Disusun oleh :
Paternus Eka Nugraha
194314013
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami saya Paternus Eka Nugraha yang merupakan penulis dai makalah ini, dapat menyelesaikan
makalah untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah Antropologi dengan judul “Tradisi
Sekaten di Keraton Yogyakarta”. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung saya dalam penulisan makalah ini.
Di dalam makalah ini, akan membahas tentang seluk beluk dari tradisi Sekaten yang
dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta. Mulai dari asal usul kegiatan Sekaten, hingga pengaruh
dan dampak tradisi Sekaten ini terhadap masyarakat Yogyakarta.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan bagi kita semua.
ii
Yogyakarta, 9 Juni 2020
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL .……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN A. Latar belakang, asal usul dan proses tradisi Sekaten di Yogyakarta 3
B. Makna atau nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Sekaten.......................................................... 7
..........................................................................................................................................................
C. Pengaruh tradisi Sekaten terhadap kehidupan masyarakat Yogyakarta......................................10
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu, Indonesia juga merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai macam
dilestarikan sejak dulu dan diturunkan dari generasi ke generasi. Keberagaman tersebut
seperti keberagaman di bidang kebudayaan, bahasa, agama, dan masih banyak lagi.
memiliki ciri khasnya masing-masing. Seperti contoh, tradisi yang berada di Kota
Yogyakarta. Di Yogyakarta sendiri terdapat banyak kebudayaan dan tradisi yang masih
berlangsung hingga sekarang. Contoh kebudayaan yang terdapat di Kota Yogyakarta dan
1
Sekaten merupakan tradisi yang dilakukan oleh kalangan keluarga Kraton
Yogyakarta dan masyarakat Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat Jawa
kelahiran Nabi Muhammad tersebut dikenal dengan nama Maulid Nabi. Tradisi Sekaten
perubahan, tetapi tradisi-tradisi dan kebudayaan di wilayah tersebut tidak pudar. Dapat
bertahannya kebudayaan dan tradisi tersebut dipengaruhi oleh masyarakat yang masih
melestrikan, merawat dan memegang teguh makna dan nilai-nilai dari kebudayaan dan
tradisi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka pada penelitian ini
saya akan membahas tentang tradisi Sekaten yang diselenggarakan di D.I Yogyakarta.
1. Bagaimana latar belakang, asal usul dan proses tradisi Sekaten di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
2
1. Untuk mengetahui lebih lanjut dan dalam mengenati tradisi Sekaten yang
BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang, Asal Usul dan Proses Tradisi Sekaten di
Yogyakarta
Keraton Yogyakarta. Nama Sekaten sendiri berasal dari bahasa Jawa, yakni Sekati.
Sekati sendiri memiliki arti yakni seimbang atau sama rata antara hal yang baik dan
yang buruk. Tradisi Sekaten ini tidak hanya diselenggarakan oleh Keraton
Yogyakarta, tetapi juga dilaksanakan oleh Keraton Surakarta dan Keraton Cirebon. Di
Kraton Yogyakarta, tradisi ini diselenggarakan sejak kirang lebih abad ke 15. Sekaten
Tradisi Sekaten ini diakhiri atau di tutup pada tanggal 12 Maulud. Upacara penutupan
Sekaten tersebut dilaksanakan dengan sebuah upacara yang bernama Grebeg Maulud.
Tradisi Sekaten di Yogyakarta ini diakhiri pada tanggal 12 Maulud karena pada
tanggal tersebut dipercaya sebagai hari kelahiran sekaligus hari wafatnya Nabi
Muhammad.
3
Tradisi Sekaten ini termasuk ke dalam sebuah peristiwa kebudayaan. Tradisi
Sekaten ini dikatakan sebagai sebuah peristiwa kebudayaan karena tradisi Sekaten
sudah diselenggarakan sejak dulu. Selain itu, tradisi Sekaten ini juga dilaksanakan
dalam bentuk, waktu, dan tempat yang sama. Pencetus dari Tradisi Sekaten di Keraton
kepada rakyatnya dan juga untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Kegiatan
memperingati kelahiran Nabi Muhammad ini sendiri sebenarnya telah dilakukan oleh
Sultan Kerajaan Demak, yakni Raden Patah. Selanjutnya, tradisi ini kemudian
Usaha untuk menyebarkan ajaran Islam melalui tradisi Sekaten ini masih
dilakukan oleh Keraton Yogyakarta hingga sekarang. Bentuk dan aturan-aturan dalam
dari Kerajaan Demak. Selain itu, dalam proses pembunyian gamelan pun juga masih
Tradisi Sekaten di Keraton Yogyakarta ini diawali prosesi Miyos Gangsa. Prosesi
Miyos Gangsa merupakan prosesi iring-iringan para abdi dalem dengan membawa
dua set gamelan jawa, yakni Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu 1. Nogowilogo
memiliki arti sebuah anugerah yang diturunkan atau sebuah anugerah yang diberi.
