Anda di halaman 1dari 11

TUGAS EVALUASI PENGARUH INDIA, DAN SENI HIAS

CANDI JAWA TENGAH

MATA KULIAH : SEJARAH SENI RUPA

DOSEN PENGEMPU : HARYONO M.Sn

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Lalu Muhammad Yuril (2305010011)


2. Fadlullah Bustami (2305010013)
3. Subhala Sita (2305010014)
4. Maria Dominika Loru Tadu (2305010015)

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

UNIVERSITAS BUMI GORA


PENGARUH KEBUDAYAAN INDIA DI BIDANG ARSITEKTUR DI INDONESIA

Budaya India sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-4 sampai 15 Masehi, Adjarian.
Kedatangan bangsa India dengan membawa agama Hindu-Buddha menghasilkan proses
akulturasi budaya dengan budaya Indonesia. Bangsa India yang tadinya ke Indonesia hanya
bermaksud untuk berdagang ternyata membawa misi untuk menyebarkan agama, para
pedagang India tersebut melakukan interaksi dengan penduduk setempat, selain menjalin
hubungan dagang, para pedagang India membawa ajaran agama beserta kebudayaannya
sehingga semakin lama ajaran dan kebudayaan mereka berpengaruh terhadap penduduk
setempat. Sejak itulah sedikit demi sedikit pengaruh luar mulai masuk ke wilayah Indonesia
dan terus berkembang sampai sekarang ini. Salah satunya adalah candi yang masih banyak
berdiri di beberapa wilayah di Indonesia

Pengaruh kebudayaan India telah memperlihatkan tanda-tanda penguasaan terhadap konsep-


konsep Hinduistis Budhistis India. Penguasaan kaidah-kaidah teknis,dan konsep estetis
berkarya arsitektur tidak lagi meniru bentuk seni India. Bangsa Indonesia menciptakan pola
struktur bangunan sendiri dengan tanpa menghilangkan spiritualitas dan religiositas
Hindu/Budha. . Konsep religi yang terpadu (sinkretisme) tampak jelas pada sejumlah karya
bangunan. Selain segi konsep, seni Indonesia-Hindu zaman ini juga membuktikan
kemampuannya dalam menggarap bangunan dengan menggunakan material baru, seperti bata
merah dan kayu. Pengaruh India mempengaruhi gaya bangunan di Indonesia, seperti candi dan
kuil dengan atap berbentuk tambunan dan stupa/ratna yang berundak-undak. Kebanyakan candi
di Jawa Tengah terbuat dari batu andesit. Undakan tersebut paling jelas terlihat di Candi
Borobudur, bangunan peninggalan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha.

PENGARUH KEBUDAYAAN INDIA DI SENI CANDI DI JAWA TENGAH

Budaya membangun candi ini berlanjut pada saat Kerajaan Sriwijaya menguasai Jawa
Tengah. Kala itu, Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Raja Syailendra yang beragama Buddha dan
anaknya Wangsa Syailendra yang beragama Hindu. Keduanya memiliki pengaruh kuat dalam
pembangunan candi di tanah Jawa. Candi di Jawa Tengah bagian utara umumnya merupakan
candi Hindu, sedangkan candi di Jawa Tengah bagian selatan umumnya candi Buddha. Candi
merupakan salah satu peninggalan budaya Hindu-Buddha di Indonesia yang memiliki arti
penting bagi masyarakat Jawa. Candi tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga
sebagai simbol kebudayaan, identitas, dan kebanggaan masyarakat Jawa.
Candi di Jawa Tengah memiliki ciri sebagai berikut

 Bentuk bangunan : Candi di Jawa Tengah cenderung berbentuk tambun dengan atap
berupa stupa/ratna yang berundak-undak.

 Ukiran : Ukiran pada candi di Jawa Tengah lebih tinggi dan menonjol dengan gambar
bergaya naturalis. Contohnya di candi Borobudur menunjukkan kehidupan sang buddha
gautama serta hidup manusia.

 Lokasi : Candi-candi di Jawa Tengah bagian selatan biasanya lebih mewah dan megah
daripada candi di Jawa Tengah bagian utara.

 Bahan bangunan : Kebanyakan candi di Jawa Tengah terbuat dari batu andesit, sedangkan
kebanyakan candi di Jawa Timur terbuat dari bata merah.

CONTOH CANDI JAWA TENGAH

Candi Prambanan adalah bangunan candi bercorak agama Hindu terbesar di Indonesia yang
dibangun pada abad ke-9 Masehi. Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi
arsitektur Hindu yang berdasarkan kitab Wastu Sastra/Kitab Silpastra. Denah candi megikuti pola
mandala, sementara bentuk candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi Hindu.
Prambanan memiliki nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu
mengikuti bentuk gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian
kompleks candi mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi
atas beberapa lapisan ranah, alam atau Loka. Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki
tingkatan zona candi, mulai dari yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Denah asli
Candi Prambanan berbentuk persegi panjang, terdiri atas halaman luar dan tiga pelataran,
yaitu Jaba (pelataran luar), Tengahan (pelataran tengah) dan Njeron (pelataran dalam).
PERTANYAAN

1. Letak akulturasi dari candi Prambanan?

Pertanyaan dari : Haninda Nafisa Ayu

Jawaban : Candi Prambanan merupakan salah satu candi Hindu terbesar di Indonesia yang
dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini
terletak di Desa Prambanan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Letak akulturasi dari Candi Prambanan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:

 Arsitektur: Arsitektur Candi Prambanan merupakan perpaduan antara budaya Hindu dan
Jawa. Hal ini terlihat dari bentuk candi yang menyerupai gunung suci Mahameru, dewa
tertinggi dalam agama Hindu. Selain itu, candi juga dibangun dengan menggunakan
bahan dan teknik bangunan yang khas Jawa, seperti batu andesit dan teknik sratagulasi.
 Hiasan: Candi Prambanan dihiasi dengan berbagai relief yang menggambarkan kisah-
kisah dalam agama Hindu. Namun, relief-relief tersebut juga menampilkan unsur-unsur
budaya Jawa, seperti flora dan fauna.
 Upacara: Upacara keagamaan yang dilakukan di Candi Prambanan juga merupakan
perpaduan antara budaya Hindu dan Jawa. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa Jawa
dalam mantra-mantra yang diucapkan dalam upacara tersebut.

Secara umum, Candi Prambanan merupakan salah satu bukti nyata akulturasi budaya Hindu dan
Jawa di masa lampau. Candi ini tidak hanya menjadi warisan budaya yang bernilai tinggi, tetapi
juga menjadi simbol toleransi dan kerukunan antar umat beragama
2. Apa yang menjadi dasar denah bentuk candi jawa tengah ?

Pertanyaan dari : Ruhaddini Fathu Ruyyani

Jawaban :
Dasar denah bentuk candi Jawa Tengah adalah konsep Triloka, yaitu pembagian alam semesta
menjadi tiga bagian:

 Buana Agung: alam atas, tempat bersemayam para dewa dan dewi.
 Buana Mezzo: alam tengah, tempat manusia dan makhluk hidup lainnya.
 Buana Arum: alam bawah, tempat bersemayam para dewa dan dewi yang telah turun ke
dunia.

Konsep Triloka ini diterapkan pada denah candi dengan membagi candi menjadi tiga bagian,
yaitu:

 Basemen: bagian bawah candi, melambangkan alam bawah.


 Tubuh candi: bagian tengah candi, melambangkan alam tengah.
 Atap candi: bagian atas candi, melambangkan alam atas.

Selain konsep Triloka, denah bentuk candi Jawa Tengah juga dipengaruhi oleh konsep mandala,
yaitu simbol kosmologi yang menggambarkan alam semesta dalam bentuk lingkaran. Konsep
mandala ini diterapkan pada denah candi dengan membagi candi menjadi beberapa bagian yang
berbentuk lingkaran atau persegi.

Berdasarkan konsep Triloka dan mandala, denah bentuk candi Jawa Tengah dapat dibagi menjadi
beberapa tipe, yaitu:

 Tipe mandala: denah candi berbentuk lingkaran atau persegi, dengan pembagian ruang
yang teratur.
 Tipe mandala berpusat: denah candi berbentuk lingkaran, dengan satu candi utama di
tengah dan candi-candi perwara di sekelilingnya.
 Tipe mandala bertingkat: denah candi berbentuk lingkaran atau persegi, dengan
pembagian ruang yang bertingkat.

