Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KARYA ILMIAH

STUDY TOUR YOGYAKARTA


(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Nasional
Tahun 2014/2015)

Disusun Oleh :
Enda Fadilah
Andri Ramdani
Angga Irawan
MADRASAH ALIYAH BABUSSALAM

Alamat : Jln. Mekarsari KM 3 Cicurug Desa Mekarsari, Kecamatan Cipaku,


Kabupaten Ciamis 46252
2014

------------------------------------------------------------------------------------------

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan karya ilmiah Yogyakarta ini telah dilaksanakan, disetujui dan disahkan oleh guru
pembimbing dan Kepala Madrasah Aliyah Babussalam sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Nasional (UN) di Madrasah Aliyah Babussalam tahun pelajaran 2014/2015.
Pada,
Hari :............................
Tanggal :............................
Mengetahui,
Kepala Madrasah , Pembimbing,

Drs. MOH AMRULLAH UJANG SUDRAJAT,S.pd.


NIP : 196207251993031002
i
LEMBAR PENGUJIAN
Diuji Oleh,
Penguji I, Penguji II,

(...................................................) (............................................)

Mengetahui,
Kepala Madrasah Aliyah Babussalam

Drs. MOH AMRULLAH


NIP : 196207251993031002

ii
MOTTO

 Tuntunlah ilmu sampai ke negeri cina.


 Dimana ada kemauan pasti disitu ada jalan.
 Kegagalan bukan sumber putus asa tapi dengan kegagalan mengajari kita kesabaran.
 Untuk menuju kesuksesan diperlukan pengorbanan.
 Tergesa-gesa membuat hidup tidak berguna.
 Orang yang jujur adalah orang yang sesuai dengan apa yang dibicarakan.
 Anak yang pintar selalu belajar, beribadah dan berusaha.
 Awali kejujuran dengan iman agar berjalan dengan hati yang tulus.

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi robbi atas limpahan rahmat dan karunia‐Nya,
serta anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐Nya sehingga
memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam menyusunan karya tulis ini.
Didalam karya tulis ini kami selaku penyusun hanya sebatas pengetahuan yang bisa kami
sajikan, sebagai salah satu syarat untuk mengikutiUjian Nasional dengan tema “WISATAKU
YOGYAKARTA”. Dimana didalam tema tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari
khususnya tempat – tempat wisata yang ada di Yogyakarta yang indah dan menawan.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang Kota
Yogyakarta, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam
tentang masalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan kami, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar
membuka pola berpikir kita tentang budaya dan sosial yang ada di kota Yogyakarta.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan ini. Terutama kepada rekan satu
kelompok atas kerjasamanya, dan Guru pembimbing yang telah
membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Mekarsari,................ 2014
Penulis,
vi

DAFTAR ISI
LEMBARESAHAN........................................................................................................i

LEMBAR PENGUJIA...................................................................................................ii

MOTTO...........................................................................................................................iii

KATA PENGANTAR....................................................................................................vi

DAFTAR ISI....................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Borobudur......................................................................................................3
2.2 Taman Pintar...............................................................................................18
2.3 Malioboro.....................................................................................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.......................................................................................................27
3.2 Saran.............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya ilmiah adalah suatu kegiatan penelitian secara langsung terhadap
suatu tempat ataupun sarana yang menjadi objek penelitian. Kegiatan ini
dilakukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
maka dilakukaan penelitian karya ilmiah, dengan mengunjungi Daerah
istimewa yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Jogja, merupakan
kota yang terkenal dengan sejarah dan warisan budaya.
Yogyakarta merupakan pusat kerajaan mataram, dan sampai saat ini
masih ada keraton yang masih berfungsi dalam arti sesungguhnya. Jogja juga
memiliki banyak candi yang berusia ribuan tahun yang merupakan
peninggalan kerajaan besar zaman dahulu, salah satunya adalah candi
borobudur yang dibangun pada abad ke 9 oleh dinasti syailendra, sedangkan
arsitek dari candi tersebut adalah gunadharma.Selain itu Pegunungan,pantai-
pantai, hamparan sawah yang hijau dan udara yang sejuk menghiasi
keindahan kota Jogja. Masyarakat jogja hidup dengan damai dan mempunyai
keramahan yang khas.
Tak heran apabila kota Jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu
tujuan utama para wisatawan mancanegara, untuk berlibur dan mengabiskan
sisa waktu istirahatnya di Jogja.
Adapun dalam karya ilmiah ini telah menghasilkan data penelitian yang
meliputi unsur budaya, sosial, sejarah, dan unsur-unsur estetika yang ada
dalam ornamen-ornamen bangunan yang ada di saerah istimewa Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa bidang permasalahan yang akan kami bahas diantaranya :
A. Candi Borobudur
 Bagaimana sejarah candi borobudur ?
 Apa arti nama candi borobudur ?
 Dimanakah letak geografis candi borobudur ?
 Bagaimana tahap-tahap pembangunan candi borobudur ?
 Bagaimana seni relif bangunan candi borobudur ?
 Bagaimana proses pemugaran candi borobudur ?
 Bagaimana struktur bangunan candi borobudur
B. Taman pintar
 Bagaimana latar belakang taman pintar terbentuk ?
 Apa makna dari Logo taman pintar ?
 Zona apa saja yang terdapat didalam taman pintar ?
C. Malioboro
 Bagaimana sejarah malioboro ?
 Bagaimana asal-usul jalan malioboro ?
 Apa manpaat malioboro ?
1.3 Tujuan Penelitian
 Untuk menembah wawasan dan pengetahuan yang lebih.
 Mengetahui peninggalan budaya dimasa lalu.
 Mengetahui tempat-tempat wisata yang ada di jogja.
 Mengenal lebih dekat lagi Budaya Daerah.
1.4 Manfaat Penelitian
 Mempererat keakraban dengan teman satu sekolah.
 Bisa melihat budaya yang ada di KotaYogyakarta secara langsung.
 Bisa merasakan sebagai masyarakat yang multikultural.
 Bertambahnya wawasan dan Mendapat pengalaman dengan mengunjungi
tempat-tempat wisata di Jogja.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 CandiBorobudur
A. Sejarah Candi Borobudur
Didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun
800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dindingnya
dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya 504 arca Buddha. Candi
Borobudur ini adalah sebagai model alam semesta yang dibangun sebagai
tempat suci untuk memuliakan Buddha. Berdasarkan bukti-bukti sejarah,
Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14. Ditemukan pada tahun 1814 oleh
Sir Thomas Stamford Raffles, yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal
Inggris atas Jawa. .
Penamaan Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau
Jawa" karya Sir Thomas Raffles.Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis
BoroBudur,kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk
menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro) Raffles juga
menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam
bahasa Jawa yang berarti "purba" maka bermakna,"Boro purba".
Ahli Sejarah J.G. de Casparis dalam disertasi doktor pada tahun 1950
berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan yang didirikan oleh
Raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang
melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru
dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa
Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan
boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.

Menurut legenda masyarakat setempat perancang Borobudur bernama


Gunadharma,sedikit yang diketahui tentang arsitek misterius ini. Namanya
lebih berdasarkan dongeng dan legenda Jawa dan bukan berdasarkan prasasti
bersejarah. Legenda Gunadharma terkait dengan cerita rakyat mengenai
perbukitan Menoreh yang bentuknya menyerupai tubuh orang berbaring.
Dongeng lokal ini menceritakan bahwa tubuh Gunadharma yang berbaring
berubah menjadi jajaran perbukitan Menoreh, tentu saja legenda ini hanya
fiksi dan dongeng belaka.
B. Arti Nama Borobudur
Nama Borobudur berasal dari gabungan kata-kata Boro dan Budur,Boro
berasal dari kata sansekerta ''vihara'' yang berarti komplek candi dan bihara
atau juga asrama (menurut poerbatjaraka dan stutterhim).Sedangkan budur
dalam bahasa bali ''beduhur'' yang artinya atas. Jadi nama borobudur berarti
asrama/bihara (kelompok candi yang terletak di atas bukit).
Memang di halaman barat laut dari candi Borobudur sewaktu di adakan
penggalian di temukan sisa-sisa bekas sebuah bangunan yang dimungkinkan
bangunan bihara. Pendapat lain dikemukakan oleh casparis berdasarkan
prasasti Sri kahuluan (842 M). Di dalam prasasti tersebut terdapat nama
sebuah kuil ''Bhumisambhara'' yang menurutnya nama itu tidak lengkap.
Agaknya masih ada lagi sepatah kata untuk''gunung'' di belakangnya,
sehingga nama seharusnya''Bhumisambhara Budhara'' Dari kata inilah
akhirnya terjadi nama Borobudur.
Dari beberapa pendapat yang ada, dapat disebutkan berbagai pendapat dari
para ahli yaitu :
1) Kitab Negara kartagama
Naskah dari tahun 1365 M yaitu kitab Negara kartagama karangan Mpu
prapanca meyebutkan kata “Budur” untuk sebuah Budha dari aliran
Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “Budur” tersebut tidak lain adalah
candi Borobudur.
2) SirThomas Stamford Raffles
Raffles manafsirkan Borobuduir berati bahwa Budur merupakaan bentuk
lain dari “Budo”.yang dalam bahasa jawa berarti Kuno. tetapi bila dikaitkan
dengan Borobudur berati “Boro Jaman Kuno” Namaun karena “Bhara” dalam
bahas jawa kuno berati banyak, maka Borobudur juga berarti “Budha yang
Banyak” jika dikaji secara teliti maka keterangan yang ditemukan oleh raffles
memang tidak ada yang memuaskan. Boro jaman kuno” kurang mengena
maupun “Budha yang banyak” Kurang mencapai sasaran.

3) Poebatjaraka
Menurut beliau “Boro” berarti “Biara” dengan demikian Borobudur
berarti “Biara Budur”. Penafsiran ini sangat menarik karena mendekati
kebenaran berdasarkan bukti-bukti yang ada.Selanjutnya jika di hubungkan
dengan kitab Negara Kartagama mengenai “Budur” maka besar kemungkinan
penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat.

4) DE Casparis
De Casparis menemukan kata majemuk dalam sebuah prasati yang
kemungkinan merupakan asal kata dari Borobudur. Dalam sebuah prasasti
SrI Kahulunan yang berangka 842 M dijumpai kata “Bhumi Sambhara
Budhara” yaitu satu sebutan untuk bangunan suci pemujaan nenek moyang
atau disebut kuil.
5) Drs. Soediman
Bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu Bara dan Budur. Bara
berasal dar bahasa sanksekerta Vihara yang berarti komplek candi dan Bihara
yang berarti asrama. Budur dalam bahasa bali bedudur yang artinya di atas.
Jadi nama Borobudur berarti asrama atau vihara dan komplek candi yang
terletak di atas tanah yang tinggi atau bukit.

C. Letak Geografis Candi Borobudur


Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan
Borobudur,Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.Secara astronomis
terletak di 70.361.2811 LS dan 1100.121.1311 BT. Lingkungan geografis
Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah
Timur,Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan
Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan
Elo.Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan
ketinggian 265 dp

