Anda di halaman 1dari 12

MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137

Volume 14, No.1, Maret 2017

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH

Oleh :

Indri A. Wirakusumah
(Staf Pengajar Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, indri_astrina@unpar.ac.id)

Abstrak

Arsitektur candi merupakan warisan kebudayaan Indonesia yang masih dapat dikagumi
kemegahannya hingga saat ini. Sejarah perkembangannya telah melampaui beberapa abad. Sepanjang
perjalanan sejarah arsitektur klasik di Indonesia, candi telah mengalami berbagai macam zaman, Hal ini
membentuk karakteristik bentuk candi yang berbeda-beda pada tiap periode. Tulisan ini akan membahas
candi yang dibangun pada masa penting sejarah kebudayaan Indonesia yang ditandai dengan latar belakang
sejarah menjelang runtuhnya kerajaan Majapahit pada abad ke -15, yaitu candi Sukuh yang berlokasi di
Desa Berjo, Karangnyar, Jawa Tengah, yang dibangun pada periode yang sama dengan runtuhnya kerajaan
Majapahit. Majapahit adalah kerajaan besar pada bagian periode sejarah Indonesia, sehingga candi yang
dibangun pada masa ini memiliki bentuk yang signifikan. Candi ini memiliki bentuk yang berbeda dengan
candi-candi yang dibangun pada periode sebelumnya. Pada masa ini bentuk candi didominasi oleh susunan
berundak yang diakui sebagai salah satu ciri bangunan pada budaya Megalitikum pra-Hindu Jawa, selain itu
bangunan candi pada zaman ini kaya ornamen berbentuk relief dan arca yang menggambarkan alat
reproduksi wanita dan pria sebagai simbol dua kutub. Perwujudan simbolik ini mengarah pada erotisme
yang belum pernah ditemukan pada arsitektur candi masa sebelumnya. Hal ini terjadi sebagai akibat dari
pengaruh kepercayaan Tantrayana. Tantrayana adalah kepecayaan yang menggabungkan antara Hindu dan
Buddha (Siwa), pada kepercayaan ini banyak digunakan simbol pada ikonografi seni Buddha dan Hindu,
selain itu kepercayaan ini juga dikenal bersifat magis dan penuh kerahasiaan. Fenomena ini menjadi
menarik untuk ditelusuri lebih lanjut dengan tujuan untuk mengetahui asal mula pemikiran dan peristiwa
yang menjadi latar belakang terbentuknya sosok arsitektur candi seperti pada masa akhir kerajaan
Majapahit ini. Metoda penelitian memakai pendekatan kualitatif-deskriptif-interpretatif. Hasil temuan yang
didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk candi pada masa akhir kerajaan Majapahit
dipengaruhi oleh kepercayaan Tantrayana yang tengah berkembang pada masa tersebut, selain itu dialog
juga terjadi dengan kepercayaan yang dianut oleh budaya lokal masyarakat Hindu Jawa. Akibat dari
peleburan hal tersebut, maka menghasilkan bentuk yang merupakan hasil integrasi dari aspek aspek tersebut.

Kata Kunci : Candi, Tantrayana, Kerajaan Majapahit

1. PENDAHULUAN dengan pesat di Indonesia, salah satu kerajaan


yang terkenal adalah kerajaan Majapahit.
Indonesia adalah negara dengan
Kerajaan Majapahit berdiri pada abad
kekayaan budaya yang beragam, salah satunya
ke -11 hingga abad ke -15. Kerajaan ini
adalah candi yang banyak terdapat di pulau
tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Hindu-
Jawa. Candi telah melewati berbagai periode
Budha terakhir yang berdiri di Indonesia.
dalam perjalanan sejarahnya. Berbagai
Kemashyuran kerajaan ini terkenal se-Asia
kepercayaan dan agama yang menyebar di
Tenggara bahkan sampai ke Asia Selatan.
Indonesia berkaitan erat dengan
Candi yang dibangun saat masa akhir
keanekaragaman bentuk candi.
kekuasaan kerajaan Majapahit memiliki
Candi dikenal sebagai bangunan suci
karakteristik yang belum pernah terlihat pada
dalam lingkup kerajaan Hindu-Budha di
candi-candi yang dibangun sebelumnya di
Indonesia yang berdiri pada abad 4 hingga
Nusantara. Secara sosok, candi ini tersusun
abad ke -15 Sebelum Islam masuk, yang
dari undakan yang menyerupai piramida,
ditandai dengan berdirinya kerajaan Demak.
sementara ornamen dan relief didominasi oleh
Kerajaan Hindu-Budha tumbuh berkembang

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 49 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

lambang simbol reproduksi manusia secara dimaksudkan untuk mendapatkan


eksplisit . pengalaman langsung terhadap objek,
Fenomena ini sangat menarik untuk sehingga dapat memberikan deskripsi
dikaji, karena bentuk candi pada masa akhir menyeluruh
Majapahit ini sangat spesifik dan mengalami (3) Interpretasi dilakukan terhadap hasil dari
transformasi yang cukup signifikan dari candi- analisis yang didapat untuk menjelaskan
candi sebelumnya, maka dipilih candi Sukuh pengaruh yang mendominasi langgam
sebagai kasus studi yang dapat mewakili arsitektur candi menjelang keruntuhan
sosok candi yang dibangun pada periode ini. kerajaan Majapahit.
Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini
bertujuan untuk menjawab hal tersebut. Maka,
3. ARSITEKTUR CANDI
pertanyaan penelitian dapat dirumuskan
Candi sebagai warisan budaya
sebagai berikut : (1) Pengaruh apa saja yang
Indonesia memiliki keunikan tersendiri.
mempengaruhi langgam dan ornamen candi
Bangunan ini didirikan untuk memenuhi
Sukuh ?
fungsi ritual ibadah, oleh karenanya bangunan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
ini bersifat sakral. Masyarakat periode klasik
mengetahui karakteristik sosok candi yang
sangat memegang teguh aturan-aturan yang
dibangun pada masa Majapahit akhir sebagai
terkait dengan simbol- simbol kesucian.
akibat dari pengaruh aliran dan budaya yang
Candi di Nusantara dapat dibagi
berkembang pada masa tersebut.
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok Jawa
Tengah bagian utara, kelompok Jawa Tengah
2. METODE PENELITIAN
bagian selatan, dan kelompok Jawa Timur,
Penelitian ini menggunakan termasuk di dalamnya candi di Bali, Sumatera
pendekatan kualitatif - deskriptif - Tengah, serta Sumatera Utara. Pembagian
interpretatif. Adapun langkah-langkah kelompok ini berdasarkan agama yang
penelitian akan ditempuh melalui 3 tahapan berkembang pada zaman tersebut, yaitu
analisis, sebagai berikut : agama Hindu (terutama Shiwa), agama Budha
(1) Melakukan studi literatur perihal arsitektur (Mahayana), dan aliran Tantrayana (baik yang
candi dan aliran Tantrayana yang bersifat Hindu maupun Budha).
berkembang di Nusantara menjelang Menurut Rahadhian (1999) tipe bentuk
keruntuhan kerajaan Majapahit. Studi pada candi di Nusantara dibagi menjadi 2 jenis,
tahap ini guna memahami secara lebih yaitu tipe menara dan tipe non-menara. Tipe
dalam pemikiran yang menjadi latar non-menara dibagi lagi ke dalam beberapa
belakang pemilihan sosok candi periode tipe, yaitu tipe stupa, tipe punden, tipe
Majapahit akhir. pertirtaan, tipe gapura, dan goa (non candi).
(2) Melakukan pengamatan di lapangan guna Candi punden juga diklasifikasikan menjadi
mendapatkan data primer dan sekunder tipe punden tidak berundak, tipe punden
yang lebih lengkap. Teknik survey berundak, dan tipe punden piramid. Tipe

