SENDANG DUWUR
Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-Nya berupa
nikmat iman dan kesehatan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Antropologi
Seni yang mengangkat Judul “Wujud Akulturasi Budaya Pada Kompleks Makam Sunan
Sendang Duwur”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen kami. Dengan segala upaya dan kemampuan yang ada, penulis berusaha untuk
mengoptimalan penyusunan laporan ini, walaupun dirasakan masih banyak kekurangan dan
keterbatasasn yang dimiliki oleh kami sebagai penulis untuk itu segala kritikk dan saran yang
membangun guna memperbaiki laporan ini, penulis harapkan.
Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pihak-pihak
yang menjadikan bahan pembahasan, dan tentunya kritik dan saran lah yang dapat membuat
makalah ini menjadi sempurna.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor wisata di Desa Sendang Duwur yang menjadi andalan yaitu wisata religi
makam Sunan Sendang. Banyak para peziarah yang ingin mengunjungi tempat
tersebut. Sama halnya wisata religi yang lain sunan-sunan di Jawa, pada dasarnya
tujuan utama adalah untuk berziarah. Makam Sunan sendang dikatakan memiliki
keunikan dari yang lain mungkin dari namanya sendiri masih asing di telinga
masyarakat, dari luar lamongan bahkan ada juga masyarakat lamongan sendiri yang
belum mengetahuinya. Keunikan lain dari peninggalan bersejarah yang sekarang
disebut makam Sunan Sendang tersebut banyak yang mengatakan bangunan makam
candi. Mungkin dari struktur bangunan sebagian besar menggunakan batu sebagai
bahan utama bangunan di komplek makam.
Dalam makam sunan sendang tidak hanya berperan sebagai makam umum untuk
kepentingan ziarah semata melainkan terdapat keunikan dari makam satu ini yang
memiliki ornamen dibeberapa tempat. Nilai estetik di dalam sebuah ornamen jika
dilihat dari sudut pandang objektif yaitu ornamen berdiri sendiri seolah-olah hanya
sekedar ada untuk kepentingan tertentu. Sebagaimana mestinya ornamen ada sebagai
penghias, sebagai penopang bangunan, sebagai alat pendukung dan lain sebagainya.
Dari pandangan orang satu dengan yang lain akan memiliki kesamaan pemikiran
tentang wujud ornamen yaitu sesuai dengan apa yang telah dilihat. Secara sudut
pandang subjektif, nilai estetik ornamen tidak hanya semata-mata berdiri sendiri
sebagai subjek melainkan terdapat makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, ornamen juga memiliki simbol-simbol yang tidak sesederhana orang
melihat, karena mungkin perlu melakukan pemahaman lebih dalam dan maksud dari
ornamen tersebut dibuat. Dari satu ornamen tersebut mungkin memiliki banyak
makna, bisa diambil dari satu kepercayaan masyarakat, etika atau bisa pula pandangan
hidup yang terkait dengan filosofi hidup masyarakat sekitar.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akulturasi
Situs Sendang Duwur merupakan kompleks cagar budaya masa awal penyebaran
agama Islam yang didalamnya terdapat masjid dan pemakaman Islam yang menjadi
pusara Raden Nur Rohmat atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Sendang duwur.
Dalam prasasti ukiran kayu pada bagian serambi masjid tertulis candrasengkala
“gunaning sarira tirta hayu” yang jika diartikan menjadi angka tahun menghasilkan
angka 1483 Saka atau 1561 Masehi yang menunjukkan masa berdirinya Masjid
tersebut.
Situs Sendang duwur ini terletak di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran,
Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Kompleks situs cagar budaya tersebut
merupakan hasil akulturasi dari era Islam di masa itu dengan kebudayaan Hindu
3
Budha sebelumnya yang tergambarkan pada bentuk arsitektur masjid dengan atap
tajug tumpang tiga dengan hiasan mustaka di puncaknya, serta gapura makam yang
berbentuk Candi bentar dan paduraksa. Di dalamnya juga banyak terdapat ornamen
atau ragam hias yang diukir pada gapura, tembok pembatas halaman makam, dan
furniture kayu masjid yang mencirikan ragam hias khas era Majapahit.
2. Gapura
Dalam kompleks makam Sendang duwur terdapat dua jenis gapura yang
dalam ke kebudayaan Hindu disebut dengan Candi Bentar dan Paduraksa.
b. Gapura Paduraksa
5
Yaitu gerbang berbentuk bangunan dengan bagian atas yang menyatu
dan memiliki daun pintu, contoh paling terkenal dari model gapura
Paduraksa dapat kita saksikan pada candi Gapura Wringin Lawang yang
merupakan artefak era majapahit.