D.Tahap-Tahap Pembangunan Candi Borobudur


Ada beberapa tahap dalam pembangunan candi borobudur diantaranya :
Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara
750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya
dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti
ada tata susun yang dibongkar.
Tahap Kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan
satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan
dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada
puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat dan kelima
Ada sedikit perubahan pada monumen, termasuk penambahan relief-relief
baru dan perubahan pada tangga dan patung di sepanjang jalan. Simbol pada
monumen tetap sama, dan perubahan sebagian besar hanya pada dekorasinya.
Lalu, dimanakah letak kesalahan desain Candi Borobudur? Menurut
Dirjen Kebudayaan, I Gusti Ngurah Anom dalam “Simposium Rahasia di
Balik Keagungan Borobudur” yang diselenggarakan Dhammasena
Universitas Trisakti di Jakarta,pertengahan Maret lalu, kesalahan desain itu
diperbaiki dengan membuat “kaki tambahan” dan menutupi kaki aslinya. Hal
ini dilakukan pada tahap kedua pembangunan Borobudur.
Adanya dua kaki itu pertama kali diketahui oleh Yzerman (1885) ketika
mengadakan penelitian untuk penyelamatan Candi Borobudur dari bahaya
kerusakan. Kaki tambahan seperti yang terlihat sekarang, bentuknya sangat
sederhana dan sering disebut teras lebar. Teras lebar ini menutupi relief di
kaki asli, yang terdiri dari 160 pigura. Di beberapa pigura terdapat tulisan
singkat sebagai petunjuk ringkas bagi pemahatnya dalam huruf Jawa Kuna.
Ternyata kata-kata yang dipergunakan itu juga terdapat dalam kitab
Mahakarmavibhangga yang memuat cerita tentang cara kerja hukum karma
dalam kehidupan.
Mengapa relief di kaki asli Candi Borobudur ditutup memang masih
menjadi polemik di kalangan para arkeolog. Sebagian berpendapat bahwa
penutupan ini sekedar masalah teknis agar candi itu tidak longsor, mengingat
kaki aslinya sangat curam. Sebagian lagi mengatakan bahwa penutupan ini
karena alasan keagamaan. Argumentasinya,karena relief di kaki asli
menggambarkan kehidupan sehari-hari yang terkadang berkesan
sadis,seronok,dan sebagainya. Hal ini dianggap tidak patut diketahui oleh
umat Buddha yang berkunjung ke Borobudur.

E. Seni Relief Dalam Candi Borobudur


Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di
atas batu. Bentuk ukiran ini biasanya dijumpai pada
bangunancandi, kuil, monumen dan tempat bersejarah kuno. Di Indonesia,
relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah satu contoh yang
dipakai untuk menggambarkan kehidupan sang Buddha dan ajaran-ajarannya.
Relief ini bisa merupakan ukiran yang berdiri sendiri, maupun sebagai bagian
dari panel relief yang lain,membentuk suatu seri cerita atau ajaran. Pada
Candi Borobudur sendiri misalkan ada lebih dari 1400 panel relief ini yang
dipakai untuk menceritakan semua ajaran sang Buddha Gautama.
Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga,salah satu raja kerajaan
Mataram Kuno,keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti
Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya
mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai
dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama
Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang
berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan
Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat.
Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi
karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling
bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk
lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang
menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan
manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai
tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu,melambangkan manusia


yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu
melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu
namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut,patung Budha
diletakkan terbuka.Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha
diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut
Arupadhatumelambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan
bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan
nirwana,tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa
mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan
searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya
Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda,yaitu
Ramayana.Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi
masyarakat saat itu.Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang
mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal
layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu
berpusat di Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran
sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-
orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. Berkat mengunjungi Borobudur
dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan
Sriwijaya),Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala
biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan
Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti
ajaran disebut “The Lamp for the Path to Enlightenment” atau yang lebih
dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.

Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah
bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu
ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur
awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi.
Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susu.
Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain
mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.
Pada dinding candi di setiap tingkatan kecuali pada teras-teras
Arupadhatu dipahatkan panel-panel bas-relief yang dibuat dengan sangat
teliti dan halus. Relief dan pola hias Borobudur bergaya naturalis dengan
proporsi yang ideal dan selera estetik yang halus. Relief-relief ini sangat
indah, bahkan dianggap sebagai yang paling elegan dan anggun dalam
kesenian dunia Buddha. Relief Borobudur juga menerapkan disiplin senirupa
India, seperti berbagai sikap tubuh yang memiliki makna atau nilai estetis
tertentu. Relief-relief berwujud manusia mulia seperti pertapa, raja dan
wanita bangsawan, bidadari atapun makhluk yang mencapai derajat kesucian
laksana dewa,seperti tara dan boddhisatwa, seringkali digambarkan dengan
posisi tubuh tribhanga. Posisi tubuh ini disebut “lekuk tiga” yaitu melekuk
atau sedikit condong pada bagian leher, pinggul, dan pergelangan kaki
dengan beban tubuh hanya bertumpu pada satu kaki, sementara kaki yang
lainnya dilekuk beristirahat. Posisi tubuh yang luwes ini menyiratkan
keanggunan, misalnya figur bidadari Surasundari yang berdiri dengan sikap
tubuh tribhanga sambil menggenggam teratai bertangkai panjang.
Relief Borobudur menampilkan banyak gambar seperti sosok manusia
baik bangsawan, rakyat jelata, atau pertapa, aneka tumbuhan dan hewan,serta
menampilkan bentuk bangunan vernakular tradisional Nusantara.Borobudur
tak ubahnya bagaikan kitab yang merekam berbagai aspek kehidupan
masyarakat Jawa kuno. Banyak arkeolog meneliti kehidupan masa lampau di
Jawa kuno dan Nusantara abad ke-8 dan ke-9 dengan mencermati dan
merujuk ukiran relief Borobudur. Bentuk rumah panggung,lumbung,istana
dan candi, bentuk perhiasan, busana serta persenjataan,aneka tumbuhan dan
margasatwa, serta alat transportasi, dicermati oleh para peneliti.Salah satunya
adalah relief terkenal yang menggambarkan Kapal Borobudur. Kapal kayu
bercadik khas Nusantara ini menunjukkan kebudayaan bahari purbakala.
Replika bahtera yang dibuat berdasarkan relief Borobudur tersimpan
di Museum Samudra Raksa yang terletak di sebelah utara Borobudur.
Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina
dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sanskertadaksina yang
artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara
lain relief-relief cerita jātaka. Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa
dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya,
mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang
sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi
menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Salah satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0
sudut tenggara)Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang
menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum
karma. Karmawibhangga adalah naskah yang menggambarkan ajaran
mengenai karma, yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat. Deretan relief
tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura
menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat.Relief
tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia
disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik
manusia dan pahala.Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan
manusia dalam lingkaran lahir – hidup – mati (samsara) yang tidak pernah
berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk
menuju kesempurnaan.Kini hanya bagian tenggara yang terbuka dan dapat
dilihat oleh pengujung. Foto lengkap relief Karmawibhangga dapat
disaksikan di Museum Karmawibhangga di sisi utara candi Borobudur.
LalitawistaraPangeran Siddhartha Gautama mencukur rambutnya dan
menjadi pertapa. Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam
deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap) yang
dimulai dari turunnya Sang Buddha dari surga Tushita,dan berakhir dengan
wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari
tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27
pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut
menggambarkan kesibukan,baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan
untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku
calon Buddha.Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di
arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha,putra Raja Suddhodana dan
Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120
pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama,yang secara simbolis
dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma,ajaran Sang Buddha di
sebut dharma yang juga berarti “hukum”, edangkan dharma dilambangkan
sebagai roda.
Jataka dan Awadana.Jataka adalah berbagai cerita tentang Sang Buddha
sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta.Isinya merupakan pokok
penonjolan perbuatan-perbuatan baik, seperti sikap rela berkorban dan suka
menolong yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun
juga. Beberapa kisah Jataka menampilkan kisah fabel yakni kisah yang
melibatkan tokoh satwa yang bersikap dan berpikir seperti manusia.
Sesungguhnya,pengumpulan jasa atau perbuatan baik merupakan tahapan
persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan
tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan
ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia
kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana.Pada relief
candi Borobudur Jataka dan Awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya
terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling
terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian
cerita Jataka, karya penyair Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
Gandawyuha.Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,
adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya
mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha
Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya
berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari
F. Pemugaran Candi Borobudur
Pemugaran candi Borobudur dimulai tanggal 10 Agustus 1973 prasasti
dimulainya pekerjaan pemugaran candi Borobudur terletak di sebelah Barat
Laut menghadap ke Timur, karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang
diantaranya ada tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang
memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam
bidang Chemika Arkeologi (CA) dan Teknologi Arkeologi (TA).
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu-batu
candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan
serta memperbaiki batu-batu yang sudah retak dan pecah,pekerjaan-pekerjaan
di atas bersifat arkeologi semua ditangani oleh badan pemugaran candi
Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan
transportasi pengadaan bahan-bahan bangunan ditangani oleh kontraktor (PT.
NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION and DEVELOVMENT
CORPORATION OF THE FILIPINE).Bagian-bagian candi Borobudur yang
dipugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang
berbentuk bujur sangkar,sedangkan kaki candi Borobudur serta teras I, II, III
dan stupa induk ikut dipugar, pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari
1983 M di bawah pimpinan Dr. Soekmono dengan ditandai sebuah batu
prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan
batu yang sangat besar dibuatkan dengan dua bagian satu menghadap ke
Utara satu lagi menghadap ke Timur penulisan dalam prasasti tersebut
ditangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarata yang
bekerja pada proyek pemugaran candi Borobudur.
Pemugaran Pertama Candi Borobudur
Karena keadaan Candi Borobudur kian memburuk maka pada tahun 1900
dibentuk suatu panitia khusus, diketuai Dr. J.L.A. Brandes. Sangat
disayangkan bahwa Dr. J.L.A. Brandes meniggal tahun 1905 namun laporan
bersama yang disusun tahun 1902 membuahkan rancangan pemugaran.
Tahun 1907 dimulai pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan
dipimpin oleh Van Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama empat tahun
sampai tahun 1911 dengan biaya sekitar 100.000 Gulden dan
sepersepuluhnya digunakan untuk pemotretan.
Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki system drainase,saluran-
saluran pada bukit diperbaiki dan pembuatan canggal untuk mengarahkan
aliran air hujan. Pada tingkat rupadhatu, lantai yang melesak diratakan
dengan menutup bagian yang melesak dengan campuran pasir dan tras atau
semen sehingga air hujan mengalir melalui dwarajala atau gorgoyie.Batu-
batu yang runtuh dikembalikan dan beberapa bagian yang miring atau
membahayakan diberi penguat. Pada tingkat rupadhatu, 72 buah stupa terus
dibongkar dan disusun kembali setelah dasarnya di ratakan, demikian juga
pada stupa induknya.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan,diketahui adanya pengrusakan
sengaja yang dilakukan oleh wisatawan asing yang rupanya ingin memiliki
tanda mata dari Borobudur. Kemudian pada tahun 1926 dibentuklah panitia
khusus untuk mengadakan penelitian terhadap batu dan relief-reliefnya.
Penelitian panitia menyimpulkan ada tiga macam kerusakan yang masing-
masing di sebabkan oleh:

1) Korosi, yang disebabkan oleh pengaruh iklim;


