Anda di halaman 1dari 8

STRUKTUR CANDI BOROBUDUR

• Pada hakikatnya Borobudur adalah sebuah stupa yang bila dilihat dari atas membentuk pola Mandala besar
• Mandala adalah pola yang tersusun atas bujursangkar dan lingkaran konsentris yang melambangkan kosmos
atau alam semesta yang lazim ditemukan dalam Buddha aliran Wajrayana-Mahayana.
• Dasar denah bujur sangkar berukuran 123 metres (404 ft) pada tiap sisinya. Bangunan ini memiliki sembilan
teras, enam teras terbawah berbentuk bujur sangkar dan tiga teras teratas berbentuk lingkaran.

123 Meter
Ketiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha adalah:
Kamadhatu Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia
yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah".
• Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga
dibuat untuk memperkuat konstruksi candi.
• Pada bagian kaki asli yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 160
panel cerita Karmawibhangga yang kini tersembunyi. Sebagian kecil
struktur tambahan di sudut tenggara disisihkan sehingga orang masih
dapat melihat beberapa relief pada bagian ini.
• Struktur batu andesit kaki tambahan yang menutupi kaki asli ini memiliki
volume 13.000 meter kubik.
Rupadhatu Empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada dindingnya
dihiasi galeri relief oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi.
• Rupadhatu terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar relief. Panjang relief
seluruhnya 2,5 km dengan 1.212 panel berukir dekoratif. Rupadhatu adalah dunia yang
sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas.
• Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk atau relung
dinding di atas pagar langkan atau selasar. Aslinya terdapat 432 arca Buddha di dalam
relung-relung terbuka di sepanjang sisi luar di pagar langkan.
• Pada pagar langkan terdapat sedikit perbedaan rancangan yang melambangkan peralihan
dari ranah Kamadhatu menuju ranah Rupadhatu; pagar langkan paling rendah
dimahkotai ratna, sedangkan empat tingkat pagar langkan diatasnya dimahkotai stupika
(stupa kecil). Bagian teras-teras bujursangkar ini kaya akan hiasan dan ukiran relief.
Arupadhatu Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu yang kaya akan relief, mulai lantai kelima
hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak
berupa atau tidak berwujud).
• Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia
sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
• Pada pelataran lingkaran terdapat 72 dua stupa kecil berterawang yang tersusun dalam tiga
barisan yang mengelilingi satu stupa besar sebagai stupa induk. Stupa kecil berbentuk lonceng ini
disusun dalam 3 teras lingkaran yang masing-masing berjumlah 32, 24, dan 16 (total 72 stupa).
• Dua teras terbawah stupanya lebih besar dengan lubang berbentuk belah ketupat, satu teras
teratas stupanya sedikit lebih kecil dan lubangnya berbentuk kotak bujur sangkar. Patung-patung
Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari
luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
• Rancang bangun ini dengan cerdas menjelaskan konsep peralihan menuju keadaan tanpa wujud,
yakni arca Buddha itu ada tetapi tak terlihat.
• Penampang candi Borobudur terdapat rasio
perbandingan 4:6:9 antara bagian kaki, tubuh,
dan kepala
• Sekitar 55.000 meter kubik batu andesit
diangkut dari tambang batu dan tempat
penatahan untuk membangun monumen ini.
Batu ini dipotong dalam ukuran tertentu,
diangkut menuju situs dan disatukan tanpa
menggunakan semen.
• Struktur Borobudur tidak memakai semen
sama sekali, melainkan sistem interlock (saling
kunci) yaitu seperti balok-balok lego yang bisa
menempel tanpa perekat.
• Batu-batu ini disatukan dengan tonjolan dan
lubang yang tepat dan muat satu sama lain,
serta bentuk "ekor merpati" yang mengunci
dua blok batu. Relief dibuat di lokasi setelah
struktur bangunan dan dinding rampung.
• Monumen ini dilengkapi dengan sistem drainase yang cukup baik untuk wilayah dengan
curah hujan yang tinggi.
• Untuk mencegah genangan dan kebanjiran, 100 pancuran dipasang disetiap sudut, masing-
masing dengan rancangan yang unik berbentuk kepala raksasa kala atau makara.
• Borobudur amat berbeda dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak dibangun di atas
permukaan datar, tetapi di atas bukit alami. Akan tetapi teknik pembangunannya serupa
dengan candi-candi lain di Jawa.
• Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah
lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding
mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
• Secara umum rancang bangun Borobudur mirip dengan piramida berundak. Di lorong-
lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi
ke arah kanan. Borobudur mungkin pada awalnya berfungsi lebih sebagai sebuah stupa,
daripada kuil atau candi
• Perancangan Borobudur menggunakan satuan ukur tala, yaitu
panjang wajah manusia antara ujung garis rambut di dahi hingga
ujung dagu, atau jarak jengkal antara ujung ibu jari dengan ujung jari
kelingking ketika telapak tangan dikembangkan sepenuhnya.
• Penelitian pada 1977 mengungkapkan rasio perbandingan 4:6:9 yang
ditemukan di monumen ini.
• Rasio matematis ini juga ditemukan dalam rancang bangun Candi
Mendut dan Pawon di dekatnya. Arkeolog yakin bahwa rasio 4:6:9
dan satuan tala memiliki fungsi dan makna penanggalan, astronomi,
dan kosmologi. Hal yang sama juga berlaku di candi Angkor Wat di
Kamboja.
• Struktur bangunan dapat dibagi atas tiga bagian: dasar (kaki), tubuh, dan puncak.
• Dasar berukuran 123×123 m (403.5 × 403.5 ft) dengan tinggi 4 metres (13 ft). Tubuh candi terdiri
atas lima batur teras bujur sangkar yang makin mengecil di atasnya. Teras pertama mundur 7
metres (23 ft) dari ujung dasar teras.
• Tiap teras berikutnya mundur 2 metres (6,6 ft), menyisakan lorong sempit pada tiap tingkatan.
Bagian atas terdiri atas tiga teras melingkar, tiap tingkatan menopang barisan stupa berterawang
yang disusun secara konsentris. Terdapat stupa utama yang terbesar di tengah; dengan pucuk
mencapai ketinggian 35 metres (115 ft) dari permukaan tanah.
• Tinggi asli Borobudur termasuk chattra (payung susun tiga) yang kini dilepas adalah 42 metres
(138 ft) . Tangga terletak pada bagian tengah keempat sisi mata angin yang membawa
pengunjung menuju bagian puncak monumen melalui serangkaian gerbang pelengkung yang
dijaga 32 arca singa.
• Gawang pintu gerbang dihiasi ukiran Kala pada puncak tengah lowong pintu dan ukiran makara
yang menonjol di kedua sisinya. Motif Kala-Makara lazim ditemui dalam arsitektur pintu candi di
Jawa. Pintu utama terletak di sisi timur, sekaligus titik awal untuk membaca kisah relief. Tangga ini
lurus terus tersambung dengan tangga pada lereng bukit yang menghubungkan candi dengan
dataran di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai