Anda di halaman 1dari 16

NAMA : MUHAMMAD FACHRI DARMAWAN

NIM : 1903264

KELAS : PENDIDIKAN SENI RUPA (B)

PERKEMBANGAN SENI RUPA


I. ZAMAN BATU
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia
umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan
tulang. Zaman batu terbagi menjadi empat zaman

1. ZAMAN BATU TUA (paleolithikum)

Zaman Batu Tua merupakan masa di mana alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan
belum dihaluskan/belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana. Contohnya adalah
kapak perimbas, alat-alat serpih, dan kapak genggam.

Zaman paleolithikum ini ditandai dengan diketemukannya benda-benda dari batu kasar,
berupa kapak genggam (chopper) yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Parigi (Sulawesi),
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat).

Di Ngandong (Jawa Tengah) ditemukan alat-alat dari batu beraneka warna yang berfungsi untuk
mengorek-orek ubi yang disebut flakes dan peralatan dari tulang (bone culture).

Selain itu juga ditemukan lukisan kuno di gua Leang-leang (Sulawesi Selatan) objek lukisan
di gua ini berupa telapak tangan dan tubuh manusia.

Di Papua objek lukisannya berupa binatang terdapat cipratan darah yang dicampur dengan lemak.

Berikut contoh karya seni rupa pada zaman batu tua:

Kapak Perimbas

Kapak perimbas digunakan untuk memotong bahan makanan dengan potongan yang besar
sehingga bentuknya lebih besar.
Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html
Alat-alat serpih

Alat-alat serpih digunakan untun memotong dengan ukuran-ukuran yang lebih kecil sehingga
bentuknya kecil sekitar lima centimeter.

Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html

Kapak Genggam

Kapak genggam fungsinya hampir sama dengan kapak perimbas hanya saja bentuknya lebih
pendek dan mengembang, cara memakainya dengan cara digenggam.

Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html

2. ZAMAN BATU TENGAH (mezolithikum)

Pada zaman ini kehidupan nenek moyang kita sudah mulai maju dan berkembang.

Hal ini dibuktikan dengan diketemukannya ujung panah, flakes, batu penggiling, pipisan, kapak batu
dan alat-alat dari tanduk rusa.

Nenek moyang kita pada zaman ini diperkirakan sudah mulai menetap.

Hal ini dibuktikan dengan diketemukan tumpukan kulit kerang setinggi tujuh meter di pantai 
timur Sumatra dan juga sudah diketemukan pecahan tembikar dari tanah liat.
Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus
dari zaman batu tua.

Pada zaman ini terdapat alat baru dengan fungsi yang berbeda daripada alat-alat serpih. Contohnya
yaitu:

Batu penggiling/ Pipisan

-Batu penggiling/ pipisan fungsinya untuk menggiling bahan, sehingga bahan menjadi pipih.
Bentuknya terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang digunakan sebagai alas memiliki permukaan
datar dan bagian batu berbentuk silinder yang digunakan untuk memipihkan.

Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html

Pebble/Kapak Sumatera

-Pebble/kapak sumatera. Pebble merupakan bentuk dasar kapak tetapi lebih kasar, fungsinya untuk
memotong akan tetapi bentuknya lebih baik dan lebih runcing daripada alat-alat serpih.

Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html
-Kapak pendek. Kapak pendek merupakan jenis lain dari Pebble tetapi bentuknya lebih pendek.
Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html

3. ZAMAN BATU MUDA (neolithikum)

Pada zaman ini nenek moyang kita sudah tinggal menetap. Dalam mencari mata pencaharian
mereka sudah mulai bercocok tanam. Pada periode ini telah ditemukan kapak lonjong dan persegi.

Kapak persegi (ditemukan di Lahat, Bogor, Sukabumi, Karawang, Pacitan, Tasikmalaya dan
lereng Gunung Ijen) diperkirakan untuk bercocok tanam, memahat dan untuk memotong kayu.
Sedangkan kapak lonjong (ditemukan di Papua, Minahasa, Serawak dan Kepulauan Tanimbar)
bentuknya bulat memanjang dengan bagian ujung lancip dan tajam.

