Anda di halaman 1dari 10

Tema : Objek Arsitektur

Tesis : Candi Prambanan sebagai bangunan peninggalan masa Hindu-Buddha


memiliki banyak nilai sejarah penting sehingga harus dilestarikan

Keistimewaan Arsitektur Hindu pada Candi Prambanan

Jane Ligawan
160116445

Abstraksi
Bangunan tradisional di Indonesia pada zaman dahulu terbuat dari material alam di
sekitarnya yang tidak tahan lama dan mudah hancur. Bangunan-bangunan kuno Indonesia yang
masih bertahan adalah yang terbuat dari batu, seperti candi-candi peninggalan masa Hindu-
Buddha. Masa Hindu-Buddha di Indonesia dimulai sebelum kedatangan Belanda. Pada masa
ini banyak berdiri kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, dan masing-masing kerajaan
tersebut membuat prasasti maupun candi-candi sebagai bukti keberadaannya. Candi-candi
yang dibangun ini menjadi peninggalan bersejarah yang penting serta berpengaruh banyak
terhadap arsitektur di Indonesia. Tradisi-tradisi yang dilakukan oleh para leluhur sebelum
membangun serta teknik membangun yang digunakan pun sampai saat ini masih kita terapkan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Ragam hias yang digunakan pada bangunan
candi juga banyak diterapkan pada bangunan-bangunan Indonesia dewasa ini. Arsitektur
Hindu-Buddha menjadi sejarah penting dalam perkembangan arsitektur di Indonesia. Salah
satu candi Hindu terbesar di Indonesia yaitu Candi Prambanan. Candi Prambanan sendiri terdiri
atas beberapa area candi, yang setiap areanya memiliki maknanya tersendiri. Candi Prambanan
juga memberi banyak pengaruh terhadap daerah di sekitarnya, maka dari itu pelestarian candi
ini sangatlah penting.