Tipe mandala bertingkat, denah candi berbentuk lingkaran atau persegi

Beberapa contoh candi Jawa Tengah yang memiliki denah bentuk mandala antara lain:
 Candi Borobudur: candi Buddha terbesar di dunia, berbentuk mandala bertingkat.
 Candi Prambanan: candi Hindu terbesar di Indonesia, berbentuk mandala berpusat.
 Candi Sewu: candi Buddha terbesar kedua di Indonesia, berbentuk mandala bertingkat.
3. Kenapa akulturasi candi hindu dan buddha bisa menyatu?

Pertanyaan dari : Dwiky Damara Putra

Jawaban :
Akulturasi candi Hindu dan Buddha bisa menyatu karena beberapa faktor, yaitu:

 Faktor toleransi: Pada masa lampau, masyarakat Indonesia memiliki toleransi yang tinggi
terhadap perbedaan agama dan budaya. Hal ini membuat mereka mudah menerima
pengaruh budaya asing, termasuk budaya Hindu dan Buddha.
 Faktor kesamaan: Terdapat beberapa kesamaan antara agama Hindu dan Buddha, seperti
konsep Triloka, ajaran tentang karma, dan kepercayaan terhadap reinkarnasi. Hal ini
memudahkan terjadinya akulturasi antara kedua agama tersebut.
 Faktor pengaruh politik: Pada masa lampau, banyak kerajaan di Indonesia yang menganut
agama Hindu dan Buddha. Hal ini membuat agama-agama tersebut memiliki pengaruh
yang kuat terhadap masyarakat Indonesia.

Faktor toleransi merupakan faktor yang paling penting dalam terjadinya akulturasi candi Hindu
dan Buddha. Tanpa adanya toleransi, tentu akan sulit bagi kedua agama tersebut untuk saling
menerima dan beradaptasi.

Berikut adalah beberapa contoh akulturasi candi Hindu dan Buddha:

 Arsitektur: Candi Hindu dan Buddha di Indonesia memiliki bentuk yang mirip, yaitu
berbentuk punden berundak. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Hindu dan Buddha
telah mempengaruhi arsitektur candi di Indonesia.
 Hiasan: Candi Hindu dan Buddha di Indonesia dihiasi dengan relief yang
menggambarkan kisah-kisah dalam agama Hindu dan Buddha. Namun, relief-relief
tersebut juga menampilkan unsur-unsur budaya lokal, seperti flora dan fauna.
 Upacara: Upacara keagamaan yang dilakukan di candi Hindu dan Buddha di Indonesia
juga merupakan perpaduan antara budaya Hindu dan Buddha. Hal ini terlihat dari
penggunaan bahasa lokal dalam mantra-mantra yang diucapkan dalam upacara tersebut.

Akulturasi candi Hindu dan Buddha merupakan salah satu bukti kekayaan budaya Indonesia.
Akulturasi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mampu menerima dan beradaptasi
dengan perbedaan agama dan budaya.
4. Bagaimana cara melestarikan candi ?

Pertanyaan dari : Satria Indra Pratama

Jawaban :
Pelestarian candi merupakan upaya untuk menjaga dan melindungi candi agar tetap lestari dan
dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Upaya pelestarian candi dapat dilakukan melalui
berbagai cara, yaitu:

 Pelindungan: Pelindungan candi dilakukan untuk mencegah kerusakan candi akibat


faktor alam, seperti erosi, gempa bumi, dan banjir. Pelindungan candi dapat dilakukan
dengan membangun tembok penahan, menanam pohon di sekitar candi, dan memasang
talang air.
 Konservasi: Konservasi candi dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan
kondisi candi agar tetap baik. Konservasi candi dilakukan oleh tenaga ahli yang memiliki
kompetensi di bidangnya.
 Pemanfaatan: Pemanfaatan candi dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya pelestarian candi. Pemanfaatan candi dapat dilakukan dengan membuka
candi untuk umum, mengadakan acara budaya di candi, dan memberikan edukasi tentang
candi kepada masyarakat.

Upaya pelestarian candi merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah, masyarakat,
maupun pihak swasta. Semua pihak harus bekerja sama untuk menjaga warisan budaya
Indonesia yang berharga ini.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk melestarikan candi:

 Selalu menjaga kebersihan candi


 Tidak merusak candi
 Mengunjungi candi secara bertanggung jawab
 Memberikan edukasi tentang candi kepada masyarakat

Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita dapat ikut berperan dalam menjaga kelestarian candi di
Indonesia.
EVALUASI

1.Evaluasi

Akulturasi candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah

Akulturasi candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah merupakan salah satu bukti kekayaan
budaya Indonesia. Akulturasi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mampu menerima
dan beradaptasi dengan perbedaan agama dan budaya.

Berdasarkan hasil evaluasi, akulturasi candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah dapat dilihat dari
beberapa aspek, yaitu:

 Arsitektur: Candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah memiliki bentuk yang mirip, yaitu
berbentuk punden berundak. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Hindu dan Buddha
telah mempengaruhi arsitektur candi di Indonesia.
 Hiasan: Candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah dihiasi dengan berbagai relief yang
menggambarkan kisah-kisah dalam agama Hindu dan Buddha. Namun, relief-relief
tersebut juga menampilkan unsur-unsur budaya lokal, seperti flora dan fauna.
 Upacara: Upacara keagamaan yang dilakukan di candi Hindu dan Buddha di Jawa
Tengah juga merupakan perpaduan antara budaya Hindu dan Buddha. Hal ini terlihat dari
penggunaan bahasa lokal dalam mantra-mantra yang diucapkan dalam upacara tersebut.

Akulturasi candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah tidak lepas dari beberapa faktor, yaitu:

 Faktor toleransi: Pada masa lampau, masyarakat Indonesia memiliki toleransi yang tinggi
terhadap perbedaan agama dan budaya. Hal ini membuat mereka mudah menerima
pengaruh budaya asing, termasuk budaya Hindu dan Buddha.
 Faktor kesamaan: Terdapat beberapa kesamaan antara agama Hindu dan Buddha, seperti
konsep Triloka, ajaran tentang karma, dan kepercayaan terhadap reinkarnasi. Hal ini
memudahkan terjadinya akulturasi antara kedua agama tersebut.
 Faktor pengaruh politik: Pada masa lampau, banyak kerajaan di Indonesia yang menganut
agama Hindu dan Buddha. Hal ini membuat agama-agama tersebut memiliki pengaruh
yang kuat terhadap masyarakat Indonesia.
Dari hasil evaluasi, dapat disimpulkan bahwa akulturasi candi Hindu dan Buddha di Jawa
Tengah merupakan hasil dari kolaborasi antara budaya Hindu dan Buddha dengan budaya lokal.
Akulturasi ini telah menghasilkan karya seni yang indah dan bernilai tinggi, sekaligus menjadi
simbol toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Upaya pelestarian candi

Upaya pelestarian candi merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah, masyarakat,
maupun pihak swasta. Semua pihak harus bekerja sama untuk menjaga warisan budaya
Indonesia yang berharga ini.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan candi:

 Pelindungan: Pelindungan candi dilakukan untuk mencegah kerusakan candi akibat


faktor alam, seperti erosi, gempa bumi, dan banjir. Pelindungan candi dapat dilakukan
dengan membangun tembok penahan, menanam pohon di sekitar candi, dan memasang
talang air.
 Konservasi: Konservasi candi dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan
kondisi candi agar tetap baik. Konservasi candi dilakukan oleh tenaga ahli yang memiliki
kompetensi di bidangnya.
 Pemanfaatan: Pemanfaatan candi dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya pelestarian candi. Pemanfaatan candi dapat dilakukan dengan membuka
candi untuk umum, mengadakan acara budaya di candi, dan memberikan edukasi tentang
candi kepada masyarakat.

Masyarakat dapat berperan dalam pelestarian candi dengan melakukan hal-hal berikut:

 Selalu menjaga kebersihan candi


 Tidak merusak candi
 Mengunjungi candi secara bertanggung jawab
 Memberikan edukasi tentang candi kepada masyarakat

Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita dapat ikut berperan dalam menjaga kelestarian candi di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai