Anda di halaman 1dari 4

ARSITEKTUR TIONGHOA PADA

BANGUNAN KLENTENG BAN HIN KIONG


DI MANADO
KELOMPOK 1
BLESSY F. J LUMIMBUS(220211020003), BRIAN WATUNG(220211020004), CLARA I. TALANGAMIN(220211020005),
DZAKWAN F. VAN GOBEL(220211020007), JUNIOR G. TUERAH(220211020013)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR, UNIVERSITAS SAMRATULANGI

PENDAHULUAN
Arsitektur Tionghoa memiliki kekayaan warisan
budaya yang kaya dan mempesona. Salah satu
contohnya Bangunan yang ada di Manado
adalah Klenteng Ban Hin Kiong .Bangunan ini
merupakan sebuah Klenteng yang menarik
perhatian banyak orang karena keindahan dan
keunikan arsitektur Tionghoa yang terpancar
dari setiap detailnya. Ban Hing Kiong berasal
dari bahasa Tiongkok yang terdiri dari tiga kata, yaitu Ban yang artinya banyak, Hin memiliki
arti berkah yang melimpah, sedangkan Kiong dapat dimaknakan dengan Istana. Jadi secara
harfiah, nama Ban Hing Kiong dapat dimaknakan sebagai suatu tempat ibadah yang
dibangun sebagai istana Tuhan dan memiliki berkah yang melimpah. Bangunan ini telah
menjadi pusat spiritual bagi komunitas Tionghoa di Manado sejak dibangun pada tahun1819.
Klenteng ini memadukan elemen-elemen arsitektur Tionghoa tradisional dengan nuansa
lokal, menciptakan suatu tempat yang memancarkan keindahan dan kedamaian. Klenteng ini
juga merupakan Klenteng tertua di Manado.

TEORI ARSITEKTUR TIONGHOA


I. Sejarah Arsitektur Tionghoa
Arsitektur Tionghoa memiliki sejarah panjang yang berakar dari peradaban kuno Tiongkok.
Pengembangan arsitektur ini dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu, dimulai pada
masa Dinasti Shang dan Zhou. Pada masa tersebut, arsitektur Tionghoa mulai mengambil
bentuk yang khas dengan penggunaan bahan-bahan seperti kayu, batu, dan tanah liat.
Selanjutnya, arsitektur Tionghoa mengalami perkembangan pesat selama masa Dinasti Han
(206 SM - 220 M) dan Dinasti Tang (618 - 907 M). Pada masa Dinasti Tang, terjadi kemajuan
dalam teknik konstruksi bangunan, seperti penggunaan genteng atap melengkung yang
menjadi ciri khas arsitektur Tionghoa. Selama periode Dinasti Song (960 - 1279 M), terjadi
pula inovasi dalam penggunaan material dan teknik pembangunan, termasuk penggunaan
batu bata sebagai bahan utama.

Artikel Arsitektur Tionghoa Pada Bangunan KLenteng Ban Hin Kiong Di Manado 1
II. Perkembangan Arsitektur Tionghoa
Perkembangan arsitektur Tionghoa terus berlanjut seiring dengan perubahan zaman dan
perkembangan budaya. Pada masa Dinasti Ming (1368 - 1644 M), terjadi peningkatan dalam
penggunaan ornamen dan ukiran yang rumit, serta kekayaan warna dalam desain bangunan.
Sementara itu, pada masa Dinasti Qing (1644 - 1912 M), terjadi pengaruh budaya Manchu
yang membawa perubahan dalam elemen-elemen arsitektur seperti gaya atap dan tata letak
ruangan. Pada era modern, pengaruh arsitektur Tionghoa menyebar ke berbagai negara di
dunia, termasuk Indonesia. Arsitektur Tionghoa di Indonesia mengalami adaptasi dengan
budaya lokal, menciptakan gaya arsitektur Tionghoa-Indonesia yang unik. Klenteng Ban Hin
Kiong di Manado merupakan contoh nyata dari adaptasi tersebut, dengan penggabungan
elemen-elemen arsitektur Tionghoa dengan sentuhan lokal Sulawesi Utara.
III. Karakteristik Arsitektur Tionghoa
Arsitektur Tionghoa memiliki beberapa karakteristik yang khas dan mudah dikenali . Berikut
adalah beberapa ciri utama dari arsitektur Tionghoa:

 Simetri: Simetri merupakan prinsip penting dalam arsitektur Tionghoa. Bangunan-


bangunan Tionghoa umumnya memiliki tata letak yang simetris dan seimbang.
 Ornamentasi yang Rumit: Arsitektur Tionghoa sering kali ditandai dengan
penggunaan ornamentasi yang rumit dan detail. Ornamen seperti pahatan batu,
patung, dan lukisan menjadi elemen penting dalam arsitektur Tionghoa. Motif-motif
tradisional seperti naga, burung phoenix, bunga teratai, dan awan sering digunakan
untuk menghiasi bangunan Tionghoa, menggambarkan keberuntungan, kekuatan,
dan keindahan dalam budaya Tionghoa.
 Penggunaan Warna Cerah: Warna memiliki makna simbolis yang dalam dalam
arsitektur Tionghoa. Warna merah, emas, hijau, dan biru sering digunakan dalam
klenteng, paviliun, dan bangunan Tionghoa lainnya. Warna merah melambangkan
keberuntungan dan kebahagiaan, sementara emas melambangkan kemakmuran dan
kekayaan. Penggunaan warna yang cerah menciptakan suasana yang hidup dan
menyenangkan dalam arsitektur Tionghoa.

PENJELASAN MENGENAI OBJEK BANGUNAN TERPILIH KLENTENG BAN HIN KIONG DI


MANADO
I. Sejarah Bangunan Klenteng Ban Hin Kiong
Klenteng Ban Hin Kiong di Manado memiliki sejarah yang kaya dan panjang. Bangunan ini
pertama kali didirikan pada tahun 1819. oleh beberapa orang Tionghoa yang datang ke
Manado. Klenteng ini awalnya dibangun sebagai tempat ibadah bagi para imigran Tionghoa
yang tinggal di daerah tersebut. Kehadiran komunitas Tionghoa di Manado sendiri dapat
ditelusuri kembali pada abad ke-15 atau abad ke-16, ketika pedagang Tionghoa pertama kali
datang ke daerah ini untuk berdagang. Seiring berjalannya waktu, komunitas Tionghoa di
Manado tumbuh dan berkembang, memainkan peran penting dalam bidang perdagangan,
agama, dan budaya.

Artikel Arsitektur Tionghoa Pada Bangunan KLenteng Ban Hin Kiong Di Manado 2
II. Perkembangan Klenteng Ban Hin Kiong dari waktu kewaktu
Pendirian Awal (Klenteng Ban Hin Kiong didirikan pada tahun 1819 oleh beberapa orang
Tionghoa di Manado. Pada tahap awal ini, klenteng mungkin hanya terdiri dari bangunan
sederhana dengan struktur kayu dan bahan bangunan yang sederhana. Perluasan dan
Perbaikan (Perkiraan abad ke-19): Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
komunitas Tionghoa di Manado, klenteng mengalami perluasan dan perbaikan. Bangunan
klenteng diperluas untuk memenuhi kebutuhan komunitas yang semakin besar. Mungkin
ada penambahan ruangan, altar, atau fasilitas lainnya untuk mengakomodasi aktivitas
keagamaan dan kebudayaan yang beragam. Terjadinya Restorasi dan Pemeliharaan (abad
ke-20 hingga saat ini): Klenteng Ban Hin Kiong telah melalui beberapa proyek restorasi dan
pemeliharaan untuk mempertahankan keaslian dan keindahan arsitektur Tionghoa.
Restorasi ini mencakup perbaikan struktural, peremajaan ornamen, dan pemeliharaan
umum untuk memastikan bahwa klenteng tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan dan
budaya yang berfungsi penuh sampai saat ini.
III. Karakteristik dari Bangunan Klenteng Ban Hin Kiong
 Struktur dan Tata Letak: Klenteng Ban Hin Kiong umumnya memiliki struktur yang
simetris dan tata letak yang terorganisir dengan baik. Bangunan ini didesain dengan
prinsip simetri sehingga menciptakan kesan harmoni.
 Ornamen dan Dekorasi: Klenteng Ban Hin Kiong dihiasi dengan ornamentasi yang
rumit serta indah yang mencerminkan kekayaan budaya Tionghoa.
 Warna Cerah: Penggunaan warna cerah menjadi ciri khas dalam arsitektur Klenteng
Ban Hin Kiong.

