Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Fachri Darmawan

1903264

Hukum Tashwir

Pada asalnya tashwir (menggambar) segala hal yang memiliki nyawa, baik manusia maupun
hewan, hukumnya haram. Baik itu dalam bentuk ukiran patung (3 dimensi) maupun yang digambar
di kertas, kain, dinding atau semisalnya (2 dimensi). Ataupun juga gambar foto. Berdasarkan hadits-
hadits yang shahih tentang larangan perbuatan tersebut dan adanya ancaman bagi pelakunya
dengan azab yang keras.

Selain itu juga pada jenis gambar tertentu, dikhawatirkan menjadi sarana menuju kesyirikan
terhadap Allah. Yaitu seseorang merendahkan diri di depan gambar tersebut, dan bert-taqarrub
kepadanya, dan mengagungkan gambar tersebut dengan pengagungan yang tidak layak kecuali
kepada Allah Ta’ala. Selain itu juga, terdapat unsur menandingi ciptaan Allah. Selain itu juga
sebagian gambar dapat menimbulkan fitnah (keburukan), seperti gambar selebriti, gambar wanita
yang tidak berpakaian, model terkenal, atau semacam itu.

Dan hadits-hadits yang menyatakan tentang keharaman hal ini menunjukkan bahwa perbuatan ini
adalah dosa besar. Diantaranya hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ أحيوا ما خلق ُت ْم‬: ‫ يقا ُل َلهم‬، ‫بون يو َم القيام ِة‬ َّ ‫عون هذِه الص َُّو َر‬
َ ‫يعذ‬ َ َّ‫إنَّ ال‬
َ ‫ذين يص َن‬

“orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari
kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: ‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini’” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Dan hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

َ ِّ‫اس عذابًا عن َد هَّللا ِ يو َم القيام ِة المصو‬


‫رون‬ ِ ‫إنَّ أش َّد ال َّن‬

“orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang gambar” (HR. Bukhari
dan Muslim).

Dan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ أو شعير ًة‬، ‫ِيخلُقوا حب ًَّة‬


ْ ‫ ل‬: ‫ أو‬، ‫ ْفل َي ْخلُقوا ذرَّ ًة‬، ‫كخ ْلقي‬ ُ
َ ‫يخلق‬ ‫ذهب‬
َ َّ ُ‫قال هللا‬
‫ ومن أظلم ممن‬: ‫عز وج َّل‬
“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti
ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:

‫ فلما رآه رسول هللا صلى هللا عليه وسلم تلون‬،‫قدم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من سفر وقد سترت سهوة لي بقرام فيه تماثيل‬
‫ فقطعناه فجعلنا منه وسادة أو وسادتين‬،”‫ أشد الناس عذابا ً عند هللا يوم القيامة الذين يضاهئون بخلق هللا‬،‫ “يا عائشة‬:‫ وقال‬،‫وجهه‬

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pulang dari safar. Ketika itu aku menutup jendela rumah
dengan gorden yang bergambar (makhluk bernyawa). Ketika melihatnya, wajah Rasulullah berubah.
Beliau bersabda: “wahai Aisyah orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat adalah yang
menandingin ciptaan Allah“. Lalu aku memotong-motongnya dan menjadikannya satu atau dua
bantal” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫بنافخ‬
ٍ ‫وليس‬
َ ، ‫وح‬ َ ِّ‫صو َر صور ًة في الدُّنيا كل‬
َ ُّ‫ف يو َم القيام ِة أن ينف َخ فيها الر‬ َّ ‫من‬

“barangsiapa yang di dunia pernah menggambar gambar (bernyawa), ia akan dituntut untuk
meniupkan ruh pada gambar tersebut di hari kiamat, dan ia tidak akan bisa melakukannya” (HR.
Bukhari dan Muslim).

Juga hadits lainnya dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

ِّ ‫ يُجْ َع ُل له بك ِّل صور ٍة صوَّ رها نفسٌ ف ُت‬، ‫ك ُّل مُصوِّ ٍر في ال َّنار‬
‫عذبُه في جه َّن َم‬ ِ

“semua tukang gambar (makhluk bernyawa) di neraka, setiap gambar yang ia buat akan diberikan
jiwa dan akan mengadzabnya di neraka Jahannam” (HR. Bukhari dan Muslim).

Islam agama yang sempurna, yang membawa kemaslahatan bagi seluruh manusia dan mencegah
segala keburukan bagi mereka. Tidak ada perintah dalam Islam, kecuali itu pasti manfaat bagi
manusia. Dan tidak ada larangan dalam Islam, kecuali itu akan merugikan jika dilakukan manusia.
Oleh karena itu, syariat Islam juga membimbing manusia untuk mengambil semua sarana kepada
kebaikan dan menutup semua sarana kepada keburukan.

Diantara sarana kepada keburukan adalah menggambar makhluk bernyawa. Oleh karena itulah Islam
melarang menggambar makhluk bernyawa apapun alasannya. Karena gambar makhluk bernyawa
merupakan sarana kepada banyak sekali keburukan.
Definisi ash shurah

Yang dilarang dalam Islam untuk digambar adalah ash shurah, yaitu gambar makhluk yang bernyawa.
Adapun gambar makhluk yang tidak bernyawa, tidak terlarang untuk digambar. Diantara dalilnya
adalah hadits berikut:

ٍ ‫ َيا َأ َبا َعب‬:‫ إِ ْذ أَ َتاهُ َر ُج ٌل َف َقا َل‬،- ‫َّاس – َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َما‬
‫ إِ ِّني إِ ْن َسانٌ إِ َّن َما َمعِي َشتِي‬،‫َّاس‬ ٍ ‫ْن َعب‬ ِ ‫ت عِ ْندَ اب‬ ُ ‫ ُك ْن‬:‫ َقا َل‬،‫الح َس ِن‬َ ‫ْن أَ ِبي‬
ِ ‫وعنْ َسعِي ِد ب‬
َ
ُ‫ه‬Hُ ‫ َسمِعْ ت‬:ُ‫ت َرسُو َل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم َيقُول‬ ُ ْ‫ك إِاَّل َما َسمِع‬ ُ ِّ ُ َ
َ ‫ ال أ َحدث‬:‫َّاس‬ َ َ َّ َ َ ِّ
َ ‫ َوإِني أصْ ن ُع َه ِذ ِه الت‬،‫صن َع ِة َيدِي‬ ْ َ ْ‫مِن‬
ٍ ‫ فقا َل ابْنُ َعب‬،‫ير‬ َ ‫او‬ ِ ‫ص‬
،ُ‫ َواصْ َفرَّ َوجْ ُهه‬،‫ْس ِب َناف ٍِخ فِي َها أَ َب ًدا» َف َر َبا الرَّ ُج ُل َرب َْو ًة َشدِي َد ًة‬
َ ‫ َولَي‬،‫وح‬ َ ُّ‫ َفإِنَّ هَّللا َ م َُع ِّذ ُب ُه َح َّتى َي ْنفُ َخ فِي َها الر‬،‫ُور ًة‬
َ ‫صوَّ َر ص‬ َ ْ‫ « َمن‬:ُ‫َيقُول‬
‫ْس فِي ِه رُو ٌح‬ َ ‫ َف َعلَي‬،‫ إِنْ أَ َبيْتَ إِاَّل أَنْ َتصْ َن َع‬،‫ك‬
َ ‫ ُك ِّل َشيْ ٍء لَي‬،‫ْك ِب َه َذا ال َّش َج ِر‬ َ ‫ َوي َْح‬:‫َف َقا َل‬

Dari Sa’id bin Abi Al Hasan berkata, Aku pernah bersama Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu ketika datang
seorang kepadanya seraya berkata; “Wahai Abu ‘Abbas, pekerjaanku adalah dengan keahlian
tanganku yaitu membuat lukisan seperti ini”. Maka Ibnu ‘Abbas berkata: “Yang aku akan sampaikan
kepadamu adalah apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Yaitu
beliau bersabda: “Siapa saja yang membuat gambar ash shurah, Allah akan menyiksanya hingga dia
meniupkan ruh (nyawa) kepada gambarnya itu dan sekali-kali dian tidak akan bisa melakukannya
selamanya”. Maka orang tersebut sangat ketakutan dengan wajah yang pucat pasi. Ibnu Abbas lalu
berkata: “Celaka engkau, jika engkau tidak bisa meninggalkannya, maka gambarlah olehmu
pepohonan dan setiap sesuatu yang tidak memiliki ruh (nyawa)” (HR. Bukhari no.2225).

Dalam hadits ini dijelaskan oleh Ibnu Abbas bahwa ash shurah yang dilarang untuk digambar adalah
gambar makhluk yang bernyawa. Adapun gambar makhluk yang tidak bernyawa seperti pohon,
maka tidak terlarang untuk digambar.

Dan dalam hadits yang lain, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ أو شعير ًة‬، ‫ِيخلُقوا حب ًَّة‬


ْ ‫ ل‬: ‫ أو‬، ‫ ْفل َي ْخلُقوا ذرَّ ًة‬، ‫كخ ْلقي‬ ُ
َ ‫يخلق‬ ‫ذهب‬
َ َّ ُ‫قال هللا‬
‫ ومن أظلم ممن‬: ‫عز وج َّل‬

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti
ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari no.5953 dan
Muslim no.2111).

Di dalam hadits ini juga terdapat bimbingan bagi orang yang ingin menggambar, hendaknya
menggambar makhluk yang tidak bernyawa seperti biji, atau bibit tanaman atau gandum.

Menggambar shurah adalah Sarana Kesyirikan

Allah ta’ala berfirman tentang kesyirikan di zaman Nabi Nuh:

َ ‫ًًّدا َواَل س َُواعًا َواَل َي ُغ‬HS ‫َو َقالُوا اَل َت َذرُنَّ آلِ َه َت ُك ْم َواَل َت َذرُنَّ َو‬
‫وث َو َيعُوقَ َو َنسْ رً ا‬
“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu
dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’,
yaghuts, ya’uq dan nasr” (QS. Nuh: 23).

Ibnu Abbas radhiallahu’anhu menafsirkan ayat ini:

َ ‫ُون أ ْن‬
‫صابًا‬ َ ‫أن ا ْنصِ بُوا إلى َم َجالِسِ ِه ُم الَّتي َكا ُنوا َيجْ لِس‬ ِ ،‫ْطانُ إلى َق ْوم ِِه ْم‬ َ ‫ َفلَمَّا َهلَ ُكوا ْأو َحى ال َّشي‬،‫وح‬
ٍ ‫ِين مِن َق ْو ِم ُن‬
َ ‫صالِح‬ ٍ ‫أسْ َما ُء ِر َج‬
َ ‫ال‬
ْ ‫ك و َت َن َّس َخ الع ِْل ُم ع ُِبد‬
‫َت‬ ُ َ َ‫ ح َّتى إ َذا َهل‬،‫ َفلَ ْم ُتعْ َب ْد‬،‫ َف َف َعلُوا‬H،‫وسمُّو َها بأَسْ َمائ ِِه ْم‬
َ ‫ك أولَ ِئ‬ َ

“Ini adalah nama-nama orang shalih di zaman Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan
kaumnya untuk membangun tugu di tempat mereka biasa bermajelis, lalu diberi nama dengan
nama-nama mereka. Dan itu dilakukan. Ketika itu tidak disembah. Namun ketika generasi tersebut
wafat, lalu ilmu hilang, maka lalu disembah” (HR. Bukhari no.4920).

Perhatikan, kaum Nabi Nuh ketika orang shalih meninggal, mereka membuat patung orang-orang
shalih tersebut. Ini adalah tashwir (menggambar) berupa gambar 3 dimensi. Awalnya mereka tidak
bermaksud untuk menyembahnya, namun waktu berjalan dan orang-orang yang membuat patung
telah wafat kemudian ilmu yang benar hilang di tengah masyarakat, lama-kelamaan patung-patung
tersebut pun disembah. https://muslim.or.id/26684-hukum-menggambar-makhluk-bernyawa.html

Pendapat saya :

Menurut saya menggambar makhluk hidup 2 dimensi masih diperbolehkan, yang tidak di
perbolehkan menggambar makhluk hidup yang timbul atau bias di raba oleh indera perasa.

Karna gambar timbul yang berupa makhluk hidup (manusia&hewan) apabila berada di dalam rumah,
maka malaikat tidak akan mau masuk kedalam rumah tersebut.

Yang tidak diperbolehkan dalam agama islam, menurut saya jika membuat karya makhluk hidup 3
dimensi seperti membuat patung manusia atau hewan.

Anda mungkin juga menyukai