DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………..……………………………….i
DAFTAR ISI...…………………………………………………..…………….………………….ii
BAB. I PENDAHULUAN……………………………………..……………….……………..1
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH………………………….…………………1
1.2. RUMUSAN MASALAH…………………………..……..……………………2
1.3. TUJUAN PENULISAN………..………………………..………………………2
BAB. II KAJIAN TEORI............................................................................3
2.1 PENGERTIAN KEBUDAYAAN……………….……………………..……….3
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN…………..………………….………………..…4
3.1 PENGAMATAN…………………….…………………………………………….4
BAB. IV PEMBAHASAN………………….……………………………...…………...….…5
4.1 Bagaimana kebudayaan yang ada di kraton …………………5
4.2 Pengaruh nya terhadap kehidupan masyarakat……………6
BAB. V PENUTUP………………………..………………….……………….…………….…7
5.1. KESIMPULAN……………………………………….……….………………..…7
5.2. SARAN……………………………….…..….…………………………..…………8
LAMPIRAN……..………………………………………………………….………………...
….9DAFTAR PUSTAKA…………………………………….……………..…….
…………….iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………….……….…………………..iv
ii
BAB. I
PENDAHULUAN
Kraton Yogyakarta memiliki berbagai macam benda hasil kebudayaan yang dapat kita lihat
dengan cara mengelilingi dan melihat-lihat kraton Yogyakarta beserta bangunan-bangunan
peninggalan zaman dahulu, yang sampai saat ini tetap berdiri kokoh. Kraton Yogyakarta, seakan
identik dengan unsur kebudayaan Jawa, bahkan bisa di bilang merupakan pusat dari kebudayaan di
Jawa. Kraton Yogyakarta dengan segala kekhasan budaya Jawa nya, memiliki arti simbolik di setiap
bangunannya. Kraton Yogyakarta yang telah berganti pemimpinnya mulai dari Sri Sultan
Hambengkubuwana I sampai X, memiliki sejarah yang cukup panjang yang perlu kita ketahui dan
pelajari. Hal ini dikarenakan tidak sedikit dari kita yang tidak atau kurang memahami dan mengetahui
apa sajakah bentuk kebudayaan yang ada di kraton Yogyakarta, bahkan sebagian orang beranggapan
bahwa kraton tidak lebih dari sekedar tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka makalah ini disusun, dengan
harapan melalui makalah ini, kita dapat mengetahui kebudayaan yang terdapat dalam kraton
Yogyakarta, karena sebagai orang indonesia kita harus mampu memperdalam wawasan kebudayaan
sekaligus merawatnya hingga dapat memperkaya kebudayaan daerah bahkan kebudayaan nasional.
Serta dengan memahami dan mempelajari kebudayaan yang masih ada di kraton Yogyakarta, kita
dapat menilai dan mengambil sisi baiknya untuk kemudian dipraktekan dalam kehidupan
bermasyarakat.
BAB. II
KAJIAN TEORI
BAB. III
METODE PENELITIAN
3.1. PENGAMATAN
Pembahasan suatu masalah memerlukan data yang di dapat dari hasil
penelitian secara umum untuk mencari data yang di anggap perlu dan
mendukung penelitian. Untuk itu metode yang digunakan adalah :
1. Observasi
Cara ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan dengan terjun
langsung ke lokasi, yaitu Keraton Yogyakarta. Dengan cara ini dapat
memberikan data yang akurat dan dapat di pertanggung jawabkan
kebenarannya.
2. Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data ialah dengan menggali informasi dari buku –
buku dan media internet.
3. Teknik Wawancara
Tujuan dari teknik wawancara ini adalah agar diperoleh gambaran yang
lebih lengkap mengenai topik yang dibahas yaitu dengan melakukan
wawancara meliputi beberapa pemuka atau pemandu wisata Keraton
Yogyakarta sebagai pembanding yang kami anggap cukup mengerti tentang
masalah ini.
BAB. IV
PEMBAHASAN
Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Upacara ini sudah
dilakukan sejak jaman kerajaan Demak. Sebenarnya tujuan utama upacara ini adalah dalam rangka
memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw (Maulid Nabi). Sekaten sendiri berasal dari istilah
credo yang dalam agama Islam berarti Syahadatain. Upacara Sekaten ini ditandai dengan keluarnya
dua perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur Madu dan KK Nagawilaga dari keraton untuk ditempatkan
di Pagongan Selatan dan Utara di depan Masjid Gedhe (Masjid di dalam komplek Keraton). Selama
tujuh hari, mulai hari ke-6 sampai ke-11 bulan Mulud, kedua perangkat gamelan tersebut ditabuh
secara bergantian.
Dalam bulan pertama kalender Jawa yaitu bulan Suro, Keraton Yogyakarta memiliki upacara tradisi
khas yaitu Upacara Siraman Pusaka dan Labuhan, maksudnya adalah untuk membersihkan maupun
merawat Pusaka Kerajaan yang dimiliki. Upacara ini di selenggarakan di empat tempat dan lokasinya
juga tertutup untuk umum dan hanya diikuti oleh keluarga kerajaan. Sedangkan Labuhan adalah
upacara sedekah yang dilakukan di dua tempat yaitu Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung
Merapi. Di kedua tempat itu benda-benda milik Sultan seperti nyamping (kain batik), rasukan
(pakaian) dihanyutkan. Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat.
Upacara Garebeg
Setiap tiga kali dalam satu tahun kalender Jawa upacara Garebeg diadakan, tepatnya tanggal dua
belas bulan Mulud (bulan ke-3), tanggal satu bulan Sawal (bulan ke-10) dan tanggal sepuluh bulan
Besar (bulan ke-12). Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya kepada
rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan.
Hubungan erat antara masyarakat Jogja dan Kraton tampak nyata dalam
kesenian, ritual, dan upacara adat mereka. Misalnya pada pernikahan tradisional,
pengantin pria dan wanita boleh mengenakan pakaian keluarga kerajaan yang disebut
˜basahan”. Dahulu hanya keluarga kerajaan yang boleh memakai pakaian tersebut.
Masyarakat percaya bahwa Kraton merupakan referensi budaya mereka.
Beberapa studi yang dilakukan pada tahun 1990 menunjukkan bahwa kesetiaan
masyarakat kepada Kraton sangat tinggi. Pengaruh tersebut makin meluas semenjak
Raja dianggap dapat menggabungkan kepemimpinan yang karismatik dengan
kepemimpinan yang rasional dan modern.
Keberadaan keraton masih `dibutuhkan` masyarakat juga diyakini budayawan
dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Bakdi Sumanto. “Keberadaan Keraton
Yogyakarta sampai sekarang masih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat sebagai
pelindung spiritual dan menjadi panutan dalam kehidupan bermasyarakat,” katanya.
Peranan Keraton Yogyakarta selain sebagai peninggalan bersejarah yang sangat
penting, Keraton juga masih digunakan untuk kepentingan-kepentingan umum dan
pemerintahan. Untuk kepentingan umum misalnya masyarakat ataupun pelajar
diperbolehkan melakukan penelitian di Keraton Yogya untuk memperoleh
pengetahuan tentang Keraton Yogya, isi dan sejarah Keraton.
Untuk pemerintahan saat ini Keraton Yogya masih digunakan untuk tempat
tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono X, seperti halnya dengan istana negara diJakarta,
Keraton yogya juga masih berperan dalam pemerintahan saat ini. Maka dari itu
Keraton Yogya masih dirawat dan dijaga oleh abdi-abdi Keraton dengan baik.
Kraton merupakan sebuah istana yang masih eksis. Hingga kini, pengaruhnya
sangat terasa terhadap dinamika kebudayaan Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu,
fungsi kraton telah mengalami pergeseran. Pada masa kolonial, kraton berfungsi
sebagai pusat pemerintahan kesultanan Mataram. Selain sebagai pusat kebudayaan
Jawa, kini kraton juga berfungsi sebagai habitus pengembangan kebudayaan, tutur
Margana.
BAB. V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
- Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun
Jawa 1682. Luas Keraton Yogyakarta adalah 14.000m2.
Keraton Yogyakarta mulai berdiri didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian
Giyanti di tahun 1755.
5.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, saran kami adalah terus
lestarikan Keraton Yogyakarta dengan cara menjaga dan merawat
bangunan dan tata ruang serta benda - benda peninggalan
sultan-sultan. Karena Keraton Yogyakarta ialah sebuah istana
yang mengandung banyak arti, arti keagamaan, arti filsafat dan
arti kultural ( kebudayaan ). Yang masih menjunjung tinggi nilai -
nilai filosofinya. Oleh sebab itu, maka warisan budaya Indonesia
yang harus dilindungi dan dipertahankan dari klaim pihak asing.
Serta tetap melestarikan dan menjaga warisan – warisan
kebudayaan yang ada di negara kita, khususnya warisan –
warisan kebudayaan yang berasal dari Keraton Yogyakarta
sebagai pionir Yogyakarta adalah salah satu kiblat kebudayaan
Jawa, sekaligus penjaga nyala kebudayaan tersebut.
LAMPIRAN
9
DAFTAR PUSTAKA
- http://imadiklus.com/pengaruh-pesantren-peguron-dan-
keraton-pada-masyarakat-2/
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Keraton_Ngayogyakarta_Hadini
ngrat
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya
- https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-
budaya/budaya-jawa/keraton-yogyakarta-istana-budaya-dan-
keindahan-jawa/
iii
Iv
KEBUDAYAAN DI KRATON
YOGYAKARTA
OLEH :
MAULANA RIFQI ASSHIDDIQI
KELAS : XI MIA 6
SMA NEGERI 1 CIRUAS
KABUPATEN SERANG
2015/2016