PENDAHULUAN
bertujuan untuk berdagang dan bukan untuk politik. Belanda berhimpun pada
aspek religi, ekonomi, seni, dan filsafat, maupun terhadap pengaruh arsitektur dan
interior bangunan yang berkembang pada masa itu. Pengaruh kolonial belanda
arsitektur kolonial juga mudah dikenal dengan bentuk langgamnya (style). Bentuk
Belanda adalah Negara yang cukup lama menjajah Indonesia, hal ini
bentuk arsitektur salah satunya berupa gedung gereja. Gereja memiliki fungsi
gereja dalam kajian ilmu arkeologi termasuk ke dalam kategori fitur. Keberadaan
bangunan gereja sebagai produk hasil penjajahan kolonial penting bagi ilmu
1
manusia serta pendukung produk kebudayaan pada masa lalu. Selain itu
keberadaan bangunan gereja juga menjadi bukti sejarah masuknya agama Kristen
ke Indonesia.
Agama Katolik mulai masuk dan berkembang di kota Jambi pada tahun
1909, pada saat itu pemeluk agama Katolik jumlahnya mencapai 59 orang (Kilas
Perjalanan Paroki Santa Teresia, Jambi 1935-2010). Penduduk Jambi pada masa
itu belum sampai 200.000 jiwa, dan terdiri dari beberapa etnis seperti Palembang,
Jawa, Minangkabau, Batak, Banjar, Bugis, Arab, dan Tionghoa. Jumlah orang
ke-20 telah menjadi suatu titik puncak berkembangnya arsitektur kolonial belanda
2
berkembang pada awal abad ke-20. Gaya arsitektur ini menghadirkan penerapan
unsur-unsur klasik yang telah lama hilang seperti Yunani, Romawi, dan
Renaissance. Gaya arsitektur Art & Craft lebih memfokuskan kepada seni
2005: 26-29).
Gaya berasal dari bahasa latin yaitu stilus yang artinya alat bantu tulis,
individu. Gaya bisa dipelajari karena bersifat publik (Walker, 1989: 155). Gaya
adalah bentuk konstan, elemen konstan, kualitas ,dan ekspresi. Gaya merupakan
sistem dari bentuk, Dutch Colonial adalah gaya desain yang terkenal di
Netherland tahun 1624-1820. Gaya desain ini timbul karena keinginan dan usaha
orang Eropa untuk menciptakan daerah jajahan seperti negara asal mereka, tetapi
desain yang dibuat tidak sesuai dengan bentuk aslinya karena iklim yang berbeda,
material yang kurang tersedia, dan teknik di negara jajahan. Akhirnya timbullah
bentuk modifikasi yang menyerupai desain di Negara mereka (Pile, 2000: 154),
kemudian gaya ini disebut dengan gaya kolonial (Sumintardja, 1978: 116).
gereja. Gereja yang berasal dari kata ―igreja‖ dan kemudian dibawa ke Indonesia
oleh para misionaris dari Portugis. Bangunan gereja merupakan bangunan yang
memiliki peran penting sebagai tempat umatnya dalam melaksanakan ibadah atau
tempat berkumpul. Gereja memiliki nilai seni yang tinggi yang digunakan melalui
penerapan arsitektur dalam membangun relasi yang tinggi dengan spiritual bagi
penggunanya. Seni dalam setiap elemen pada bangunan gereja ini memiliki makna
3
dan lambang dari kekristenan. Beberapa bangunan gereja di Indonesia
Gereja Katolik Santa Teresia Paroki Kota Jambi yang menjadi objek
dalam penelitian ini merupakan gereja yang didirikan pada tahun 1932 dan
diresmikan pada tahun 1935 untuk umat beragama Katolik. Gereja ini berlokasi
pada saat ini di Jl. Raden Mattaher, Kota Jambi. Gereja ini didirikan oleh Pastor
pertama yaitu Pastor Hoogeboom, dan gereja ini merupakan salah satu gereja
yang berbeda dengan bangunan kolonial yang ada disekitarnya, salah satunya
penggunaan kaca patri pada bagian jendela yang dikenal sebagai bentuk seni yang
sah dan terhormat pada gereja, Sedangkan pada bangunan kolonial di sekitarnya
bangunan yang menggunakan bahan kayu dibangun lebih awal daripada gereja ini.
