ANGGOTA:
ABIYYU FATHIN ( 01 )
ANA FUADHA. ( 05 )
ERIKA SILVI DIANA P. ( 13 )
MOCH. ANDHIKA JONNA T. ( 23 )
NAZWA ALFINTHOURIQ FAUZIAH ( 27 )
NEZA ARDINE WIDYADANI ( 28 )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan Karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan “Laporan Outing Class Situs Purbakala dan Lapisan Batuan di Kawasan
Sangiran dan Dayu”ini tepat pada waktunya. Tak lupa Shalawat serta salam senantiasa
dihaturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang .
Adapun laporan ini disusun untuk pemenuhan tugas Membuat Laporan dari Hasil
Pengamatan di Museum Sangiran dan Museum Cluster Dayu yang dilaksanakan oleh
SMA Negeri 1 Kertosono dilihat dari sudut pandang Sejarah, Geografi Dan Biologi.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak
kekurangan dari pembuatan laporan ini yang perlu diperbaiki kedapannya. Oleh karena
itu, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga dengan
adanya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II METODE
A. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................3
BAB III HASIL STUDI
A. Pembahasan
1.) Rumusan Masalah 1...............................................................................................4
2.) Rumusan Masalah 2...............................................................................................5
3.) Rumusan Masalah 3.............................................................................................11
4.) Rumusan Masalah 4.............................................................................................13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................15
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu
untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum Merdeka ini
menggunakan pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan mengembangkan soft skill
serta karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Jenis Proyek yang dapat dilakukan salah
satunya adalah Outing Class.
Outing Class adalah Kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar kelas yang tidak
dilakukan di dalam kelas pada umumnya, Outing Class ini merupakan media yang
paling efektif dan efisien dalam menyampaikan pembelajaran yang bukan didasarkan
dari teori saja tapi juga pembuktian di lapangan secara langsung. Salah satu jenis
kegiatan Outing Class yang dapat dilakukan adalah mengunjungi museum untuk
memperdalam pembahasan sejarah. Maka dari itu beberapa pekan lalu kamu
mengunjungi museum situs purbakala Sangiran yang berada di Sragen dan Museum
Cluster Dayu yang berada di Karanganyar, Jawa Tengah. Outing Class yang kami
lakukan ini bertujuan untuk lebih memahami kehidupan masa prasejarah,dengan
melihat-lihat koleksi yang ada pada museum purbakala. Sehingga mendapatkan
gambaran yang utuh tentang masa prasejarah supaya peserta didik tidak lagi
membayangkan materi yang ada pada buku pelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan keterkaitan konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah
melalui pengamatan kehidupan manusia purba dan hasil peradaban masa
lalu hingga masa kini disertai bukti yang nyata!
2. A.) Jelaskan Bagaimana Fenomena Geologis terbentuknya Sangiran dan
Dayu?
1
B.) Di Klaster Dayu ditemukan beberapa lapisan tanah terkait dengan
kehidupan masa lampau, jelaskan keunikan setiap lapisan
tanah/anjungan mulai dari jenis tanah yang terkandung sampai fosil
yang ditemukan di setiap anjungan?
3. Bagaimanakah Korelasi keterkaitan faktor lingkungan dengan
terbentuknya makhluk hidup atau spesies baru berdasarkan pengamatan di
museum?
4. Bagaimana kehidupan masyarakat sekitar di lihat dari faktor sosial dan
ekonomi dengan adanya Museum Sangiran dan Dayu?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui keterkaitan konsep perubahan dan keberlanjutan dalam
sejarah kehidupan manusia purba dan hasil peradaban masa lalu hingga
masa kini.
2. Untuk Mempelajari Fenomena Geologis terbentuknya Sangiran dan Dayu.
3. Untuk mengetahui keunikan setiap lapisan tanah/anjungan dan fosil yang
ditemukan di setiap anjungan di Museum Sangiran dan Dayu.
4. Untuk mempelajari korelasi keterkaitan faktor lingkungan dengan
terbentuknya makhluk hidup atau spesies baru di Museum Sangiran dan
Dayu.
5. Untuk mengetahui kehidupan masyarakat sekitar Museum Sangiran dan
Dayu dilihat dari faktor sosial dan ekonomi.
2
BAB II
METODE
1.) Metode Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Kami
melakukan pengamatan secara langsung pada koleksi-koleksi yang
dipamerkan pada museum Sangiran dan museum dan Dayu serta
mempelajari perilaku manusia purba, proses kerja dan interaksi pada masa
lampau, gejala geosfer, perubahan iklim hingga terbentuknya lapisan-lapisan
tanah dan penemuan fosil.
3
BAB III
HASIL STUDI
A. Pembahasan
1. Konsep Perubahan keberlanjutan dalam sejarah.
Perubahan dalam sejarah Perubahan dapat diartikan sebagai segala aspek kehidupan
yang terus bergerak seiring dengan perjalanan kehidupan masyarakat dan membuat
perbedaan.. Sementara keberlanjutan dalam sejarah berarti melihat sebuah peristiwa
sebagai mata rantai masa lampau, sekarang dan mendatang. Peristiwa tersebut tidak
berdiri sendiri dan berkesinambungan dari tatanan lama yang dipertahankan atau
diadopsi dengan penyesuaian-penyesuaian.
Kehidupan manusia pada masa sekarang ini tidak lepas dari penemuan-penemuan
dan kebudayaan manusia purba beberapa juta tahun lalu. Dalam artian bahwa
kehidupan manusia purba dan kebudayaannya pada masa lampaulah yang
membawa kita menuju peradaban yang modern ini. Tentunya dengan perkembangan
otak manusia yang terus berpikir untuk terus berinovasi dan menciptakan sesuatu
menuju perubahan yang lebih baik. Sehingga keterkaitan konsep perubahan dan
keberlanjutan kehidupan antara manusia purba itu dapat dilihat pada saat ini.
Contoh dari keterkaitan keterkaitan antara perubahan
dan keberlanjutan peradaban masa lalu dan masa kini
adalah:
1. Manusia Prasejarah pada mulanya membuat api
dengan cara menggosokkan batu berkali-kali.
Kemudian seiring dengan berkembangnya volume
otak manusia, mereka mulai menciptakan sesuatu
yang lebih efektif dan efisien untuk membuat api.
mulai dari korek api yang digesek (korek jres),
korek bensol, hingga alat pemantik api.
(Perubahan)
4
2. Sejak dahulu, manusia hidup berkelompok untuk mencari makanan bersama-
sama. Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu
membutuhkan orang lain. Dan kebiasaan ini masih ada hingga sekarang, di
mana di lingkungan manapun kita berada, kita akan selalu dikelompokkan untuk
saling berkolaborasi mencapai tujuan yang diinginkan bersama. (Keberlanjutan)
5
3.) Anjungan Grenzbank (900.000 tahun silam)
4.) Anjungan Kabuh ( 700.000 tahun silam)
5.) Anjungan Notopuro (250.000 tahun silam)
Pada masa itu satuan batuan memiliki ketebalan sekitar 47 meter, terbentuk dari
endapan berbagai material gunung api lalu mengeras menjadi batuan breksi laharik
hingga sejumlah kecil fosil vertebrata ditemukan di lapisan terbawah lapisan ini.
Setelah sekitar 250.000 tahun lalu alam Pulau Jawa seakan kembali memproses
dirinya. Erupsi gunung api tua yang terjadi selama 70.000 tahun tak henti
menggelontarkan kerikil, kerakal, hingga batu bongkahan di bumi Sangiran. Seiring
terjadinya perubahan iklim yang mengering, tanah Sangiran menjadi semakin
gersang titik pepohonan menjelma menjadi semak belukar. Sangiran pun berubah
6
menjadi stepa. Pada saat yang sama tumbuhnya gunung-gunung terus menghimpit
Sangiran, menyempurnakan bentuknya bagai kubah.
Proses geologi pun terus bekerja di Sangiran. Sekitar 100 ribu tahun silam terjadi
deformasi perlapisan tanah akibat pergerakan endogen maupun eksogen, sehingga
menjadi sebuah kubah raksasa. Lapisan-lapisan tanah yang telah terbentuk
sebelumnya mengikuti bentuk kubah. Erosi yang terjadi di puncak kubah pada tahap
selanjutnya telah memberikan singkapan- singkapan tanah, sehingga lapisan-lapisan
tanah purbanya dapat ditemukan dipermukaan tanah sekarang. Sungai purba yang
mengalir di tengah kubah mengikis dan menguak lapisan hingga kedalaman lebih
dari 60 m. Karena proses itu, fosil-fosil yang pernah terendamkan bermunculan dan
berserakan di bumi Sangiran.
7
2.) Anjungan Pucangan (1,7 Juta tahun yang lalu)
Pada formasi Pucangan, Sangiran terangkat menjadi daratan dan dikelilingi
oleh rawa belakang. Pada Kala Plestosen Awal, sejak 1,7 juta tahun lalu
Sangiran sudah menjadi daratan terutama karena aktivitas gunung api yang
aktif terus mengisi laut dangkal dengan material yang dikeluarkannya.
Hutan bakau bergeser lebih utara, tetapi di sekitar Sangiran masih terdapat
daerah-daerah rawa belakang (back swamp) yang meninggalkan endapan
lempung hitam pada formasi Pucangan. Fosil fauna yang ditemukan pada
lapisan ini merupakan hewan vertebrata (bertulang belakang) seperti buaya
sungai, kuda air, kepiting, dan labi-labi Selain itu ada hewan-hewan besar
sudah mulai menghuni daerah-daerah di sekitar Sangiran pada kala itu..
Selain itu pada lapisan pucangan juga ditemukan fosil manusia purba homo
erectus arcaic. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri, yaitu tempurung otak
tebal, volume otak kecil, serta memiliki tulang rahang yang kekar dan gigi
geliginya besar. Homo erectus arcaic ini merupakan manusia awal yang
menghuni pulau jawa.
8
meluas dan membentuk lapisan alomerat berkapur yang dikenal sebagai
lapisan Grenzbank. Sekitar 0,9 juta tahun lalu, laut dangkal menghilang
menjadi daratan. Kawasan Sangiran bergabung dengan Pegunungan
Kendeng. Lapisan Grenzbank yang menyerupai beton semen yang sangat
keras, terdiri dari konkresi konglomeratan / gamping pisoid. Lapisan ini
tersusun dari paduan mineral, gamping, batuan beku, lempung, fosil
moluska, dan foraminivera. Campuran ini menandakan adanya kehidupan
laut yang bercampur endapan aktivitas gunung api dan erosi dari
pegunungan Kendeng. Pada lapisan ini hidup kuda sungai
(Hippopotamidae), Penyu purba (Chelonidae), macan purba, Panthera tigris
oxygnatha, serta buaya purba. Manusia purba Homo erectus biasanya
beraktivitas di sepanjang sungai. Mereka mengumpulkan tanaman pangan
dan membuat alat batu dari bahan yang tersedia yang gemar memangsa
hewan-hewan lain. Kadangkala manusia juga belajar dari alam untuk
berburu dan menangkap hewan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada akhir kala Plestosen Tengah, proses pengangkatan daratan dan material
erupsi gunung api purba yang mengisi dan menimbun laut dangkal bersama-
sama mengubah Sangiran menjadi pantai dan daratan.
9
berkelok-kelok. Sungai ini membawa materi erosi dari pegunungan kandeng
Utara dan Pegunungan Sewu lalu terendapkan menjadi lapisan lempung di
bagian bawah lapisan ini. Seiring dengan itu proses geologi mengangkat
dataran, menimbulkan pelipatan yang membentuk kubah Sangiran. Sesekali
erupsi gunung api Lawu purba memasok material pasir dan kerakal ke
sungai-sungai yang mengalir ke Sangiran dan terekam di bagian tengah
lapisan kambuh setebal 30 sampai 50 meter Di lapisan kambuh ini
terkandung begitu banyak fosil, termasuk Homo Erectus. Pada saat itulah
diperkirakan kehidupan di Sangiran mengalami puncaknya. Situasi tersebut
mulai berubah menjelang akhir ini kala Pleistosen Tengah ketika gunung-
gunung meletus bergantian menjadikan Sangiran menjadi dataran yang
gersang. Fosil yang ditemukan pada lapisan ini adalah Hewan herbivora
seperti banteng, badak dan gajah purba, babi hutan, kerbau, Kijang dan sapi.
10
fosil gajah purba, badak purba, harimau purba dan sebagainya. Namun tidak
banyak ditemukan fosil manusia, meskipun ada beberapa temuan alat batu.
11
c. Pada masa ini rawa-rawa terangkat menjadi lautan dangkal dan pantai,
disinilah mulai hidup manusia purba yang masih memakan kerang-
kerangan dan ikan-ikan yang belum dimasak sehingga mereka memiliki
gigi geraham yang besar yang menimbulkan kepalanya begitu besar.
d. Selanjutnya Sangiran yang berbentuk lautan dangkal tersebut terangkat
menjadi stepa dan Sabana yang menjadi tempat hidup bagi hewan-hewan
herbivora pemakan tumbuhan seperti kerbau purba, gajah purba,banteng
purba, dan lain sebagainya. Disini, manusia purba mulai mengenal
bercocok tanam dan memasak makanan sehingga terjadi evolusi pada
tengkorak manusia purba yang dapat terlihat lebih kecil juga volume
otaknya semakin bertambah.
e. Pada tahapan terakhir, disinilah terjadi seleksi alam, dimana spesies-
spesies serta manusia purba tidak dapat bertahan hidup hingga saat ini,
sehingga mereka punah dan tersisa tulang belulangnya yang dapat kita
temukan di permukaan tanah Sangiran setelah terbentuknya kubah
Sangiran saat itu.
Itu artinya bahwa makhluk hidup selalu beradaptasi dengan alam sehingga da
keterkaitan antara keduanya, dan siapapun yang tidak dapat bertahan dengan
perubahan akan tersingkir atau punah. Namun, ada satu spesies hewan purba
yang dapat kita temukan hingga saat ini meskipun hewan tersebut juga
merasakan perubahan lingkungan. Hewan tersebut adalah buaya, yang hingga
saat ini masih dapat kita temukan, dan ia masih mampu bertahan hidup di saat
perubahan alam mengancamnya.
12
4. Kehidupan masyarakat sekitar di lihat dari faktor sosial dan ekonomi dengan
adanya museum sangiran dan dayu:
Dari hasil pengamatan yang kami laksanakan, menurut kami beberapa masyarakat
cukup terbantu dengan adanya Museum Sangiran dan Dayu ini. Sebab dengan
adanya kedua museum ini, yang menjadi wisata edukasi bagi pelajar, tentunya
setiap hari akan ada pengunjung yang datang mengunjungi museum. Sehingga hal
ini mendatangkan lapangan pekerjaan bagi mereka, diantaranya adalah:
13
Namun, seperti yang kita tahu pasca pandemi covid-19 pun memberikan
dampak yang cukup merugikan bagi mereka. Banyak pedagang-pedagang
yang akhirnya tutup karena tidak punya modal setelah penerapan PPKM
yang mengharuskan Museum Sangiran dan Dayu tutup pada saat itu
sehingga banyak pedagang yang tak dapat lagi menggantungkan hidupnya
dengan Adanya kedua Museum tersebut.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan :
Dari teori dan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Museum
Sangiran merupakan Museum Arkeologi yang berisi koleksi manusia purba
terlengkap se-Asia. Tak hanya fosil manusia purba, di Museum Sangiran ini juga
terdapat banyak fosil binatang dan tumbuhan, terdapat pula alat dan batuan batuan
pada zaman purba. Dijelaskan bahwa Sangiran dan dayu terbentuk melalui
fenomena geologis dimana Sangiran yang semula merupakan sebuah laut kemudian
terbentuk 5 lapisan tanah dengan keunikan masing masing dari tiap lapisan, begitu
pula dengan temuan temuan fosilnya. Di Museum Sangiran dan Cluster Dayu ini,
terdapat penjelasan mengenai beberapa korelasi dan evolusi yang terjadi
berhubungan dengan faktor lingkungan yang menyebabkan munculnya makhluk
hidup atau spesies baru. Adanya Museum Sangiran ini, dilihat juga sangat berguna
bagi masyarakat. Selain untuk tempat edukasi bagi pelajar dan menambah wawasan,
Museum ini juga dapat mendatangkan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
b. Saran :
1.) Bagi Pembaca
Karna keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu alangkah
baiknya pembaca tidak hanya mengandalkan informasi dari makalah ini saja.
Melainkan mencari informasi dari sumber-sumber lainnya yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
15
2.) Bagi Pihak Museum
a. Pihak museum mungkin dapat berinovasi dalam membuat program-program
baru serta menambah koleksi koleksi sejarah agar memperkuat nuansa
sejarah lokal yang ada pada museum dan yang pastinya juga dapat
mendorong minat masyarakat dalam berkunjung ke museum.
b. Museum sebagai sumber belajar dapat menjadi program pendidikan yang
mendorong kompetensi, belajar menilai. Maka dari itu informasi yang
diberikan mengenai koleksi harus informatif, terperinci dan lengkap.
c. Museum memiliki benda-benda peninggalan jaman dahulu, yang sudah
jarang ditemukan, dan hanya ada di museum. Sehingga pihak museum
harus selalu mengadakan pengawasan atau pemeriksaan secara rutin terkait
dengan peningkatan museum.
16
LAMPIRAN
17