Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HASIL STUDY WISATA YOGYAKARTA

CANDI BOROBUDUR
KERATON YOGYAKARTA
CANDI PRAMBANAN

KELAS : 12 IPA 1
Nama Kelompok :
Ade Novita
Ghea Aprilliyanti
Lutpiah Nasapitri
Mita Apriani
Silvia Ainul Yaqin
Siti Aisah
Siti Rohima

SMA NEGERI 7 KAB. TANGERANG


TAHUN AJARAN 2017/2018
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ini disetujui dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk
mengiuti Study Tour Yogyakarta pada SMA NEGERI 7 Kab. Tangerang Tahun
ajaran 2017/2018.

Kresek, 01 Februari 2018


Pembimbing I Pembimbing II

ROHEDI,S.Pd. GHINA HAEFA MAISYA, S.Pd


NIP:196107141984101002 NIP: -

Mengetahui
Kepala Sekolah

HARYAWAN, M.Pd.
NIP:196406031987031007
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan laporan tentang “HASIL STUDY TOUR YOGYAKARTA”.

Dengan dibuatnya laporan study wisata lebih mengetahui tempat-tempat wisata yang
bersejarah, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan siswi.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini akhir
kata kami berharap semoga laporan tentang STUDY WISATA YOGYAKARTA dapat
memberikan manfaat ilmu pengetahuan dan menginspirasi terhadap pembaca

Kresek, 20 Januari 2018

Penyusun

(i)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………..……………………….....................…...i

DAFTAR ISI……………………………….......……………………….........................ii

BABI. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH….…………...................................................1


B. TUJUAN PENELITIAN.…………………………………...………......................1
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA…………………………...............................2
D. SISTEMATIKA LAPORAN……………………………………..............…….....3

BAB II. HASIL PENELITIAN

A. OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR.............................................................4

2.1. SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR...............................................4

2.2. CANDI BOROBUDUR ZAMAN SEKARANG..............................................5

B. KERATON YOGYAKARTA……………………………………….………….....6

C. OBJEK WISATA CANDI PERAMBANAN...........................................................7

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN..............………………………..…………………..................9
B. SARAN...............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................10

LAMPIRAN......................................................................................................................11

(ii)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya. Yogyakarta
merupakan pusat kerajaan Mataram ( 1575-1640 ) dan sampai sekarang ada kraton (Istana) yang
masih berfungsi dalam arti yang seungguhnya. Yogyakarta juga memiliki banyak candi berusia
ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu, diantaranya
adalah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh Dinasti Syailendra. Selain warisan
budaya, yogyakarta memiliki panorama alam yang indah dan atmosfir kesenian yang sangat
kental didalamnya. Dalam hal kebudayaan provinsi yogyakarta masih sangat kental dengan
budaya jawanya. Dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya seolah tak terpisahkan dan sudah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat.
Candi Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur,
Magelang, Jawa tengah Indonesia. Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun
sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk
menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan
sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi
dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan
berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah
Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak
berwujud).

B. Tujuan Penelitian
Untuk menambah pengalaman di bidang penelitian Sejarah Nasional.
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang dunia pariwisata.
Untuk mengetahui perkembangan dunia di bidang kebudayaan.

(1)
C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan penulis menggunaan metode:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang didokumentasikan oleh


Monumen Yogya Kembali, melalui metode ini penulis ingin mendapatkan data tentang sejarah
pendirian, leak dan lokasinya.

2. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan dengan pengamatan langsung ke Monumen Yogya Kembali.

3. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka yang dimaksud adalah pengumpulan data-data dengan menggunakan
buku-buku sebagai rujukan atau acuan yang masih ada hubungannya dengan topik permasalahan.