IMPLEMENTASI ARSITEKTUR TIONGHOA PADA BANGUNAN KLENTENG BAN HIN KIONG


Implementasi arsitektur Tionghoa pada bangunan Klenteng Ban Hin Kiong di Manado dapat
dilihat melalui berbagai elemen desain dan konstruksi yang khas. Berikut ini adalah beberapa
implementasi arsitektur Tionghoa yang dapat ditemukan dalam Klenteng Ban Hin Kiong:

 Atap Tumpang: Salah satu implementasi yang paling mencolok dari arsitektur
Tionghoa pada Klenteng Ban Hin Kiong adalah penggunaan atap tumpang. Atap ini
terdiri dari serangkaian balok dan penopang yang saling bertumpuk, menciptakan
struktur yang kompleks dan indah. Atap tumpang ini adalah salah satu ciri khas yang
paling dikenal dari arsitektur Tionghoa dan memberikan identitas yang kuat pada
klenteng ini.
 Ornamen dan Ukiran: Klenteng Ban Hin Kiong dihiasi dengan ornamentasi dan ukiran
yang rumit dan indah. Motif-motif tradisional Tionghoa seperti naga, dan berbagai
ciri khas Arsitektur Tionghoa dapat di temukan pada bangunan ini
 Kesimetrisan bangunan: Prinsip simetri dan keseimbangan adalah ciri khas lain dari
arsitektur Tionghoa yang dapat ditemukan dalam Klenteng Ban Hin Kiong. Bangunan
ini memiliki tata letak yang simetris, baik dari segi eksterior maupun interior.

Artikel Arsitektur Tionghoa Pada Bangunan KLenteng Ban Hin Kiong Di Manado 3
KESIMPULAN
Dalam artikel ini, kita telah menjelajahi arsitektur Tionghoa yang terimplementasi pada
bangunan Klenteng Ban Hin Kiong di Manado. Bangunan ini tidak hanya merupakan tempat
ibadah, tetapi juga menjadi penanda penting dari sejarah, perkembangan, dan karakteristik
arsitektur Tionghoa di daerah tersebut. Tak hanya itu karena keindahannya Bangunan ini
sering menjadi daya tarik wisatawan. Sejarah Klenteng Ban Hin Kiong mengungkapkan
perjalanan panjang komunitas Tionghoa di Manado, yang telah berkontribusi secara
signifikan dalam bidang perdagangan, agama, dan budaya. Klenteng ini didirikan pada tahun
1819 dan mengalami perluasan serta perbaikan seiring berjalannya waktu, mencerminkan
pertumbuhan dan perkembangan komunitas tersebut. Melalui Klenteng Ban Hin Kiong, kita
dapat menghargai kekayaan budaya dan warisan arsitektur Tionghoa yang terus hidup dan
berkembang di tengah masyarakat Manado. Klenteng ini menjadi wujud konkret dari upaya
komunitas Tionghoa untuk mempertahankan identitas budaya mereka dan menyumbangkan
keanekaragaman budaya di Indonesia. Dengan mempelajari dan memahami arsitektur
Tionghoa pada Klenteng Ban Hin Kiong, kita juga dapat merenungkan pentingnya
menghormati dan melestarikan warisan budaya yang berharga ini. Klenteng ini tidak hanya
merupakan warisan sejarah dan keagamaan, tetapi juga menjadi saksi bisu dari perjalanan
komunitas Tionghoa yang kuat dan semangat mereka dalam mempertahankan identitas
budaya mereka. Dengan demikian, Klenteng Ban Hin Kiong di Manado bukan hanya sekadar
bangunan, tetapi juga merupakan simbol penting dari hubungan yang erat antara Tionghoa
dan Indonesia, serta menunjukkan bagaimana arsitektur dapat mencerminkan identitas
budaya yang kaya dan beragam.

DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS STEKOM PUSAT, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Kelenteng_Ban_Hin_Kiong

Subhan sabu(2022), “Ban Hing Kiong, Kelenteng Tertua di Manado”.


https://sulut.inews.id/berita/ban-hing-kiong-kelenteng-tertua-di-manado-berdiri-sejak-1819.
Tjandrasasmita, Uka. (1996). Arsitektur Tionghoa di Indonesia. Jakarta: PT Eresco.

Steinhardt, N. S. (1997). Chinese Imperial City Planning. Honolulu: University of Hawaii Press.

Raharjo, Satyawan. (2012). Klenteng: Tempat Ibadah Tridharma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tjahjono, Gunawan. (2018). Arsitektur Tionghoa di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Artikel Arsitektur Tionghoa Pada Bangunan KLenteng Ban Hin Kiong Di Manado 4

Anda mungkin juga menyukai