Pada zaman ini juga sudah diketemukan tembikar dari tanah liat yang sudah diberi motif
hiasan yang bersifat magis, perhiasan cincin, kalung, gelang dari batu dan pakaian dari kulit kayu.
Zaman batu muda erupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu
yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Pada zaman ini
manusia lebih pintar, terdapat adanya kreativitas dalam membuat alat-alat menjadi lebih baik, yaitu
dengan cara diperbagus bentuk dan teksturnya. Peninggalan pada zaman ini yaitu: Beliung dan Kapak
lonjong.

Beliung

Kapak Lonjong

Beliung fungsinya hampir sama dengan kapak, bentuknya seperti persegi tetapi tidak
beraturan. Sedangkan kapak lonjong memiliki bentuk seperti ellips dan teksturnya halus, ujungnya
agak lancip tetapi tidak runcing.
Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html

4. ZAMAN BATU BESAR (megalithikum)

Zaman Batu Besar ditandai dengan adanya peninggalan monumen-monumen batu sebagai
upacara keagamaan yang dianut masyarakat pada saat itu.

Peninggalan tersebut berupa dolmen ( sejenis meja dari batu berukuran besar berfungsi untuk
meletakkan sesaji di atasnya dan juga sebagai tanda bahwa di bawahnya ada kuburannya), menhir
(bangunan yang menyerupai tugu sebagai tanda bersemayamnya roh-roh dan kekuatan gaib), kuburan
batu, sarcophagus (peti dari batu untuk menyimpan orang mati), punden berundak (batu yang disusun
berundak menyerupai candi) dan arca batu.

Dolmen

Dolmen merupakan lempengan batu besar yang luas, kemudian diletakkan di atas batu lain
yang lebih kecil hingga seperti meja raksasa.

Zaman batu besar merupakan masa di mana banyak menghasilkan bangunan monumental
yang terbuat dari batu-batu besar.

Peninggalan pada zaman ini yaitu: Sarkofagus, Menhir, Punden berundak, dan Dolmen.

Sarkofagus memiliki bentuk seperti peti mati yaitu terdiri atas tempat mayat dan penutup
seperti setangkup. Sarkofagus terbuat dari batu yang sangat besar dan diberi cekungan pada kedua
sisinya, seperti pada gambar di bawah ini:

Sarkofagus

Fungsi dari benda ini memang digunakan untuk menyimpan mayat, seperti peti mati.

Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html
Menhir

Menhir memiliki bentuk panjang dan tertata di atas tanah secara berdiri seperti menancap
pada tanah.

Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html

Punden berundak

Punden berundak memiliki ukuran yang sangat besar dan luas hampir seperti bangunan dari
batu, tidak heran karena fungsinya memang untuk upacara tertentu. Benda ini memiliki step-step atau
anak tangga.

Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html

5. ZAMAN BATU LOGAM


Zaman Logam adalah zaman yang mengalami peningkatan dalam bidang karya seni,
karena manusia sudah mulai bisa menciptakan berbagai benda dari bahan logam.

Zaman ini ditandai masuknya kebudayaan Indo-Cina ke Indonesia sekitar 500 SM.
Peninggalan pada zaman logam berupa kapak perunggu, genderang perunggu, benda hias dari
perunggu.
Sumber : http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html

Sumber :

http://seputarsenibudaya.blogspot.com/2016/05/hasil-karya-seni-rupa-pada-zaman-batu.html

http://abbeart.blogspot.com/2016/08/zaman-batu-sejarah-seni-rupa.html

II. SENI ARSITEKTUR


Hasil karya para arsitektur dari masa ke masa, merupakan sebuah karya besar yang
mencerminkan sebuah peradaban. Karya besar arsitektur ini juga sebuah maha karya yang adiluhung,
dan menjadi saksi sejarah suatu bangsa.
Di Indonesia sendiri, secara garis besar perkembangan arsitektur dibagi menjadi lima periode.
Berikut merahputih.com merangkum lima periode perkembangan arsitektur di Indonesia.
1. Arsitektur Vernakular (Tradisional)
Arsitektur vernakular ini tumbuh dan berasal dari rakyat suatu daerah, yang juga merupakan
identitas dari setiap daerahnya. Karena, gaya bangunan yang tercermin menggambarkan tradisi dari
daerah tersebut. Indonesia merupakan negeri yang kaya etnisnya, sehingga memiliki berbagai
bangunan dengan gaya arsitektur vernakular yang berbeda-beda. Yang di antaranya adalah rumah adat
Tana Toraja, Rumah Joglo, Rumah Gadang dan lain sebagainya.
Rumah Adat Tana Toraja sebagai salah satu bentuk arsitektur vernakular
Sumber : www.pinterest.com

