Tradisi Sekaten-1
Tradisi Sekaten-1
X MIPA 3
DISUSUN OLEH :
AFIQ DINIS MUHAMMAD (02)
INTAN AQILAH F.H (18)
IQBAL NUR WAHYUDI (19)
LOUIS BERNADITTO (21)
https://sman2mojokerto.sch.id/about/
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Akulturasi Kebudayaan Islam Tradisi Sekaten”.
Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan. Kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah.
Demikian kami ucapkan terima kasih atas waktu anda telah membaca hasil makalah
kami.
Wassalammualaikum Wr.Wb
Penulis
Page 2 of 12
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 3
1. BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 4
1A.Latar belakang.............................................................................................. 4
1B.Rumusan masalah...................................................................................... 4
1C.Tujuan penulisan......................................................................................... 4
2. BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 5
2A.Pengertian sekaten.................................................................................... 5
2B.Sejarah munculnya sekaten...................................................................5
2C.Tujuan tradisi sekaten.............................................................................. 6
2D.Proses perayaan tradisi sekaten..........................................................7
2E.Hubungan tradisi sekaten dengan islam...........................................8
3. BAB III PENUTUP.............................................................................................. 8
3A.Kesimpulan................................................................................................... 9
3B.Gambar........................................................................................................... 11
Page 3 of 12
1.
BAB I
PENDAHULUAN
Page 4 of 12
2.
BAB II
PEMBAHASAN
Page 5 of 12
Makna dari selamatan serta sedekah dalem tersebut ada kaitannya
dengan hajat dalem didalam perayaan Sekaten. Letak perbedaannya terletak
pada pelaksanaannya. Pada zaman dahulu dilaksanakan pada bulan
kartika.sedangkan masa sekarang dilaksanakan pada hari Garabeg tanggal 10
besar, 12 Maulud serta 1 Syawal.
Perayaan Sekaten atau Grebeg Maulud pada tahun dal pelaksanaannya dilakukan
secara besar-besaran, hal tersebut dikarenakan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Lahir pada hari Senin Pon tanggal 14 Rabiul Akhir tahun Dal. Maka pada tahun
Dal upacara peringatan Maulud Nabi dilaksanakan besar-besaaran serta
dijatuhkan pada hari Senin Pon. Hal tersebut berdasarkan perhitungan tahun
almanac Pakuwon di tahun Dal terdapat perubahan umur bulan, agar pada
tanggal 12 Maulud jatuh pada hari Senin Pon.
Dalam sejarahnya, sekaten dahulu diguakan untuk perayaan selametan
Raja Wedha ( kitab suci raja ), lalu Raja Meda ( hewan kurban dari Raja ), yang
kemudian pada zaman Prabu Hajipasama, digani dengan sesaji mahesa lawung
( kerbau ) sebagai tolak bala berbagai penyakit. Oleh Prabu Sitawaka dilengkapi
dengan sesaji Gramawedha yang berarti disucikan dengan api. Hingga pada
zaman Sultan Agung semua itu kemudian diselaraskan seperti sekaten sekarang
dengan Pancaprasada ( yang berpuncak lima ), Gunungan Madaragiri.
Kedua, dalam serat babat yang menyebutkan sekaten dimulai sejak zaman
kerajaan Demak, yaitu kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berdiri setelah
kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1400 saka atau 1478 Masehi. Berakhirnya
kerajaan Majapahit maka berkahir pula kerajaan Hindu di Jawa. Namun pada
saat itu oran jawa masih menganut paham Hindu. Kepercayaan animisme dan
dinamisme yangmasih kuat, maka Raden Patah ( Raja Demak pertama ) bersama
Walisongo ( Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan
Kudus, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, dan Sunan Gunung Jati )
bekerjasama mengajak masyarakat untuk masuk Islam.
Sebelum Islam masuk masyrakat Jawa menyukai seni musik gamelan.
Gamelan dipakai sebagai pelengkap didalam pertunjukan wayang, pemgiring
gendhing Jawa ( tembang ) yang kemudian oleh Sunan Kalijaga gamelan tersebut
dimanfaatkan sebagai alat untuk da’wah dan penghormatan terhadap Hari Raya
Islam, salah satunya yaitu pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sunan
Kalijaga juga menggunakan gamelan yang dibunyikan di halaman masjid agar
masyarakat tertarik dan berkumpul. Ternyata banyak masyarakat yang tertarik
untuk datang ke masjid sebelum tanggal 12 Maulud. Kemudian bupati beserta
rakyatnya menggiring raja ke masjid yang kemudia timbul kata “Garebeg” yang
berasal dari kata “Anggrubyung” yang berarti menggiring atau berkerumun. Jika
sudah berkumpul kemudian diberikan pelajaran tentang dasar-dasar ajaran
agama Islam, seperti makna dan tujuan kalimat Syahadat ( Syahadatain ) yang
kemudia orang Jawa menyebutnya dengan “Sekaten”
Page 6 of 12
Dari segi sosial, sebuah tradisi atau kesenian tradisionalmampu
membangun dan memelihara solidaritas masyarakat Yogyakarta. Sekaten
merupakan momentum ungkapan rasa syukur Sultan atas segala karunia Tuhan
yang telah diberikan kepadanya dan rakyatnya yang disimbolkan dalam bentuk
penajian gunungan yang dibagikan kepada seluruh masyarakat.
Sedangkan bagi masyarakat Yogyakarta, Sekaten merupakan sebuah
momentum mendapatkan berkah dari seorang Raja yang selalu mereka
agungkan dengan memperebutkan gunungan-gunungan yang disajikan sebagai
penolak bala atau penarik rejeki.
3. Gladhi Resik
Page 7 of 12
Pada tanggal 10 Maulud diadakan upacara Gladhi Resik dengan
mengirabkan para prajurit mengelilingi benteng di Alun-alun kidul. Tujuannya
yaitu melatih kekompakan baris berbaris, ketrampilan senjata, kekompakan
musik, dll. Abdi Dalem prajurit siaga disebelah selatan pohon beringin membujur
ke timur dengan dua saf. Rangkap dua di depan yang membawa tombak satu saf
dan ada yang dibelakang membawa senapan dengan jarak 4 meter dari prajurit
yang bersenjata senapan. Dengan urutan yang berpangkat tinggi disebelah barat
menurun ke timur pangkat rendah.Gambar 1.4
Parade baris-berbaris pasukan prajurit berparade mengelilingi alun-alun
selatan menuju Sultan dengan jalan yang disebut Lampah Macak. Diawali dari
korp prajurit Wirabraja, diikuti prajurit Dhaeng, Kawandasa, Jagakarya,
Prawiratamaketanggung, Mantrijero, dan Langenghastra. Kemudian jika telah
sampai, prajurit hormat kepada Sultan dengan merebahkan benderanya. Lalu di
perintahkan untuk latihan “Karbinan” yaitu latihan menembak dengan peluru
kosong tiga kali kemudian pasukan dibubarkan.
Page 8 of 12
Wadana, Bupati, Bupati Wadana Ageng Punakawan, KGPA Alam serta tamu
undangan lainnya.
3.
BAB III
PENUTUP
3A. KESIMPULAN
Sekaten merupakan sebuah upacara keagamaan tradisi keraton Yogyakarta
sebagai wujud perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sekaten
berhubungan erat dengan proses Islamisasi di Yogyakarta dan memiliki makna
khusus bagi Keraton maupun masyarakat Yogyakarta.
Sejak dahulu masyarakat Yogyakarta gemar akan gamelan, maka oleh sunan
Kalijaga alat itu dipakai untuk menarik masyarakat sehingga mempercepat
penyiaran agama Islam di Yogyakarta.
Perayaan Sekaten dimanfaatkan untuk berda’wah dengan diadakannya tabligh
akbar atas prakarsa Sunan Kalijaga saat bermusyawarah bersama Wali Sanga
dan Raden Patah sebagai cara untuk menyampaikan ajaran Islam melalui
kebudayaan.
Page 9 of 12
DAFTAR PUSTAKA
Page 10 of 12
3B. GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Page 11 of 12
Gambar 1.4
Gambar 1.5
Gambar 1.6
Page 12 of 12