2) Kerja mekanis,yang disebabkan tangan manusia atau kekuatan lain yang
datang dari luar
3) Kekuatan tekanan,kerusakan karena tertekan atau tekanan batu-batunya
berupa retak-retak,bahkan pecah.
Pemugaran Kedua Candi Borobudur
Usaha penyelamatan berikutnya dilakukan pada tahun 1963 oleh
pemerintah Republik Indonesia dengan adanya pemberontakan
G-30-S/PKI.Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia membentuk
Panitia Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi
Borobudur. Pada tahun itu juga UNISCO akan membantu pemugaran.Pada
tahun 1969 Presiden membubarkan Panitia Nasional dan membebankan
tugasnya kepada Mentri Perhubungan, bahkan pada tahun 1970 atas prakarsa
UNISCO diadakan diskusi panel di Yogyakarta untuk membahas rencana
pemugaran.Kesepakatan yang diperoleh adalah membongkar dan kemudian
memasang kembali batu-batu bagian Rupadhatu.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 Presiden Soeharto meresmikan
dimulainya pemugaran Candi Borobudur. Persiapan pemugaran memakan
waktu selama dua tahun dan kegiatan fisiknya yaitu dimulai pembongkaran
batu-batu candi dimulai tahun 1975. Dengan menggerakan lebih dari 600
pekerja serta batu sebanyak 1 juta buah. Bangunan Candi yang di pugar
adalah bangunan rupadhatu yaitu empat tingkat dari bawah yang berbentuk
bujur sangkar.Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun. Dan pada tanggal 23
Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan
diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan ditandai penandatangan prasati.
Usaha-usaha menyelamatkan Candi Borobudur dengan berjuta-juta dollar
mempunyai banyak manfaat bagi bangsa ini. Menurut Prof. Soekmono,
sesungguhnya Candi Borobudur mempunyai nilai lain dari pada sekedar
sebagai objek wisata yaitu sebagai benteng pertahanan budaya kita. Seperti
peninggalan purbakala lainnya, Candi Borobudur menjadi penegak
kepribadian bangsa kita dan candi sebagai bukti nyata dari prasasti nenek
moyang kita sehingga menjadi kewajiban dan tanggung jawab bangsa kita
untuk meneruskan keagungan Candi Borobudur kepada anak cucu kita.
G. Struktur Bangunan Candi Borobudur
Monumen ini dilengkapi dengan sistem drainase yang cukup baik untuk
wilayah dengan curah hujan yang tinggi. Untuk mencegah genangan dan
kebanjiran, 100 pancuran dipasang disetiap sudut, masing-masing dengan
rancangan yang unik berbentuk kepala raksasa makara. Sekitar 55.000 meter
kubik batu andesit diangkut dari tambang batu dan tempat penatahan untuk
membangun monumen ini. Batu ini dipotong dalam ukuran tertentu, diangkut
menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan semen.Struktur Borobudur
tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock (saling kunci)
yaitu seperti balok-balok lego yang bisa menempel tanpa perekat.Batu-batu
ini disatukan dengan tonjolan dan lubang yang tepat dan muat satu sama lain,
serta bentuk "ekor merpati" yang mengunci dua blok batu.Relief dibuat di
lokasi setelah struktur bangunan dan dinding rampung.
Borobudur amat berbeda dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak
dibangun di atas permukaan datar, tetapi di atas bukit alami. Akan tetapi
teknik pembangunannya serupa dengan candi-candi lain di Jawa. Borobudur
tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada
ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong
dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Secara umum
rancang bangun Borobudur mirip dengan piramida berundak. Di lorong-
lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki
mengelilingi candi ke arah kanan.Borobudur mungkin pada awalnya
berfungsi lebih sebagai sebuah stupa, daripada kuil atau candi.Stupa memang
dimaksudkan sebagai bangunan suci untuk memuliakan Buddha. Terkadang
stupa dibangun sebagai lambang penghormatan dan pemuliaan kepada
Buddha. Sementara kuil atau candi lebih berfungsi sebagai rumah ibadah.
Rancangannya yang rumit dari monumen ini menunjukkan bahwa bangunan
ini memang sebuah bangunan tempat peribadatan. Bentuk bangunan tanpa
ruangan dan struktur teras bertingkat-tingkat ini diduga merupakan
perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk
arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Menurut legenda setempat arsitek perancang Borobudur bernama
Gunadharma, sedikit yang diketahui tentang arsitek misterius ini. Namanya
lebih berdasarkan dongeng dan legenda Jawa dan bukan berdasarkan prasasti
bersejarah. Legenda Gunadharma terkait dengan cerita rakyat mengenai
perbukitan Menoreh yang bentuknya menyerupai tubuh orang berbaring.
Dongeng lokal ini menceritakan bahwa tubuh Gunadharma yang berbaring
berubah menjadi jajaran perbukitan Menoreh, tentu saja legenda ini hanya
fiksi dan dongeng belaka.
Perancangan Borobudur menggunakan satuan ukur tala, yaitu panjang
wajah manusia antara ujung garis rambut di dahi hingga ujung dagu, atau
jarak jengkal antara ujung ibu jari dengan ujung jari kelingking ketika telapak
tangan dikembangkan sepenuhnya. Tentu saja satuan ini bersifat relatif dan
sedikit berbeda antar individu, akan tetapi satuan ini tetap pada monumen ini.
Penelitian pada 1977 mengungkapkan rasio perbandingan 4:6:9 yang
ditemukan di monumen ini. Arsitek menggunakan formula ini untuk
menentukan dimensi yang tepat dari suatu fraktal geometri perulangan swa-
serupa dalam rancangan Borobudur. Rasio matematis ini juga ditemukan
dalam rancang bangun Candi Mendut dan Pawon di dekatnya. Arkeolog
yakin bahwa rasio 4:6:9 dan satuan tala memiliki fungsi dan makna
penanggalan, astronomi, dan kosmologi.

2.2 Taman Pintar


A. Latar Belakang Taman Pintar
Sejak terdirinya ledakan perkembangan sais, sekitar tahun 90-an, terutama
teknologi informasi pada giliranya telah menghantarkan peradaban manusia
menuju area tanpa batas Perkembangan Sains ini adalah sesuatu yang patut
disyukuri dan tentunya menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi bagi
perbaikan kualitas hidup manusia.
Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu dan wujud
kepedulian terhadap pendidikan, maka pemerintah kota Yogyakarta menggas
sebuah ide untuk pembangunan “Taman Pintar” Dengan target pembangunan
taman pintar adalah memperkenalkan Science kepada siswa dari dini,
harapan lebih luas, kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga bangsa
Indonesia tidak hanya menjadi sasaran ekspoliasi pasar teknologi sendiri.
Bangunan taman pintar ini dibangun adanya keterkaitan yang erat anatara
taman pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan disekitarnya, seperti
taman budaya dan Benteng Vrebuderg Sudibyo.
Pembangunan tahap II adalah gedung oval lantai I dan II. Serta gedung
kotak lantai I diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh
Mendiknas Bambang Sudibyodan Menristek Kusmanto Kadiman serta
dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubono X.
Pembangunan tahap III adalah : gedung kotak lantai II dan III tampak
Presiden dan gedang memorabilia. Dengan selesainya tahapan pembangunan,
grand opening taman pintar dilaksanakan pada tanggal, 16 Desember 2008
yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono.

B. Logo Taman Pintar


Kembang api adalah simbolisasi dari intelegensi,dalam imajinasi bahasa
Jawa, kembang api menggambarkan “MLETIK = Pintar = PADHANG MAK
BYAR = Pintar”.Kembang api merupakan sesuatu yang menyenangkan,
menghibur, sesuai dengan visi taman pintar sebagai wahana ekspresi,
apresiasi, dan kreasi sains dalam suasana yang menyenangkan.
Gambar logo yang keluar mengandung makna “OUT WARD
LOOKING”, selalu melihat keluar untuk terus belajar mengikuti dinamika
perubahan diluar dirinya. Gambar logo tampak seperti matahari mengandung
makna menyinari sepanjang masa.Efek Perspektif adalah simbolisasi sesuatu
yang tinggi “cita – cita”, pengharapan bak taman pintar akan generasi muda
Indonesia, khususnya Yogyakarta dalam meraih cita-citanya.
Wahana gabungan HIJAU – BIRU melambangkan pertumbuhan tak
terbatas. Maskof taman pintar adalah burung hantu bernama tepi. Burung
hantu adalah spesies burung yang banyak melakukan aktifitas di malam hari.
Dengan kepekaan yang dimilikinya. Ia mempelajari dalam sekitarnya dengan
merasakan semua kejadian alam yang ada di sekelilingnya.
D. Zona Yang Ada Di Dalam Taman Pintar
1. Playground Sebagai ruang publik dan penyambutan bagi pengunjung Taman
Pintar. Menyediakan berbagai peralatan peraga yang menyenangkan bagi
anak dan keluarga. Dapat diakses secara cuma-cuma/gratis
2. Gedung PAUD Barat dan Gedung PAUD TimurMenampilkan peralatan
peraga dan permainan edukasi bagi anak-anak, khususnya anak usia Pra-TK
sampai dengan TK.
3. Gedung Oval – Kotak Menampilkan berbagai peralatan peraga berbasis
edukasi sains yang dikemas menyenangkan dan dapat diperagakan. Dapat
diakses oleh semua lapisan pengunjung.
4. Gedung Memorabilia Menampilkan peralatan peraga tentang pengetahuan
sejarah Indonesia, seperti sejarah Kasultanan dan Paku Alaman Yogyakarta,
Tokoh-tokoh Pendidikan, dan Tokoh-tokoh Presiden RI hingga saat ini.
5. Planetarium Menampilkan peralatan peraga berbentuk pertunjukan film
pengetahuan tentang antariksa dan tata surya.
2.3 Malioboro
A. Sejarah Malioboro
Jalan Malioboro adalah saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta
dengan melewati jutaan detik waktu yang terus berputar hingga sekarang ini.
Membentang panjang di atas garis imajiner Kraton Yogyakarta, Tugu dan
puncak Gunung Merapi. Malioboro adalah detak jatung keramaian kota
Yogyakarta yang terus berdegup kencang mengikuti perkembangan jaman.
Sejarah penamaan Malioboro terdapat dua versi yang cukup melegenda,
pertama diambil dari nama seorang bangsawan Inggris yaitu Marlborough,
seorang residen Kerajaan Inggris di kota Yogjakarta dari tahun 1811 M
hingga 1816 M. Versi kedua dalam bahasa sansekerta Malioboro berarti
“karangan bunga” dikarenakan tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan
bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Lebih dari 250 tahun yang
lalu Malioboro telah menjelma menjadi sarana kegiatan ekonomi melalui
sebuah pasar tradisional pada masa pemerintahan Sri Sultan
Hamengkubuwono I. Dari tahun 1758 – sekarang Malioboro masih terus
bertahan dengan detak jantung sebagai kawasan perdagangan.
Sejak awal degup jantung Malioboro berdetak telah menjadi pusat
pemerintahan dan perekonomian perkotaan. Setiap bagian dari jalan
Malioboro ini menjadi saksi dari sebuah jalanan biasa hingga menjadi salah
satu titik terpenting dalan sejarah kota Yogyakarta dan Indonesia. Bangunan
Istana Kepresidenan Yogyakarta yang dibangun tahun 1823 menjadi titik
penting sejarah perkembangan kota Yogyakarta yang merupakan soko guru
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari bangunan ini berbagai perisitiwa
penting sejarah Indonesia dimulai dari sini. Pada tanggal 6 Januari 1946,
Yogyakarta resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih
muda. Istana Kepresidenan Yogyakarta sebagai kediaman Presiden Soekarno
beserta keluarganya. Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar
TNI (pada tanggal 3 Juni 1947), diikuti pelantikan sebagai Pucuk Pimpinan
Angkatan Perang Republik Indonesia (pada tanggal 3 Juli 1947), serta lima
Kabinet Republik yang masih muda itu pun dibentuk dan dilantik di Istana ini
pula. Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung.
Bangunan yang dulu dikenal dengan nama Rusternburg (peristirahatan)
dibangun pada tahun 1760. Kemegahan yang dirasakan saat ini dari Benteng
Vredeburg pertama kalinya diusulkan pihak Belanda melalui Gubernur W.H.
Van Ossenberch dengan alasan menjaga stabilitas keamanan pemerintahan
Sultan HB I. Pihak Belanda menunggu waktu 5 tahun untuk mendapatkan
restu dari Sultan HB I untuk menyempurnakan Benteng Rusternburg tersebut.
Pembuatan benteng ini diarsiteki oleh Frans Haak. Kemudian bangunan
benteng yang baru tersebut dinamakan Benteng Vredeburg yang berarti
perdamaian.
Sepanjang jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang
berkunjung di kawasan ini, menikmati pengalaman wisata belanja sepanjang
bahu jalan yang berkoridor (arcade). Dari produk kerajinan lokal seperti
batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu
hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-
barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang
banyak ditemui di tempat lain. Pengalaman lain dari wisata belanja ini ketika
terjadi tawar menawar harga, dengan pertemuan budaya yang berbeda akan
terjadi komunikasi yang unik dengan logat bahasa yang berbeda. Jika
beruntung, bisa berkurang sepertiga atau bahkan separohnya. Tak lupa
mampir ke Pasar Beringharjo, di tempat ini kita banyak dijumpai beraneka
produk tradisional yang lebih lengkap. Di pasar ini kita bisa menjumpai
produk dari kota tetangga seperti batik Solo dan Pekalongan. Mencari batik
tulis atau batik print, atau sekedar mencari tirai penghias jendela dengan
motif unik serta sprei indah bermotif batik. Tempat ini akan memuaskan
hasrat berbelanja barang-barang unik dengan harga yang lebih murah.
Berbelanja di kawasan Malioboro serta Beringharjo, pastikan tidak tertipu
dengan harga yang ditawarkan. Biasanya para penjual menaikkan harga dari
biasanya bagi para wisatawan.
Malioboro terus bercerita dengan kisahnya, dari pagi sampai menjelang
tengah malam terus berdegup mengiringi aktifitas yang silih berganti. Tengah
malam sepanjang jalan Malioboro mengalun lebih pelan dan tenang. Warung
lesehan merubah suasana dengan deru musisi jalanan dengan lagu-lagu
nostalgia. Berbagai jenis menu makanan ditawarkan para pedagang kepada
pengunjung yang menikmati suasana malam kawasan Malioboro. Perjalanan
terus berlanjut sampai dikawasan nol kilometer kota Yogyakarta, yang telah
mengukir sejarah di setiap ingatan orang-orang yang pernah berkunjung ke
kota Gudeg ini. Bangunan-bangunan bersejarah menjadi penghuni tetap
kawasan nol kilometer yang menjamu ramah bagi pengunjung yang memiliki
minat di bidang arsitektur dan fotografi.

B. Asal Usul Jalan Malioboro


Asal usul malioboro Asal usul malioboro – Malioboro adalah sebuah
Jalan sepanjang tidak lebih dari 2 Kilo Meter yang membentang mulai dari
persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta diujung utara hingga
pertigaan pojokan Gedung Agung diujung Selatan. Malioboro adalah sebuah
Jalan legendaris yang menjadi ikon Kota Yogyakarta dengan kehidupan
kontras antara siang dan malamnya. Saat siang hari, ruas Jalan Malioboro
dipadati kendaraan para pelancong maupun warga Yogyakarta yang
beraktifitas disekitar Jalan Malioboro, sementara dikanan-kiri jalan adalah
toko-toko berbagai macam kebutuhan pokok, serta sepanjang trotoar kaki
limanya dijejali lapak-lapak penjaja souvenir khas Yogyakarta, kemudian
diujung selatannya ada pasar Beringharjo, tak ketinggalan sejumlah pusat
perbelanjaan dan hotel yang mengguratkan kehidupan perekonomian warga
Yogyakarta. Sebaliknya pada malam hari, Malioboro dipenuhi aroma
berbagai sajian kuliner yang menggugah selera, yang terhampar di ratusan
tikar Warung lesehan dengan menu khas Gudeg Yogya, Bakmi Jawa, dan
berbagai pilihan Ayam/ Burung dara/ Bebek bakar dan goreng. Keriuhan
suasana lesehan akan ditimpali oleh alunan sejumlah seniman yang
melantunkan musik dan lagu secara nomaden….dalam istilah kuno disebut
sebagai “mbarang” atau pengamen. Sejarah Asal usul malioboro Jogja
Ditinjau dari segi bahasa, kata malioboro berasal dari bahasa sansakerta yg
berarti karangan bunga. Dahulu kawasan Malioboro dikembangkan oleh Sri
Sultan HB I pada th 1758, kawasan itu sebelumnya dipakai untuk sarana
perdagangan melalui pasar tradisional, dahulu di kawasan itu banyak terdapat
karangan bunga sebagai daya tarik, maka sangat wajar jika kemudian
kawasan itu dinamakan Malioboro.Ditinjau dari segi letaknya, Malioboro
berada berada segaris dengan gunung merapi, kraton dan pantai parang tritis
jogja. Asal usul malioboro Malioboro terletak 800 meter dari Kraton
Ngayogyokarto Hadiningrat. Jalan maliboro yogyakarta dulunya pernah
menjadi basis perjuangan tentara Indonesia saat terjadi agresi militer belanda.
Jalan malioboro diapit oleh bangunan gedung perkantoran dan gedung
pertokoan sehingga malioboro bisa berkembang menjadi pusat bisnis seperti
sekarang ini di Yogyakarta. Malioboro juga menjadi tempat berkumpulnya
para seniman dan sastrawan dari berbagai daerah yang bermukim di
Yogyakarta, ujar suwarto 54 warga jogja yang berprofesi sebagai tukang
becak di kawasan malioboro.
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan
kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat
perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk
pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama
seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan
dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal. Barang yang
diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari
sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga
menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain
sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel
bintang lima hingga tipe melati. Keramaian dan semaraknya Malioboro juga
tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang
jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang
ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi
para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara
lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam
bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit,
gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi
khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak
yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya
diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai.
Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung
akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena
cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri. Dan ini juga
perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan Malioboro
menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya
laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan
tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat
memalukan sebenarnya.
B.Manfaat Malioboro
Berkembang pesatnya Malioboro sebagai denyut nadi perdagangan dan
pusat belanja, menuntut macam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin
meningkat baik jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi dampak positif dari
segi ekonomi bagi penduduk, pengusaha dan pemerintah setempat seperti:

1. Penerimaan Devisa : Masuknya wisatawan mancanegara akan


membawa valuta asing, yang berarti akan memperkuat neraca pembayaran
dan perdagangan. Penerimaan devisa negara dari pariwisata bersumber dari :
Uang yang dikeluarkan atau dibelanjakan oleh wisatawan asing selama yang
bersangkutan melakukan kunjungan, berupa pengeluaran untuk penginapan
(akomodasi), makan dan minum, transportasi lokal dan tour, cenderamata,
tip, dan lain-lain. Biaya yang diterima oleh perusahaan penerbangan dimana
wisatawan yang berkunjung dimasukkan sebagai penerimaan sektor
pariwisata. Investasi bidang pariwisata. Biaya promosi pariwisata dari negara
lain.
2. Kesempatan Berusaha : Kesempatan berusaha menjadi terbuka luas, baik
usaha yang langsung untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang
tidak langsung. Lapangan usaha langsung seperti usaha akomodasi, restoran
dan rumah makan, biro perjalanan, toko cenderamata, sanggar-sanggar
kerajinan dan seni, pramuwisata, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya.
Lapangan usaha tidak langsung seperti pertanian, perikanan, peternakan,
perindustrian dan kerajinan, industri olah raga, industri pakaian jadi, dan
lapangan usaha lain yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

3. Terbukanya Lapangan Kerja : Luasnya kesempatan dalam berusaha, berarti


akan membuka lapangan kerja baik lapangan kerja diberbagai usaha yang
langsung memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak
langsung. Sektor pariwisata merupakan sektor padat karya, karena
kegiatannya lebih banyak pelayanan jasa yang membutuhkan tenaga manusia.
Lapangan kerja yang tidak langsung seperti peternak, petani sayur mayur,
pengrajin, seniman, penjual eceran, dan lain-lain yang menyerap banyak
tenaga kerja.
4. Meningkatnya Pendapatan Masyarakat Dan Pemerintah : Wisatawan yang
datang berkunjung akan mengeluarkan sebagian dari uangnya untuk
keperluan selama perjalanannya. Hal ini akan menambah pendapatan
masyarakat setempat, seperti biaya penginapan, angkutan local, makan
minum, cenderamata dan pembelian jasa-jasa, dan barang lainnya. Disamping
itu pemerintah setempat pun akan memperoleh pendapatan berupa pajak-
pajak dari perusahaan dan dari uang asing yang dibelanjakan oleh wisatawan.
5. Mendorong Pembangunan Daerah : Berkembangnya kepariwisataan di
daerah akan mendorong pemerintah daerah dan masyarakat mempersiapkan
dan membangun prasarana dan sarana yang diperlukan seperti pembangunan
dan perbaikan jalan, instalasi air, instalasi listrik, pembenahan obyek dan
daya tarik wisata, perbaikan lingkungan, pengkondisian masyarakat, penataan
kelembagaan dan pengaturan, dan lain sebagainya. Selain itu juga akan
mendorong investor untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan
obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana akomodasi, usaha jasa biro
perjalanan, restoran dan rumah makan serta lain-lain.
6. Dengan adanya tempat pariwisata Malioboro ini maka pembangunan dan
pengembangan pariwisata akan mempunyai dampak positif dalam bidang
sosial budaya, seperti : Pelestarian budaya dan adat istiadat salah satu sasaran
wisatawan dalam melakukan perjalanan adalah untuk menikmati, mengagumi
dan mempelajari kebudayaan, dan adat istiadat serta sejarah suatu bangsa.

7. Oleh karena itu seni dan budaya serta tata cara hidup yang unik dan khas
perlu dipertahankan dan dikembangkan. Apalagi Yogyakarta terkenal dengan
kota yang penuh dengan seniman jalanan serta orang-orangnya yang ramah.
Itu menyebabkan akan lebih banyak lagi wisatawan yang ingin berkunjung ke
Yogyakrta. Hal tersebut dapat meningkatkan kecerdasan masyarakat yang
dikunjungi karena penduduk asli akan banyak belajar dari wisatawan yang
berkunjung, demikian pula dengan yang datang berkunjung akan banyak
belajar dari kunjungannya dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan
segala sesuatu yang dijumpai selama dalam perjalanannya. Dengan demikian,
pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman.
8. Dampak positif lainnya dengan adanya tempat pariwisata yaitu dapat
mengurangi konflik sosial sering terjadi saling curiga antara suatu penduduk
dengan penduduk lainnya, karena kurang saling mengenal, baik dalam soal
adatistiadat, budaya sejarah, kebiasaan maupun perbedaan tingkat sosial.
Salingberkunjung melalui berwisata dapat mengurangi atau menghilangkan
saling curiga dan kecemburuan sosial, karena terjadinya komunikasi dan
saling mengenal satu sama lainnya.

BAB III
PENUTUP
3.Simpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di
Yogyakarta itu sangat banyak, dan kita harus senantiasa menjaga serta
merawatnya agar tetap asri seperti aslinya. agar menarik para wisatawan
untuk berlibur ke jogja.
Selain itu, kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan
dengan budaya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trendy. tapi
justru itu salah,kita harus tetap menjaga budaya asli itu sendiri,agar
mempunyai keaslian yang khas dimata dunia.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para
wisatawan untuk berlibur dan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di
tempat-tempat wisata yang ada di Yogyakarta. walaupun banyak cerita-cerita
mistis yang beredar di masyarakat luas, para wisatawan tetap antusias
menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui
kesulitan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami
dapat menyempurnakan karya tulis ini.
Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini.
Dalam pembuatan karya tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan,
untuk itu penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala keurangan
dan kekhilafan. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai