Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan Seni Rupa Jawa Hindu

disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Sejarah Seni Rupa Indonesia

Disusun oleh :
Dini Fitrianti (1902139 – PSR B)

Program Studi Pendidikan Seni Rupa


Fakultas Pendidikan Seni Rupa dan Desain
Universitas Pendidikan Indonesia
2020
A. Arsitektur
1. Latar Belakang
Arsitektur Jawa adalah arsitektur yang digunakan oleh masyarakat Jawa. Arsitek
Jawa telah ada dan berlangsung selama paling tidak 2.000 tahun.
Arsitektur Jawa kuno dipengaruhi oleh kebudayaan India bersamaan dengan
datangnya pengaruh Hindu dan Buddha terhadap kehidupan masyarakat Jawa.
Wilayah India yang cukup banyak memberi pengaruh terhadap Jawa adalah India
Selatan. Ini terbukti dari penemuan candi-candi di India yang hampir menyerupai
candi yang ada di Jawa. Begitu pula aksara yang banyak ditemui pada prasasti di
Jawa adalah jenis huruf Pallawa yang digunakan oleh orang India selatan.
Meskipun budaya India berpengaruh besar tetapi Jawa tidak meniru begitu saja
kebudayaan tersebut. Dengan kearifan lokal masyarakat, budaya dari India
diterima melalui proses penyaringan (filtrasi) yang natural. Proses akulturasi
budaya ini dapat dilihat pada model arsitektur, misalnya, punden berundak
(budaya asli Indonesia) pada Candi Sukuh di Jawa Tengah.
Dalam perkembangan selanjutnya dalam periode Klasik Muda di wilayah Jawa
Timur pada abad ke13—15 M arsitektur bangunan suci Hindu-Buddha di Jawa
telah memperoleh gayanya tersendiri. Bentuk arsitekturnya terdiri dari candi
bergaya Singhasari, gaya candi Jago, gaya candi Brahu, dan punden berundak.
Pengaruh India dalam hal ini hanya tinggal dalam konsep keagamaannya saja,
konsep-konsep kedewataan kemudian digubah kembali oleh para pujangga Jawa
Kuno. Dalam hal konsepsi keagamaan hakikat tertinggi dalam agama Hindu dan
Buddha dalam masa Kerajaan Singhasari dan Majapahit telah dipadukan menjadi
Bhattara Siva-Buddha. Perpaduan konsepsi dewata tertinggi itu diwujudkan dalam
bentuk bangunan suci, misalnya pada Candi Jawi (Pasuruan) dan Candi
Jago (Malang). Di Candi Jawi, unsur Buddha terlihat pada puncaknya, sedangkan
di relung candinya dahulu berisikan arca-arca Hindu-Saiva khas Jawa. Begitupun
di Candi Jago, cerita relief banyak yang bernafaskan Hindu-Saiva, adapun arca
pelengkap candi itu semuanya bernafaskan Buddha Mahayana.
(sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Jawa)
2. Jenis Karya Arsitektur
Candi adalah karya utama dalam seni rupa Jawa–Hindu yang Merupakan pusat
kegiatan seni bangunan, seni patung dan Seni hias.
Pengertian istilah candi : istilah candi berasal dari kata “ candika “ artinya salah satu
nama dewa kamatian. Kuil di India disebut : Vimana, tempat tinggal dewa. (sumber :
https://www.academia.edu/10096038/Arsitektur_indonesia-HINDU?auto=download)

gambar 1.1 candi prambanan


(sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan)
3. Bahan
Sehubungan dengan karya arsitektur utama dalam sejarah seni rupa Jawa –
Hindu adalah candi, maka bahan yang dimaksud adalah bahan dalam
pembuatan candi hindu di Jawa.
Candi-candi di Jawa Tengah menggunakan batu andesit, sedangkan candi-
candi pada masa Majapahit di Jawa Timur banyak menggunakan bata
merah. 
Adapun bahan – bahan lebih lengkapnya untuk membuat candi antaralain :

a. Batu andesit, batu bekuan vulkanik yang ditatah membentuk kotak-kotak yang saling
kunci. Batu andesit bahan candi harus dibedakan dari batu kali. Batu kali meskipun
mirip andesit tetapi keras dan mudah pecah jika ditatah (sukar dibentuk). Batu andesit
yang cocok untuk candi adalah yang terpendam di dalam tanah sehingga harus
ditambang di tebing bukit.
b. Batu putih (tuff), batu endapan piroklastik berwarna putih, digunakan di Candi
Pembakaran di kompleks Ratu Boko. Bahan batu putih ini juga ditemukan dijadikan
sebagai bahan isi candi, di mana bagian luarnya dilapis batu andesit
c. Bata merah, dicetak dari lempung tanah merah yang dikeringkan dan dibakar. Candi
Majapahit dan Sumatra banyak menggunakan bata merah.
d. Stuko (stucco), yaitu bahan semacam beton dari tumbukan batu dan pasir. Bahan
stuko ditemukan di percandian Batu Jaya.
e. Bajralepa (vajralepa), yaitu bahan lepa pelapis dinding candi semacam plaster putih
kekuningan untuk memperhalus dan memperindah sekaligus untuk melindungi
dinding dari kerusakan. Bajralepa dibuat dari campuran pasir vulkanik dan kapur
halus. Konon campuran bahan lain juga digunakan seperti getah tumbuhan, putih
telur, dan lain-lain. Bekas-bekas bajralepa ditemukan di candi Sari dan candi
Kalasan. Kini pelapis bajralepa telah banyak yang mengelupas.
f. Kayu, beberapa candi diduga terbuat dari kayu atau memiliki komponen kayu. Candi
kayu serupa dengan Pura Bali yang ditemukan kini. Beberapa candi tertinggal hanya
batu umpak atau batur landasannya saja yang terbuat dari batu andesit atau bata,
sedangkan atasnya yang terbuat dari bahan organik kayu telah lama musnah.
Beberapa dasar batur di Trowulan Majapahit disebut candi, meskipun sesungguhnya
merupakan landasan pendopo yang bertiang kayu. Candi Sambisari dan
candi Kimpulan memiliki umpak yang diduga candi induknya dinaungi bangunan
atap kayu. Beberapa candi seperti Candi Sari dan Candi Plaosan memiliki komponen
kayu karena pada struktur batu ditemukan bekas lubang-lubang untuk meletakkan
kayu gelagar penyangga lantai atas, serta lubang untuk menyisipkan daun pintu dan
jeruji jendela.
(sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Candi)

4. Teknik Pembuatan
Secara garis besar, bangunan candi di Prambanan menerapkan sistem dinding ganda,
yaitu kulit dan batu isian. Bagian kulit terdiri susunan blok batu andesit, sedangkan
isian susunan blok batu putih (tuff).
Dari segi teknis, penyusunan balok batu fondasi dimulai dari fondasi bangunan
utama Candi Siwa, supaya nantinya tidak miring akibat tanah dasar fondasinya tidak rata. 

Anda mungkin juga menyukai