Disusun oleh :
JURUSAN ARSITEKTUR
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya pasti kami tidak
akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpahuntuk baginda kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis tentu sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan disana. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik juga saran dari pembaca
untuk makalah ini,dan membuat makalah ini menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen pembimbing yang
telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikianlah, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada teman-teman. Terima Kasih
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Arsitektur India memiliki keberagaman dalam sejarah, budaya dan geografi. Hal ini
menyebabkan sulitnya mengidentifikasi karakterisktik bentuk arsitektur India yang dapat
mewakili keseluruhannya. Arsitektur India merupakan hasil paduan berbagai tradisi baik
internal maupun eksternal yang datang dari Eropa, Asia Tengah dan Timur.
Sejarah arsitektur India dimulai dari masa peradaban lembah Indus ( Indus Valley
Civilization), masa Vedik1, hingga masa Maurya-Gupta atau dikenal dengan era
perkembangan Budha melalui arsitektur biara (monastery) dan batu/dinding pahat ( rock
cut), kemudian diikuti dengan kemegahan bangunan kuil pada masa pertengahan.
Sementara, penguasa Turki dan Afghanistan di Utara pada masa pertengahan telah
membawa India kepada tradisi arsitektur kubah ( dome dan vault ).
Peradaban Lembah Indus, terdiri dari permukiman perkotaan kuna termasuk kota
metropolitan;Mahenjo Daro dan Harappa dengan berbagai macam karakteristik rumah,
tempat pemandian yang dihubungkan dengan sistem drainase umum yang baik pada masa
itu. Struktur kota berbentuk grid diikuti jalur drainase di sepanjang jalan umum
dikelilingi oleh benteng. Tipe bangunan penting lainnya adalah lumbung, tempat
berdagang, pemandian umum yang diyakini sebagai tempat pemujaan untuk kesuburan.
Keseragaman tatanan kota, tipologi bangunan, dan ukurannya yang terbuat dari batu bata
bakar menunjukkan koordinasi yang baik antara sosial dan politik pada saat itu.
Selama abad pertengahan, kuil Hindu dibuat dari pahatan dinding tebing atau bukit.
Hingga saat ini konsep arsitektural Hindu mempengaruhi bangunan-bangunan atau
arsitektur Budha. Konsep merancang kuil dibuat oleh seorang Brahmin. Brahmin juga
menentukan pemilihan tapak dan menguji keadaan tanah, dan tebalnya sesuatu dinding
atau tiang mengikut segi mithologykal dan astronomikal Hindu yang dikenal dengan
formula Vastupurushamandala (tatanan untuk bangunan sakral). Tantanan ini dituangkan
dalam tatanan ilmu arsitektur Hindu dinamakan vastushastra. Tatanan bentuk manusia
dalam posisi semedi di dalam grideon yang secara konsisten mengatur rancangan bentuk
kuil di wilayah India.
Kuil-kuil hindu menggunakan bentuk persegi daripada bentuk lingkaran seperti yang
digunakan dalam arsitektur Budha. Bentuk persegi ini menyimbolkan kestabilan dan
kekekalan. Beberapa ciri lain dari arsitektur hindu yaitu penggunaan sistem trabeate yaitu
massive block dari batu yang menjadi material dasar dalam pembangunan kuil India.
Sistem ini berupa tiang tegak dengan alang melintang sistem ini digunakan dengan begitu
meluas sekali. Walaupun sistem Arch Vault lebih ekonomis dan digunakan di seluruh
dunia. Mandala segi empat atau charta firasat arsitek Hindu mengandung 64 atau 81
kotak. Brahma, dewa utama, pemelihara dan pemusnah menduduki empat segi tengah.
Dewa-dewa lain menduduki tempat-tempat di penjuru.
Kuil hindu memiliki empat ruang prinsip dalam perancangannya yang menjadi konsep
arsitektur Hindu yaitu Garbha griha, Mantapa, Gopura dan Choultri dengan penjelasan
sebagai berikut.
1. Garbha griha
Merupakan bagian utama dan terpenting dari kuil dan merupakan inti/induk
bangunan yang disebut vimana (di India Selatan) atau mulaprasada (di India
Utara). Denahnya berbentuk bujursangkar atau persegi, untuk kuil yang kecil
biasanya perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan 1:1 atau berbentuk
kubus, dan kuil yang besar biasanya tingginya jauh lebih besar daripada lebarnya.
Terdapat bagian yang tegak lurus terbuat dari batu dan granit yang didekorasi
dengan pilaster dan ornamen. Vimana beratap tingkat seperti pyramid umumnya
terbuat dari bata yang diplester dengan semen kemudian diakhiri dengan ‘dome’
kecil (umumnya di india selatan). Vimana yang terbesar di Tanjore yang terdiri
dari 14 tingkat dengan tinggi hampir 200 ft.
2. Pelataran depan atau Mandapa
Pelataran depan atau Mantapa, ruang bagian luar yang sebagian dilingkupi
dinding yang memiliki pintu. Satu pintu sebagai penghubung ke vimana
sedangkan pintu lain sebagai akses jalan dan masuknya cahaya ke ruang dalam.
Ruang mandapa berbentuk bujursangkar atau persegi, biasanya sama bentuknya
dengan bangunan kuil inti (vimana). Beberapa kuil memilki ‘mandapa luar atau
Maha Mandapa’ dan ‘mandapa dalam atau Ardha Mandapas’. Ada juga kuil yang
memiliki gabungan dari kedua mandapa, biasanya yang mandapa luar bersifat
terbuka dan mandapa dalam bersifat tertutup. Atapnya berbentuk piramid, tapi
jauh lebih rendah dari atap vimana, sering juga berbentuk flat yang tidak
berornamen. Atap ditopang oleh pilar, akan tetapi sebisa mungkin dikurangi
jumlah pilar dengan membuat kotak-kotak pembalokan pada ceiling ( bracketing).
3. Gerbang Piramid
Gerbang atau Gopura adalah jalan masuk kompleks halaman kuil yang
berbentuk persegi yang biasanya mengitari vimana. Jumlah gerbang mengikuti
jumlah dinding pagar, kadang-kadang juga melebihi jumlah dinding pagar.
Bentuk gapura indentik dengan vimana, meskipun demikian terdapat satu sisi
yang lebih besar dan lebih panjang. Pada sisi yang panjang terdapat bukaan yang
biasanya 1/4-1/7 dari lebarnya. Gerbang piramid yang paling besar dimiliki oleh
kuil di Combaconum, ibukota Kerajaan Chola setelah penolakan Tanjore. Terdiri
dari 12 tingkat termasuk basemen yang terbuat dari granit dan datar, sementara
keseluruhan piramid terbuat dari batu bata diplester dengan sculpture dan
ornamen.
4. Hall berpilar
Pada ujung atas prasasti terdapat ukiran batu berkepala empat singa yang menjadi
simbol dari kerajaan Ashoka. Pada masa Ashoka telah diperkenalkan arsitektur
batu pahat yang mentradisi hingga lebih dari 100 tahun lamanya hingga masa
arsitektur Budha, Jaina dan Hindu, terdapat banyak ruang pemujaan yang dipahat
di dinding tebing atau gunung. Konon, tradisi ini berasal dari Mesir kuna dan
Persia. Pada saat yang sama, Viharas (Buddhist monasteries), mulai dibangun
setelah kematian Budha terutama pada masa Kerajaan
Mauryan dengan karakteristik monumen stupa, chaitya; ruang meditasi yang
terdapat stupa didalamnya. Arsitektur Budha berkembang pada masa
Pemerintahan Ashoka, terdapat tiga bangunan yang penting dalam arsitektur
Budha yaitu chaitya (ruang meditasi para biksu), vihara (asrama) dan stupa
(monumen budha). Dalam satu lahan paling sedikit terdapat satu chaitya dan
beberapa vihara.
5. Stupa
a. Harmika yaitu pagar segi empat stupa memberi peringatan “syurga 33 tahun
lambang dari peti suci Budha dan menjadi sentral dari meditasi
b. Yashti berbentuk tiga Lapis payung yang melambangkan paksi dunia
c. Stambha, tiang yang bertuliskan ukiran ayat-ayat suci dari kitab Pali
berfungsi sebagai alat sebaran agama Budha
d. Vedik, pagar yang mengelilingi stupa pada mulanya dibuat dari bahan kayu,
pada zaman syuga digantikan dengan bahan batu.
e. Torana, gerbang (jalan/pintu masuk) ke dalam stupa yang berasal dari
bahasa Sansekerta.
6. Chaitya Griha
Chaitya griha adalah tempat meditasi, kata ini berasal dari bahasa
Sansekerta yang artinya tempat suci. Chaitya terdiri dari barisan tiang yang
beratap, di ujungnya yang membentuk membentuk garis keliling melingkari stupa
yang ada didalamnya. Pada beberapa site dari tipikal chaitya ada yang berbentuk
sekuen dari bentuk persegi diakhiri dengan ruang suci tempat stupa. Contoh
Chaitya yang paling bagus terdapat Ajanta and Ellora. Berbagai macam bentuk
dan konsep chaitydapat dilihat pada gambar berikut ini.
7. Vihara (Monasteries)
Asia Tenggara adalah sebuah kawasan yang membentang dari Indochina hingga ke
peninsular Malaya. Saat ini Asia Tenggara terdiri dari 11 negara yang terbagi atas dua
zona yaitu daratan dan kepulauan. Zona daratan (mainland) terdiri atas Myanmar,
Thailand, Laos Cambodia, dan Vietnem yang juga merupakan perpanjangan dari benua
Asia. Sedangkan untuk wilayah kepulauan atau maritim terdiri atas Malaysia, Singapura,
Indonesia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Timor Leste. Keanekaragaman budaya
merupakan penanda dari kawasan Asia Tenggara terutama kebudayaan asli yang telah
melekat selama beberapa abad yang berfungsi sebagai kontak, perdagangan, migrasi, dan
pertukaran kebudayaan (Hirschman and Edwards, 2007). Beberapa peneliti telah
membagi beberapa periode atau masa dari peradban tersebut yang berasimilasi di Asia
Tenggara. Asia Tenggara merupakan rumah dari beberapa peradaban besar seperti
kebudayaan Dongson yang muncul dari Vietnam. Asia Tenggara juga merupakan rumah
bagi kebudayaan asing yang termasuk didalamnya terdapat kebudayaan Greco-Roman
dan juga seni arsitektur kolonial dan vernakular. Kawasan ini juga dikenal sebagai the
most religiously diverse region in the worldyang merangkul sejumlah besar penganut
agama, kepercayaan dan segala bentuk paham spiritual namun populasi muslim masih
berada di tingkat teratas dan diperkirakan jumlahnya melebihi populasi muslim di negara-
negara Timur Tengah (Sofjan, 2016). Karna arsitektur di kawasan asia tenggara lebih ke
arah candi-candi, jadi kami member beberapa contoh saja contoh saja:
1. Candi Borobudur
Pada hakikatnya Borobudur adalah sebuah stupa yang bila dilihat dari atas
membentuk pola Mandala besar. Mandala adalah pola rumit yang tersusun atas
bujursangkar dan lingkaran konsentris yang melambangkan kosmos atau alam
semesta yang lazim ditemukan dalam Buddha aliran Wajrayana-Mahayana.
Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat
mazhab Mahayana yang secara bersamaan menggambarkan kosmologi yaitu
konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran dalam ajaran Buddha.
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
Dasar denah bujur sangkar berukuran 123 meter (404 ft) pada tiap sisinya.
Bangunan ini memiliki sembilan teras, enam teras terbawah berbentuk bujur
sangkar dan tiga teras teratas berbentuklingkaran.
2. Arsitektur Tradisional Thailand
Rumah di Thailand terbuat dari berbagai macam kayu dan biasanya hanya
dibangun dalam waktu satu hari. Panel-panel kayu biasanya dibuat di
pabrik terlebih dahulu dan disatukan di lokasi oleh ahlinya. Walaupun rumah
dibangun menggunakan panel kayu yang mudah untuk diubah, tetapi menata
ulang rumah merupakan hal tabu untuk masyarakat Thailand.
Rumah dengan lantai yang ditinggikan sekilas mengingatkan kita pada
rumah-rumah tradisional di pulau Sumatra atau rumah joglo di pulau
Jawa. Tujuan dari meninggikan lantai adalah untuk menghindari banjir saat
musim hujan. Selain itu, pada zaman dahulu di Thailand masih terdapat banyak
hutan- hutan lebat dan sering kali binatang buas masuk ke dalam rumah. Maka,
untuk menangkal binatang buas masuk ke dalam rumah, dibuatlah desain lantai
yang agak tinggi.
Model atap pitched roof dengan bentuk atap yang tinggi dan ketinggian
yang curam juga mengingatkan kita akan arsitektur rumah Gadang.
Pitched roof dibuat agar air hujan dapat dengan mudah turun ke bawah sehingga
tidak menggenang di atas atap yang bisa berakibat fatal. Model atap
seperti ini memang sangat cocok diaplikasikan pada bangunan di negara beriklim
tropis dengan curah hujan tinggi seperti Thailand.
Bentuk atap pitched roof ternyata cukup bervariasi di tiap wilayah. Ada
yang bentuknya menyerupai struktur sayap, ada yang menajam ke satu
titik, dan ada yang menyerupai huruf V. Semua bentuk atap ini tentunya
mempunyai makna tersendiri yang erat kaitannya dengan agama dan kepercayaan.
Atap berbentuk sayap merupakan simbol dari keinginan manusia untuk
mencapai ke surga.
Luas dari teras pada bangunan khas Thailand dapat mencapai 40% dari
keseluruhan luas bangunan. Teras menjadi tempat yang sangat penting
karena biasa digunakan oleh masyarakat Thailand untuk mengadakan pertemuan,
berbincang-bincang, atau aktifitas outdoor lainnya. Pada rumah
tradisional, kamar biasanya dibuat mengelilingi teras. Daerah di sekitar teras biasanya
dibiarkan terbuka agar bisa ditumbuhi pohon sebagai naungan untuk tamu
yang datang. Tanaman yang dipilih biasanya adalah pohon yang berbunga atau
bunga yang mengeluarkan wewangian.Selain teras, kesan terbuka juga
ditampilkan dengan penggunaan banyak ventilasi dalam ruangan. Ventilasi
dibuat untuk membantu mendinginkan ruangan, mengingat Thailand
memiliki cuaca yang cukup panas dengan kelembapan yang juga cukup tinggi.
Banyaknya ventilasi udara membuat ruangan menjadi lebih sejuk dan sirkulasi
udara dalam ruangan menjadi lebih lancar.Salah satu karakteristik desain
tradisional khas Thailand adalah bentuk konstruksinya yang modular. Desain
seperti ini membuat bangunan menjadi lebih mudah 8dibongkar-pasang9
bahkan dipindahkan ke lokasi lain. Pada zaman dahulu keberadaan lahan
masih cukup luas sehingga orang-orang dapat berpindah lokasi dengan mudah.
Maka dari itu, sangat jarang sebuah keluarga menetap di suatu tempat yang
sama selama bertahun -tahun.
Sekian dari makalah ini, semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan ilmu
pengetahuan kepada kita semua. Adapun makalah ini saya susun berdasarkan informasi
di internet, apabila ada kesalahan pengetikkan maupun materi yang salah saya mohon
maaf.
Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar saya dapat membuat makalah
dengan lebih baik lagi. Terima kasih…..
DAFTAR PUSTAKA
http://raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13339/ARSITEKTUR+INDIA.pdf
https://brainly.co.id/tugas/932429
http://nisawulandari.blogspot.com/2016/06/konservasi-arsitektur-di-asia-tenggara.html
http://edupaint.com/jelajah/7669-mahakarya-arsitektur-candi-borobudur
http://www.jogjakharismatransport.com/info-wisata/candi-borobudur/
https://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
https://www.arsitag.com/article/arsitektur-tradisional-thailand
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_India
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21643/3/Chapter%20II.pdf
http://chioniapril.blogspot.com/2012/05/monjali-monumen-jogja-kembali_25.html
http://historyedu12.blogspot.com/2013/12/peradaban-lembah-sungai-indus-dan.html
http://oktavialindamundarwati.blogspot.com/2014/06/sejarah-perkotaan.html