Fungsi Gapura Paduraksa dalam arsitektur bangunan suci agama Hindu
adalah sebagai gerbang dalam pura, dan digunakan untuk membatasi zona
madya mandala (jaba tengah) dengan utama mandala (jero) sebagai
kawasan tersuci dalam pura.
keunikan yang terdapat pada kompleks makam Sendang Duwur yaitu adanya
gapura paduraksa yang memiliki ornamen sayap pada bagian kanan kirinya. Ornamen
sayap yang mengapit pintu atau gerbang ini merupakan langgam ragam hias yang
khas dari era Islam, namun umumnya hanya ditemukan sebagai pahatan relief yang
terdapat pada arsitektur masjid dan makam-makam Wali penyebar agama Islam
(termasuk pada tembok-tembok halaman makam Sunan Sendang duwur sendiri).
Sedangkan ornamen sayap yang diwujudkan benar-benar sebagai bentuk gapura
sejauh ini hanya dapat ditemukan di kompleks makam Sendang Duwur.
6
3. Ornamen figuratif
Ornamen figuratif pada Komplek Sendang duwur berupa penggambaran
binatang dan makhluk mitologi yang telah di distilasi menjadi Sulur Sulur tumbuhan
agar tidak menyalahi aturan ajaran Islam yang melarang penggambaran makhluk
bernyawa. Diantara wujud ornamen figuratif yang menandakan adanya akulturasi
lintas agama tersebut yaitu:
a. Kepala kala
dalam arsitektur Hindu Budha, ornament kepala kala umumnya terdapat pada
ambang pintu menuju bilik candi atau berada di ambang gapura paduraksa,
digambarkan dengan wajah menyeramkan sosok kala dipahatkan diatas pintu
dengan tujuan menangkal sesuatu yang bersifat jahat agar tidak masuk ke dalam
bangunan suci.
Pada kompleks Sendang Duwur sendiri
ornament kala dapat dijumpai pada
ambang gapura Paduraksa bersayap
dengan wujud kepala kala yang telah
disamarkan dengan bentuk sulur sulur
tumbuhan, sayangnya pada saat
rekonstruksi ada beberapa batu pada
ornament kala ini yang harus diganti
dengan batuan baru, sehingga wujud
kepala kala tidak bisa tampak dengan utuh. Ornament kepala kala pada ambang gapura bersayap
Sendang Duwur, sumber gambar: dokumentasi pribadi
b. Makara
Ornament makara umumnya menjadi pelengkap dari ornament kala, dengan
fungsi yang sama yaitu menghalau sesuatu yang jahat agar tidak memasuki
bangunan suci. Dalam ragam hias Candi, makara umumnya memiliki kesatuan
tata letak dengan kala yaitu makara menjuntai kebawah dari kanan kiri kepala
kala.
Yang unik pada kompleks Sendang Duwur ini terdapat ornament makara
digantikan dengan kepala kidang atau rusa yang digambarkan menjuntai dari
sebelah kanan kiri kepala kala selayaknya ornament makara. Penggambaran
7
kidang semacam ini juga dapat kita jumpai pada salah satu relief dalam kompleks
Candi Penataran. Hal tersebut dapat menjadi indikator kompleks Sendang Duwur
masih menggunakan langgam seni yang sama dengan masa Candi Penataran.
Ornament Kala Makara Candi Penataran, sumber Ornament Kala Makara Sendang Duwur, sumber
gambar: Leiden Univercity Libraries gambar: dokumentasi pribadi
c. Naga
Ornament Naga pada kompleks Sendang Duwur berada di sisi kanan kiri
tangga menuju gapura Paduraksa, hal ini sesuai dengan langgam arsitektur
candi Jawa Timuran dimana ornament naga dipahatkan pada bagian ujung
kanan kiri pipi tangga candi seperti yang dapat kita lihat pada candi Kidal di
Malang.
8
4. Surya Majapahit
Surya Majapahit digambarkan berbentuk lingkaran dengan surai-surai cahaya
di sekelilingnya yang membentuk 8 arah mata angin, didalamnya terdapat gambaran 9
Dewa sesuai arah mata angin masing-masing yang disebut Dewatanawasanga, bentuk
ini dikenal sebagai lambang dari kerajaan Majapahit dikarenakan banyaknya temuan
arca, relief, serta artefak lainnya yang berasal dari era Majapahit umumnya terdapat
hiasan ornament Surya tersebut. Namun nampaknya setelah era kerajaan Majapahit
yaitu kasultanan Demak, ornament surya ini masih digunakan sebagai simbol
kebesaran dengan menghilangkan gambaran para Dewa dan terkadang menggantinya
dengan kaligrafi Arab, ornament Surya Majapahit di era Demak banyak menghiasi
artefak-artefak dari masa itu misalnya masjid, gapura, batu nisan, dan sebagainya.
Termasuk pada kompleks Sendang Duwur banyak dijumpai ornament Surya
Majapahit yang dipahatkan pada beberapa batu nisan, pintu kayu masjid, dan mimbar
masjid.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akulturasi mengajarkan kita untuk memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri
dalam berkarya, tidak hanya mengikuti trend dan selera pasar yang ada namun juga
mengembangkan potensi pribadi dengan memadukannya dengan khazanah
kontemporer saat ini sehingga menghasilkan mahakarya yang luarbiasa.
10