ESAI
Arsitektur Hindu-Buddha di Indonesia dikategorikan dalam Periode Klasik Indonesia
(Miksic, 2005). Salah satu yang berkembang akibat penyebaran Agama Hindu-Buddha adalah
candi. Candi adalah sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan dari peradaban
Hindu-Buddha. Walaupun begitu, istilah candi tidak hanya digunakan untuk merujuk pada
tempat ibadah, namun juga situs-situs peninggalan Hindu-Buddha lainnya. Candi-candi di
Indonesia dibangun menggunakan material batu dan batu bata. Adapun bangunan-bangunan
selain candi juga banyak terpengaruh oleh agama. Selama Periode Klasik Indonesia, lebih
kurang 800 tahun lamanya, bidang arsitektur berevolusi sebagai reaksi terhadap perubahan
agama, politik, dan kecenderungan manusia terhadap perubahan gaya.
Konsep dasar rancangan candi Klasik Indonesia yaitu usaha untuk menciptakan tiruan
gunung pada pusat alam semesta, tempat roh para dewa tinggal (Miksic, 2005). Gunung
dipercaya sebagai tempat kekuatan adikodrati, adikodrati adalah sebutan untuk kejadian yang
tidak bisa dijelaskan dengan hukum alam. Kepercayaan inilah yang kemudian
melatarbelakangi bentuk candi di Indonesia. Masyarakat Indonesia pada masa itu mempercayai
bahwa kekuatan tertinggi ada pada nenek moyang dan gunung. Tidak hanya itu, agama dan
arsitektur India juga berperan terkait unsur estetika pada bangunan dan juga berbagai konsep
dasar yang kemudian menambah konsep prasejarah Indonesia. Orang Indonesia merasa bahwa
alam semesta terbagi menjadi empat bagian, tetapi paduan gagasan filsafat dan keagamaan
memberi pengaruh banyak terhadap pandangan tersebut (Miksic, 2005).
Dalam membangun sebuah candi, ada beberapa tahap yang dilakukan oleh masyarakat
pada masa itu. Masyarakat Jawa kuno melakukan sebuah upacara sebelum mendirikan candi.
Upacara akan diselenggarakan di tengah halaman tertutup, dan pendeta akan membacakan doa
di atas batu suci. Kemudian sebatang kayu akan ditanamkan di tengah-tengah lapangan, dan
orang-orang berkumpul di sekitarnya membuat lingkaran. Pengukuran bangunan candi diambil
dari matra tubuh pemimpin “arsitek”. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi ukuran yang
berbeda-beda pada tiap candi. Selanjutnya dibuat garis bujursangkar berdasarkan arah mata
angin. Setelah semua proses tersebut dilaksanakan, batu-batu diletakkan di sepanjang poros
yang telah dibuat sebelumnya (Miksic, 2005). Batu-batu ini disusun tanpa bahan pengikat,
namun menggunakan sistem sambungan. Teknik yang digunakan berbeda-beda pada setiap
candi, namun semuanya menerapkan sistem kerja yang hampir mirip.
Candi Hindu memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan candi
Buddha. Candi dibangun dekat dengan air, di puncak bukit, lereng gunung atau pun di lembah.
Seperti Candi Prambanan, dibangun dekat dengan Sungai Opak. Candi dibangun dengan sistem
terpusat, dimana posisi candi induk berada di tengah-tengah anak candi (candi perwara). Candi
perwara akan dibangun mengelilingi candi induk, sistem ini banyak dipengaruhi dari India.
Candi Hindu memiliki bentuk yang cenderung lebih ramping dan tinggi, ketimbang candi
Buddha. Material yang digunakan adalah batu-batuan. Candi-candi di Jawa Tengah
kebanyakan dibangun menggunakan batu andesit, sedangkan di Jawa Timur banyak
menggunakan bata merah. Kemudian pada bagian puncak candi Hindu terdapat Lingga Semu,
sedangkan pada candi Buddha menggunakan stupa (Hasan, 2012)
Candi Prambanan merupakan salah satu candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini
dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Balitung dari Wangsa Sanjaya. Hal ini diketahui melalui
Prasasti Siwargha yang ditemukan di sekitar Prambanan. Berdasarkan Prasasti Siwargha, nama
asli kompleks candi ini adalah Siwargha, yang artinya rumah Siwa dalam Bahasa Sansekerta.
Candi Pramban sendiri dibangun untuk pemujaan Trimurti, yaitu tiga dewa utama Hindu.
Namun, ruang utama pada candi ini menjadi tempat bersemayam dewa Siwa. Candi ini dihiasi
relief naratif tentang Ramayana dan Krishnayana. Kisah Ramayana ini kemudian diangkat
menjadi suatu sendratari yang diadakan secara rutin di Prambanan. Selain itu, terdapat legenda
Rara Jonggrang yang melatar belakangi kemunculan candi-candi di sekitar Prambanan. Rara
Jonggrang sendiri mengisahkan cinta seorang pangeran kepada seorang putri yang berakhir
dengan dikutuknya sang putri karena tipu muslihatnya. Terdapat Arca Durga
Mahisashuramardini di ruang utara candi Siwa Prambanan, yang dipercaya sebagai perwujudan
Putri Rara Jonggrang.
Terdapat empat pintu masuk ke dalam kompleks candi, berdasarkan arah mata angin.
Namun Candi Prambanan sendiri menghadap ke arah timur, sehingga pintu masuk utamanya
berada di timur. Terdapat beberapa kompleks candi, yaitu 3 Candi Trimurti, 3 Candi Wahana,
2 Candi Apit, 4 Candi Kelir, 4 Candi Patok dan 224 Candi Perwara. Saat ini hanya tersisa 18
candi, yaitu 8 candi utama, 8 candi kecil di zona inti, dan 2 candi perwara. Kompleks candi
Prambanan dibedakan menjadi tiga zona, zona luar, zona tengah dan zona inti yang merupakan
tempat tersuci dari candi.
Candi Siwa berada di zona inti dari ketiga zona candi. Candi Siwa sebagai candi utama
menjulang tinggi dengan ukuran 47 meter dan lebar 34 meter, menjadikannya bangunan
terbesar sekaligus tertinggi di kompleks candi Prambanan. Candi Siwa dihiasi relief yang