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 50 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

punden piramid merupakan candi punden menilai bahwa keseimbangan dan


dengan bentuk piramid terpancung. Bentuk kebahagiaan fisik dan mental dapat terjadi
piramid ini layaknya mirip bentuk punden melalui kesadaran akan Ketuhanan
berundak tetapi teras undakannya sudah tidak (nishreyas) dan material duniawi (abhyu
terasa lagi, lebih merupakan bentuk masa daya).
yang licin dengan tingkatan teras yang tidak Aliran Tantrayana ini sering dikaitkan
kelihatan. dengan pengalaman seksual dan seringkali
Berdasarkan klasifikasi yang dibuat disalahartikan sebagai sikap yang mengumbar
oleh Rahadhian (1999), tipe candi Sukuh keinginan tersebut, sehingga pemahaman ini
termasuk dalam klasifikasi candi punden dianggap sebagai sesuatu yang vulgar. Hal ini
berundak. Punden berundak ini merupakan terkait dengan salah satu cara untuk
tipologi yang tidak banyak ditemukan di mencapai keabadian dalam Tantrayana adalah
Nusantara. Sosok ini diduga merupakan melalui eksplorasi tubuh, salah satunya adalah
pengaruh kebudayaan megalitikum Jawa yang pengalaman seksual atau persetubuhan antara
muncul kembali pada masa ini. pria dan wanita (Dasgupta, 1974). Namun,
Selain itu, Soekmono (1991) menurut P.G. Yogi (1998), Tantrayana
menjabarkan bahwa langgam Jawa Tengah sebetulnya meninggikan posisi wanita sebagai
memiliki tatanan massa yang bersifat ibu. Dari pernyataan ini, tampaknya
konsentrik dan formal, seperti terlihat pada Tantrayana menghargai proses awal
Candi Borobudur, sementara pada Candi kehidupan di bumi yang diciptakan melalui
Sukuh tatanan lebih bersifat linear. wanita, oleh karenanya kepercayaan ini
tampak mengedepankan ritual-ritual yang
selalu dihubungkan dengan hasrat seksual
4. ALIRAN TANTRAYANA
antara pria dan wanita.
Tantrayana adalah aliran yang
Persentuhan aliran yang berasal dari
berkembang dan tercatat pada tulisan di India,
India ini sudah sejak berabad-abad lalu terasa
Tibet dan Cina. Menurut P.G. Yogi (1998)
di Nusantara, termasuk di dalamnya adalah
dalam tulisannya berjudul An Analysis of
filsafat, kesenian, dan agama. Agama Hindu
Tantrayana (Vajrayana), Tantra berasal dan
dan Budha telah berjalan secara selaras di
disadari sebagai pengalaman yang sangat
Nusantara, terbukti dari bukti arkeologis
sensual yang dialami para praktisi Yoga atau
candi-candi yang terdapat di tanah Jawa masih
disebut Yogini. Tantrayana ini dipraktekan
tetap berdiri sampai saat ini. Sebagai contoh
oleh para Sadhaka, yang berarti orang yang
adalah candi Prambanan yang memiliki ciri
ingin mencapai suatu tujuan. Tujuan dalam
khas Hindu berdiri tidak jauh dari candi Sewu,
hal ini adalah kemampuan untuk menjalani
Plaosan, dan Kalasan. Tidak ada bukti yang
hidup secara seimbang, baik secara filosofis
menguatkan bahwa satu kepercayaan berusaha
dan secara agama atau kepercayaan. Pada
menghancurkan kepercayaan yang lain.
intinya tantrayana melihat adanya dualitas
Kepercayaan Hindu dan Budha dapat
dalam kepercayaannya, praktek Tantrayana
selaras berdampingan di tanah Jawa, karena

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 51 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

keduanya dihubungkan oleh paham ajaran yang biasa disebut aliran Tantra kanan,
Tantrisme. Menurut Slamet Mulyana (1979) sedangkan Mantrayana dan Mantranaya
Tantrisme pernah mencapai puncak adalah aliran Tantra Buddha yang terkait
kejayaannya di Jawa Timur, dan terbukti dengan mantra dan hal-hal gaib atau biasa
mempengaruhi hampir semua bidang disebut aliran Tantra kiri.
kebudayaan, seperti seni bangun dan seni Paham Tantrayana dapat dilihat
sastra bernafaskan keagamaaan. jejaknya di Nusantara. Paham ini
Tantrayana berkembang baik dan mengeksploitasi seluruh panca indera dan raga
mencapai puncaknya di Jawa pada masa untuk mencapai tingkatan tertinggi atau biasa
pemerintahan Raja Kertanegara (1268-1292 disebut moksha. Moksha adalah suatu kondisi
M) di Singosari - Jawa Timur. Hal ini di mana seorang individu dianggap dapat
disebutkan pada prasasti yang dipahatkan menghubungkan jiwanya dengan Tuhan.
pada arca Aksobhya atau lebih dikenal sebagai Aliran ini berkeyakinan bahwa
Joko Dolok berangka tahun 1289 Masehi. hubungan mereka dengan alam dan roh-roh
Dalam prasasti tersebut dikatakan bahwa menjadi semakin kuat, pun mereka dapat
Kartanegara mentahbiskan dirinya sebgai Jina bersatu dengan Tuhannya dengan cara
tertinggi di pekuburan Wurare. melakukan ritual. Ritual yang dikenal di
Kekuasaan Singosari dilanjutkan oleh Tantrayana terangkum dalam pancatattwa,
Wijaya dengan mendirikan kerajaan yang terdiri dari mada atau madya, mamsa,
Majapahit. Kerajaan ini mencapai puncak matsya, mudra, dan maithuna.
kejayaannya di bawah pemerintahan Mada atau Madya memiliki arti berada
Hayamwuruk, sehingga banyak candi yang pada jalan tengah, tidak terlalu lemah atau
dipugar dan dibangun pada masa ini. terlalu keras, namun sering ditafsirkan kepada
Sepeninggal Hayamwuruk, Majapahit kondisi tidak sadar atau mabuk. Mamsa
dipimpin oleh Suhita, sebagai salah satu ditafsirkan menjadi pemakan daging dan
keturunannya. Pada masa ini banyak tempat peminum darah. Matsya diartikan arti
untuk melakukan ritual pemujaan yang menekan nafsu dan keinginan, mematikan
dibangun, di antaranya adalah candi Sukuh semua indra, selanjutnya sering sebagai
dan candi Cetha. Menurut Soekmono (1991) , keluwesan dan tidak kaku, disalahartikan
bentuk-bentuk tersebut memiliki makna sebagai memakan ikan. Sementara, Mudra
seperti lambang gaib. berarti penjiwaan yang mendalam, penuh
Terkait dengan makna gaib, Pott tekad, yang kemudian ditafsirkan melakukan
(1966) menambahkan bahwa Tantrayana biasa tarian hingga lelah. Sementara maithuna
juga disebut dengan Vajrayana (Tantric adalah meleburkan pikiran kepada kosmis
Buddhism), Mantrayana, atau Mantranay. yang kemudian diartikan dengan persetubuhan
Dijabarkan lebih lanjut oleh J. Kats (1910), massal.
Tantrayana adalah istilah segala sesuatu yang Masyarakat klasik Nusantara yang saat
berhubungan dengan paham Tantric. itu tengah mengembangkan kepercayaan
Vajrayana adalah paham Tantrayana Hindu animisme dan dinamisme, percaya terhadap

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 52 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

kekuatan-kekuatan gaib dan upacara-upacara didirikan pada abad 15 M, di bawah


yang menggunakan ilmu magis. Mereka mulai pemerintahan Ratu Suhita, ratu Majapahit
melakukan pengorbanan dengan yang memerintah tahun 1429-1446. Pada era
menggunakan binatang untuk dipersembahkan ini kerajaan Majapahit tengah mengalami
pada kekuatan yang menguasai alam semesta. kemunduran.
Menurut I Gusti Ayu Surasmi (2007) Komplek candi ini menghadap ke barat
perkembangan aliran Tantrayana ini menjadi dengan susunan halaman terdiri dari tiga teras
pesat dikarenakan kepercayaan masyarakat yang berundak-undak. Relief yang terdapat di
klasik Nusantara terhadap kepercayaan komplek tersebut juga melambangkan ketiga
animisme dan dinamisme ini. dunia, yaitu dunia bawah dilambangkan
dengan relief Bima Suci, dunia tengah
dilambangkan dengan relief Ramayana,
5. CANDI SUKUH, SOSOK
ARSITEKTUR ZAMAN MAJAPAHIT Garudeya, dan Sudhamala, dunia atas
AKHIR
dilambangkan dengan relief
Tantrayana sebagai sebuah aliran yang Swargarohanaparwa. Penggambaran ketiga
berkembang pada sejarah Nusantara dunia pada relief-relief tersebut menunjukan
meninggalkan bukti fisik dalam sosok tahapan yang harus dilalui manusia untuk
arsitektur candi. Candi Sukuh terletak di kaki mencapai nirwana.
gunung Lawu. Komplek candi Sukuh

Gambar 1
Isometri kepercayaan kosmik Hindu
Sumber : Tesis Rahadhian PH, 1999

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 53 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

Gambar 2
Skema kepercayaan kosmik Budha
Sumber : Diproses ulang dari http://indo-awesome.blogspot.co.id/2015/09/candi-borobudur.html diakses
Januari 2017

Angka tiga melambangkan bahwa ke arah timur membelakangi gunung Lawu.


semesta itu tersusun dari tiga tingkatan, Pada kosmologi masyarakat klasik, sumbu
biasanya dunia bawah merepresentasikan barat melambangkan kematian sementara
dewa-dewi tingkat bawah, dunia tengah sumbu timur melambangkan awal mulainya
merepresentasikan dunia manusia, sedangkan kehidupan.
dunia teratas melambangkan dewa-dewi
tingkat tinggi atau segala sesuatu yang
berkaitan dengan surga. Hal ini biasa
ditemukan dalam kepercayaan Hindu-Budha.
Pada kepercayaan Hindu, alam dibagi menjadi
tiga unsur kosmis, yaitu Bhurloka (dunia
bawah), Bhuvarloka (dunia tengah), dan
Swarloka (dunia atas). Demikian pula di
dalam kepercayaan Buddha, dunia pun dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu Kamadatu (alam
kama), Rupadatu (alam yang berwujud), dan
Arupadatu (alam tak berwujud).
Candi Sukuh memiliki tatanan yang
tidak biasa dijumpai. Biasanya candi
memiliki tatanan simetri dan terpusat, Gambar 3
Tapak kompleks candi Sukuh
sementara candi ini memiliki tatanan linear
Sumber : Diproses ulang
terbagi atas 3 halaman yang memiliki sumbu dari tesis Rahadhian PH (1999)

imajiner mengarah pada Gunung Lawu. Pada halaman pertama atu halaman
Bangunan ini memiliki pintu masuk di arah purwa, ciri yang sangat menarik ditemukan
barat, menghadap ke gunung Lawu. relief yang menggambarkan alat kelamin pria
Sementara bangunan utama candi menghadap dan wanita pada bagian lantai. Area ini tidak

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 54 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

boleh diinjak, menunjukkan derajat sakralitas wanita sebagai awal dari kreasi manusia.
pada relief tersebut. Aliran ini memusatkan pemujaan terhadap
Devi/Dewi Durga sebagai Ibu, lebih lanjut
lagi wanita dianggap penyeimbang dan
berpasangan dengan pria. Sebagai sakti (istri)
Dewa Siwa, kedudukan Dewi Durga ini lebih
ditonjolkan daripada dewa itu sendiri. Oleh
karena itu, prosesi terciptanya kelahiran baru
yang dimulai dari hubungan bertemunya
wanita dan pria dianggap sakral pada
kepercayaan ini.

Gambar 4
Relief pada lantai yang mengambarkan
alat kelamin pria dan wanita
Sumber: :
https://laskarmim.wordpress.com/tag/lingga/
diakses pada Maret 2017

Simbol alat kelamin pria dan wanita


mengukuhkan bahwa candi ini lebih banyak
dipengaruhi kepercayaan Hindu, karena
1
lambang lingga-yoni merupakan ciri khas
dari relief atau patung pada candi Hindu.
Selain simbol tersebut, sosok yang ditemukan
pada candi ini adalah arca tanpa kepala yang
sedang memegang alat kelaminnya yang
berdiri tegak dan relief yang
mempertontonkan alat genitalnya secara
vulgar. Kesan vulgar ini sebetulnya sifatnya
simbolis. Lambang lingga dan yoni diatikan
sebagai proses terciptanya kehidupan, oleh
karenanya, Tantrayana meninggikan posisi Gambar 5
Sosok patung dan relief pada candi Sukuh
yang menggambarkan pornografi secara eksplisit
Sumber: : http://log.viva.co.id/,
1
Lingga adalah sebuah objek yang tegak. Biasa disebut diakses pada Maret 2017
Phallus atau alat genital kaum pria. Objek ini
melambangkan kesuburan. Yoni adalah pasangan dari
lingga yang merupakan simbol dari alat genital kaum
Pada kaki candi utama ditemukan relief
wanita. Objek ini juga melambangkan kesuburan. yang berbentuk seperti tapal kuda, diprediksi

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 55 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

relief tersebut menggambarkan rahim wanita, Pada kepercayaan Hindu, penyu merupakan
disimpulkan bahwa simbol-simbol yang manifestasi dari Dewa Wishnu. Selain itu
digunakan pada candi ini benar menunjukkan sosok penyu ini dianggap sebagai dasar dunia,
awal dari kreasi makhluk hidup. karena dunia dianggap bertumpu pada
S.B Dasgupta (1974) menjelaskan tempurungnya yang kuat (Zimmer, 1972).
bahwa kepercayaan Tantrayana ini juga lekat Oleh karenanya sosok ini diletakkan pada
dengan yoga. Badan sebagai media untuk halaman teratas karena penyu memiliki
mencapai nirwana ditekankan pada aliran perlambang salah satu reinkarnasi dari Dewa
tantrayana ini, oleh karenanya relief pada Wishnu. Sosok penyu terlihat memiliki
candi yang dipengaruhi tantrayana banyak tempurung yang terpenggal, sehingga
menggambarkan eksplorasi bagian indera dan bentuknya menyerupai meja sesaji.
badan manusia. Badan dianggap sebagai
penjelmaan dari alam semesta atau
mikrokosmos. Melalui cara eksplorasi bagian
badan dan dibantu oleh proses secara
psikologis dan biologis, maka keseluruhan
tubuh manusia merupakan media (yantra)
untuk menyadari mengenai kebenaran yang
utama (ultimate truth)
Gambar 7
Altar batu berbentuk penyu
Sumber : http://www.karanganyarkab.go.id/
20110628/candi-sukuh/
diakses pada Maret 2017

6. SOSOK CANDI SUKUH DAN


PENGARUH MEGALITIKUM JAWA

Halaman pada komplek Candi Sukuh


ini terbagi atas tiga bagian, candi utama
terletak pada halaman teratas. Candi utama
pada kompleks ini memiliki bentuk punden
berundak yang memiliki kemiripan dengan
Gambar 6 candi yang ditemui di bangunan bangsa Maya
Relief pada batu yang diduga
seperti sosok rahim wanita dan Inca di Peru.
Sumber: : Perletakan candi utama pada teras
https://history1978.wordpress.com/2009/12/22/can
di-sukuh-candi-paling-erotis-di-indonesia/, teratas merupakan simbol bahwa candi utama
diakses pada Maret 2017
yang terletak pada teras teratas merupakan
Selain itu, pada kompleks candi ini pencapaian tertinggi dari proses menuju
ditemukan dua arca penyu yang terletak tepat keabadian dan kesempurnaan.
di kaki candi utama. Sosok penyu ini memiliki
arti yang signifikan pada banyak kepercayaan.

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 56 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

Bentuk punden berundak pernah


ditemukan di tanah Jawa pada situs gunung
Padang di Cianjur, sampai saat ini situs
tersebut dianggap sebagai situs punden
berundak terbesar. Peninggalan ini
membuktikan bahwa kebudayaan
Megalitikum pernah berkembang di
Nusantara.
Gambar 8
Candi utama pada kompleks Candi Sukuh
Sumber : http://matabayangan.blogspot.co.id/
2011/10/sejarah-candi-sukuh.html
diakses pada Maret 2017

Sosok seperti punden berundak ini,


bisa diduga sebagai simbolisasi dari Yoni,
tidak menutup kemungkinan bahwa pada
zaman itu terdapat sosok lingga tepat pada
bagian atas yoni tersebut.
Gambar 9
Pada gambar 9, candi utama pada Candi utama pada Kompleks Candi Cetha
Sumber : Diproses ulang dari
kompleks Candi Cetha memiliki massa
https://kelanakecil.files.wordpress.com/
terletak tepat diatas bidang datarnya. Terkait 2015/02/p1050824.jpg,
diakses pada Maret 2017
dengan Tantrayana yang merupakan
penggabungan dari Budha (Siwa) dan Hindu,
7. GUNUNG SEBAGAI PUSAT
komposisi massa ini melambangkan lingga- KOSMOLOGI
yoni2.
Berbagai kepercayaan menunjukkan
Selain kental dengan nuansa simbolis
bahwa gunung merupakan perlambang dari
erotis, candi Sukuh mengadaptasi kebudayaan
sesuatu yang dianggap suci, dalam hal ini
Megalitikum pada masa Hindu-Jawa.
dipercaya sebagai kediaman dewa-dewi.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa
Candi Sukuh memiliki arah orientasi ke
berdasarkan sosok candi Sukuh yang
gunung Lawu. Membahas mengenai kaitan
cenderung dibangun dan dipahat secara
gunung dan kepercayaan pra-Hindu Jawa,
“kasar”, tidak seperti candi lainnya yang
menurut Paskaleva, 2010, Gunung Kailash
dibangun sebelumnya, disebabkan oleh
yang terletak di Tibet merupakan gunung
kondisi politik kerajaan Majapahit yang
yang dianggap suci oleh empat agama; yaitu
terdesak oleh Demak Islam, sehingga pada
Bön, Buddha, Hindu and Jain. Sementara,
zaman itu tidak dapat dibangun candi yang
Buddha Tantrayana pada khususnya percaya
megah.
bahan Gunung Kailash ini merupakan tempat
tinggal dari Buddha Demchok, yang dipercaya
sebagai kekuatan tertinggi .
2
Pada mitologi klasik Hindu-Buddha , Siwa
dilambangkan dengan sosok Lingga

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 57 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

Gambar 10
Skema arah orientasi candi Sukuh
Sumber : Diproses ulang dari laporan skripsi Tiara Larissa (2015)

Orientasi candi menghadap ke arah tatanan massa yang linear dengan candi induk
barat, merupakan manifestasi dari arah terletak di paling belakang, serta arca-arca dan
kematian. Sementara halamannya meninggi ke obelisk yang diletakkan menyebar.
arah timur, berorientasi pada matahari terbit. Berdasarkan hal tersebut, tampakanya candi
Sumbu barat-timur ini merupakan warisan Sukuh memiliki pola yang berbeda dari
zaman Hindu-Jawa. mayoritas candi yang dibangun berdasarkan
kitab tersebut.

8. MANUSIA SEBAGAI PUSAT


KOSMOLOGI

Vāstu Shastra adalah bentuk dasar dari


kosmologi kepercayaan Hindu, susunan
konsentrik dengan area bagian tengah
merupakan pusat kosmos. Pusat kosmos
dilambangkan dengan dewa Brahma. Konsep
dasar tersebut disinergikan dengan gambar Gambar 11
manusia, di mana bagian pusar atau pusat Vāstu Shastra
Sumber : www.wikipedia.com
manusia ditempatkan di bagian tengah diakses bulan Februari 2017
disejajarkan dengan pusat kosmos. Hal ini
menunjukkan bahwa konsep kosmologi
disejajarkan dengan penggunaan tubuh
manusia atau anthropomorfik sebagai
perlambang kesucian.
Tatanan linear pada kompleks candi ini
memiliki aksis ke gunung Lawu, sehingga
mandala yang bersifat konsentrik kurang tepat
Gambar 12
apabila dipakai untuk menelaah tatanan Vāstu-Purusha Mandala
kompleks candi ini. Candi Sukuh memiliki Sumber : Paskaleva, 2010

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 58 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

Gambar 13
Mandala pada tatanan kompleks Candi Sukuh
Sumber : Diproses ulang dari laporan skripsi Tiara Larissa, 2015

Pada komplek Candi Sukuh, masa 9. KESIMPULAN


utama yaitu candi induk, dianalogikan sebagai
Langgam candi Sukuh yang berbeda
3
garbhagriha (kepala). Kemudian sampai
dengan candi-candi yang dibangun
dengan halaman madya, bagian tersebut
sebelumnya, memiliki perpaduan antara
4
dianalogikan sebagai mandapa (badan),
pengaruh Tantrayana sebagai kepercayaan
Sedangkan halaman purwa dianalogikan
gabungan antara Buddha (Siwa) dan Hindu
sebagai tungkai kaki, dengan gapura
dengan kebudayaan Megalitukum Pra-Hindu
paduraksa sebagai gopuram 5 (kaki dewa).
Jawa.
Anomali pada tatanan massa candi
Ditinjau dari ornamen pada candi ini,
Sukuh yang menyimpang dari tatanan yang
pengaruh Tantrayana jelas terlihat dari relief
biasanya konsentris dan memusat merupakan
pada candi ini yang mengeksplorasi alat
adaptasi dari kepercayaan Hindu-Jawa, yang
reproduksi manusia. Simbolisasi ini tidak
memiliki aksis linear kearah gunung.
bermaksud untuk mengarahkan pada sesuatu
yang sifatnya negatif, namun lebih kepada
upaya untuk menjelaskan bahwa persetubuhan
3 antara pria dan wanita adalah gambaran yang
Garbhagriha adalah bangunan candi yang paling utama
, dimana biasanya terdapat arca dewa atau dewi yang menunjukkan sakralitas terhadap proses
diutamakan pada candi tersebut. Garbhagriha memiliki
arti “rumah rahim” penciptaan kehidupan. Selain itu, tantrayana
4
Mandapa adalah struktur laksana serambi yang mempercayai bahwa tubuh manusia adalah
menunjukkan jalan menuju candi utama
5
Gopuram adalah bangunan yang berada pada bagian luar media yang utama dalam pencapaian
kompleks candi sekaligus sebagai area masuk.
kebenaran yang paling tinggi (ultimate truth).

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 59 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137
Volume 14, No.1, Maret 2017

Sementara ditinjau dari sosoknya, candi Program Studi Arsitektur. Program Pasca
Sarjana Institut Teknologi Bandung.
Sukuh ini berbeda dengan sosok candi
Soekmono. (1991). Pengantar Sejarah
sebelumnya yang berbentuk menara. Candi
Kebudayaan Indonesia Jilid 2.
Sukuh ini bentuknya punden berundak Yogyakarta: Kanisius.
mengadaptasi sosok bangunan kebudayaan Surasmi, I Gusti Ayu. (2007). Jejak
Tantrayana di Bali. Bali : Bali Media
Megalitikum Pra-Hindu di Jawa.
Adhikarsa.
Yogi, P.G. (1998) . An Analysis of
Tantrayana (Vajrayana). Namgyal Institut
DAFTAR PUSTAKA
of Tibetology, Gangtok, Sikkim
Dasgupta, SB (1974). An Introduction to Zimmer, Heinrich Robert. (1972). Myths and
Tantric Buddhism. India: University of Symbols in Indian Art and Civilization.
Calcutta. Princeton, NJ.
Larissa, Tiara (2015) . Karakteristik Arsitektur
Candi Masa Majapahit Akhir. Studi Kasus
: Candi Sukuh dan Candi Cetha. Skripsi Halaman Web
Program Studi Arsitektur Universitas http://indo-
Katolik Parahyangan. awesome.blogspot.co.id/2015/09/candi-
Mulyana, Slamet. (1979). Negarakertagama borobudur.html
dan Tafsir Sejarahnya, Jakarta, Bhratara https://laskarmim.wordpress.com/tag/lingga
Karya Aksara.
http://log.viva.co.id/,
Paskaleva, Elena. (2006). The Architecture of
the Four Iwan Building Tradition as a https://history1978.wordpress.com/2009/12/2
Representation of Paradise and Dynastic 2/ candi-sukuh-candi-paling-erotis-di-
Power Aspiration. Leiden : Off Page, indonesia/
Amsterdam http://matabayangan.blogspot.co.id/2011/10/s
Pott, P.H. (1966). Yoga and Yantra, Their ejarah-candi-sukuh.html
Interpretation and Their Significance for http://www.karanganyarkab.go.id/20110628/c
Indian Archaeology, terjemahan, Rodney andi-sukuh/
Needham. Leiden: The Hague-Martinus
Nijhoff. https://kelanakecil.files.wordpress.com/2015/0
2/p1050824.jpg,
Rahadhian, P.H (1999). Kajian Tipo-
Morfologi Arsitektur Candi di Jawa . Tesis www. wikipedia.com

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH


- 60 -

Anda mungkin juga menyukai