Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PELAKSANAAN KEGIATAN STUDY TOUR


KE YOGYAKARTA

Tahun Pelajaran 2022/2023

( Diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Pelajaran IPS )

Disusun Oleh :

Kelompok 3
1. Aan Karmila
2. Desi Purnamasari
3. Alfin kurniawan

Kelas IX B

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 CISAGA
Jl. Prajadinata No. 23 Dsn. Desa Bangunharja Kec. Cisaga Kab. Ciamis
46386
LEMBAR PENGESAHAN
PELAKSANAAN KEGIATAN STUDY TOUR KE YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Disyahkan pada Tanggal ............................................

Cisaga, Desember 2022


Guru Mata Pelajaran Guru Mata Pelajaran

Dra. LILIS NURLAILA DEWI SURYATI S.Pd.


NIP. 19680507 200801 2 008 NIP. 19810309 201410 2 001

Mengetahui,

Kepala Sekolah
SMP Negeri 3 Cisaga

N.E ROHMAWATI, S.Pd., M.Pd


NIP. 19690207 200604 2 010

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penyusun dapat menyeleseikan laporan “STUDY TOUR KE
YOGYAKARTA” Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas sekolah yang
harus diseleseikan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada bapak dan ibu guru dan semuanya yang telah membimbing kami untuk
membuat laporan ini.
Jika ada kesalahan dalam penyusunan, bahasan, ataupun penyusunan
laporan ini kami mohon maaf sebesar-besarnya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, Khususnya dari guru
yang membimbing kami guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baik dimasa depan yang akan datang.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Cisaga, Januari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................2
1.5 Metode Penelitian........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Candi Prambanan........................................................................................3
2.1.1 Sejarah Candi Prambanan...............................................................3
2.1.2 Kompeks Candi Prambanan............................................................5
2.1.3 Arsitektur Candi Prambanan...........................................................7
2.1.4 Relief Candi Prambanan.................................................................8
2.2 Heha Sky View..........................................................................................10
2.2.1 Sejarah Heha Sky View................................................................10
2.3 Museum Dirgantara Mandala....................................................................11
2.3.1 Sejarah Museum Dirgantara..........................................................11
2.3.2 Koleksi museum............................................................................12
2.4 Malioboro..................................................................................................13
2.4.1 Sejarah Tempat Wisata Malioboro................................................13
2.4.2 Keistimewaan Dan Keunikan Malioboro Jogja............................14
2.4.3 Ciri Khas Malioboro.....................................................................14

iii
BAB III PENUTUP................................................................................................15
2.5 Kesimpulan................................................................................................15
2.6 Saran..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Yogyakarta atau Jogja adalah sebuah kota beserta merangkap sebagai
ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Jogja terletak dipulau
jawa yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah dan berbatasan
dengan samudra Hindia. Kota Jogja sering disebut juga sebagai kota budaya
dan pelajar.
Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan
budayanya. Yogyakarta merupakan pusat kerajaanMataram (1575-1640), dan
sampai sekarang ada Kraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang
sesungguhnya. Yogyakarta juga memiliki banyak candi berusia ribuan tahun
yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu, Selain
warisan budaya, Yogyakarta memiliki panorama alam yang indah dan
atmosfir kesenian yang sangat kental didalamnya. Dalam hal kebudayaan
propinsi Yogyakarta masih sangat kental dengan budaya Jawanya. Dalam
kehidupan sehari-hari seni dan budaya seolah tak terpisahkan dan sudah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat
Dalam berkomunikasi, bahasa pengantar sehari-hari umumnya
masyarakat Yogyakarta menggunakan bahasa Jawa. Propinsi Yogyakarta
merupakan salah satu pusat bahasa dari sastra Jawa seperti bahasa parama
sastra, ragam sastra, bausastra, dialek, sengkala serta lisan dalam bentuk
dongeng, japamantra, pawukon, dan aksara Jawa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa tujuan dari study tour tersebut ?
2. Apa tujuan dari pembuatan laporan tersebut ?
3. Tempat apa saja yang di kunjungi ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi Tugas.
2. Sebagai wawasan tambahan informasi serta menperbanyak pengetahuan.
3. Sebagai latihan untuk memperlancar sastra dan bahasa.
4. Menanamkan rasa Cinta Tanah Air.
5. Mengenal kebudayaan Nusantara.
6. Untuk berlatih menyusun Laporan secara Sistematis.