menceritakan kisah Ramayana, yang terukir pada dinding dalam pagar langkan. Terdapat lima
ruangan pada Candi Siwa, satu ruangan di setiap arah mata angin dan satu garbagriha, yaitu
ruang utama dan terbesar yang berada di tengah candi. Pada ruangan utama terdapat arca Siwa
Mahadewa setinggi 3 meter, arca ini dianggap sebagai perwujudan raja Balitung sebagai dewa
Siwa. Selain itu, terdapat arca-arca lain dengan ukuran lebih kecil yang masih berkaitan dengan
Siwa. Salah satunya di ruang utara terdapat arca Durga Mahisashuramardini. Arca ini disebut
sebagai Rara Jonggrang oleh penduduk setempat, yang kemudian dikaitkan dengan legenda
Rara Jonggrang.
Candi Brahma dan Candi Wishnu berada di sisi utara dan selatan Candi Siwa. Kedua
candi ini menghadap ke timur. Terdapat satu ruang dalam masing-masing candi, yang
dipersembahkan untuk dewa-dewa tersebut. Candi Brahma menyimpan arca Brahma setinggi
3 meter, dan terdapat relief lanjutan dari Kisah Ramayana. Pada Candi Wishnu juga terdapat
satu ruang tempat menyimpan arca Wishnu setinggi 3 meter. Candi Brahma dan Wishnu
berukuran sama, dengan tinggi 33 meter dan lebar 20 meter.
Candi Wahana dipersembahkan untuk hewan-hewan kendaraan dari dewa-dewa
Trimurti. Letaknya di depan candi Trimurti dengan ukuran yang lebih kecil. Candi-candi
wahana terletak tepat di depan dewa penunggangnya. Seperti candi Nandi berada di depan
candi Siwa, di dalamnya terdapat arca lembu Nandi. Arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa
matahari mengapi arca Nandi di kiri dan kanannya. Sedangkan di depan candi Brahma terdapat
candi Angsa, namu tidak ada arca Angsa di dalamnya. Di depan candi Wisnu terdapat candi
yang dipersembahkan untuk Garuda, namun tidak terdapat arca Garuda di dalamnya.
Di antara baris keenam candi-candi utama terdapat Candi Apit. Candi Apit ukurannya
sama dengan candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan luas denah 6 × 6 meter. Selain itu,
terdapat candi kecil berupa kuil di samping 8 candi utama. Candi ini berfungsi sebagai
pelinggihan dalam Pura Hindu Bali, sebagai tempat meletakkan sesaji, sekaligus sebagai aling-
aling di pintu masuk. Terdapat 4 candi kecil, yaitu 4 Candi Kelir di keempat penjuru mata angin
pintu masuk dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi kecil ini tidak memiliki tangga dengan
tinggi sekitar 2 meter.
Candi Perwara adalah candi pengawal atau pelengkap. Candi ini berada di zona tengah
dari Candi Prambanan. Masing-masing candi perwara berukuran tinggi 14 meter dengan luas
denah 6 × 6 meter. Bentuk candi dirancang seragam, dengan satu tangga dan pintu masuk
menghadap ke timur. Atap candi pada zona inti berbentuk wajra, namun atap candi perwara
berbentuk ratna yang melambangkan permata. Jumlah keseluruhan dari candi perwara pada
zona ini adalah 224 candi, namun hanya sedikit yang telah dipugar.
Arsitektur Candi Prambanan disusun berdasarkan tradisi Hindu menurut Kitab Wastu
Sastra. Denah candi mengikuti pola mandala, dimana bangunan induk berada di tengah-tengah
anak candi. Bentuk candi cenderung tinggi menyerupai gunung, bentuk ini menjadi ciri khas
candi Hindu. Prambanan dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu gunung suci Mahameru
tempat para dewa bersemayam. Bagian-bagian kompleks candi mengikuti model alam semesta
menurut konsep kosmologi Hindu, yang terbagi atas beberapa lapisan. Terdapat tiga zona, yaitu
Bhurloka, Bwahloka, dan Swahloka. Bhurloka
merupakan bagian paling rendah tempat manusia,
hewan, makhluk halus dan iblis tinggal. Bagian ini
dilambangkan dengan halaman terluar dan kaki
candi. Bwahloka merupakan alam tengah, tempat
orang suci, dan pertapa tinggal. Bagian ini
merupakan halaman tengah dan tubuh candi.
Swahloka sebagai ranah tertinggi merupakan tempat
bersemayam para dewa. Bagian ini dilambangkan
oleh halaman dalam dan atap candi. Atap candi di
Prambanan dihiasi dengan ratna yang merupakan
bentuk modifikasi bentuk wajra, yang melambangkan intan atau halilintar.
Candi Prambanan dibagi menjadi lima tingkat yang berbeda. Setiap tingkatan ini
memiliki ukuran serta ketinggian yang berbeda. Perbedaan ini berpengaruh terhadap perspektif
candi. Bagian pertama, badan utama bangunan dibagi menjadi 2 oleh bidang lebar, bagian
kedua terdiri atas lantai pertama yang bentuknya mirip dasar bangunan namun berukuran lebih
kecil. Bagian ketiga merupakan lantai bertingkat kedua dari atap. Pada tingkat ini, dampak
perspektif titik hilang diperkuat oleh penyusutan (Miksic, 2005). Tingkat keempat terdiri atas
tingkatan atap ketiga dan paling kecil. Bagian kelima terdiri atas mahkota yang menggunakan
prinsip kerja yang sama dengan tingkatan sebelumnya. Hal ini membuatnya tampak lebih
kokoh dari yang seharusnya dan tampak lebih besar karena tidak ada bagian yang jelas
menandai perubahan ukuran. Strategi yang mengganggu kelangsungan dampak perspektif ini
justru menonjolkan puncak bangunan tersebut.
Candi Prambanan dihiasi oleh relief naratif tentang Ramayana dan Krishnayana. Relief
dibuat pada dinding bagian dalam pagar langkan sepanjang lorong yang mengelilingi tiga candi
utama. Relief dibaca dari kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari candi. Hal
ini membuat pengunjung seolah melakukan ritual pradaksina, yaitu ritual mengelilingi
bangunan suci searah jarum jam oleh peziarah. Kisah Ramayana dimulai dari sisi timur candi
Siwa dan dilanjutkan ke candi Brahma. Sedangkan pada candi Wishnu terdapat relief
Krishnayana yang menceritakan kehidupan Krishna sebagai salah satu jelmaan Wishnu. Relief
Ramayana sendiri menggambarkan bagaimana Shinta, istri Rama diculik oleh Rahwana. Kisah
ini juga ditampilkan dalam Sendratari Ramayana di panggung terbuka Trimurti setiap malam
bulan purnama.
Sekitar tahun 930, ibu kota kerajaan dipindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, yang
mendirikan Wangsa Isyana. Hal ini dikarenakan letusan hebat Gunung Merapi yang terletak
sekitar 20 kilometer di utara Candi Prambanan, serta terjadinya perang dan perebutan
kekuasaan. Akibatnya Candi Prambanan terlantar dan tidak terawat hingga mulai rusak dan
runtuh. Bangunan candi benar-benar runtuh ketika terjadi gempa bumi hebat pada abad ke 16.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan kembali oleh CA Lons. Namun banyak bagian candi
yang dijarah, seperti arca-arca dan relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan
hiasan taman. Warga pribumi juga menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan
pondasi rumah.
Pemugaran mulai dilakukukan pada tahun 1930. Pemugaran candi utama
dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden Sukarno. Banyak bagian candi
yang direnovasi, diganti menggunakan batu baru karena batu asli banyak yang dicuri. Candi
hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Maka dari itu, banyak candi-
candi kecil yang tidak dibangun ulang karena batunya banyak yang hilang.
Pemugaran dilakukan supaya orang yang melihatnya menjadi tertarik. Sasaran utama
pemugaran adalah supaya candi dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan
begitu, diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sejarah,
serta peninggalannya. Selain itu juga membuka kemungkinan untuk mengembangkan
pariwisata.
Pemugaran sendiri sangat membutuhkan batu-batu aslinya. Penggunaan batu asli
menjadi syarat utama dalam melakukan pemugara. Namun, apabila batu-batu asli tidak
ditemukan lagi, boleh digantikan dengan batu-batu baru asalkan diberi tanda khusus. Meskipun
begitu, banyak candi yang tidak dipugar karena batu-batunya hilang. Hal inilah yang kemudian
membuat proses pemugaran candi memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak
sedikit.
Pemeliharaan Candi Prambanan sendiri dilakukan secara rutin oleh pengurus. Mereka
hanya diperbolehkan untuk menggunakan sapu lidi. Sapu lidi digunakan untuk membersihkan
sela-sela ukiran supaya bentuknya tidak berubah dari bentuk aslinya. Lumut sendiri menjadi
masalah utama dalam pemeliharaan candi, karena jika dibiarkan lumut akan membuat rapuh
batuan candi. Tidak hanya pada bagian bawah candi, namun atap juga dirawat dan dibersihkan
secara rutin dengan sapu lidi. Para pengurus menggunakan alat pengaman untuk membersihkan
atap candi ini, dan ketika siang mereka harus segera turun sebelum para pengunjung datang.
Candi Prambanan sebagai salah satu candi Hindu terbesar di Indonesia memiliki
peranan penting terhadap sejarah perkembangan Indonesia. Candi ini juga termasuk situs
warisan dunia UNESCO, dan menjadi salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Candi ini
menjadi peninggalan sejarah yang penting, bukti kejayaan masa-masa Hindu-Buddha di
Indonesia. Selain itu, lewat Candi Prambanan kita mampu memahami teknik-teknik
pembangunan candi yang digunakan pada masa itu, serta teknik menyusun batu sehingga
mampu membuat sebuah bangunan dengan tinggi 47 meter. Selain dari segi arsitektur, Candi
Prambanan juga memberikan banyak manfaat dari segi Ekonomi. Keberadaan candi tersebut
sebagai objek wisata, ikut mengangkat perekonomian warga yang tinggal di sekitarnya.
Pemerintah melakukan banyak cara untuk melestarikan semua bangunan cagar budaya
di Indonesia. Banyak peraturan yang dibuat pemerintah terkait perlindungan serta pelestarian
bangunan cagar budaya. Tidak hanya pemerintah, namun juga dibantu dengan UNESCO.
Tidak hanya dalam proses pemugaran, banyak dukungan dana renovasi candi yang telah
diberikan oleh UNESCO. Renovasi candi pun terus menerus dilakukan agar setiap tahun
jumlah candi semakin bertambah dan semakin banyak yang tertarik.
Sebagai masyarakat, kita harus bergerak aktif dalam pelestarain budaya peninggalan
nenek moyang. Candi Prambanan merupakan salah satu warisan budaya terbesar di Indonesia.
Sudah sewajarnya kita sebagai masyarakat peduli dengan kelestarian warisan budaya, dengan
cara bergerak aktif baik terjun langsung ke lapangan maupun melakukan kampanye melalui
sosial media. Selain itu, kita juga bisa menjaga kebersihan lingkungan di kompleks Candi
Prambanan serta mematuhi peraturan yang ada untuk tidak memasuki area tertentu ataupun
memegang batu-batuan di area candi.
Candi Prambanan sebagai bangunan cagar budaya adalah satu aset bangsa yang sangat
penting. Bangunan ini menjadi saksi sejarah perkembangan Indonesia dari masa Hindu-
Buddha hingga saat ini. Dengan menghargai sejarah bangsa sendiri, kita turut serta dalam
pelestarian budaya itu sendiri. Oleh karena itu melestarikan dan menjaga budaya sendiri
sangatlah penting, karena budaya menjadi salah satu ciri dan karakter yang membentuk
keberagaman di Indonesia.
Daftar Pustaka