2. Arsitektur Zaman Hindu-Buddha


Salah satu bentuk arsitektur candi, yaitu bangunan keagamaan atau tempat ibadah
peninggalan masa lalu yang berasal dari zaman Hindu-Buddha. Keindahan candi nampak pada
arsitektur, relief, serta arcanya, dan pesan yang disapaikan erat dengan spiritualitas, kreatifitas, dan
keterampilan para pembangun candinya. Arsitektur candi yang paling terkenal adalah Candi
Borobudur, yang terletak di wilayah Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Candi Borobudur juga merupakan satu dari tujuh keajaiban dunia.
Candi Borobudur di Jawa Tengah merupakan bentuk Arsitektur Zaman Hindu-Buddha

Sumber : www.smailingexpress.com

3. Arsitektur Zaman Islam


Masjid-masjid kuno memiliki ciri khas yang sangat terkait dengan daerah tempat masjid itu
berada. Misalnya saja Menara Kudus yang mirip dengan bangunan kerajaan Majapahit. Atau juga
masjid di beberapa daerah lain yang bentuknya mirip dengan unsur bangunan zaman Hindu-Buddha.
Menara Kudus di Jawa Tengah yang bangunannya serupa candi
Sumber : www.wikimedia.org
4. Arsitektur Kolonial
Bangunan dengan arsitektur ini berkembang pada saat Indonesia dijajah Belanda selama tiga
setengah abad. Arsitektur kolonial mengarah pada gaya Belanda yang dibangun oleh pemerintah
penjajah masa itu. Selama beberapa abad tersebut, gaya arsitektur pun ikut berkembang. Mulai dari
khas Prancis karena pemimpinnya kala itu merupakan mantan pimpinan Napoleon, sampai seni kaca,
dan juga tren modern Belanda yang disesuaikan iklim tropis Indonesia.
Salah satu gereja dengan bentuk arsitektur dengan ciri khas kolonial

Sumber : www.kaskus.com
5. Arsitektur Kontemporer
Pasca kemerdekaan sampai sekarang, arsitektur terus berkembang menjadi arsitektur
kontemorer. Awal masa kemerdekaan, bangunan-bangunan yang muncul masih berkualitas rendah
karena perkembangan ekonominya masih belum kuat. Lambat laun, orang-orang banyak pula yang
menggunakan arsitektur pribadi untuk mendesain rumah mereka sesuai keinginan. Sekarang, secara
umum di Indonesia tren arsitektur terbagi dua kutub, minimalis dan maksimalis (klasik).
Rumah minimalis merupakan salah satu ciri khas arsitektur kontemporer Indonesia masa kini

Sumber : www.pinterest.com
Sumber : https://merahputih.com/post/read/5-periode-perkembangan-arsitektur-indonesia
III. SENI LUKIS
1. Seni Lukis Prasejarah Indonesia
Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena setiap lukisan
mempunyai makna dan maksud tertentu. Saat zaman itu, lukisan dibuat pada dinding-dinding gua dan
karang. Salah satu teknik yang digunakan oleh orang-orang gua untuk melukis di dinding gua adalah
menempelkan tengan di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral
berwarna. Teknik ini dikenal dengan aeorograph.
Contoh, karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di Gua Leang
Pattakere di Maros, Sulawesi Selatan (menggabarkan adegan perburuan). Di dinding gua di pantai
selatan Irian Jaya (menggambarkan nenek moyang).

2. Seni Lukis Hindu Klasik Indonesia


Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara lain ; tema agama,
mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali Klasik yang berisi cerita Ramayana dan
Mahabharata. Gaya yang dipakai pada pahatan dindingcandi zaman Majapahit adalah gaya wayang
dengan komposisi bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Fungsi dari lukisan Bali
Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman
Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur terdesak oleh
kebudayaan Islam. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat diuraikan dalam 3 bagian, seni lukis
Kamasan, Pita Maha, Seniman Muda.

3. Seni Lukis Islam Indonesia


Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif makhluk hidupnya dalam
bentuk realistis. Dalam hal ini toleransi Islam mendukung proses kesinambungan tradisi seni rupa
sebelumnya, tetapi dengan model baru, seperti hiasan dengan motif stilasi binatang dan manusia
dipadukan dengan huruf Arab, baik dalam penerapan elemen estetis pada mesjid, penggarapan seni
kriya, lukisan atau kaligrafi.
Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita tokoh dalam
pewayangan atau lukisan binatang candra sangkala dan tentang riwayat nabi.

4. Seni Lukis Indonesia Baru


a. Latar Belakang
Karya seni lahir dari jiwa seorang seniman melalui pengolahan media dengan bahan, alat, dan
teknik tertentu. Seni lukis Indonesia baru berkembang di Indonesia seperti juga kesenian pada
umumnya tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka
masyarakat dan kebudayaan Indonesia.
Latar belakang lahirnya seni lukis Indonesia baru adalah sebagai berikut :
1. Warisan budaya, merupakan bagian dalam pembentukan watak seorang manusia yang berdasar
pada hubungan manusia itu dengan keadaan di sekelilingnya
2. Kekuatan sejarah, yang berupa kejadian-kejadian dan gejala-gejala social yang sdang berlangsung
di sekeliling seniman.
3. Pengaruh Barat, adalah kenyataan yang juga merupakan kekuatan sejarah. Masa penjajahan,
misalnya, mengakibatkan persentuhan antara seni lukis Indonesia pada awal pembentukannya dengan
seni lukis Barat.

Perkembangan Seni Lukis Indonesia Baru :


a. Masa Raden Saleh (Perintisan)
b. Masa Indonesia Jelita (Mooi Indie)
c. Masa Cita Nasional
d. Masa Pendudukan Jepang
e. Masa Sesudah Kemerdekaan
f. Masa Pendidikan Formaol
g. Masa Seni Lukis Baru di Indoneisa

1. Masa Raden Saleh Syarif Bustaman (1807-1880)


Raden Saleh Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga bangsawan pribumi
mampu melukis gaya/cara barat(alat, media dan teknik) yang natural dan romantis. Mendapat
bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di
Den Haag. Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.
Ciri-ciri karya lukisan Raden Saleh :
- Bergaya natural dan romantisme
- Kuat dalam melukis potret dan binatang
- Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix.
- Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang
Karya Raden Saleh:
- Hutan terbkar
- Perkelahian antara hidup dan mati
- Pangeran Diponegoro
- Berburu Banteng di Jawa
- Potret para Bangsawan
2. Masa Indonesia Jelita (Mooi Indie)
Selanjutnya muncul pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep berbeda dengan masa
perintisan, yaitu melukis keindahan dan keelokan alam Indonesia.Keadaan ini ditandai pula dengan
datangnya para pelukis luar/barat atau sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam
Indonesia.

Pelukis Indonesia Molek :


- Abdullah Suriosubroto (1878-1941)
- Mas Pirngadi (1875-1936)
- Wakidi
- Basuki Abdullah
- Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)
- Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer (Jerman) dan W.G.
Hofker.
Ciri-ciri lukisan :
- Pengambilan obyek alam yang indah
- Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
- Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spiritual
- Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.
3. Masa Cita Nasional
Bangkitanya kesadaran nasionalyang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908. Seniman
S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar
Indonesia).Perkumpulan pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing
Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari
dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
- Mementingkan nilai-nilai psikologis,
- Tema perjuangan rakyat ,
- Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata,
- Memiliki kepribadian Indonesia ,
- Didasari oleh semangat dan keberanian.
Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :
- Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana
- S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
- Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian
4. Masa Pendudukan Jepang
1. Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk
kepentingan revolusi.
2. Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia –
Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.
3. Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar
Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan
budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya bergabung
pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
- Melanjutkan cerminan dari masa cita Nasional
Tokoh utama pada masa ini antara lain:
- S. Sudjojono
- Basuki Abdullah, Emiria Surnasa
- Agus Djajasumita, Barli
- Affandi, Hendra dan lain-lain
5. Masa Setelah Kemerdekaan
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa
kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan
munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :
1. Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman
masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam,
Trubus dan sebagainya.
2. Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan Hendra yang
keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi
dan sebagainya.
3. Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara.
Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan
Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan,
Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.
4. Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambaryang dipelopori oleh
Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-
lain.
5. Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada
Institut Teknologi Bandung.
6. Masa Pendidikan Formal
Pada masa ini ditandai dengan lebih mantap berdirinya pendidikan formal
1. Berdirinya ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) Tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta
dengan direktur R.J. Katams.
2. Perguruan Tinggi Guru Gambar(sekarang jurusan seni rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof.
Syafei Sumarja di Bandung.
3. Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya jurusan seni rupa
pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikanyang terbesar di Indonesia.
Pelukis-pelukis akademis, seperti:
Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto,
Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan lainnya
(Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous, Hariadi, Kabul
Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto. (Bandung)
7. Masa Seni Lukis Baru di Indonesia
Pada sekitar tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia disemarakkan oleh munculnya
seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang mendapatkan pendidikan
formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang tidak dapat dikelompokkan pada
aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak baru dalam kancah seni rupa Indonesia.
Kesenian yang diciptakan berlandaskan pada konsep :
- Tidak membeda-bedakan disiplin seni
- Mengutamakan ekspresi
- Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu
- Mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru
- Besifat eksprimental
Pelopor Masa Indonesia Baru :
- Jim Supangkat,
- Nyoman Nuarta,
- S. Primka,
- Dede Eri Supria,
- Redha Sorana dan sebagainya.
Sumber : http://pramana-house.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

IV. SEJARAH SENI PATUNG


Bangsa Indonesia mengenal seni ukir sejak zaman batu muda (Neolitik) atau sekitar tahun 1500
Sm\M, hal tersebut terkait dengan perkembangan seni patung dengan seni ukir yang berkaitan erat.
Hasil karya seni ukiran telah diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia yang berupa kapak
batu, serta berbagai bahan dengan menggunakan motif dengan proses pembuatan yang sederhana.
Sejarah Awal Dan Perkembangan Seni Patung Di Indonesia
Bahan - bahan yang digunakan untuk menciptakan karya seni pada zaman tersebut seperti
tanah liat, kayu, batu, kulit, bambu, tanduk hewan dan sebagainya.
Motif yang dibuat masih berupa atau motif - motif yang berbentuk geometris seperti titik,
garis, lengkungan dan sebagainya.
Pada tahun 500 hingga 300 SM atau pada zaman perunggu seni ukir mulai berkembang,
bahan - bahan yang digunakan seperti emas, perunggu, perak dengan menggunakan teknik cor dengan
berbagai variasi atau motif beragam. Perkembangan seni ukir mulai berkembang pesat setelah masuk
agama, budha, hindu dan Islam. Karya seni tersebut digunakan untuk keperluan ritual atau
penghormatan sang raja, sehingga karya ukiran dapat dijumpai pada candi prasasti. Selain pada candi
juga dapat dijumpai pada senjata tradisional seperti keris, tombak, nisan serta alat kesenian seperti
gamelan dan wayang.
Motif - motif yang diciptakan tidak terlepas dari kisah para dewa dan pahlawan. Seni pahat
atau patung mulai dikenal setelah seni ukir menemui masa kejayaan, dan mulailah untuk menciptakan
karya seni yang indah dan menarik dan bukan saja mengukir tetapi membuat sebuah bentuk.
Perkembangan Dan Fungsi Seni Patung
Perkembangan pesat seni patung secara fungsinya mengalami perkembangan yang pada
awalnya digunakan untuk keperluan magis atau ritual kini patung digunakan sebagai hiasan.
Perkembangan seni patung terbukti dari banyaknya karya seni patung di nusantara dengan ciri
tersendiri sesuai dengan seni budaya daerah, misalnya ukiran dengan motif Majapahit, Pajajaran,
Pekalongan, Jepara, Madura, Cirebon, Surakarta, Bali, Mataram dan sebagainya juga beragam motif
dari luar jawa. Seni patung mulai surut setelah bermunculan karya seni rupa modern atau awal abad
ke-20, dan karya seni yang populer adalah seni lukis, seni patung juga mulai terabaikan setelah seni
kontemporer Indonesia mulai berkembang. Kata kontemporer pertama kalinya berawal dari
perkembangan seni rupa kontemporer yang pada tahun 1977, sebuah exhibition berjudul “Pameran
Seni Patung Kontemporer Indonesia” diadakan, Kata kontemporer populer hingga sekarang.
Pematung G. Sidharta Soegijo mulai memprakarsai berdirinya Asosiasi Pematung Indonesia
(API) pada 7 Juli 2000, hal itu terkait dengan Seni patung sebagai salah satu akar kesenian di
Indonesia dan sangat disayangkan jika punah oleh zaman. G. Sidharta Soegijo adalah seniman
pematung Indonesia yang menjadi pelopor Seni Patung Indonesia pada tahun 1977.
Tokoh Pematung Indonesia :
1. Dolorosa Sinaga
2. Edhi Sunarso
3. Gregorius Sidharta
4. I Nyoman Nuarta
5. G. Sidharta Soegijo
Sumber :
https://www.academia.edu/28926457/PERKEMBANGAN_SEJARAH_SENI_RUPA_DI_INDONESIA

V. SENI KRIYA/KERAJINAN
Semenjak zaman dulu sebenarnya secara tidak langsung, se4ni kriya telah tercipta. Hal ini terjadi
pada mulanya sebatas sebagai pelengkap atau sarana dalam prosesi upacara, hiasan rumah atau
sebagai cinderamata. Tetapi pada perkembangannya, jenis bentuk yang dihasilkan kemudian
berkembang kedalam jenis yang beragam dan terciptalah kesenian kriya yang profit oriented.
Sebagai contoh, benda-benda dari tanah liat yang ditemukan di Kraton Bekas Kerajaan
Majapahit, di Trowulan, jenisnya adalah gerabah,; guci, celengan berbentuk semar. Kemudian
ditemukan pula hiasan atau peralatan rumah, seperti guci, miniatur bangunan. Selain itu, pada zaman
perunggu juga ditemukan kesenian yang tergolong dalam seni kriya. Dalam kehidupan sehari-hari,
ditemukan bentuk seperti mangkuk-mangkuk, sendok.
Seni Kriya pada Era Lebih Modern
Perkembang seni kriya pada zaman ke zaman mengalami berbagai perubahan. Perubahan yang
terjadi disini dalam artian pengertian tentang jenis seni yang termasuk ke dalam seni kriya. Jika pada
zaman dulu, benda pusaka yang berujud keris misalnya, dikategorikan sebagai sebuah benda yang
sacral dan pemakaiannyapun harus dengan pranata tertentu, maka pada era sekarang jenis pusaka
keris sudah menjadi sentra kerajinan yang cukup menjanjikan. Jika pembuatan keris tempo dulu
melalui proses yang njlimet dan memakan waktu yang lama, dengan jenis laku tertentu dan bahan
dari jenis yang terbaik untuk dijadikan sebuah keris pusaka, maka pada era sekarang, kebanyakan
pembuatan keris sebagai seni kriya dilakukan dalam rangka memnuhi kemauan pasar dan bukan
dengan alasan kesakralan lagi.
Keris yang pada era sekarang dipandang sebagai barang cinderamata. Hal ini terkait dengan
era pariwisata yang dulu tidak ada dan sekarang telah berkembang pesat di sebagian tanah air
(terutama Jawa dan Bali). Selain itu kegunaan keris yang pada zaman dulu terkenal dengan
kesakralannya dan bahkan ada keris yang hanya dipakai pada upacara tertentu, tetapi penggunaan
keris pada era sekarang, pada umumnya hanya terbatas pada upacara temanten atau bahkan dapat
dipakai sewaktu-waktu. Walaupun pamor keris tidak sedasyat pada tempo dulu, tetapi, bagi sebagian
besar orang kejawen fungsi keris tetap sakral dan harus lewat pranata tertentu dalam pengurusan
maupun penggunaannya.
Sumber : https://singkatsejarah.blogspot.com/2016/11/sejarah-seni-kriya.html

Anda mungkin juga menyukai