Kondisi tersebut dapat mengindikasikan tren gaya yang berkembang pada masa
meneliti dan memahami sejauh mana gaya yang mempengaruhi bentuk arsitektur
4
elemen pengisi ruang, dan ragam hias sebuah bangunan khususnya Gereja Katolik
maupun di Kota Jambi. Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia pada awal abad
ke-20 merupakan bentuk spesifik karena pada masa itu banyak bangunan yang
Oleh karena itu identifikasi terhadap gaya bangunan yang terdapat pada
Gereja Katolik Santa Teresia Paroki Kota Jambi ini akan mengungkapkan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : ―Bagaimana gaya arsitektur yang
Ruang lingkup terhadap kajian penelitian ini berfokus pada gaya bangunan
Gereja Katolik Santa Teresia Paroki Kota Jambi, yang terletak di Jln. Raden
Mattaher No. 19, Provinsi Jambi. Ruang lingkup dibatasi gaya bangunan Gereja
Katolik Santa Teresia Paroki Kota Jambi secara arkeologi dalam bentuk deskripsi
bangunan meliputi data kuantitatif ukuran (panjang, lebar, dan tinggi), serta data
5
kualitatif (uraian deskriptif, foto gambar, sketsa). Identifikasi terhadap gaya
bangunan juga dapat mengungkapkan bentuk gaya bangunan pada Gereja Katolik
Penelitian mengenai Gereja Katolik Santa Teresia Paroki Kota Jambi ini
sangat penting dilakukan guna membantu mengenali hal-hal yang terjadi pada
masa lalu, karena bangunan-bangunan tua sangat penting untuk dilestarikan dan
diapresiasikan dengan baik. Hal itu perlu dilakukan karena suatu bangunan dapat
menjadi saksi dari berbagai kejadian yang terjadi di masa lampau. Menurut
Antara lain yaitu : nilai keindahan dan nilai historis (Soekiman, 2000: 659).
Oleh karena itu, manfaat terhadap penelitian Gereja Katolik Santa Teresia
Paroki Kota Jambi dapat diketahui nilai arsitektur, nilai keindahan, nilai historis,
nilai sejarah, dan kebudayaan nya yang sangat penting. Penelitian ini juga
bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan menjadi data pendukung untuk penelitian
Manfaat yang lainnya yaitu untuk umat gereja yang telah mengetahui nilai penting
6
Gereja Santa Paroki ini untuk tidak merusak bangunan dan menjaga
kelestariannya.
Jambi ditulis oleh Aulia Kristina dan Ulul Azmi. “Gereja Katolik ST. Teresia
yang dilakukan oleh pihak Gereja Katolik ini. Hasil penelitian ini terdapat bahwa
Gereja ini tidak hanya semata-mata sebagai tempat ibadah, namun terdapat
aktivitas lain yang diselenggarakan sebagai program gereja. Gereja ini memiliki
nilai historis tersendiri serta menjadi bukti atas keberhasilan penyebaran misi
katolik oleh para misionaris di Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
gaya dan bentuk bangunan arsitektur Gereja Katolik Santa Teresia Paroki Kota
Jambi, berbeda dengan kedua peneliti terdahulu yaitu Aulia Kristina & Ulul Azmi
Teresia Paroki Kota Jambi, begitu juga dengan penelitian terdahulu yang
7
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lusyana Cristina Manihuruk.
Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi. Penelitian
penelitian ini pertama penulis dapat mengetahui awal didirikan gereja ini dan
bagaimana perjalanan gereja ini dari 1964 - 2010, kedua mengetahui bahwa
berdampingan dengan jemaat dari etnis lain. Metode yang digunakan pada
gaya dan bentuk bangunan arsitektur Gereja Katolik Santa Teresia Paroki Kota
Jambi, berbeda dengan kedua peneliti terdahulu yaitu Aulia Kristina & Ulul Azmi
Teresia Paroki Kota Jambi, begitu juga dengan penelitian terdahulu yang
Ratulangi Manado (Vol.7. No.1: 371-382). 2015. Penelitian ini bertujuan untuk
8
bersejarah yang ada di kawasan kota lama Manado diantaranya ialah: Tipologi
arsitektur kolonial yang akan menjadi acuan dan pertimbangan mengenai gaya
bangunan arsitektur kolonial. Dalam jurnal ini penulis juga dapat mengetahui
tipologi bangunan arsitektur kolonial yang mana akan ditemukan perbedaan dan
persamaan terhadap Gereja yang diteliti oleh penulis akan sangat bermanfaat bagi
Pada Interior Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya”. Jurusan Desain
ini bertujuan untuk menemukan ciri-ciri gaya kolonial Belanda yang berpengaruh
pada Gereja Hati Kudus Yesus Surabaya. Penelitian ini juga menggunakan
produk, desainer, gaya, dan sebagainya. Jurnal Laksmi Kusuma Wardani, Avelea
Isada akan memberikan gambaran tentang gaya desain kolonial pada interior
Gereja Katolik yang akan menjadi acuan dan pertimbangan mengenai interior
Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya. Dalam jurnal ini penulis juga dapat
mengetahui Ciri Khas interior Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya yang
mana akan ditemukan perbedaan dan persamaan terhadap Gereja yang diteliti oleh
9
penulis akan sangat bermanfaat bagi penelitian yang peneliti kaji tentang gaya
bangunan gereja.
Gereja-Gereja di Jawa Timur dan Jawa Tengah”. Program Studi Desain Interior,
Universitas Kristen Petra. Jurnal Intra Vol. 4, No. 2, (2016) 233-238. Penelitian
serta menjadi sumbangsih bagi interior terhadap gaya desain indis di masa
mendatang sehingga gaya desain ini tidak hilang begitu saja dan hanya dianggap
sejarah. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif, jenis
penelitian deskriptif komparatif, teknik sampling, dan metode analisis data. Dari
jurnal Rosalia Christine Prasetio peneliti akan mengetahui Ciri Khas Desain
Indische pada Gereja Gereja Jawa Timur dan Jawa Tengah yang sangat
bermanfaat bagi penelitian yang peneliti kaji tentang gaya bangunan gereja,
sehingga penelitian ini akan akan memberikan gambaran tentang ciri ciri Desain
Pada Bangunan Kolonial Gereja GPIB Immanuel Kota Depok Lama”. Program
Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana. Tujuan penelitian ini ingin melihat
bagaimana perubahan yang terjadi pada fasad gereja GPIB Immanuel di kota
depok lama. Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana bangunan dengan
zaman serta factor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan perubahan tersebut.
Metode penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Dari jurnal
10
yang dituliskan Ivana Yesika tentang transformasi fasad bangunan Kolonial
Gereja ini kan memberikan gambaran tentang kondisi fasad gereja dan perubahan
yang terjadi dalam perkembangannya dan ini menjadi acuan penulis dalam bentuk
Katolik Santa Teresia Paroki Kota Jambi yang diambil sebagai objek penelitian
penulis.
dikagumi, bukan untuk memenuhi kebutuhan jemaat. Ada beberapa gereja yang
berbentuk ikan, mahkota duri, dan bentuk-bentuk simbolis lainnya. Tetapi sering
tidak memperhatikan adanya citra sebagai gereja. Dilihat dari segi arsitektur, ciri
bahasa Inggris yaitu Style: yang berarti alat penggores. Gaya atau Style, adalah
11
melalui ciri-ciri khasnya. Lahirnya gaya dipengaruhi oleh kebutuhan, lingkungan
dan seniman pelakunya. Perasaan ingin lebih dari yang ada disekelilingnya
mendorong seseorang untuk menciptakan sesuatu yang lain, dari yang sudah ada.
Menurut Gustami (2000), gaya yang lahir berpijak pada gaya yang sedang dianut
desain ini timbul dari keinginan dan usaha orang Eropa untuk menciptakan daerah
jajahan seperti Negara asal mereka. Pada kenyataannya, desain tidak sesuai
Handinoto (2012) terbagi menjadi tiga yaitu: Indische Empire Style (Abad 18-19);
(2008), diperkenalkan oleh Herman Willem Daendels saat dia bertugas sebagai
Imperial) adalah suatu gaya arsitektur yang berkembang pada pertengahan abad
ke-18 sampai akhir abad ke-19. Gaya arsitektur Indische Empire Style pada
12
mulanya muncul di daerah pinggiran kota Batavia (Jakarta), munculnya gaya
tersebut sebagai akibat dari suatu kebudayaan Indische Culture yang berkembang
ciri arsitektur Indische Empire Style antara lain: Denahnya berbentuk simetris
penuh, ditengah terdapat ―Central Room” yang terdiri dari kamar tidur utama dan
kamar tidur lainnya. Central Room tersebut berhubungan langsung dengan teras
depan dan teras belakang (voorgalerij dan achter galerij). Teras tersebut biasanya
sangat luas dan ujungnya terdapat barisan kolom yang bergaya yunani (Doric,
Ionic, Corinthian). Dapur, kamar mandi/WC. Gudang dan daerah servis lainnya
merupakan bagian yang terpisah dari bagian utama dan letaknya ada di bagian
sebagai kamar tidur tamu. Kalau rumah tersebut berskala besar biasanya terletak
pada sebidang tanah yang luas dengan kebun di depan, samping, dan belakang
bangunan konstruksi utamanya adalah batu bata (baik kolom maupun tembok),
13
A. Gaya Arsitektur Transisi (1890-1915)
berlangsung pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 antara tahun 1980
sampai 1915. Peralihan dari abad 19 ke abad 20 di Hindia Belanda dipenuhi oleh
bidang teknologi dan perubahan sosial akibat dari kebijakan politik pemerintah
kolonial pada saat itu mengakibatkan perubahan bentuk gaya dalam bidang
arsitektur. Perubahan gaya arsitektur pada zaman transisi atau peralihan (antara
masih mengikuti gaya “Indische Empire”, simetri penuh, pemakaian teras keliling
pada denahnya masih dipakai dan ada usaha untuk menghilangkan kolom gaya
Yunani pada tampaknya. Gevel-gevel pada arsitektur Belanda yang terletak di tepi
sungai muncul kembali, ada usaha untuk memberikan kesan romantis pada
tampak dan ada usaha untuk membuat menara (Tower) pada pintu masuk utama,
seperti yang terdapat pada banyak gereja Calvinist di Belanda. Bentuk atap pelana
dan perisai dengan penutup genting masih banyak dipakai dan ada usaha untuk
2012: 24).
arsitektur transisi memiliki konstruksi atap pelana dan perisai, penutup atap
14
genting, pemakaian ventilasi pada atap (Dormer), bentuk atap tinggi dengan
Yunani sudah mulai ditinggalkan, kolom-kolom sudah memakai kayu dan beton,
dinding, pemikul, bahan bangunan utama bata dan kayu dan pemakaian kaca
Arsitek-arsitek Belanda sesudah tahun 1900 atas gaya Empire Style. Arsitek
mereka mendapatkan suatu gaya arsitektur yang cukup asing, karena gaya
pemakaian teras keliling bangunan sudah tidak dipakai lagi, sebagai gantinya
tampak arsitektur gaya “Indische Empire” (tampak tidak simetri lagi), tampak
Bentuk atap masih didominasi oleh atap pelana atau perisai, dengan bahan
memakai atap datar dari bahan beton yang belum pernah ada pada zaman
sebelumnya.
15
Fitur yang membentuk dan membedakan sebuah individu. Karakter dapat
dipahami sebagai satu atau sejumlah ciri khas yang terdapat pada individu atau
kelompok tersebut dari individu atau kelompok lainnya. Karakter dari sebuah
ciri-ciri objek arsitektural atau susunan elemen dasar yang terangkai sehingga
atap datar dari bahan beton, pemakaian gevel horizontal, mulai menggunakan besi
cor, sudah mulai memakai bahan kaca dalam jumlah yang besar, penggunaan
warna putih yang dominan, dinding hanya berfungsi sebagai penutup dan
penggunaan kaca (terutama pada jendela yang cukup lebar), (Handinoto, 2006:
59).
penyesuaian terhadap teknologi dan iklim setempat. Gaya ini disebut juga nieuwe
antara lain: penggunaan warna putih yang dominan, atap datar dan menggunakan
berbentuk prismatic geometric, bukan lagi hiasan ukir-ukiran yang rumit, skala
bangunan lebih manusiawi, tidak terlalu tinggi, konsep ruang tidak kaku, dan
16
Gaya Desain Arsitektur
Gaya Art and Craft berawal dari pemikiran arsitek William Morris (1834-
1896) yang melakukan reformasi desain untuk kembali ke pekerjaan tangan dan
B. Art Nouveau
Art Nouveau berasal dari nama sebuah galeri desain interior di Paris yang
dibuka tahun 1896. Ciri-cirinya antara lain: anti historis dan menampilkan gaya-
gaya yang belum ada sebelumnya, menggunakan bahan-bahan modern yaitu besi
dan kaca warna-warni yang kemudian dikenal dengan nama stained glass, elemen
dekoratif menggunakan unsur alam dan bentuk organik yang diterapkan pada
lantai, dinding, plafon, bahkan kolom dan railing tangga, kolom berbentuk
geometris dan didominasi bentuk garis kurva pada kolom dan ornamen lainnya,
lantai menggunakan material kayu yang kemudian ditutup oleh karpet dengan
motif floral, menggunakan perabot built-in sistem tanam pada dinding, juga mebel
C. Art Deco
Awal mula gaya Art Deco berkembang pada tahun 1910-1930. Gaya Art
antara lain: pro historis yaitu menggunakan benda-benda yang ada hubungannya
dengan sejarah, menggunakan bahan-bahan logam, kaca, cermin, kayu, dan lain-
17
lain, memperlihatkan aspek seni berbentuk Cubism yang mengutamakan
geometris dan streamline (terlihat langsing dan kurus), lantai di dominasi dengan
bahan teraso, keramik sintetis, parquet dan karpet bermotif patra geometris dan
diberi border, bersudut tegas, zig-zag atau berundak yang merupakan simbol dari
dunia modern, dan plafon ekspos balok kayu vertikal dan horizontal dengan detail
D. Amsterdam School
lahir pada tahun 1912. Amsterdam School mengambil ide-ide arsitektur modern
kolonial di Indonesia mempunyai ciri khusus yang tidak sama dengan arsitektur
antara lain: bentuk denah atau layout simetris, memiliki galeri keliling yang
berfungsi sebagai tampias hujan dan sinar matahari, berdinding tebal, plafon
tinggi, atap perisai, memiliki beranda depan dan belakang yang terbuka luas,
E. De Stijl
De Stijl merupakan gaya yang muncul dari gabungan seniman, arsitek dan
desainer pada tahun 1917 sesudah gaya Art and Craft. Latar belakang munculnya
gaya De Stijl mewakili semangat zaman dan reformasi seni untuk menciptakan hal
baru yakni gaya internasional dalam semangat perdamaian dan keserasian (Pile,
18
2000: 270). Pengikut gaya ini diantaranya Piet Mondrian, Theo Van Doesburg,
dan Gerrit Rietveld yang merupakan desainer De stijl yang paling terkenal dengan
Secara keseluruhan, ciri-ciri gaya De Stijl yaitu dipengaruhi oleh bentuk kubisme,
bentuk tiga dimensi abstrak geometris dengan adanya susunan diagonal, railing
tangga dan balkon berbentuk pipa, menggunakan material modern, yaitu beton,
baja, alumunium dan kaca, dan warna-warna primer, hitam dan putih (Pile, 2000:
270).
Teori yang digunakan dalam kajian ini adalah teori arsitektur modern,
lebih fokus pada pengolahan ruang sebagai objek utama dan terlihat lebih
bangunan dan efisien lebih diterapkan pada efisien waktu, biaya, dan
kemajuan teknologi (Mulyadi, 2018 : 25). Pada penelitian ini yang akan dibahas
19
1.7 Alur Pemikiran
-Deskripsi Bangunan
-Pembagian Bangunan
(Interior & Eksterior)
Analisis
Kesimpulan
Interpretasi
20
1.8 Metode Penelitian
dalam hal ini dilakukan untuk mencari gaya arsitektur kolonial yang terdapat pada
gereja dari bentuk bangunan. Pada skripsi ini jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian arkeologi yaitu pengumpulan data, pengolahan data dan analisis
data. Oleh karena itu penelitian ini menitikberatkan pada gaya bangunan gereja
pada situs tersebut. Adapun tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Data Primer
dengan cara melakukan pengamatan dan merekam data dokumentasi dan ukuran,
dari bangunan Gereja Katolik Santa Teresia Paroki Kota Jambi. Pendataan ini
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu meliputi kajian pustaka yang diperoleh dari buku,
jurnal, laporan penelitian, skripsi maupun tesis yang berkaitan dengan objek
kajian dan topik penelitian, tidak hanya berupa hasil penelitian saja melainkan
juga mengambil data peta, gambar atau foto-foto terkait dengan bangunan Gereja
21
Katolik Santa teresia Paroki Kota Jambi. Dengan demikian penulis memperoleh
Pengolahan data primer dan data sekunder ini juga dilakukan dengan
melihat bentuk serta kelengkapan komponen dari setiap bangunan gereja yang
pada lingkungan sekitar gereja begitu juga dengan melihat keletakan gereja itu
sendiri secara keseluruhan, berupa tinjauan pustaka dari buku, artikel, jurnal
1. Deskripsi Morfologi
gereja dari segi bentuk dan ukuran bangunan gereja, yang kemudian akan dilihat
2. Identifikasi Lingkungan
gereja.
bangunan gereja. Pada tahap ini akan dilakukan juga analisis terhadap komponen
22
keaslian gereja pada bagian atau komponen mana saja yang masih terjaga
gereja. Gaya apa yang terpresentasi dari bangunan gereja ini. Gaya bangunan
dikenali berdasarkan sifat fisik yang terlihat pada komponen bangunan. Analisis
gaya pada bangunan ini bertujuan untuk mengenali komponen gaya yang diteliti.
1.8.4 Komparatif
dilakukan pengamatan terhadap gaya arsitektur yang terdapat pada Gereja Katolik
1.8.5 Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam skripsi ini didapat dari analisis bentuk pada
bangunan gereja ini, untuk menjelaskan gaya bangunan yang terdapat pada Gereja
1.8.6 Interpretasi
pemahaman, penggunaan data, dan mengurangi salah tafsir terhadap apa yang
diperoleh dari hasil analisis gaya arsitektur pada Gereja Katolik Santa Teresia
23
1.9 Alur Penelitian
Gereja Katolik
Paroki
Kota Jambi
Pengumpulan
Data
Jurnal, Skripsi,
Observasi Laporan Penelitian,
wawancara, DLL
Pengolahan Data
Primer & Sekunder
Kesimpulan
Interpretasi
24