Iring-iringan para abdi dalem ini dimulai dari Pendopo Ponconiti dan berakhir di
Masjid Gedhe Kauman. Iring-iringan ini dikawal oleh para prajurit Kraton.
1 Surono,
2013
4
Selanjutnya, satu set gamelan yang bernama Kyai Nogowilogo ditempatkan di sisi
utara Masjid Gedhe Kauman dan satu set gamelan Kyai Gunturmadu diletakkan di
sisi selatan Masjid Gedhe Kauman. Kedua set gamelan ini akan dimaikan secara
kembali ke Keraton dengan menggunakan prosesi yang bernama Kondur Gangsa, dan
menggunakan dua tempat utama. Tempat pertama yang digunakan dalam prosesi
upacara Sekaten ini ialah Tratag Sitihinggil. Tratag Sitihinggil ini merupakan sebuah
bangunan yang luas berbentuk segi empat memanjang dengan pilar-pilar sangat
tinggi, didirikan di tempat tanah agak tinggi atau satu setengah meter lebih tinggi
dibanding dataran tanah biasa3. Nama Tratag Sitihinggil ini berasal dari bahasa Jawa.
Kata Tratag memiliki arti sebagai sebuah tempat untuk berteduh. Sitihinggil berasal
dari dua kata yakni kata siti yang artinya adalah tanah, dan hinggil yang artinya
adalah tinggi. Tratag Sitihinggil ini digunakan untuk melakukan prosesi Pasowanan
yang dimana Sultan duduk di sebuah singgah sana yang bernama yang terdapat di
Bangsal Manguntur Tangkil. Selanjutnya, para kerabat Sultan, abdi dalem, dan rakyat
2 Surono,
2013
3 Sutiyono,
2013
5
sembah kepada Sultan, di sana mereka juga mendengarkan ceramah dan amanat yang
Tempat kedua yang digunakan dalam upacara Sekaten ialah Masjid Gedhe
Kauman. Masjid Gedhe Kauman ini terletak di sisi barat dari alun-alun utara Keraton
Yogyakarta. Pelataran dari masjid ini merupakan tempat untuk menaruh gamelan pada
tradisi Sekaten ini. Masjid ini memiliki pelataran atau halaman yang cukup luas,
gamelan di situ. Pada bagian depan masjid ini terdapat sebuah pintu yang pada tradisi
Sekaten ini digunakan untuk upacara penerimaan sesaji selamatan negara, berupa
Di dalam tradisi Sekaten ini, terselip sebuah tambahan kegiatan, yakni pasar
malam. Kegiatan pasar malam Sekaten ini dilakukan di alun-alun utara Keraton
Yogyakarta. Pada awalnya, kegiatan pasar malam di dalam tradisi Sekaten ini tidak
ada. Kegiatan pasar malam ini mulai diadakan pada tradisi Sekaten ini ketika Belanda
menjajah Indonesia. Alasan Belanda menambahkan pasar malam pada tradisi Sekaten
ini ialah karena Belanda tidak suka dengan penyebaran agama Islam yang dilakukan
oleh Keraton Yogyakarta melalui tradisi Sekaten ini. Belanda menambahkan pasar
malam ini agar para masyarakat tidak terlalu fokus terhadap ceramah atau dakwah
dari tradisi Sekaten ini, tetapi terfokus kepada kegiatan bisnis yang terjadi di dalam
pasar malam tersebut. Selain itu, tujuan Belanda menambahkan pasar malam ini ialah
4 Sutiyono,
2013
6
Kegiatan pasar malam pada tradisi Sekaten di Yogyakarta ini sempat dihilangkan,
tetapi akhirnya kegiata tersebut dihadirkan kembali. Kegiatan pasar malam ini
dihadirkan kembali dengan tujuan agar dapat menarik golongan muda agar untuk
dapat mengikuti Tradisi Sekaten. Hal itu dilakukan karena sebelum kegiatan pasar
malam ini diadakan, golongan yang mengikuti tradisi Sekaten ini kebanyakan dari
golongan tua.
Tradisi Sekaten merupakan sebuah tradis ini sudah diselenggarakan sejak lama
oleh Keraton Yogyakarta. Dibalik kemeriahan dan kesakralannya, tradisi ini menyimpan berbagai
makna atau nilai nilai di dalamnya. Selain itu, di dalam tradisi ini juga terdapat berbagai nilai
pengajaran. Nilai- nilai atau makna yang terdapat di dalam tradisi Sekaten ini seperti ketika pada
Upacara Udhik-udhik ini merupakan sebuah upacara yang dimana Sri Sultan
kepada ini memiliki arti atau makna sebagai pemberian atau pembagian anugerah
Nilai selanjutnya yang terdapat dalam Tradisi Sekaten di Yogyakarta ini terdapat
pada gamelan dan gending yang digunakan dalam tradisi Sekaten tersebut. Gamelan
Gunturmadu yang saat tradisi Sekaten ditempatkan di sisi selatan Masjid Gedhe
Kauman memiliki makna sebagai sebuah anugerah atau wahyu yang diturunkan dari
7
tersebut ditempatkan di sisi utara dari Masjid Gedhe Kauman. Gamelan Nogowilogo
ini memiliki makna sebagai lestari dalam memenangkan peperangan atau sebuah
Di dalam Gending yang digunakan dalam tradisi Sekaten ini, juga banyak terdapat
nilai-nilai dan makna di dalamnya. Contoh gending yang digunakan dalam Tradisi
Sekaten dan terdapat nilai atau makna didalamnya seperti gending yang berjudul
Yaumi. Gending Yaumi ini memiliki arti hari. Hari yang di maksud dalam gending ini
ialah hari kelahiran dari Nabi Muhammad. Selanjutnya ialah gending Salutun. Kata
Salutun ini berasal dari bahasa Arab yang berarti berdoa. Gending Salutun ini
memiliki makna atau pengajaran untuk selalu menyembah Tuhan. Gending Ngajatun
merupakan satu dari sekian banyak gending yang digunakan dalam tradisi Sekaten.
Gending Ngajatun ini memiliki makna kemauan hati yang kuat untuk masuk Islam 5.
Gending Supiyatun yang merupakan gending dalam tradisi Sekaten memiliki makna
sebagai kemauan, niat, atau tekad dalam menyucikan hati. Gending Dhindang
Sabinah juga merupakan gending yang terdapat di dalam tradisi Sekaten. Gending ini
memiliki makna untuk mengingat dan mengenang para penyiar atau penyebar agama
Islam.
Nilai atau makna dari tradisi Sekaten ini bukan hanya terdapat di dalam gamelan
dan gending yang digunakan dalam tradisi ini, tetapi juga terdapat di berbagai hal
lainnya. Hal-hal yang di dalamnya terdapat nilai dan makna dari tradisi Sekaten ini
8
dibuat oleh Keraton Yogyakarta yang untuk selamatan atau ucapan syukur di Keraton
Yogyakarta. Gunungan yang di buat dalam tradisi Sekaten ini berisi kue tepung beras,
bunga melati, bunga kanthil, telur rebus, telur asin, kacang panjang, dan cabai merah 6.
nampan atau wadah yang besar dan sekeliling Gunungan tersebut diberi tambahan
berupa dua belas nasi tumpeng. Nasi tumpeng yang terdapat di dalam Gunungan ini
memiliki makna atau simbol sebagai sebuah gunung. Isi yang berbagai macam dari
Gunungan memiliki makna sebagai gambaran dari kehidupan duniawi dan kehidupan
rohani yang dimana Tuhan sebagai penguasa alam semesta memegang kendali
Selanjutnya, makna dan nilai dari tradisi Sekaten ini terdapat pada benda-benda
yang digunakan untuk prosesi acara. Terdapat dua jenis benda yang di gunakan pada
tradisi Sekaten. Yang pertama adalah benda-benda yang digunakan untuk upacara
kerajaan. Benda-benda yang digunakan untuk upacara kerajaan ini terbuat dari emas
dan memiliki bentuk beraneka macam satwa. Yang kedua adalah benda-benda upacara
yang di gunakan sultan. Benda benda tersebut seperti terdiri dari singgasana
(dhampar kencono), trap, tempat sirih (cepuri), tempat meludah (kecohan), kotak
pakaian bayi (ginondhong), tempat cuci tangan, busur, tameng, golok, dan bedhil7.
Semua benda-benda yang digunakan dalam tradisi Sekaten ini memiliki nilai atau
makna di dalamnya. Seperti benda yang berbentuk satwa atau hewan. Benda yang
berbentuk satwa tersebut memiliki makna atau nilai bahwa sang sultan tidak hanya
6 Sutiyono,
2013
7 Sutiyono. “Upacara Sekaten di Keraton Yogyakarta: Gamelan, Ritual, dan Simbol.” Imaji: Jurnal Seni dan
Pendidikan 11. 1 (2013).
