Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

SEJARAH SENI RUPA CANDI PRAMBANAN

“Diajukan sebagai tugas mata kuliah Sejarah Seni Rupa Indonesia

semester genap”

Disusun Oleh :

MUHAMMAD FACHRI DARMAWAN 1903264

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sejarah seni rupa candi prambanan ini
dengan sebaiknya-baiknya yang telah di rangkum dari buku sumber yang ada.

Shalawat beserta salam tak lupa pula diucapkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memperjuangkan ajaran Islam demi kemaslahatan umat manusia baik di dunia
maupun di akhirat. Terimakasih turut saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Seni Rupa Indonesia yang telah membimbing kami pada mata kuliah ini sehingga
tugas ini dapat diselesaikan dengan menggunakan sumber artikel dari internet.
1. Pendahuluan
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian
tengah,dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah
Istimewa Yogyakarta memiliki satu kota dan empat kabupaten yaitu Kota Yogyakarta,
Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten
GunungKidul. Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY.
Candi Prambanan atau yang sering disebut dengan Candi Loro Jonggrang
merupakan kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia yang di bangun pada abad ke-9
masehi . Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti , yaitu tiga dewa utama Hindu ,
mereka adalah Dewa Whisnu , Dewa Shiwa , dan Dewa Brahma .

II Pembahasan
A. Sejarah Candi Prambanan

Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang


(Hanacaraka:ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦥꦿꦩ꧀ꦧꦤꦤ꧀, Candhi Prambanan) adalah kompleks candi
Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini
dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa
pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah.
Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha
(bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang
utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang
menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.

Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta


dan kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah[1] kurang lebih 17 kilometer timur
laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan
Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.[2] Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah
administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks
Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu
terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara.
Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu
pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian
mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih
kecil.[3] Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan
menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.[4]
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850
masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung
Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram.
Sejarah Candi Prambanan diawali dengan Rakai Pikatan sebagai tandingan
candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari
Prambanan. Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh
Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja
Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka
tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama
asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha
yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti:
'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). Kompleks bangunan ini secara berkala terus
disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan
Tulodong. Sejarah Candi Prambanan ditinjau dari Pemugaran dimulai pada tahun
1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada
tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada
tahun 1918-1926, oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J.
Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Upaya renovasi
terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu candi
utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden
pertama Republik IndonesiaSukarno. Kini Candi Prambanan termasuk dalam situs
warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO [7].

Candi prambanan atau kadang juga disebut dengan Candi Roro Jonggrang
merupakan sebuah kompleks candi Hindu yang terbesar di Indonesia yang
diperkirakan dibangun pada abad ke 9. Sedangkan menurut website UNESCO candi
Prambanan dibangun pada abad ke 10.
Candi ini terletak di daerah klaten dengan jarak kurang lebih 17 Km dari
Yogyakarta. Candi Hindu yang dikukuhkan pada tahun 1991 ini merupakan
peninggalan dari seorang raja yang bernama Rakai Pikatan. Candi ini dibangun
sebagai wujud persembahan Rakai Pikatan kepada Trimurti, Yaitu tiga orang dewa
utam hindu yaitu Brahma, Wishnu, dan Siwa.
Candi ini merupakan candi yang dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia
oleh UNESCO. kompleks ini memiliki banyak candi di dkompleksnya. Namun dari
sekian banyak candi, ada satu candi yang memiliki ukurang paling besar dan paling
tinggi yang diamakan Candi Siwa.
Candi ini memliki tinggi 47 meter yang menjulang ditengah tengah kompleks.
Ada tiga candi utama yang menggambarkan Ramayana dan dideikasikan kepada tiga
dewa trimurti. Selain itu ada tiga kuil yang didikasika untuk hewan peliharaan
mereka.
Dibalik megahnya kompleks candi ini. Candi prambanan yang merupakan
situs peninggalan kerajaan itu memiliki latar belakang dan kisah dibalik berdirinya.
Tidak semua orang mengerti dan paham mengenai cerita dibalik candi prambanan.
Candi candi yang dibangun dengan jumlah sekitar 240 candi ini merupakan
peninggalan dari kerajaan Medang atau biasa di kenal dengan Kerajaan Mataram.