(2)
D. SISTEMATIKA LAPORAN

 KATA PENGANTAR
 DAFTAR ISI
 BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1.2. TUJUAN PENELITIAN
1.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.4. SISTEMATIKA LAPORAN
 BAB II. HASIL PENELITIAN
2.1. OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR
2.1.1. SEJARAH SINGKAT CANDI BOROBUDUR
2.1.2. CANDI BOROBUDUR ZAMAN SEKARANG
2.2. KERATON YOGYAKARTA
2.3. OBJEK WISATA CANDI PERAMBANAN
 BAB III. PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
 DAFTAR PUSTAKA
 LAMPIRAN

(3)
BAB II
HASIL PENELITIAN

A. Objek Wisata Candi Borobudur


2.1. Sejarah singkat Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur,
Magelang, Jawa tengah Indonesia. Borobudur dibangun oleh Samaratugga, seorang raja kerajaan
Mataram Kuno yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-8. Keberadaan Candi
Borobudurini pertama kali terungkap oleh Sir Thomas Stanford Rafles pada tahun 1814. Pada
saat itu, Candi Borobudur ditemukan dalam kondisi hancur dan terpendam di dalam tanah. Candi
yang terdiri dari 10 tingkat ini sebenarnya memiliki tinggi keseluruhan 42 meter. Namun setelah
dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi ini hanya mencapai 34,5 meter dengan luas
bangunan candi secara keseluruhan 123x123 meter (15.129 m2). Setiap tingkat pada Candi
Borobudur ini dari lantai pertama sampai ke lantai sepuluh berbentuk bulat.
Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar pada abad ke-9. Menurut prasasti
Kayumwungan, terungkap bahwa Candi Borobudur selesai dibangun pada 26 Mei 842, atau
hampir 100 tahun sejak awal dibangun. Konon nama Borobudur berarti sebuah gunung yang
berteras-teras atau bisa juga disebut dengan budhara. Namun ada juga yang mengatakan bahwa
Borobudur biara yang terletak di tempat yang tinggi.
Berdasarkan prasasti 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan bahwa Borobudur
merupakan salah satu tempat untuk berdo’a. Dimana dalam prasasti tersebut mengandung kata
“Kawulan i Bhumi Sambhara” yang berarti asal kesucian dan Bhumi Shambara merupakan nama
sudut di Candi Borobudur tersebut. Setiap lantai pada Candi Borobudur ini mengandung tema
yang berbeda-beda karena pada setiap tingkat tersebut melambangkan tahapan kehidupan
manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha Mahaya bahwa setiap orang yang ini mencapai
tingkat kesempurnaan sebagai Buddha harus melalui setiap tingkatan kehidupan. Pada setiap
lantai di Candi Borobudur terdapat relief-relief yang bila dibaca dengan runtut akan membawa
kita memutari Candi Borobudur searah dengan arah jarum jam.

(4)
2.2 Candi Borobudur Zaman Sekarang
Bangunan Candi Borobudur yang sangat tidak serapih bangunan pada zaman dahulu.
Karena pada tahun 2005 terjadi gempa di wilayah istimewa Yogyakarta yang mengakibatkan
menjadi hancur. Salah satunya di daerah Magelang Jawa Tengah, tepatnya di Candi Borobudur.
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur
terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi teratai serta menampilkan mudra atau
sikap tangan simbolis tertentu. Patung buddha dengan tinggi 1,5 meter ini dipahat dari bahan
batu andesit.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di
sisi luar pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan
pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung, baris keempat 72
relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.Pada bagianArupadhatu (tiga
pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran
ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa. Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha,
lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak penemuan monumen
ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum luar negeri).
Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus
diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra: Utara,
Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama kompas menurut
ajaran Mahayana. Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan
Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra
yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa
berterawang di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing
mudramelambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya
tersendiri.

(5)
B. Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku BuwonoI beberapa bulan
pasca perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi Keraton ini konon adalah bekas sebuah
pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-
iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.
Versi lain menyebutkan lokasi Keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang
ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku
Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah
kecamatan Gamping kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki 7 kompleks inti yaitu Siti Hinggil
Ler(Balaiurang Utara), Kamandhungan Ler(Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Khedaton,
Kamagangan, Kamandhungan Kidul(Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul(Balaiurang
Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk
upacara maupun benda-benda kuno yang bersejarah. Disisi lain, Keraton Yogyakarta juga
merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah
mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta.

(6)
C. Objek Wisata Candi Prambanan
Candi prambanan merupakan candi tercantik di dunia, peninggalan Hindu terbesar di
indonesia yang terletak dikawasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kurang lebih
berjarak 17-20 kilometer disebelah timur Yogyakarta. Tinggi candi mencapai 47 meter. Candi
Prambanan sering juga disebut dengan nama Candi Roro Jonggrang.
Berdasarkan prasasti Siwagrha, sejarah candi prambanan dibangun pada sekitar tahun
850 Masehi oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya tepatnya oleh Rakai Pikatan yang kemudian
diperluas oleh Balitung Maha Sambu pada masa kerajaan medang Mataram. Pembangunannya
ditujukan untuk memberi penghormatan pada Tri-Murti yakni tiga dewa utama dalam agama
Hindu. Agama Hindu mengenal Tri-Murti, yang terdiri dari Dewa Brahmana sebagai Dewa
Pencipta, Dewa Siwa sebagai Dewa pemusnah dan Dewa Wishnu sebagai Dewa Pemelihara.
Dalam prasasti Siwagrha terdpai uraian mengenai peristiwa sejarah peperangan antara
Balaputeradewa dari Dinasti Sailendra melawan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya.
Balaputeradewa yang kalah melarikan diri ke Sumatera. Konsolidasi Dinasti Sanjaya inilah yang
menjadi permulaan dari masa pemerintahan baru yang diresmikan dengan pembangunan
gugusan Candi Prambanan.
Terjadinya beberapakali bencana alam seperti gempa bumi dan meletusnya gunung
merapi serta adanya perpindahanpusat pemerintahan Dinasti Sanjaya ke Jawa Timur telah
menghancurkan kompleks candi prambanan. Candi Prambanan dikenal kembali saat seorang
Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi pulau jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang
adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar.
1. Pemugaran Kompleks Candi Prambanan
Pada tahun 1885 dilakukan usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan
oleh Ijzerman dengan membersihkan bili-bilik Candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902, Van
Erp memimpin pekerjaan pembinaan terhadap Candi Siwa, Candi Wisnu, dan Candi Brahma.
Perhatian terhadap Candi Prambanan terus berkembang. Pada tahu 1933 berhasil disusun
kembali Candi Brahma dan Candi Wisnu. Selanjutnya pemugaran diselesaikan oleh pemerintah
Indonesia. Pada tanggal 23 Desember 1953 Candi Siwa selesai dipugar dan secara resmi
dinyatakan selesai oleh presiden Soekarno.
Pemerintah secara continue melakukan pemugaran Candi diwilayah Prambanan,
diantaranya yaitu pemugaran Candi Brahma dan Candi Wisnu. Pada tahun 1977 dimulai
oemugaran Candi Brahma. Pada tanggal 23 Maret 1987 selesai dipugar dan diresmikan oleh Prof
Dr. Haryati Soebandio. Selajutnya, Candi Wisnu dimulai pugar pada tahun 1982 dan selesai pada
tanggal 27 April 1991 dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto. Kegiatan pemugaran
berikutnya dilakukan terhadap 3 buah Candi yang berada didepan Candi Siwa, Wisnu dan
Brahma beserta 4 Candi Kelir dan 4 Candi disudut

(7)
2. Bentuk Kompleks Candi Prambanan
Bagian atau bilik utama dari kompleks Prambnan ditempati oleh Dewa Siwa sebagai Dewa
Utama atau Maha Dewa. Dari sini bisa disimpulkan bahwa Candi Prambanan merukapan Candi
untuk pemujaan Dewa Siwa. Candi Siwa ini juga sering disebut sebgai Candi Roro Jonggrang.
Terdapat sebuah legenda di masyarakat yang bercerita tentang seorang putri yang jangkung atau
jonggrang. Roro Jonggrang merupakan putri dari Raja Boko, yang konon memerintah kerajaan
diatas bukit sebelah selatan kompleks Candi Prambanan. Sedangkan Candi Brahma dan Candi
Wisnu masing-masing memiliki 1 buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang
bersangkutan.
Bagian tepi candi dihiasi oleh pahatan relief cerita Ramayana yang dapat dinikmati jika
kita berjalan mengeilingi candi dengan pusat candi selalu disebelah kanan kita, melalui rorong
itu. Cerita itu berlanjut pada Candi Brahma yang terletak disebelah selatan Candi Utama. Pada
pagar Candi Wisnu yang terletak disebelah utara candi utama, terpahat relief cerita
Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelemaan
Dewa Wisnu dalam membasmi kejahatan didunia.
Masyarakat umum, berdasarkan legenda, menganggap bagian candi utama yang
menghadap keutara berisi patung Roro Jonggrong. Walaupun sebenarnya itu adalah walaupun
sebenarnya itu adalah patung Dewi Durga, permaisuri Dewa Siwa. Legenda menceritakan bahwa
patung Roro Jonggrang itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri Raja Boko, yang dikutuk
oleh ksatria Bandung Bondowoso.
Terdapat 6 buah candi, 2 kelompok candi saling berhadapan yang terletak pada sebuah
halaman berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 110 meter. Terdapat 3 buah candi yang
berisi kendaraan ke 3 Dewa Tri-Murti dihadapan ke 3 candi. Ke 3 nya telah dipugar yang dan
hanya candi yang didepan Candi Sewa yang masih berisi patung kendaraan Dewa Siwa, seekor
lembu yang bernama Nandi. Patung angsa kendaraan Dewa Brahama serta patung garuda
kendaraan Dewa Wisnu yang menghuni ke 2 bilik lainnya, kini telah dipugar.
Didalam kompleks Prambanan masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit
dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang 1 buah berdiri disebelah u utara dan
yang lain disebelah selatan, 4 buah candi klir dan 4 buah candi sudut. Halaman dalam yang
dianggap masyarakat Hindu sebagai halamanpaling saklar, terletak dihalaman tengah yang
mempunyai sisi 222 meter, yag pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah
berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris. Diluar halaman tengah ini masih terdapat
halaman luar yang berbentuk segiempat dengan sisi sepanjang 390 meter.

(8)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Maka dapat disimpulkan bahwa kota Yogya yang menawan itu tidak harus kita
tambahkan dengan budaya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend. Tapi justru itu
salah, kita harus tetap menjaga budaya asli yogya itu sendiri agar memunyai keaslian yang khas
dimata dunia.

Yogya merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan menghabiskan
sisa waktu istirahatnya ditempat-tempat wisata yang ada di Yogyakarta. Meskipun banyak cerita-
cerita mistis yang beredar dimasyarakat luas, para wisatawan tetap antusias tetap menikmati
tempat-tempat pariwisata yang ada di Yogyakarta.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui kesulitan, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat menyempurnakan karya tulis ini.

Demikianlah kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Banyak sekali
kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini, untuk itu penulis sebagai manuia biasa mohon
maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfat bagi kita
semua.

(9)
DAFTAR PUSTAKA

http://rejo-mulyo.blogspot.co.idHari/Tanggal : Senin, 2 Januari 2018


http://keraton.perpusnas.go.idHari/Tanggal : Senin, 2 Januari 2018
https://gapihwordpress.comHari/Tanggal : Minggu, 29 Desember 2017

(10)
Lampiran 1
Candi Borobudur
Lampiran 3
Candi Prambanan
Lampiran 2
Keraton

Anda mungkin juga menyukai