Pegunungan Sewu lalu terendapkan menjadi lapisan lempung di
bagian bawah lapisan ini. Seiring dengan itu proses geologi mengangkat
dataran, menimbulkan pelipatan yang membentuk kubah Sangiran. Sesekali
erupsi gunung api Lawu purba memasok material pasir dan kerakal ke
sungai-sungai yang mengalir ke Sangiran dan terekam di bagian tengah
lapisan kambuh setebal 30 sampai 50 meter Di lapisan kambuh ini
terkandung begitu banyak fosil, termasuk Homo Erectus. Pada saat itulah
diperkirakan kehidupan di Sangiran mengalami puncaknya. Situasi tersebut
mulai berubah menjelang akhir ini kala Pleistosen Tengah ketika gunung-
gunung meletus bergantian menjadikan Sangiran menjadi dataran yang
gersang. Fosil yang ditemukan pada lapisan ini adalah Hewan herbivora
seperti banteng, badak dan gajah purba, babi hutan, kerbau, Kijang dan sapi.

5.) Anjungan Notopuro (250.000 tahun lalu)


Lapisan ini merupakan lapisan yang paling gersang dan tandus. Pada Kala
Plestosen Akhir, sekitar 200.000 tahun lalu hingga 40.000 tahun lalu
aktivitas gunung berapi meningkat. Erupsi gunung api lebih sering terjadi
terutama Gunung Lawu purba, dan Gunung Merapi dan Merbabu. Daerah
Sangiran diperkirakan menjadi derah yang sering dilanda bencana erupsi
gunung api. Hal ini terbukti dari batuan pada lapisan Notopuro yang terdiri
dari breksi, pasir, dan lahar yang cukup tebal. Di formasi ini juga ditemukan

10
fosil gajah purba, badak purba, harimau purba dan sebagainya. Namun tidak
banyak ditemukan fosil manusia, meskipun ada beberapa temuan alat batu.

3. Korelasi keterkaitan faktor lingkungan dengan terbentuknya makhluk hidup


atau spesies baru:
Evolusi adalah perubahan secara perlahan-lahan dan bertahap yang berlangsung
dalam waktu sangat lama. Evolusi menghasilkan perubahan bentuk menjadi lebih
baik atau lebih kompleks.
Faktor lingkungan memiliki keterkaitan dengan pembentukan spesies baru sebab
ada seleksi alam dalam pembentukan spesies baru. Seleksi alam berperan sebagai
agen penyeleksi suatu populasi. Makhluk hidup yang dapat beradaptasi akan
mempertahankan kelangsungan hidupnya, sedangkan makhluk hidup yang tidak
mampu beradaptasi akan punah atau tersingkir. Hubungan antara adaptasi dengan
evolusi adalah adanya seleksi alam mengakibatkan gen-gen yang adaptif dengan
lingkungan akan tetap terjaga dan menyebabkan terjadinya perubahan yang
mengarah pada terbentuknya spesies baru.
Berikut adalah korelasinya:
a. Pembentukan Lapisan-lapisan tanah Sangiran yang awalnya adalah
lautan berubah menjadi laut dangkal, disana banyak ditemukan spesies
kerang yang berarti bahwa kehidupan pada masa itu didominasi oleh
spesies hewan laut.
b. Pada tahapan selanjutnya yaitu pada rawa-rawa terangkatlah lautan
Sangiran itu sehingga species lain seperti buaya purba mulai beradaptasi
dan mendominasi kehidupan pada masa lapisan tersebut

11
c. Pada masa ini rawa-rawa terangkat menjadi lautan dangkal dan pantai,
disinilah mulai hidup manusia purba yang masih memakan kerang-
kerangan dan ikan-ikan yang belum dimasak sehingga mereka memiliki
gigi geraham yang besar yang menimbulkan kepalanya begitu besar.
d. Selanjutnya Sangiran yang berbentuk lautan dangkal tersebut terangkat
menjadi stepa dan Sabana yang menjadi tempat hidup bagi hewan-hewan
herbivora pemakan tumbuhan seperti kerbau purba, gajah purba,banteng
purba, dan lain sebagainya. Disini, manusia purba mulai mengenal
bercocok tanam dan memasak makanan sehingga terjadi evolusi pada
tengkorak manusia purba yang dapat terlihat lebih kecil juga volume
otaknya semakin bertambah.
e. Pada tahapan terakhir, disinilah terjadi seleksi alam, dimana spesies-
spesies serta manusia purba tidak dapat bertahan hidup hingga saat ini,
sehingga mereka punah dan tersisa tulang belulangnya yang dapat kita
temukan di permukaan tanah Sangiran setelah terbentuknya kubah
Sangiran saat itu.
Itu artinya bahwa makhluk hidup selalu beradaptasi dengan alam sehingga da
keterkaitan antara keduanya, dan siapapun yang tidak dapat bertahan dengan
perubahan akan tersingkir atau punah. Namun, ada satu spesies hewan purba
yang dapat kita temukan hingga saat ini meskipun hewan tersebut juga
merasakan perubahan lingkungan. Hewan tersebut adalah buaya, yang hingga
saat ini masih dapat kita temukan, dan ia masih mampu bertahan hidup di saat
perubahan alam mengancamnya.

12
4. Kehidupan masyarakat sekitar di lihat dari faktor sosial dan ekonomi dengan
adanya museum sangiran dan dayu:
Dari hasil pengamatan yang kami laksanakan, menurut kami beberapa masyarakat
cukup terbantu dengan adanya Museum Sangiran dan Dayu ini. Sebab dengan
adanya kedua museum ini, yang menjadi wisata edukasi bagi pelajar, tentunya
setiap hari akan ada pengunjung yang datang mengunjungi museum. Sehingga hal
ini mendatangkan lapangan pekerjaan bagi mereka, diantaranya adalah:

a.) Jasa mengantar ke Museum Sangiran menggunakan mobil angkut yang


tentunya setiap hari akan mengantarkan penumpang dengan antrean pasti
ketika kondisi normal (sebelum pandemi)
b.) Menjadi Tour Guide lokal di Museum Sangiran dan Dayu juga menjadi
matapencaharian bagi masyarakat sekitar Museum Sangiran. Menjadi
penduduk asli lokal dan mengetahui bagaimana proses terbentuknya
Sangiran dan ikut berperan dalam penemuan koleksi-koleksi yang ada di
dalam museum tentunya membuat mereka lebih mengetahui mengenai
perkembangan wilayah Sangiran seperti apa. Sehingga dengan berbekal hal
tersebut, mereka dapat menjadi Tour Guide lokal yang akan mengarahkan
dan mengedukasi para pengunjung museum, mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan museum Sangiran dan Dayu.
c.) Penjual makanan atau minuman di area parkir bus di dekat museum,
warung-warung disekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
museum Sangiran dan Dayu ini masyarakat sekitar dapat memanfaatkan
keterampilan mereka dalam membuat makanan untuk memperoleh
penghasilan.
d.) Penjual oleh-oleh atau souvenir khas Sangiran (Baju, miniatur, aksesoris dll)
Masyarakat sekitar Museum Sangiran pun banyak yang menggantungkan
hidupnya dengan adanya Museum Sangiran. Hal ini ditunjukkan dengan
disambutnya kami oleh pedagang-pedagang yang menawarkan dagangannya
di pintu masuk Sangiran bahkan di area Museum Sangiran.

13
Namun, seperti yang kita tahu pasca pandemi covid-19 pun memberikan
dampak yang cukup merugikan bagi mereka. Banyak pedagang-pedagang
yang akhirnya tutup karena tidak punya modal setelah penerapan PPKM
yang mengharuskan Museum Sangiran dan Dayu tutup pada saat itu
sehingga banyak pedagang yang tak dapat lagi menggantungkan hidupnya
dengan Adanya kedua Museum tersebut.

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan :

Dari teori dan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Museum
Sangiran merupakan Museum Arkeologi yang berisi koleksi manusia purba
terlengkap se-Asia. Tak hanya fosil manusia purba, di Museum Sangiran ini juga
terdapat banyak fosil binatang dan tumbuhan, terdapat pula alat dan batuan batuan
pada zaman purba. Dijelaskan bahwa Sangiran dan dayu terbentuk melalui
fenomena geologis dimana Sangiran yang semula merupakan sebuah laut kemudian
terbentuk 5 lapisan tanah dengan keunikan masing masing dari tiap lapisan, begitu
pula dengan temuan temuan fosilnya. Di Museum Sangiran dan Cluster Dayu ini,
terdapat penjelasan mengenai beberapa korelasi dan evolusi yang terjadi
berhubungan dengan faktor lingkungan yang menyebabkan munculnya makhluk
hidup atau spesies baru. Adanya Museum Sangiran ini, dilihat juga sangat berguna
bagi masyarakat. Selain untuk tempat edukasi bagi pelajar dan menambah wawasan,
Museum ini juga dapat mendatangkan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.

b. Saran :
1.) Bagi Pembaca
Karna keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu alangkah
baiknya pembaca tidak hanya mengandalkan informasi dari makalah ini saja.
Melainkan mencari informasi dari sumber-sumber lainnya yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

15
2.) Bagi Pihak Museum
a. Pihak museum mungkin dapat berinovasi dalam membuat program-program
baru serta menambah koleksi koleksi sejarah agar memperkuat nuansa
sejarah lokal yang ada pada museum dan yang pastinya juga dapat
mendorong minat masyarakat dalam berkunjung ke museum.
b. Museum sebagai sumber belajar dapat menjadi program pendidikan yang
mendorong kompetensi, belajar menilai. Maka dari itu informasi yang
diberikan mengenai koleksi harus informatif, terperinci dan lengkap.
c. Museum memiliki benda-benda peninggalan jaman dahulu, yang sudah
jarang ditemukan, dan hanya ada di museum. Sehingga pihak museum
harus selalu mengadakan pengawasan atau pemeriksaan secara rutin terkait
dengan peningkatan museum.

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai