JUDUL
“CANDI BOROBUDUR”
Dibuat untuk memenuhi tugas praktek pelajaran sejarah semester 1
Guru Pembimbing : Lilis, S.Pd.
Disusun oleh :
1. RAKA
2. RIKI
KELAS : XTBSM 1
Dan besar harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG...........................................................................1
B.TUJUAN.............................................................................................1
C.MANFAAT 1
BAB II PEMBAHASAN
A.SEJARAH...........................................................................................2
B.BENTUK BANGUNAN........................................................................3
C.USAHA MELESTARIKAN...................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Tujuan
Untuk mengetahui sejarah candi Borobudur
Untuk menambah pengetahuan
C.Manfaat
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah
2
B.Bentuk Bangunan
Ketiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha adalah:
Kamadhatu
Rupadhatu
Arupadhatu
3
ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam
kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar. Rancang
bangun ini dengan cerdas menjelaskan konsep peralihan menuju keadaan
tanpa wujud, yakni arca Buddha itu ada tetapi tak terlihat.
Sekitar 55.000 meter kubik batu andesit diangkut dari tambang batu
dan tempat penatahan untuk membangun monumen ini.[51] Batu ini dipotong
dalam ukuran tertentu, diangkut menuju situs dan disatukan tanpa
menggunakan semen. Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali,
melainkan sistem interlock (saling kunci) yaitu seperti balok-balok lego yang
bisa menempel tanpa perekat. Batu-batu ini disatukan dengan tonjolan dan
lubang yang tepat dan muat satu sama lain, serta bentuk "ekor merpati" yang
mengunci dua blok batu. Relief dibuat di lokasi setelah struktur bangunan dan
dinding rampung.
Monumen ini dilengkapi dengan sistem drainase yang cukup baik untuk
wilayah dengan curah hujan yang tinggi. Untuk mencegah genangan dan
kebanjiran, 100 pancuran dipasang disetiap sudut, masing-masing dengan
rancangan yang unik berbentuk kepala raksasa kala atau makara.
4
sebagai sebuah stupa, daripada kuil atau candi.[51] Stupa memang
dimaksudkan sebagai bangunan suci untuk memuliakan Buddha. Terkadang
stupa dibangun sebagai lambang penghormatan dan pemuliaan kepada
Buddha. Sementara kuil atau candi lebih berfungsi sebagai rumah ibadah.
Rancangannya yang rumit dari monumen ini menunjukkan bahwa bangunan
ini memang sebuah bangunan tempat peribadatan. Bentuk bangunan tanpa
ruangan dan struktur teras bertingkat-tingkat ini diduga merupakan
perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk
arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur bangunan dapat dibagi atas tiga bagian: dasar (kaki), tubuh,
dan puncak.[52] Dasar berukuran 123×123 m (403.5 × 403.5 ft) dengan tinggi
4 m (13 kaki).[51] Tubuh candi terdiri atas lima batur teras bujur sangkar yang
makin mengecil di atasnya. Teras pertama mundur 7 m (23 kaki) dari ujung
dasar teras. Tiap teras berikutnya mundur 2 m (6.6 kaki), menyisakan lorong
sempit pada tiap tingkatan. Bagian atas terdiri atas tiga teras melingkar, tiap
tingkatan menopang barisan stupa berterawang yang disusun secara
konsentris. Terdapat stupa utama yang terbesar di tengah; dengan pucuk
mencapai ketinggian 35 m (110 kaki) dari permukaan tanah. Tinggi asli
Borobudur termasuk chattra (payung susun tiga) yang kini dilepas adalah
42 m (140 kaki) . Tangga terletak pada bagian tengah keempat sisi mata
angin yang membawa pengunjung menuju bagian puncak monumen melalui
serangkaian gerbang pelengkung yang dijaga 32 arca singa. Gawang pintu
gerbang dihiasi ukiran Kala pada puncak tengah lowong pintu dan ukiran
makara yang menonjol di kedua sisinya. Motif Kala-Makara lazim ditemui
dalam arsitektur pintu candi di Jawa. Pintu utama terletak di sisi timur,
sekaligus titik awal untuk membaca kisah relief. Tangga ini lurus terus
tersambung dengan tangga pada lereng bukit yang menghubungkan candi
dengan dataran di sekitarnya.
5
Relief
Seni pahat Borobudur memiliki kehalusan gaya dan citarasa estetik yang
anggun
Borobudur
6
misalnya figur bidadari Surasundari yang berdiri dengan sikap tubuh tribhanga
sambil menggenggam teratai bertangkai panjang.[57]
Adapun susunan dan pembagian relief cerita pada dinding dan pagar
langkan candi adalah sebagai berikut.
Bagan Relief
Tingkat Posisi/letak Cerita Relief Jumlah Pigura
Kaki candi asli ----- Karmawibhangga 160
a. Lalitawistara 120
dinding
b. jataka/awadana 120
Tingkat I
a. jataka/awadana 372
langkan
b. jataka/awadana 128
dinding Gandawyuha 128
Tingkat II
langkan jataka/awadana 100
dinding Gandawyuha 88
Tingkat III
langkan Gandawyuha 88
dinding Gandawyuha 84
Tingkat IV
langkan Gandawyuha 72
Jumlah 1460
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna
sebagai berikut :
7
Karmawibhangga
candi Borobudur. Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief
yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan
hukum karma. Karmawibhangga adalah naskah yang menggambarkan ajaran
mengenai karma, yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat. Deretan relief
tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura
menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat. Relief
tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia
disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik
manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran
kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak
pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri
untuk menuju kesempurnaan. Kini hanya bagian tenggara yang terbuka dan
dapat dilihat oleh pengujung. Foto lengkap relief Karmawibhangga dapat
disaksikan di Museum Karmawibhangga di sisi utara
Lalitawistara
8
Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang
berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai
Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga
berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
Gandawyuha
Arca Buddha
9
di Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi teratai
serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu. Patung
[2]
buddha dengan tinggi 1,5 meter ini dipahat dari bahan batu andesit. Patung
buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan
di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung,
baris ketiga 88 relung, baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.[1] Pada bagian
Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa
-stupa berterawang (berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat
32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa,
semuanya total 72 stupa.[1] Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih
dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang (sejak
penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi,
kebanyakan oleh museum luar negeri).[60]Secara sepintas semua arca buddha
ini terlihat serupa, akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu
pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra: Utara,
Timur, Selatan, Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah utama
kompas menurut ajaran Mahayana. Keempat pagar langkan memiliki empat
mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha
yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha
pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang
di pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing
mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna
simbolisnya tersendiri.[61]
C.Usaha Melestarikan
10
Pihak pengelola terus berupaya menjaga kelestarian dengan selalu
menekankankan kebersihan di lingkungan Candi Borobudur. Hal ini dapat
dilihat dengan penyediaan fasilitas bak sampah disertai himbauan yang tak
kunjung henti dilakukan agar pengunjung senantiasa menjaga kebersihan
diatas monument candi.Setidaknya puluhan unit bak sampah ditempatkan di
beberapa titik diatas candi, sehingga memudahkan akses pengunjung untuk
membuang sampah. Petugas diatas monument candi juga siap siaga
menjaga, mengamankan sampah yang tak sengaja tercecer, dibuang kedalam
bak sampah. Selain itu, pihak pengelola juga terus memberikan peringatan
berupa larangan bagi pengunjung yang memanjat bahkan naik keatas stupa.
Hal ini untuk tetap menjaga konstruksi batu candi utamanya pasca bencana
erupsi Merapi setahun silam.
11
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Dan sekarang candi tersebut sudah diketahui banyak orang dari mulai
bangsa Indonesia sendiri sampai luar negeri.wisatawan pun sudah banyak
yang berkunjung langsung ke candi Borobudur.
B.Saran
12