9
memerintah atau atau menguasai manusia, tetapi sultan juga memerintah atau
menguasai kepada semua satwa atau hewan yang berada di lingkungan kerajaannya.
Selain itu, benda-benda yang di gunakan pada tradisi Sekaten ini merupakan benda
yang memiliki energi magis dan sakral. Karena benda-benda yang digunakan dalam
tradisi Sekaten tersebut sangat sacral, maka yang boleh membawanya adalah para
masyarakat. Pada tradisi Sekaten ini, aspek yang paling berpengaruh pada kehidupan
Di dalam tradisi Sekaten ini, kegiatan yang paling banyak menyumbangkan pengaruh
kepada masyarakat di Yogyakarta ialah kegiatan pasar malam Sekaten. Bagi sebagian
masyarakat Yogyakarta, tradisi sekaten ini bukan hanya sebuah tradisi untuk
mempertingati kelahiran Nabi Muhammad, tetapi juga sebagai lahan pecaharian bagi
sebagian masyarakat. Pada kegiatan pasar malam Sekaten ini, banyak pedagang dan
malam Sekaten tersebut. Barang-barang yang mereka jual di pasar malam tersebut
juga beraneka ragam. Barang-barang yang mereka jual di pasar malam tersebut
seperti makanan, pakaian, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Selain menjual
10
berbagai barang kebutuhan sehari-hari, ada juga masyarakat yang membuka berbagai
wahana hiburan di pasar malam Sekaten ini. Rata-rata wahana hiburan yang di buka
di pasar malam Sekaten ini ialah wahana permainan untuk anak-anak. Wahana
permainan ini dibuat di pasar malam ini dengan tujuan agar dapat menarik lebih
Dilihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan dalam tradisi Sekaten ini, banyak
sekali pengaruh yang didapatkan oleh masyarakat dari tradisi Sekaten ini. Mulai dari
munculnya lapangan pekerjaan dan sumber mata pencaharian baru bagi masyarakat
yang berasal dari pasar malam Sekaten, hingga meningkatnya omset pendapatan para
masyarakan yang memiliki usaha di bidang pariwisata. Selain itu, acara tradisi
Sekaten ini dapat juga dijadikan sebagai ajang untuk mengenalkan kebudayaan lokal
yang mendapatkan keuntungan dari kegatan Tradisi sekaten ini bukan hanya
11
BAB III
Kesimpulan
A. Kesimpulan
hari, yakni dilaksanakan setiap tangga 6 sampai dengan tanggal 12 Maulud. Tradisi
Sekaten ini dimulai dengan sebuah upacara yang bernama Miyos Gangsa. Upacara
Miyos Gangsa ini merupakan sebuah upacara yang dimana iring-iringan para abdi
dalem membawa dua set gamelan Sekaten menuju Masjid Gedhe kauman. Dau set
gamelan yang di bawa menuju Masjid Gedhe Kauman tersebut adalah Gamelan
Nogowilogo dan Gamelan Gunturmadu. Dua set gamelan ini dimainkan selama
prosesi Sekaten ini dilaksanakan, yakni selama 7 hari. Setelah 7 hari dimainkan,
12
selanjutny adua set gamelan tersebut dikembalikan kembali menuju keratin dengan
tempat utama. Tempat yang pertama ialah Tratag Sitihinggil. Tratag Sitihinggil ini
Pasowanan Garebeg merupakan suatu prosesi yang dimana Sultan duduk di sebuah
Selanjutnya, para kerabat Sultan, abdi dalem, dan rakyat duduk bersama dan
sana mereka juga mendengarkan ceramah dan amanat yang diberikan oleh Sultan.
Tempat kedua ialah Majid Gedhe Kauman. Masdij Gedhe Kauman ini terletak di
sebelah barat dari alun-alun utara Keraton Yogyakarta. Dalam tradisi Sekaten, Masjid
Gedhe Kauman ini digunakan sebagai tempat menaruh dan memainkan gamelan
itu, Masjid Gedhe Kauman ini digunakan sebagai tempat dakwah selama tradisi
Sekaten Berlangsung.
Di dalam tradisi sekaten ini, tidak hanya berfokus pada peringatan kelahiran Nabi
Muhammad dan penyebaran agama isla, tetapi juga diselipi dengan berbagai hiburan
bagi masyarakat. Hiburan dalam tradisi Sekaten ini berbentuk pasar malam. Walapun
tradisi Sekaten ini hanya berlangsung selama tujuh, tetapi pasar malam ini
berlangsung selama satu bulan. Pasar malam Sekaten ini merupakan tujuan utama dari
13
Tradisi Sekaten ini memiliki banyak sekali nilai dan makna yang terkandung di
dalamnya. Makna dan nilai-nilai dalam tradisi sekaten ini terletak pada setiap
aspeknya. Nilai- dan makna tersebut seperti terletak pada gending yang dimainkan
gamelan saat tradisi Sekaten ini berlangsung. Setiap gending yang dimainkan,
memiliki arti dan makna tersendiri. Selain di dalam gending, makna dan nilai dari
tradisi sekaten ini juga ditemui di dalam persembahan Gunungan. Semua bentuk dan
isi yang terdapat di dalam Gunungan tersebut memiliki arti dan simbolnya
masingmasing.
Selain pada Gending dan Gunungan, makna dan simbol dari tradisi sekaten ini
juga terdapat pada benda-benda yang digunakan untuk tradisi ini. Mulai dari gamelan
Kegiatan Sekaten ini telah memberikan peranan dan pengaruh bagi masyarakat di
daerah Yogyakarta ini. kebanyakan, pengaruh yang diberikan dari tradisi Sekaten ini
berperan kepada aspek ekonomi masyarakat. Dengan di adakannya tradisi Sekaten ini
Sekaten. Kegiatan pasar malam Sekaten ini telah membuka penghasilan dan mata
pencaharian baru bagi sebagian masyarakat Yogyakarta. Banyak para pedagang dan
14
pasar malam Sekaten ini selalu ramai di datangi oleh para pengunjung, maka barang
yang mereka jual akan laku dan otomatis akan menambah pendapatan mereka.
Selain itu, tradisi Sekaten ini juga dapat mengundang para wisatawan yang berasal
dari luar negeri maupun dalam negeri. Dengan banyaknya wisatawan yang datang
untuk melihat tradisi Sekaten ini, akan memberikan keuntungan yang melimpah
Tradisi sekaten ini juga bisa dijadikan sebagai ajang promosi kepariwisataan yang ada
di kota Yogyakarta kepada para wisatawan, sehingga banyak para wisatawan yang
Walaupun jika dilihat pada masa ini modern ini tradisi Sekaten lebih menonjolkan
kegiatan bisnis daripada penyebaran agama, tetapi pada hakikatnya, tradisi tersebut
tetaplah berfokus pada peringatan kelahiran Nabi Muhammad dan penyebaran agama
Islam. Kegiatan bisnis ini dilakukan sebagai upaya untuk membantu perekonomian
masyarakat sekitar dan juga sebagai daya tarik agar semakin banyak masyarakat yang
15
Daftar Pustaka
Sutiyono. “Upacara Sekaten di Keraton Yogyakarta: Gamelan, Ritual, dan Simbol.” Imaji:
Jurnal Seni dan Pendidikan 11. 1 (2013).
Mulyana, Ahmad. "Sekaten tradition: The ritual ceremony in Yogyakarta as acculturation reality
of Javanese culture in Indonesia." International Journal of Humanities and Social
Science Studies, IV 2 (2017): 50-61.
Al-Fajriyati, Melati Indah. "Pengaruh Tradisi Sekatenan Terhadap Perilaku Keagamaan
Masyarakat Yogyakarta." Khazanah Theologia 1.1 (2019): 40-46.
Zuhdi, Muhammad Nurdin, and Sawaun Sawaun. "DIALOG AL-QUR’AN DENGAN BUDAYA
LOKAL NUSANTARA: RESEPSI AL-QUR’AN DALAM BUDAYA SEKATEN DI
KERATON YOGYAKARTA." MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir 2.1 (2017):
125-146.
Daryanto, Joko. "Gamelan Sekaten dan Penyebaran Islam di Jawa." Keteg: Jurnal Pengetahuan,
Pemikiran dan Kajian Tentang" Bunyi" 14.1 (2014).
16
Ardinarto, E. S. "Sekaten Merupakan Upacara Adat Yang Bernuansa Religius." MIIPS 7.2
(2008).
Pradoko, Sulistio. “Gamelan Sekaten Merupakan Fenomena Penuh Makna dan Multi Persfektif
Suatu Kajian Kebudayaan Materi.” Sembada: Jurnal Kebudayaan Kabupaten Selema 2. 1
(2014).
Abyan, Faishal Amin. "Pasar Malam Sekaten Penggerak Ekonomi Di Yogyakarta." (2020).