Gunawan Tjahjono. 2005. Indonesian Heritage Arsitektur. Jakarta : Growlier.

Raziq Hasan. 2012. Perkembangan Arsitektur-1. Jurnal Universitas Gunadarma.

Wikipedia. Candi Prambanan. Diperoleh 25 Mei 2017, dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan

Borobudurpark. Candi Prambanan. Diperoleh 25 Mei 2017, dari


http://borobudurpark.com/temple/prambanan/

Wikipedia. Rara Jonggrang. Diperoleh 25 Mei 2017, dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Rara_Jonggrang
Kerangka :

Pengertian Arsitektur
Klasik Hindu-Buddha
dan Konsep dasar

Macam-macam
Candi di Indonesia
Sejarah singkat
Candi Prambanan

Cara Ragam Hias Ciri-ciri Arsitektur Pemugaran


membangun Arsitektur pada Hindu pada Candi Candi
candi Candi Prambanan Prambanan Prambanan

Teknik Relief pada


Pembangunan Candi Kompleks Candi-candi
yang digunakan Candi utama di
Prambanan Prambanan

Candi Candi
Siwa Brahma dan
Wishnu

Bagian-bagian
Candi
Upaya Pelestarian
Bangunan

1. Arsitektur Hindu Buddha


a. Awal mula di Indonesia
b. Tujuan pembangunan candi
c. Teknik pembangunan
2. Candi Hindu
a. Ciri-ciri candi Hindu
b. Perbedaan dengan candi Buddha
3. Candi Prambanan
a. Sejarah singkat
b. Kompleks candi
c. Candi Siwa
d. Candi Brahma dan Candi Wisnu
e. Candi Wahana
f. Candi Apit
g. Candi Perwara
h. Arsitektur candi
i. Perspektif candi
j. Makna relief
4. Pemugaran Candi
a. Bencana pada Candi
b. Material bangunan
c. Teknik Pemugaran
d. Cara pemeliharaan
5. Pelestarian bangunan
a. Pentingnya Candi Prambanan
b. Usaha pemerintah
c. Cara melestarikan

Anda mungkin juga menyukai