Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

RAGAM HIAS PADA DINDING ARUPADHATU

“Diajukan sebagai tugas mata kuliah Kajian Ornamen Seni Rupa Indonesia

semester genap”

Disusun Oleh :

MUHAMMAD FACHRI DARMAWAN 1903264

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas artikel ini dengan sebaiknya-baiknya
yang telah di rangkum dari buku sumber yang ada.

Shalawat beserta salam tak lupa pula diucapkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memperjuangkan ajaran Islam demi kemaslahatan umat manusia baik di dunia
maupun di akhirat. Terimakasih turut saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Kajian Ornamen Seni Rupa yang telah membimbing kami pada mata kuliah ini sehingga
artikel ini dapat diselesaikan dengan menggunakan sumber artikel dari jurnal-jurnal
nasional/internasional.
ARUPADHATU

Pada menu tentang relief terdiri dari 3 bagian, yaitu arupadhatu, rupadhatu dan kamadhatu.

Gambar 3.2 Tampilan menu relief

Pada menu relief arupadhu berisi tentang gambaran stupa candi Borobudur, dimana terdapat
stupa besar, diamond, kotak dan pelataran.
Gambar 3.3. Tampilan menu relief rupadhatu

ORNAMEN CANDI BUDHA: KAJIAN BENTUK DAN POLA ORNAMEN CANDI


BOROBUDUR

Candi Borobudur, Pawon, dan Mendut merupakan candi Budha yang berdekatan
letaknya di daerah Kedu Jawa Tengah. Bentuk dan pola ornamen, khususnya yang terdapat
pada candi-candi tersebut perlu dikaji dan didokumentasikan sebelum banyak mengalami
kerusakan akibat waktu, keadaan alam, dan kontak manusia. Melalui kajian dan identifikasi
ornamen dapat dijadikan sumber inspirasi penciptaan seni dan obyek apresiasi, khususnya
dalam bidang seni rupa. Tujuan penelitian ialah untuk: (1) menginventarisasi dan
mendokumentasikan ornamen-ornamen yang terdapat pada candicandi Budha di Jawa
Tengah, (2) mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menggambar sketsa ornamen (3)
mendeskripsikan bermacam bentuk dan pola ornamen yang terdapat pada candi-candi Budha
di Jawa Tengah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data terutama


menggunakan observasi dan kajian dokumen, sedangkan analisis data menggunakan analisis
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk ornamen pada candi-candi
Borobudur, Mendut, dan Pawon berupa pahatan motif hias relief rendah dan tinggi, dari
bahan batu dalam berbagai ukuran dalam panel-panel hias persegi panjang, maupun dalam
bentuk trimatra. Motif hias menggambarkan manusia, makhluk kahyangan, kala, makara,
binatang, tumbuh-tumbuhan, kalpataru, pundi-pundi,pilar, dan tekstil atau kertas tempel. Pola
ornamen terdiri atas pola dasar pilin tegar dan pola geometris, serta susunan unsur-unsur
motif hias dalam pola keseimbangan setangkup.
STRUKTUR CANDI BOROBUDUR

Candi Borobudur merupakan susunan binaan (buatan manusia) yang terbuat dari
batuan volcanik yang terbentuk karena proses alam berwarna putih keabu-abuan. Batuan
volcanik ini kemudian diolah oleh manusia masa lalu hingga membentuk sejumlah balok batu
berukuran rata-rata 25 x 35 x 45 cm. Bentuk bangunannya berupa bangunan berundak yang
merupakan pengembangan dari bangunan periode prasejarah. Denah di bagian dasarnya
berbentuk segi empat bujur sangkar berukuran 125 x 125 m. Tinggi bangunan sekarang dari
permukaan tanah hingga puncak stupa induk ± 34 m, dan terdapat tangga naik di ke-empat
sisi candi. Candi Borobudur dibangun di atas sebuah bukit yang sebagian lapisan tanahnya
merupakan tanah urug pada ketinggian ± 270 m di atas permukaan laut. Struktur candi
Borobudur ini terbagi atas tiga bagian yang terdiri dari 9 tingkat, dengan rincian sebagai
berikut:
Bagian I /bawah terdiri dari 1 tingkat yang disebut Kamadhatu

Bagian bawah yang disebut Kamadhatu adalah kaki candi yang terdiri dari bangunan selasar
dan undak. Di belakang kaki candi terdapat relief yang menggambarkan tataran hidup yang
masih dikuasai oleh hawa nafsu dan kenikmatan duniawi.

Bagian II /tengah terdiri dari 5 tingkat yang disebut Rupadhatu

Bagian tengah yang disebut Rupadhatu adalah bangunan segi empat yang terdiri dari dinding
dan pagar langkan. Di bagian Rupadahatu ini terdapat relief yang menggambarkan kehidupan
ideal yang harus ditempuh oleh setiap individu dalam usahanya melepaskan diri dari segala
kesengsaraan dan siklus reinkarnasi.

Bagian III /atas terdiri dari 3 tingkat yang disebut Arupadhatu

Bagian atas yang disebut Arupadhatu atau “tanpa perwujudan” adalah bangunan teras bundar
yang melambangkan tujuan akhir dari setiap umat (nirwana). Di bagian teras bundar ini tidak
memiliki ragam hias kecuali sejumlah stupa yang di dalamnya terdapat patung budha
mengelilingi stupa induk.
Cara mendirikan bangunan candi, yaitu setiap balok batu yang terdiri dari batu luar (outer
stone) dan batu isian (inner stone) lapis demi lapis disusun saling mengikat (tidak bareh),
dengan cara ditumpuk tanpa perekat hingga membentuk sebuah bangunan sebagaimana
terlihat sekarang. Di dalam susunan batu luar maupun batu isian banyak ditemukan sistem
perkuatan hubungan antar batu berupa takikan, getakkan, lobang dan pen, serta ekor burung,
yang menggambarkan teknologi masa lalu dalam rangka memperkuat stabilitas berdirinya
bangunan.

Struktur pondasi candi ini menerapkan sistem pondasi langsung. Yaitu lapisan batu di bawah
dinding terletak di atas tanah bukit pada kedalaman 3-6 lapis batu. Lapisan batu di bawah
lantai terletak pada kedalaman 12-16 lapis batu. Sistem drainase pada candi menerapkan
system saluran terbuka, yaitu air hujan jatuh langsung ke permukaan lantai. Kemudian
disalurkan ke halaman melalui pancuran (gorgoyle) yang terdapat di setiap tingkat, dibuang
ke lereng bukit lewat saluran yang terdapat di halaman sekitar candi.

KAJIAN MAKNA PANIL 13, PADA RELIEF LALITAVISTARA CANDI


BOROBUDUR
Gambar 1. Skema pembagian relief Borobudur dan lokasi relief Lalitavistara

Sumber: www.borobudurforumdesain.htm

Rupadhatu, dan Arupadhatu. Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan
atas (Soetarno, 2002: 85).

Candi Borobudur mempunyai 1.460 panil relief cerita yang tersusun dalam 11 deretan
mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias sejumlah 1.212 panil. Relief cerita
pada tingkat Kamadhatu (kaki candi) mewakili dunia manusia menggambarkan perilaku manusia
yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Hal ini terlihat pada dinding kaki candi yang asli terpahatkan
160 panil relief Karmawibhangga yang menggambarkan hukum sebab akibat dari perilaku manusia.
Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia antara, menggambarkan perilaku manusia yang
sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu pengertian dunia
nyata. Pada tingkatan ini dipahatkan 1.300 panil yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana,
dan Gandawyuha (Noerhadi, 1997: 361). Tingkat arupadhatu berupa tingkatan candi yang tidak
mempunyai relief namun mempunyai stupa-stupa menggambarkan dunia tanpa bentuk. Akhir
bangunan paling atas dihiasi dengan bangunan stupa tunggal sebagai puncak bangunan. Relief
Lalitavistara terdiri atas 120 panil. Panil 13 terdapat di tingkat pertama pada dinding atas relief
Lalitavistara, sebelah dinding barat Candi Borobudur. Panil 13 ini merupakan panil terpendek dengan
panjang 185 cm.

CANDI BOROBUDUR

Terletak di wilayah Kelurahan Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten


Magelang, terletak pada koordinat 07°36.29 LS dan 110°12’14”BT. Dibangun sekitar abad
VIII Masehi oleh raja Samarottungga, berlatar belakang keagamaan Budha Mahayana.
Tentang kata Borobudur sendiri ada beberapa pendapat para serjana, di antaranya Casparis,
yang mengatakan bahwa Borobudur sebagai kuil nenek moyang. Hal ini berdasarkan pada
sebuah prasasti berangka tahun 842 Masehi yang menyebutkan Kamulan I bhumi Sambhara
yang berarti tempat suci atau kuil nenek moyang di Borobudur. Arsitektur candi sebagai
berikut: mempunyai 10 tingkatan, tingkat 1 – 6 berdenah bujur sangkar, tingkat 7 –10
berdenah lingkaran, dengan arah hadap ke timur. Pada dinding candi terdapat panil-panil
relief semuanya berjumlah 1460 dengan ukuran panil rata-rata 2 meter.

Mempunyai dinding berukir sebanyak 2500 m² dan jumlah panil hias seluruhnya 1212
buah (Siagian 2000, 40). Bagian kaki candi atau lantai dasar candi disebut
Kamadhatu,bagian tengah candi disebut Rupadhatu, dan tingkat teratas disebut Arupadhatu
yang terdiri atas tiga teras berundak berbentuk lingkaran termasuk stupa induk yang
melukiskan alam atas sebagai tempat para dewa. Di tingkat ini tampak polos tanpa hiasan
relief, tingkatan yang berbentuk lingkaran terdiri atas tiga tingkat dengan 72 buah stupa.

MOTIF HIAS PADA PELIPIT CANDI

Motif hias kombinasi, antara motif geometris belah ketupat, yang di tengahnya
terdapat ceplok bunga melati. Motif ini umum didapatkan sebagai hiasan pada candi-
candi di Jawa, dipahatkan pada pelipit yang mengelilingi bagian bawah kaki candi, antara
lain: terdapat di Candi Mendut, Borobudur, Gedongsongo, Plaosan, dan Merak.

Foto 8. Motif hias kombinasi

Motif hias kombinasi geometris berupa lingkaran, bulat-bulat kecil, dan


ditengahnya terdapat tumbuhan berupa bunga matahari, terdapat mengelilingi pelipit
bagian atas tubuh Candi Borobudur, dan Candi Sari
Foto 9. Motif hias kombinasi

Motif hias kombinasi, motif hias semacam ini selalu ada di setiap candi- candi
Hindu dan Budha, berupa motif hias yang mengelilingi pelipit bagian bingkai kaki,
tubuh, atap, pagar langkan, dan stupa disebut motif hias Tirai. Tirai berbentuk lengkung-
lengkung dari pita dengan kombinasi di tengah-tengah lengkungan terdapat motif hias
lain, seperti bunga, helai daun, dan binatang.
Sebenarnya motif ini tidak mengandung arti, hanya sebagai pemanis bidang dan
sebagai hiasan pemisah bagian-bagian candi.Sebagian besar candi-candi Jawa Tengah
mempunyai motif tersebut, antara lain terdapat di Candi Sambisari, Sewu, Merak, Sari,
Lumbung Sengi, Gedongsongo, dan Candi Ngawen. Pada Candi Borobudur terdapat
mengelilingi pelipit bagian atas tubuh candinya, dan pada Candi Plaosan terlihat
mengelilingi pelipit bagian atas kaki candi.

DAFTAR PUSTAKA

Firmando, Okky Dian, and N. R. Ratnasari. Aplikasi Pengenalan Relief Candi Borobudur
Secara Online Dan Offline Menggunakan Html 5. Diss. Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2016. (sumber:http://eprints.ums.ac.id/44075/)

Hidayanto, Andi Farid. "KAJIAN MAKNA PANIL 13, PADA RELIEF LALITAVISTARA
CANDI BOROBUDUR." Kreatif: Desain Produk Industri Dan Arsitektur 1.2 (2016).
(sumber: http://e-journal.polnes.ac.id/index.php/kreatif/article/view/66/46)

(sumber: http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/136234)

Tukijan, 2000 Kondisi Candi Borobudur Sebelum Pemugaran II. Balai Konservasi
Borobudur.

Ismijono, 2014 Upaya Pemugaran Candi Borobudur. Balai Konservasi Borobudur

(sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/struktur-candi-borobudur/)
(sumber:https://www.researchgate.net/publication/323637588_MOTIF_HIAS_PADA_PELI
PIT_CANDI)\
Borobudur, Balai Konservasi. "Kearsitekturan Candi Borobudur." Magelang: Balai
Konservasi Borobudur (2016).

Unesco & National Geographic Indonesia. 2011. Borobudur: The Road to Recovery-
Rehabilitation Work and Sustainable Tourism Development, p. 18.

Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hardiati, E.S. & Siagian, R. 2002. Candi Sebagai Warisan Seni dan Budaya Indonesia,

Yogyakarta: Yayasan Cempaka Kencana.

Marzuki, Y. & Heraty, T. 1989. Borobudur, Jakarta: PT Djambatan.

Oxland, Kevin. 2004. Gameplay and Design, Essex: Pearson Education Limited.

Santrock, J.W. 2011. Masa Perkembangan Anak (Buku 2), Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai