PENDAHULUAN
1
Universitas Kristen Petra
India yang datang ke Indonesia, khususnya di pulau Jawa dan Sumatra. Setelah
berabad-abad dipelajari, kebudayaan Hindu-Budha yang dibawa oleh orang India
tersebut diolah dan diadaptasikan dengan kebudayaan Jawa. Kebudayaan ini ada
pada masa kerajaan Majapahit dan merupakan kebudayaan Hindu-Budha yang
sudah menyatu dengan unsur-unsur kebudayaan Jawa. Memasuki saat-saat akhir
kekuasaan Majapahit, Indonesia sudah mulai mengenal Islam. Pada akhir abad
kelima, Islam sudah menyebar di seluruh Indonesia dan mulai muncul kerajaan-
kerajaan bercorak Islam di pulau Jawa. Pada saat yang hampir bersamaan, orang
Portugis mulai datang ke Indonesia, tepatnya di Maluku untuk mencari rempah-
rempah. Setelah beberapa lama menetap di Indonesia, orang Portugis mulai
mengajarkan ajaran Katolik di Indonesia. Ajaran Katolik yang identik dengan
kebudayaan barat tentunya mengalami proses agar dapat diterima oleh masyarakat
Indonesia. Proses pertemuan kebudayaan asing dengan kebudayaan lokal ini
menghasilkan sebuah bentuk fisik gereja yang membaur dengan lingkungan
sekitarnya.
Dalam pembangunan gereja Katolik di Jawa Timur yang dahulunya
merupakan pusat kerajaan Majapahit, gereja Katolik berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dengan membangun gereja yang
menggunakan konsep kerajaan Majapahit. Karena ajaran Katolik masuk ke
Indonesia setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, tepatnya pada waktu kedatangan
bangsa Eropa ke Nusantara, diperlukan adanya suatu interpretasi terhadap gaya
desain Majapahit yang sudah hilang selama berabad-abad.
Selanjutnya, dalam sebuah proses interpretasi akan mengarah pada analisis
semiotik yang berkaitan dengan makna dan tanda. Semiotika adalah sebuah ilmu
yang mempelajari semua fenomena budaya seolah-olah mereka merupakan sistem
tanda, dalam kenyataannya budaya dapat dipahami sebagai komunikasi maka
budaya merupakan sistem tanda (Broadbent 11).
Sekiranya, terdapat dua Gereja Katolik di Jawa Timur yang
mengindikasikan adanya interpretasi gaya desain Majapahit, yaitu Gereja Katolik
Puhsarang yang terletak di Kediri dan Gereja Katolik Santo Paulus yang terletak
di Surabaya. Gereja Puhsarang memiliki relief dan ornamen yang mirip dengan
relief yang dapat kita temui pada candi-candi zaman Majapahit. Hal ini diawali
2
Universitas Kristen Petra
ketika Henricus Maclaine Pont, seorang arsitek Belanda yang sangat kagum
dengan situs-situs peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan, diutus oleh
Romo Wolters untuk membuat sebuah gereja di Puhsarang, beliau menggambar
arsitektur gereja ala situs-situs peninggalan Majapahit. Maclaine Pont
mencetuskan ide tersebut dengan maksud agar gereja yang akan dibangun itu
agar sejalan dengan budaya Jawa yang dipegang teguh oleh masyarakat di
sekitarnya. Disini dapat dilihat bahwa sang arsitek, Maclaine Pont telah
menginterpretasikan situs-situs peninggalan Majapahit di Trowulan, dan
melahirkannya kembali ke dalam bentuk sebuah bangunan suci, yaitu Gereja
Katolik Puhsarang. Gereja ini merupakan saksi bagi sikap Pont yang mengecam
pemerintah Belanda yang menciptakan peraturan tentang bangunan-bangunan
Jawa modern dan juga bukti kemampuan seni tradisional untuk menjadi modern
tanpa kehilangan identitas serta mampu menampung hal-hal yang baru.
Gereja Santo Paulus memiliki denah yang sangat unik, karena mempunyai
berbentuk setengah lingkaran dengan altar sebagai pusatnya, sedangkan Gereja
Katolik pada umumnya mengadopsi bentukan salib sebagai dasar denah. Ir.Benny
Poerbantanoe, selaku pihak arsitek dari gereja ini, mengadopsi bentukan candi
sebagai facade gereja, dalam mewujudkan keinginan gereja untuk membaur
dengan lingkungan sekitarnya dalam suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Beliau telah menginterpretasikan peninggalan zaman kerajaan Majapahit yang
telah berusia ribuan tahun, khususnya yang berupa candi ke dalam bangunan
Gereja Katolik Santo Paulus. Pada kenyataannya, bentukan candi ini didorong
oleh keinginan gereja untuk menjalin hubungan antar agama, karena lokasi
kavling yang bersebelahan dengan Pura.
Hal ini membuat Gereja Katolik Puhsarang dan Gereja Katolik Santo
Paulus yang terletak di Jawa Timur sangat menarik untuk diteliti, terutama
mengenai detail interpretasi budaya Majapahit oleh kedua arsiteknya yang
masing-masing mempunyai sudut pandang berbeda, sehingga kedua gereja
tersebut dapat membaur dan dapat diterima oleh masyarakat dari segi manapun.
Kedua Gereja Katolik ini menjadi sebuah fenomena yang layak untuk dikaji lebih
dalam, terutama mengenai makna dan tanda yang terkandung dalam setiap elemen
3
Universitas Kristen Petra
interior serta ornamen pada Gereja Katolik dilihat dari sudut pandang ilmu Desain
Interior.
4
Universitas Kristen Petra
h. Katolik : Agama yang mengajarkan Injil Kristus. (Ardhi 80).
i. Di : Preposisi penunjuk tempat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 248).
j. Jawa Timur : Sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia.
Ibukotanya terletak di Surabaya dan mempunyai luas wilayah 47.922 km².
(Wikipedia ensiklopedia bebas).
Jadi dari uraian-uraian di atas dapat ditarik suatu pengertian judul
“Interpretasi Gaya Desain Majapahit pada Interior Gereja Katolik di Jawa Timur
(Studi Kasus Gereja Katolik Puhsarang & Gereja Katolik Santo Paulus)” adalah
Pandangan teoritis tentang kecenderungan-kecenderungan desain yang dimiliki
oleh sebuah kerajaan besar di masa lampau yang pusat kerajaannya berada di
Trowulan, yang diterapkan pada bagian dalam dari suatu gedung tempat beribadah
umat agama yang mengajarkan Injil Kristus di provinsi bagian timur Pulau Jawa,
Indonesia.
5
Universitas Kristen Petra
1.5. Tujuan Penelitian
a. Menindak lanjuti penelitian sebelumnya mengenai bangunan Gereja Katolik
Puhsarang dan Gereja Katolik Santo Paulus.
b. Mengetahui bagaimana interpretasi gaya desain Majapahit yang terdapat pada
perwujudan fisik interior Gereja Katolik Puhsarang dan Gereja Katolik Santo
Paulus.
c. Mengetahui penyesuaian makna dalam pertemuan antara desain Gereja
Katolik dengan gaya desain pada zaman Majapahit sehingga dapat diterapkan
pada interior Gereja.
6
Universitas Kristen Petra
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat pada situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh
dari suatu fenomena (Nazir 54-55).
Menurut Arikunto (23), peneliti mempermasalahkan fenomena atau gejala
atas 3 jenis:
1. Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena.
2. Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (problema
komparasi). Penelitian ini berusaha untuk mencari persamaan dan perbedaan
fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan dan
perbedaan fenomena yang ada.
3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (problema korelasi).
Penelitian mengenai obyek Gereja Katolik Puhsarang dan Gereja Katolik
Santo Paulus menggunakan metode deskriptif untuk melihat kondisi dan
fenomena yang terjadi pada obyek sekarang ini, agar didapatkan sebuah gambaran
yang aktual mengenai sebuah fakta, sifat, dan hubungan yang mempengaruhi
untuk dapat diselidiki.
1.7.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan dan selalu ada hubungannya antara teknik
pengumpulan data dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan (Nazir 211).
Metode pengumpulan data dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Metode Sensus
b. Metode Sampling
c. Metode Studi Kasus
Penelitian interpretasi gaya desain Majapahit di Gereja Katolik Puhsarang
dan Gereja Katolik Santo Paulus menggunakan Metode Studi Kasus. Metode studi
kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan
mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari
wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi subyek yang sempit. Tetapi
ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam (Arikunto 100).
Metode ini paling sering digunakan dalam penelitian yang bersifat kualitatif.
7
Universitas Kristen Petra
Langkah-langkah yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah:
a. Pengumpulan data dengan wawancara
Wawancara adalah proses pengumpulan keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden dengan alat yang dinamakan interview guide (Nazir 234). Metode
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data yang dapat menunjang
penelitian. Wawancara ini dilakukan pada pihak Gereja Katolik Puhsarang dan
Gereja Katolik Santo Paulus.
b. Pengumpulan data dengan studi literature
Studi literatur dilakukan penelitian dengan cara membaca dan mencatat
informasi yang memuat teori-teori yang berhubungan dengan penelitian
sehingga memperoleh data-data yang dapat mendukung pemecahan masalah
dalam penelitian tersebut. Sebab, membaca dan mencatat informasi
merupakan bagian yang penting dalam studi kepustakaan (Nazir 123). Studi
literatur dari penelitian-penelitian terdahulu, jurnal, buku-buku maupun
internet yang berkaitan dengan interpretasi gaya desain Majapahit pada
interior gereja Katolik serta liturgi dalam Gereja Katolik. Sumber-sumber
tersebut digunakan sebagai pegangan pokok secara umum dan sejumlah data
yang dapat digunakan sebagai pertimbangan suatu kesimpulan. Selain itu
dapat juga digunakan sebagai tolok ukur dan bahan perbandingan terhadap
fakta yang terdapat pada obyek penelitian.
c. Pengumpulan data dengan observasi langsung ke objek penelitian
Metode observasi digunakan untuk pengamatan langsung dan juga pemotretan
terhadap objek yang dijadikan sebagai pembanding, yang meliputi keadaan
dan suasananya. Dalam penelitian ini, penulis mengadakan observasi dengan
menggunakan kamera untuk mengambil gambar wujud fisik baik interior
maupun eksterior Gereja Katolik Puhsarang dan Gereja Katolik Santo Paulus.
Pengamatan dilakukan di Gereja Katolik Puhsarang dan Gereja Katolik Santo
Paulus, yang merupakan objek penelitian adalah bentuk fisik gereja yang
mengindikasikan adanya interpretasi gaya desain Majapahit. Pengamatan
dilakukan pada interior ruangan yang mengindikasikan adanya interpretasi
8
Universitas Kristen Petra
gaya desain Majapahit di Gereja Katolik Puhsarang dan Gereja Katolik Santo
Paulus yang mewakili wajah dari Gereja Katolik di Jawa Timur.
Dalam penelitian selalu tergantung pada masalah sumber data.
Berdasarkan sumbernya. Data dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Data primer: Informasi yang dikumpulkan penelitian langsung dari
sumbernya, peneliti bertindak sebagai pengumpul data.
b. Data sekunder: Informasi yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, peneliti
tidak langsung memperoleh data dari sumbernya, dan hanya bertindak sebagai
pemakai data.
Penelitian pada ruang yang mengindikasikan adanya interpretasi gaya
desain Majapahit di Gereja Katolik Puhsarang dan Gereja Katolik Santo Paulus
memerlukan data-data sebagai bahan analisis. Oleh sebab itu, dijabarkan data-data
yang diperlukan yaitu:
a. Data primer meliputi: lokasi Gereja Katolik Puhsarang dan Gereja Katolik
Santo Paulus, misi dan visi, dan elemen-elemen interior ruangan
b. Data sekunder meliputi: gambaran-gambaran ilmiah Gereja Katolik Puhsarang
dan Gereja Katolik Santo Paulus, di tinjau dengan arsitektur Majapahit, dan
tinjauan mengenai interpretasi gaya desain Majapahit.
1.7.3. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena
dengan analisis, data tersebut dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian (Nazir 405).
Pada penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Pada tahap awal
setelah melakukan pengumpulan data baik data lapangan maupun data literatur
bersifat kualitatif dan setelah data terkumpul, maka dilakukan langkah persiapan
dengan melakukan pengecekan terhadap kelengkapan data yang diperoleh,
memilih dan mengkategorikan data kedalam kelompok-kelompok tertentu
sehingga didapatkan data-data yang mempunyai relevansi terhadap penelitian ini.
Tujuan dari persiapan ini untuk memilah data-data yang penting agar lebih mudah
dalam proses pengelolahan selanjutnya atau tahap analisis.
Pada tahap analisis data akan dibahas mengenai tanda dan makna yang
terdapat di Gereja Katolik Puhsarang serta Gereja Katolik Santo Paulus. Kedua
9
Universitas Kristen Petra
gereja ini kaya akan berbagai macam tanda yang memiliki makna tersendiri bila
ditinjau dari segi budaya maupun dari segi liturgi gereja katolik. Berbagai macam
tanda dan makna yang ada di kedua gereja ini merupakan hasil interpretasi
kebudayaan Majapahit.
Maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik yang
merupakan ilmu yang mempelajari semua fenomena budaya seolah-olah mereka
merupakan sistem tanda, dalam kenyataannya budaya dapat dipahami sebagai
komunikasi, maka budaya merupakan sistem tanda (Broadbent 11).
Dalam tahap analisis data, wujud interpretasi gaya desain Majapahit yang
terdapat pada Gereja Katolik Puhsarang serta Gereja Katolik Santo Paulus akan
dibandingkan kesesuaiannya dengan desain Gereja Katolik yang memiliki makna
dan tanda liturgi khusus yang berlaku dalam Gereja Katolik.
Proses analisis ini akan disusun dengan tahapan analisis wujud fisik kedua
gereja, yang dimulai dari analisis tapak luar dan tapak dalam yang meliputi
elemen pembentuk ruang (lantai, dinding, dan plafon), elemen transisi, dan
elemen pendukung ruang serta elemen dekoratif, simbol-simbol dan ornamen-
ornamen yang mempunyai ciri-ciri gaya desain Majapahit.
10
Universitas Kristen Petra
1.8 Tahapan Penelitian
Penelitian Masalah
11
Universitas Kristen Petra