B. Latar Belakang Dan Fungsi Candi Prambanan

Latar belakang berdirinya Candi Prambanan karena Candi ini telah memenuhi
keinginan pembuatnya yaitu menunjukkan kejayaan Hindu di Tanah Jawa .
1. Sebagai Candi Pemujaan
Candi Hindu yang paling umum dibangun untuk memuja dewa, dewi, atau
bodhisatwa tertentu. Contoh candi: candi Prambanan, candi Canggal, candi
Sambisari, dan candi Ijo yang menyimpan lingga dan dipersembahkan utamanya
untuk Siwa, candi Kalasan dibangun untuk memuliakan Dewi Tara, sedangkan
candi Sewu untuk memuja Manjusri.
2. Sebagai Candi Pendharmaan
Candi yang dibangun untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah
meninggal. Fungsi candi ini terkadang sebagai candi pemujaan juga karena arwah
raja yang telah meninggal seringkali dianggap bersatu dengan dewa
perwujudannya, contoh: candi Belahan tempat Airlangga dicandikan, arca
perwujudannya adalah sebagai Wishnu menunggang Garuda. Candi Simping di
Blitar, tempat Raden Wijaya didharmakan sebagai dewa Harihara.
3. Sebagai Candi Stupa
Candi didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau
sarana ziarah agama Buddha. Secara tradisional stupa digunakan untuk
menyimpan relikui buddhis seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku,
rambut, atau gigi yang dipercaya milik Buddha Gautama, atau bhiksu Buddha
terkemuka, atau keluarga kerajaan penganut Buddha. Beberapa stupa lainnya
dibangun sebagai sarana ziarah

Fungsi Candi Prambanan

Fungsi Candi Prambanan pada masa dahulu adalah tempat peribadatan para warga
yang beragama Hindu untuk memuliakan dewa Brahma, dewa Wishnu dan dewa
Siwa. Candi ini pertama kali di bangun oleh Rakai Pikatan sekitar tahun 850
Masehi. Dan bangunan ini selalu direnovasi untuk disempurnakan secara berkala
oleh raja-raja Medang Mataram setelahnya. Selain itu, bangunan diperluas dengan
menambah Candi-candi di sekitar Candi utama sehingga terlihat megah. Setalah
itu fungsi candi Prambanan sebagai candi agung Kerajaan Mataram dan untuk
tempat digelarnya berbagai upacara kerajaan.
ritual, contoh: candi Borobudur, candi Sumberawan, dan candi Muara Takus.

Etimologi
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga
merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para
Brahman yang bermakna "Brahman Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi

tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan
konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap Para Brahman
mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para
brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" berasal
dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau
memikul tugas, merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata
dan menjalankan keselarasan jagat.
Nama lain dari Prambanan dapat berarti 5 (lima) gunung yang dalam bahasa

Khmer/Kamboja 5 (lima) adalah Pram dan banam adalah gunung (ប្រាំភ)្នំ . Hal ini
menggambarkan 5 puncak gunung dari Himalaya di India. Mengingat pada saat
yang sama dalam kronik Khmer bahwa Bangsa Jawa pernah menjajah Khmer
salama 200 tahun dan Jayawarman ke 2 yang pernah di Jawa merupakan pahlawan
yang membebaskan Khmer dari dominasi Jawa.
Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa Sansekerta;
Siwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti
Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam
kompleks candi ini dengan tiga candi utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan
Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa
adalah dewa yang paling dimuliakan dalam kompleks candi ini

C. Bagian – Bagian Dari Candi Prambanan Yogyakarta


1. Bagian pertama adalah Candi Siwa
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tetinggi
di kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter.

Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra
yang melambangkan intan atau halilintar. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri
yang dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana terukir di dinding dalam
pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari jajaran kemuncak yang
juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya, pengunjung harus
masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni berputar mengelilingi
candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke Candi Brahma.
Candi Siwa di tengah- tengah, memuat lima ruangan, satu ruangan di setiap arah
mata agin dan satu garbagriha, yaitu ruangan utama dan terbesar yang terletak di
tengah candi. Ruangan timur terhubung dengan ruangan utama tempat
bersemayam sebuah arcaSiwa Mahadewa (Perwujudan Siwa sebagai Dewa
Tertinggi) setinggi tiga meter. Arca ini memiliki Lakçana (atribut atau simbol)
Siwa, yaitu chandrakapala (tengkorak di atas bulan sabit), jatamakuta (mahkota
keagungan), dan trinetra (mata ketiga) di dahinya. Arca Siwa Mahadewa berdiri di
atas lapik bunga padma di atas landasan persegi berbentuk yoni yang pada sisi
utaranya terukir ular Nāga (kobra). Ada tiga ryuangan yang menyimpan arca –
arca kecil dari Dewa Siwa , di ruang selatan ada Resi Agastya
, Ganesha Putra Siwa , diruang barat ada arca sakti atau istri Siwa yaitu Durga
Mahisasuramardini.
2. Bagian Kedua adalah Candi Brahma
Candi Brahma merupakan bagian dari Taman Wisata Candi Prambanan,
letaknya di dukuh Tlogo, desa Tlogo, kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten,
Prop. Jawa Tengah. Ukuran candi 20 X 20 meter dengan ketinggian 37 meter. Di
sini hanya ada satu ruangan tempat arca Bramha berdiri. Brahma mempunyai
empat kepala dan empat tangan. Ia dianggap sebagai dewa pencipta dunia. Salah
satu tangannya memegang tasbih, tangan lainnya memegang “kamandalu” tempat
air. Keempat wajahnya menggambarkan keempat kitab suci Weda, masing-masing
menghadap ke empat arah mata angina. Dia membawa air melambangkan bahwa
seluruh alam keluar

dari air. Tasbih menggambarkan waktu. Dasar kaki candi dikelilingi oleh selasar yang
dibatasi pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah dalam terpahat relief yang
merupakan kelanjutan dari cerita Ramayana. Candi ini mengalami kerusakan paling parah di
banding candi lainnya ketika gempa bumi berkekuatan skala 5,9 melanda Yogyakarta. Luas
dasar Candi Brahma 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Keempat wajahnya
menggambarkan keempat kitab suci Weda yang masing- masing menghadap ke arah mata
angin. Keempat lengannya menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai Pencipta ia
membawa air karena seluruh alam keluar dari air. Tasbih menggambarkan waktu. Dasar
kaki candi juga dikelilingi oleh selasar yang dibatasi pagar langkan dimana pada dinding
langkan sebelah dalam terpahat relief lanjutan cerita Ramayana dan relief serupa pada Candi
Siwa hingga tamat.
3. Bagian Ketiga adalah Candi Wisnu
Candi Wisnu terletak di bagian sebelah utara candi Siwa anda hanya akan
menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma
yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan
satu ruangan berisi arca Brahma.
D. Candi – candi kecil yang ada di Prambanan Yogyakarta
Kompleks candi
Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru mata angin,
akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk utama
candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari:

1.

3 Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma


2. 3 Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa
3. 2 Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana
di sisi utara dan selatan
4. 4 Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk halaman
dalam atau zona inti
5. 4 Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti
6. 224 Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi dari
barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68
Maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.
Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan.[14] Tetapi
kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta
2 candi perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi
perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang
berserakan. Kompleks candi Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona
luar, kedua adalah zona tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona
dalam yang merupakan zona tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil
kecil.
Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan bujur sangkar
yan terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman zona ini dibatasi

tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar yang
masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan orientasi Timur Laut - Barat
Daya. Kecuali gerbang selatan yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding
candi ini sudah banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara pasti belum
diketahui; kemungkinan adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama Brahmana
dan murid-muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini
terbuat dari bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.
Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia Tenggara selain
Angkor Wat. Tiga candi utama disebut Trimurti dan dipersembahkan kepadantiga
dewa utama Trimurti: Siwa sang Penghancur, Wisnu sang Pemelihara dan Brahma
sang Pencipta. Di kompleks candi ini Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan

dari dua dewa Trimurti lainnya. Candi Siwa sebagai bangunan utama sekaligus
yang terbesar dan tertinggi, menjulang setinggi 47 meter.
Candi Siwa

Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks candi. Pelataran ini
ditinggikan permukaannya dan berdenah bujur sangkar dikurung pagar batu dengan
empat gerbang di empat penjuru mata angin. Dalam halaman berpermukaan pasir
ini terdapat delapan candi utama; yaitu tiga candi utama yang disebut candi
Trimurti ("tiga wujud"), dipersembahkan untuk tiga dewa Hindu tertinggi: Dewa
Brahma Sang Pencipta, Wishnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tetinggi di
kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter.
Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang
melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi Hindu

sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi Buddha. Candi Siwa
dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana;
terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari
jajaran kemuncak yang juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai
urutannya, pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina
yakni berputar mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini
dilanjutkan ke Candi Brahma.
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat lima ruangan, satu ruangan di setiap arah mata
angin dan satu garbagriha, yaitu ruangan utama dan terbesar yang terletak di tengah
candi. Ruangan timur terhubung dengan ruangan utama tempat bersemayam sebuah
arca Siwa Mahadewa (Perwujudan Siwa sebagai Dewa Tertinggi) setinggi tiga
meter. Arca ini memiliki Lakçana (atribut atau simbol) Siwa, yaitu chandrakapala
(tengkorak di atas bulan sabit), jatamakuta (mahkota keagungan), dan trinetra (mata
ketiga) di dahinya. Arca ini memiliki empat lengan yang memegang atribut Siwa,
seperti aksamala (tasbih), camara (rambut ekor kuda pengusir lalat), dan trisula.
Arca ini mengenakan upawita (tali kasta) berbentuk ular naga (kobra). Siwa
digambarkan mengenakan cawat dari kulit harimau, digambarkan dengan ukiran
kepala, cakar, dan ekor harimau di pahanya. Sebagian sejarawan beranggapa bahwa
arca Siwa ini merupakan perwujudan raja Balitung sebagai dewa Siwa, sebagai arca
pedharmaan anumerta dia. Sehingga ketika raja ini wafat, arwahnya dianggap
bersatu kembali dengan dewa penitisnya yaitu Siwa.[15] Arca Siwa Mahadewa ini
berdiri di atas lapik bunga padma di atas landasan persegi berbentuk yoni yang
pada sisi utaranya terukir ular Nāga (kobra).
Tiga ruang yang lebih kecil lainnya menyimpan arca-arca yang ukuran lebih kecil
yang berkaitan dengan Siwa. Di dalam ruang selatan terdapat Resi Agastya,
Ganesha putra Siwa di ruang barat, dan di ruang utara terdapat arca sakti atau istri
Siwa, Durga Mahisasuramardini, menggambarkan Durga sebagai pembasmi
Mahisasura, raksasa Lembu yang menyerang swargaloka. Arca Durga ini juga
disebut sebagai Rara Jonggrang (dara langsing) oleh penduduk setempat. Arca ini
dikaitkan dengan tokoh putri legendaris Rara Jonggrang.
Di dalam buku terkenal Thomas Raffles, The History of Java (1817) terdapat gambar
Candi Induk Prambanan dengan keterangan "candi induk di Jongrangan". Dalam
nama jongrangan ini dikenal nama lokal lainnya yang populer untuk kompleks
percandian ini, yaitu Loro Jonggrang, yang berarti "Gadis Semampai". Loro
Jonggarang adalah tokoh utama dalam sebuah cerita rakyat Jawa.
Candi Brahma dan Candi Wishnu
Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di sisi utara
dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi selatan. Kedua
candi ini menghadap ke timur dan hanya terdapat satu ruang, yang dipersembahkan
untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma menyimpan arca Brahma dan Candi Wishnu
menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi hampir 3 meter. Ukuran candi
Brahma dan Wishnu adalah sama, yakni lebar 20 meter dan tinggi 33 meter.
Candi Wahana
Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil daripada candi
Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan kepada kendaraan atau wahana dewa-
dewa ini; sang lembu Nandi wahana Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan sang
Garuda wahana Wisnu. Candi-candi wahana ini terletak tepat di depan dewa
penunggangnya. Di depan candi Siwa terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat
arca lembu Nandi. Pada dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan kanannya
mengapit arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari. Chandra
digambarkan berdiri di atas kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri di
atas kereta yang ditarik 7 kuda.[16] Tepat di depan candi Brahma terdapat candi
Angsa. Candi ini kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu
pernah bersemayam arca Angsa sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di depan
candi Wishnu terdapat candi yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi sama
seperti candi Angsa, di dalam candi ini tidak ditemukan arca Garuda. Mungkin dulu
arca Garuda pernah ada di dalam candi ini. Hingga kini Garuda menjadi lambang
penting di Indonesia, yaitu sebagai lambang negara Garuda Pancasila.
Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran Candi Apit
hampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan tapak
denah 6 x 6 meter. Disamping 8 candi utama ini terdapat candi kecil berupa kuil
kecil yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu Bali
tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di depan pintu
masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata angin di
muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan Candi
Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 2 meter.
Candi Perwara
Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman dalam, tersusun
dengan orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding kedua berukuran
panjang 225 meter di tiap sisinya. Di antara dua dinding ini adalah halaman kedua
atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas 224 Candi Perwara yang disusun dalam
empat baris konsentris. Candi-candi ini dibangun di atas empat undakan teras-teras
yang makin ke tengah sedikit makin tinggi. Empat baris candi-candi ini berukuran
lebih kecil daripada candi utama. Candi-candi ini disebut "Candi Perwara" yaitu
Candi Pengawal atau Candi Pelengkap. Candi-Candi Perwara disusun dalam empat
baris konsentris baris terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris
ketiga 60 candi, dan baris keempat sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi.
Masing-masing Candi Perwara ini berukuran tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6
meter, dan jumlah keseluruhan Candi Perwara di halaman ini adalah 224 candi.
Kesemua Candi Perwara ini memiliki satu tangga dan pintu masuk sesuai arah
hadap utamanya, kecuali 16 candi di sudut yang memiliki dua tangga dan pintu
masuk menghadap ke dua arah luar.[17] Jika kebanyakan atap candi di halaman
dalam zona inti berbentuk wajra, maka atap candi perwara berbentuk ratna yang
melambangkan permata.
Aslinya ada banyak candi yang ada di halaman ini, akan tetapi hanya sedikit yang
telah dipugar. Bentuk candi perwara ini dirancang seragam. Sejarawan menduga
bahwa candi-candi ini dibiayai dan dibangun oleh penguasa daerah sebagai tanda
bakti dan persembahan bagi raja. Sementara ada pendapat yang mengaitkan empat
baris Candi Perwara melambangkan empat kasta, dan hanya orang-orang anggota
kasta itu yang boleh memasuki dan beribadah di dalamnya; baris paling dalam
hanya oleh dimasuki kasta brahmana, berikutnya hingga baris terluar adalah barisan
candi untuk ksatriya, waisya, dan sudra. Sementara pihak lain menganggap tidak
ada kaitannya antara Candi Perwara dan empat kasta. Barisan candi perwara
kemungkinan dipakai untuk beribadah, atau tempat bertapa (meditasi) bagi pendeta
dan umatnya.
a. Candi Wahana
Candi Wahana terletak tepat didepan tiga patung Trimurti . Candi-candi
wahana ini terletak tepat di depan dewa penunggangnya. Di depan candi Siwa
terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat arca lembu Nandi. Pada dinding di
belakang arca Nandi ini di kiri dan kanannya mengapit arca Chandra dewa bulan
dan Surya dewa matahari. Chandra digambarkan berdiri di atas kereta yang ditarik
10 kuda, sedangkan Surya berdiri di atas kereta yang ditarik 7 kuda.Tepat di depan
candi Brahma terdapat candi Angsa.
Candi ini kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu
pernah bersemayam arca Angsa sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di depan
candi Wishnu terdapat candi yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi
sama seperti candi Angsa, di dalam candi ini tidak ditemukan arca Garuda.
Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di dalam candi ini. Hingga kini Garuda
menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu sebagai lambang negara Garuda
Pancasila.
b. Candi Apit , Kelir , dan Pathok
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran
Candi Apit hampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter
dengan tapak denah 6 x 6 meter. Disamping 8 candi utama ini terdapat candi kecil
berupa kuil kecil yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan dalam Pura
Hindu Bali tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di
depan pintu masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru
mata angin di muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi
Kelir dan Candi Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi
sekitar 2 meter.
c. Candi Perwara
Candi Perwara merupakan dua dinding berdenah bujur sangkar yang
mengurung dua halaman dalam, tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru
mata angin. Dinding kedua berukuran panjang 225 meter di tiap sisinya.Candi-
candi ini dibangun di atas empat undakan teras-teras yang makin ke tengah sedikit
makin tinggi. Empat baris candi-candi ini berukuran lebih kecil daripada candi
utama. Candi- candi ini disebut "Candi Perwara" yaitu candi pengawal atau candi
pelengkap. Candi- candi perwara disusun dalam empat baris konsentris baris
terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi, dan
baris keempat sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi. Uniknya dalam candi
ini hanya orang-orang anggota kasta itu yang boleh memasuki dan beribadah di
dalamnya; baris paling dalam hanya oleh dimasuki kasta Brahmana, berikutnya
hingga baris terluar adalah barisan candi untuk Ksatriya, Waisya, dan Sudra.

Referensi

[1]. Data Observasi, tanggal 17 januari 2018 di Candi Prambanan Yogyakarta.

[2]. Data seminar alam nasional dengan tema “Pariwisata Berbasis Lingkungan” pada
tanggal 12- 14Januari 2018 dalam kegiatan Jambore Nasional STIPRAM di
Kaliurang, D.I.Yogyakarta.

[3]. Haruna, K., Akmar Ismail, M., Suhendroyono, S., Damiasih, D., Pierewan, A. C.,
Chiroma, H., & Herawan, T. (2017). Context-Aware Recommender System: A
Review of Recent Developmental Process and Future Research Direction. Applied
Sciences, 7(12), 1211.

[4]. Isdarmanto, I. (2014). Strategi psikologis pengembangan Pariwisata Yogyakarta


menuju Era Globalisasi dan Asian Economy Community Year 2015. Jurnal
Kepariwisataan, 8(3), 105-118.

[5]. Triyono, J., Damiasih, D., & Sudiro, S. (2018). Pengaruh Daya Tarik dan Promosi
Wisata terhadap Kepuasaan Pengunjung Kampoeng Wisata di Desa Melikan
Kabupatean Klaten. Jurnal Kepariwisataan, 12(1), 29-40.

[6]. Wibisono, H. K. (2013). PARIWISATA DALAM PERSPEKTIF ILMU FILSAFAT

(Sumbangannya bagi Pengembangan Ilmu Pariwisata di Indonesia) (Doctoral


dissertation, Universitas Gadjah Mada).
[7]. Atiqah, A. N., & Slindri, Y. A. (2018). Prinsip Kesantunan Berbahasa antara
Pemandu Wisata dan Wisatawan Jepang di Candi Prambanan. Jurnal
Kepariwisataan, 12(1), 65-78.

[8]. Rif’an, A. A. (2016). Tourism Components and Tourists Characteristic of Prambanan


Temple as The World Culture Heritage Site in Yogyakarta, Indonesia.
International Journal of Tourism and Hospitality Study, 1(1).

[9]. Soeroso, A. (2009). Valuing Borobudur's cultural landscape heritage: using


multiattribute environmental economic frameworks to enactive ecotourism policy.
Graduate School Gadjah Mada University.

[10]. Nugraha, B. S., & Putri, L. P. (2016). Analisis Dampak Lingkungan Dalam
Kebijakan Perlindungan Situs Ratu Boko Menuju Pengembangan Pariwisata yang
Berkelanjutan. Jurnal Kepariwisataan, 10(2), 7-14.

[5] Data seminar alam nasional dengan tema “Pariwisata Berbasis Lingkungan” pada
tanggal 12- 14Januari 2018 dalam kegiatan Jambore Nasional STIPRAM di Kaliurang,
D.I.Yogyakarta.
[6]https://www.arenawisata.co.id/fungsi-candi-prambanan.htmlan
[7]https://bacainaja.com/sejarah-candi-prambanan/
[8] https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan

Anda mungkin juga menyukai