1.4 Manfaat
1. Sebagai tambahan materi di luar sekolah.
2. Melatih siswa agar dapat mengolah laporan widya wisata.
3. Menambah pembendaharaan pustaka sekolah yang menunjang minat baca
siswa agar pengetahuannya lebih luas

1.5 Metode Penelitian


1. Metode observasi
Metode ini dilakukan dengan cara melihat secara langsung objek,
melakukan pengamatan atas objek yang diteliti. Langkah ini merupakan
titik acuan
2. Metode kepustakaan (Literatur)
Metode ini kami gunakan dengan mencari buku-buku atau brosur yang
ada kaitanya dengan objek wisata yang dikunjungi khususnya objek
wisata di Yogyakarta.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Candi Prambanan


2.1.1 Sejarah Candi Prambanan

Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang


pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan
ini dimulai oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan sebagai tandingan candi
Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari
Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan
candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga
Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda
keyakinan yang saling bersaing yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu
dan wangsa Sailendra penganut Buddha.
Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa
Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga
kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih
mendukung Buddha aliran Mahayana.
Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus
dukungan keagamaannya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan
terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi
oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan
diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Sri Maharaja Dyah Balitung
Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M,
bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama
asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha
3
(Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya
(Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').
Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi
Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum
perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi
ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari
utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan.
Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok
melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi
sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek
tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang
memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang
dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli
kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi
pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi
pendamping).
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha
(ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca
perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan anumerta dia.
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan
oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Sri Maharaja
Dyah Daksa dan Sri Maharaja Dyah Tulodong, dan diperluas dengan
membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama.
Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai
candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara
penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga
bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan
menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan
melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat
kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu
tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.

4
2.1.2 Kompeks Candi Prambanan
Kompleks Candi Prambanan terletak di Dusun Karangasem,
Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Candi Prambanan merupakan bagian dari gugusan
percandian yang mendapat predikat sebagai Warisan Budaya Dunia
(World Heritage) dengan nama Prambanan Temple Compounds
(Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan
Candi Asu) dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization (UNESCO) World Heritage Commiittee pada 13
Desember 1991 dengan Nomor C. 642.
Candi Prambanan memiliki 3 halaman yang ditata memusat
(pola konsentris). Setiap halaman dibatasi pagar keliling. Pada
halaman I (pusat) terdapat 16 candi antara lain: 3 candi utama
(CandiBrahma, Candi Siwa, Candi Wisnu); 3 candi wahana
(Candi Garuda, Candi Nandi, Candi Angsa); 2Candi Apit (Apit Utara
dan Apit Selatan); 4 Candi Kelir; dan 4 Candi Patok. Adapun rincian
candi-candi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Candi Siwa sebagai Candi Induk
Pada bagian tubuh Candi Siwa terdapat empat bilik.
Masing-masing bilik berisi arca. Arca Siwa Mahadewa sebagai
arca utama berada di bilik sisi timur. Arca Agastya sebagai Siwa
Mahaguru berada di bilik sisi selatan. Arca Ganeça sebagai anak
Dewa Siwa berada di bilik sisi barat. Arca Durga
Mahisasuramardini sebagai çakti Siwa terdapat pada bilik sisi
utara. Atap candi bertingkat-tingkat, masing-masing dihiasi
dengan beberapa hiasan ratna.
2. Candi Brahma
Bentuk Candi Brahma mirip dengan Candi Siwa, namun
ukurannya lebih kecil. Candi Brahma hanya memiliki satu tangga
masuk di sisi timur dan satu bilik yang di dalamnya terdapat arca
Brahma.

5
3. Candi Wisnu
Bentuk Candi Wisnu mirip dengan Candi Brahma. Candi
Wisnu juga memiliki satu tangga masuk di sebelah timur dan satu
bilik yang di dalamnya terdapat arca Wisnu.
4. Candi Nandi
Candi Nandi berada di depan Candi Siwa. Candi Nandi
menghadap ke barat. Memiliki satu bilik yang di dalamnya ada
arca Nandi. Selain itu, juga terdapat relief mengenai Dewa Surya
dan Candra. Dewa Surya digambarkan mengendarai kereta yang
dihela 7 ekor kuda, sedangkan Dewa Surya digambarkan
mengendarai kereta yang dihela 10 ekor kuda.
5. Candi Garuda
Candi Garuda berada di depan Candi Wisnu. Candi
Garuda memiliki satu bilik, namun di dalamnya kosong.
6. Candi Angsa
Candi Angsa berada di depan Candi Brahma. Candi Angsa
memiliki satu bilik, namun di dalamnya kosong.
7. Candi Apit
Candi Apit berjumlah dua buah. Satu berada di dekat pintu
masuk sisi utara, dan satunya lagi berada di dekat pintu masuk sisi
selatan. Disebut Candi Apit karena berfungsi sebagai pengapit
dua deretan candi yang terletak di sebelah timur dan barat.
8. Candi Kelir
Jumlah candi kelir ada empat buah. Letaknya di depan
pintu masuk di empat sisi, yaitu sebelah utara, selatan, timur dan
barat. Secara simbolis berfungsi sebagai penolak bala.
9. Candi Sudut
Candi sudut berjumlah empat buah, terletak di setiap sudut
halaman utama. Seperti halnya candi kelir, candi sudut berukuran
kecil dan tidak memiliki tangga masuk. Pada halaman II terdapat
Candi Perwara berjumlah 224 dengan rincian: deret pertama 68,
deret kedua 60, deret ketiga 52 dan deret keempat 44). Candi-
candi tersebut tidak semuanya dalam kondisi utuh. Sebagian besar

6
telah runtuh. Pada halaman III tidak ditemukan candi, hanya
terdapat sebagian struktur gapura dan pagar.

2.1.3 Arsitektur Candi Prambanan


Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi
arsitektur Hindu yang berdasarkan kitab Wastu Sastra/Kitab Silpastra.
Denah candi megikuti pola mandala, sementara bentuk candi yang
tinggi menjulang merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan
memiliki nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai rumah Siwa,
yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru, tempat para dewa
bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam
semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas
beberapa lapisan ranah, alam atau Loka.
Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona
candi, mulai dari yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci.
Meskipun berbeda nama, tiap konsep Hindu ini memiliki
sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya hampir
sama. Baik lahan denah secara horisontal maupun vertikal terbagi atas
tiga zona :
 Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah
terendah makhluk yang fana; manusia, hewan, juga makhluk
halus Hantu dan iblis. Di ranah ini manusia masih terikat dengn
hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terlar
dan kaki candi melambangkan ranah bhurloka.
 Bwahloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah,
tempat orang suci, resi, pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini
manusia mulai melihat cahaya kebenaran. Halaman tengah dan
tubuh candi melambangkan ranah bwahloka.

7
 Swahloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah trtinggi
sekaligus tersuci tempat para dewa Hapsara Hapsari Bidadari
bersemayam, juga disebut swargaloka. Halaman dalam dan atap
candi melambangkan ranah swahloka. Atap candi-candi di
kompleks Prambanan dihiasi dengan kemuncak mastaka
berupa ratna (Sanskerta: permata), bentuk ratna Prambanan
merupakan modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan
atau halilintar. Dalam arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah
sandingan Hindu untuk stupa Buddha, yang berfungsi sebagai
kemuncak atau mastaka candi.
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang
utama candi Siwa terdapat sumur yang didasarnya
terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75 meter dan peti
batu pripih ini ditemukan di atas timbunan arang kayu, tanah, dan
tulang belulang hewan korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-
benda suci seperti lembaran emas dengan aksara bertuliskan Baruna
(dewa laut) dan Parwata (dewa gunung). Dalam peti batu ini terdapat
lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan tanah, 20 keping uang
kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan lembaran
perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 diantaranya
berbentuk kura- kura, ular naga (kobra), padma, altar, dan telur).

2.1.4 Relief Candi Prambanan


1. Ramayana dan Krishnayana
Candi ini dihiasi relief naratif yang menceritakan epos
Hindu; Ramayana dan Krishnayana. Relif berkisah ini diukirkan
pada dinding sebelah dalam pagar langkan sepanjang lorong
galeri yang mengelilingi tiga candi utama. Relief ini dibaca dari
kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari candi.
Hal ini sesuai dengan ritual pradaksina, yaitu ritual mengelilingi
bangunan suci searah jarum jam oleh peziarah. Kisah Ramayana
bermula di

8
sisi timur candi Siwa dan dilanjutkan ke candi Brahma temple.
Pada pagar langkan candi Wisnu terdapat relief naratif
Krishnayana yang menceritakan kehidupan Krishna sebagai salah
satu awatara Wishnu.
Relief Ramayana menggambarkan bagaimana Shinta,
istri Rama, diculik oleh Rahwana. Panglima bangsa wanara
(kera), Hanuman, datang ke Alengka untuk membantu Rama
mencari Shinta.
Kisah ini juga ditampilkan dalam Sendratari Ramayana,
yaitu pagelaran wayang orang Jawa yang dipentaskan secara rutin
di panggung terbuka Trimurti setiap malam bulan purnama. Latar
belakang panggung Trimurti adalah pemandangan megah tiga
candi utama yang disinari cahaya lampu.
2. Lokapala, Brahmana, dan Dewata
Di seberang panel naratif relief, di atas tembok tubuh
candi di sepanjang galeri dihiasi arca-arca dan relief yang
menggambarkan para dewata dan resi brahmana. Arca dewa-
dewa lokapala, dewa surgawi penjaga penjuru mata angin dapat
ditemukan di candi Siwa. Sementara arca para brahmana
penyusun kitab Weda terdapat di candi Brahma. Di candi Wishnu
terdapat arca dewata yang diapit oleh dua apsara atau bidadari
kahyangan.
3. Panil Prambanan: Singa dan Kalpataru
Di dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan
relung (ceruk) yang menyimpan arca singa diapit oleh dua panil
yang menggambarkan pohon hayat kalpataru. Pohon suci ini
dalam mitologi Hindu-Buddha dianggap pohon yang dapat
memenuhi harapan dan kebutuhan manusia. Di kaki pohon
Kalpataru ini diapit oleh pasangan kinnara-kinnari (hewan ajaib
bertubuh burung berkepala manusia), atau pasangan hewan
lainnya, seperti burung, kijang, domba, monyet, kuda, gajah, dan
lain-lain. Pola singa diapit kalpataru adalah pola khas yang hanya
ditemukan di Prambanan, karena itulah disebut "Panel

9
Prambanan"

2.2 Heha Sky View


2.2.1 Sejarah Heha Sky View

Heha Sky View adalah tempat wisata yang terletak di Gunung


Kidul, Yogyakarta. Heha Sky View baru buka pada tahun 2019. Heha
Sky View sendiri diambil dari nama depan pemiliknya yaitu Herry
Zudianto dan Handoyo Mawardi. Sebenarnya Heha Sky View adalah
restoran berlantai 3. Restoran ini dilengkapi taman dan beberapa spot
foto. Sekarang Heha Sky View lebih dikenal sebagai lokasi wisata ini
berisi beragam spot foto yang Instagramable.
Selain itu, Heha Sky View juga bisa dijadikan tempat nongkrong
yang kekinian. Pemandangan di Heha Sky View terlihat sangat indah
saat malam hari. Pengunjung bisa melihat keseluruhan Yogyakarta
yang bertabur lampu. Lokasi Heha Sky View di kawasan Bukit
Bintang tepatnya di Jalan Dligo, Patuk No.2, Desa Patuk, Kecamatan
Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, D.I Yogyakarta.
Heha Sky View berjaran 18 km dari pusat Kota Yogyakarta.
Waktu tempuh dari pusat Kota Yogyakarta yaitu sekitar 35 hingga 45
menit. Jalan menuju Heha Sky View cukup berkelok. Pengunjung bisa
menggunakan transportasi motor, mobil, hingga bus menuju lokasi
Heha Sky View.

10
2.3 Museum Dirgantara Mandala
2.3.1 Sejarah Museum Dirgantara

Atas gagasan pimpinan TNI AU, maka didirikanlah Museum


Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” sebagai tempat untuk
mengabadikan dan mendokumentasikan seluruh kegiatan dan
peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Museum ini telah
diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara
Laksamana Roesmin Noerdin. Awalnya, museum berada di Jalan
Tanah Abang Bukit, Jakarta. Akan tetapi, museum kemudian
dipindahkan ke Yogyakarta karena dianggap sebagai tempat penting
lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan TNI AU. Dengan pertimbangan
bahwa koleksi Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala”,
terutama Alutsista Udara berupa pesawat terbang yang terus
berkembang sehingga gedung museum di Kesatrian AKABRI Bagian
Udara tidak dapat menampung dan pertimbangan lokasi museum yang
sukar dijangkau pengunjung, maka Pimpinan TNI-AU memutuskan
untuk memindahkan museum ini lagi.
Pimpinan TNI-AU kemudian menunjuk gedung bekas pabrik
gula di Wonocatur Lanud Adisutjipto yang pada masa pendudukan
Jepang digunakan sebagai gudang logisitik sebagai Museum Pusat
TNI- AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982,
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi
menandatangani sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan surat
perintah Kepala Staf TNI-AU No.Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April
1984 tentang rehabilitasi gedung ini untuk dipersiapkan sebagai
11
gedung permanen Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala.
Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 29 Juli 1984 Kepala
Staf TNI- AUMarsekal TNI Sukardi meresmikan penggunaan gedung
yang sudah direnovasi tersebut sebagai gedung Museum Pusat TNI
AU “Dirgantara Mandala” dengan luas area museum seluruhnya
kurang lebih 4,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765
M2

2.3.2 Koleksi museum


Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta
diorama peristiwa sejarah Angkatan Udara Indonesia. Sejumlah
pesawat tempur dan replikanya juga terdapat di museum ini yang
kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan
kemerdekaan, diantaranya :
 Pesawat Ki-43 buatan Jepang
 Pesawat PBY-5A (Catalina).

 Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi


Indonesia)
 Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang.

 Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16 Badger.

 Helikopter Hillier 360 buatan AS.

 Pesawat P-51 Mustang buatan AS.

 Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang.

 Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia.


 Pesawat TS-8 Dies buatan AS.
 Pesawat Lavochkin La-11, Mig-15, MiG-17 dan MiG-21 buatan
Russia.
 Rudal SA-75
Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala baru-baru ini
mendapat tambahan koleksi berupa Prototype Bom sejumlah 9 buah
buatan Dislitbangau yang bekerjasama dengan PT. Pindad dan PT.
Sari Bahari. Bom-bom tersebut merupakan bom latih (BLA/BLP) dan
12
bom tajam (BT) yang memiliki daya ledak tinggi (high explosive),
sebagai senjata Pesawat Sukhoi Su-30, F-16, F-5, Sky Hawk,
Super Tucano dll.
2.4 Malioboro
2.4.1 Sejarah Tempat Wisata Malioboro

Malioboro merupakan kawasan perbelanjaan yang legendaris


yang menjadi salah satu kebanggaan kota Yogyakarta. Penamaan
Malioboro berasal dari nama seorang anggota kolonial Inggris yang
dahulu pernah menduduki Jogja pada tahun 1811 - 1816 M yang
bernama Marlborough Kolonial Hindia Belanda membangun
Malioboro di pusat kota Yogyakarta pada abad ke-19 sebagai pusat
aktivitas pemerintahan dan perekonomian. Secara simbolis juga
bermaksud untuk menandingi kekuasaan Keraton atas kemegahan
Istananya yang mendominasi kawasan tersebut. Untuk menunjang
tujuan tersebut maka selanjutnya Kolonial Belanda mendirikan :
 Benteng Vredeburg, ( didirikan pada tahun 1765. Sekarang
benteng tersebut dikenang menjadi sebuah museum yang di buka
untuk wisata publik )
 Istana Keresidenan Kolonial ( sekarang menjadi Istana Presiden
Gedung Agung di tahun 1832M )
 Pasar Beringharjo, Hotel Garuda ( dahulu sebagai tempat
menginap dan berkumpul para elit kolonial).
 Kawasan Pertokoan Malioboro ( menjadi pusat perekonomian
kolonial )
Bangunan-bangunan bersejarah yang terletak di kawasan
Malioboro tersebut menjadi saksi bisu perjalanan kota ini dari masa ke
13
masa. Malioboro menyajikan berbagai aktivitas belanja, mulai dari
bentuk aktivitas tradisional sampai dengan aktivitas belanja modern.
Salah satu cara berbelanja di Malioboro adalah dengan proses tawar-
menawar terutama untuk komoditi barang barang yang berupa
souvenir dan cenderamata yang dijajakan oleh pedagang kaki lima
yang berjajar di sepanjang trotoar jalan Malioboro. Berbagai macam
cederamata dan kerajinan dapat anda dapatkan disini seperti kerajinan
dari perak, kulit, kayu, kain batik, gerabah dan sebagainya.

2.4.2 Keistimewaan Dan Keunikan Malioboro Jogja


Sepanjang jalan Malioboro ini ada banyak toko dan juga
pedagang kaki lima yang menjual batik, berbagai souvenir dan
cenderamata. Diantaranya juga ada kerajinan dari perak, kulit, kayu,
kain batik, gerabah dan sebagainya. Jangan kaget kalau para pedagang
kaki lima ini bisa menawarkan harga pertama kali sangat tinggi,
setelah terjadi proses tawar-menawar barulah ada kesepakatan harga
antara pembeli dan penjual.
Di Malioboro ini juga akan dapat kita temui puluhan andong dan
becak yang akan parkir di sepanjang jalan, juga ada sepeda-sepeda
yang terparkir seperti foto di bawah ini. Tidak jauh dari Malioboro
para wisatawan juga dapat mengunjungi obyek wisata lain seperti
Keraton Yogyakarta, Alun-alun Utara, Benteng Vredeburg, Museum
Sonobudoyo dan Kampung Kauman.
Kawasan Malioboro ini akan terus ramai sampai dengan dengan
malam hari dimana akan muncul warung-warung yang juga selalu
penuh dengan pengunjung, terutama setelah jam 21.00 WIB. Sambil
menikmati makanan sambil lesehan maka para pengunjung akan
dihibur dengan musisi jalanan yang menyanyikan lagu-lagu dengan
gembira. Suasana yang sangat khas dan hanya ada di Yogyakarta ini
selalu membuat pengunjung ingin kembali lagi ke Malioboro.

2.4.3 Ciri Khas Malioboro


Jalan Malioboro terkenal dengan para pedagang kaki lima yang
menjajakan kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di
14
malam hari yang menjual kuliner Jogja seperti gudeg. Jalan ini juga
terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering
mengekspresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis.

15
BAB III
PENUTUP

2.5 Kesimpulan
Yogyakarta atau Jogja adalah sebuah kota beserta merangkap sebagai
ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Jogja terletak dipulau
jawa yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah dan berbatasan
dengan samudra Hindia. Kota Jogja sering disebut juga sebagai kota budaya
dan pelajar.
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah
dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai
oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan sebagai tandingan candi
Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari
Prambanan.
Tebing Breksi merupakan endapan abu vulkanik gunung api purba
Gunung Semilir. Perlu diketahui bahwa area atau tempat ini dahulunya adalah
bekas pertambangan batu. Kemudian penambangan dihentikan lalu
dikembangkan menjadi tempat wisata.
Museum “Dirgantara Mandala” ini telah diresmikan pada tanggal 4
April 1969 oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerdin.
Malioboro merupakan kawasan perbelanjaan yang legendaris yang
menjadi salah satu kebanggaan kota Yogyakarta.

2.6 Saran
 Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya dapat memberi keringanan biaya bagi siswa-
siswi yang kurang mampu atau kesulitan biaya untuk mengikuti Study
Tour sehingga tidak ada siswa-siswi yang tidak bisa mengikuti Study
Tour karena kendala biaya.

16
 Bagi siswa
1. Siswa diharapkan tidak hanya memanfaatkan Study Tour sebagai
sarana rekreasi, namun juga sebagai sarana belajar untuk menambah
wawasan.
2. Siswa diharapkan tertib dan disiplin agar perjalanan Study Tour
berjalan lancar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Diambil dari pengalaman pengamatan langsung


Ditinjau langsung dari objek wisata
https://www.njogja.co.id/wisata-alam/pesona-tebing-breksi/
https://wisatabaru.com/lokasi-dan-rute-tebing-breksi-wisata-jogja-yang-eksotis/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
MENGETAHUI
ORANG TUA SISWA

Orang Tua Orang Tua


Aan Karmila Desi Purnamasari

ENIH ROSMIATI

Orang Tua
Alfin Kurniawan

NIA KURNIASIH

Anda mungkin juga menyukai