Disusun Oleh
NAMA : HERMANSYAH
NIM : 22102001
KELAS :A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “asal mula budaya arsitektur” ini dengan tepat
waktu guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar Pendidikan.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Nahdatunissa selaku dosen
bidang studi Pengantar Pendidikan yang telah memberikan tugas ini.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan semangat kepada kami selama menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi kami sendiri selaku penulis
akan tetapi juga bermanfaat bagi para pembaca.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah
dan teori arsitektur.
Arsitektur merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan yang lahir dan
berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Arsitektur sudah ada sejak
manusia pertama hidup di bumi ini, untuk melindungi dirinya dari alam, baik itu terhadap
perubahan iklim dan cuaca, terhadap serangan binatang, ataupun terhadap serangan manusia
dari kelompok lainnya. Arsitektur bisa dikatakan sudah menjadi bagian dari kebudayaan
manusia, yang terkait dengan berbagai segi kehidupan seperti : seni, teknologi geografi, dan
sejarah. Dari segi seni, arsitektur adalah seni untuk mendirikan bangunan dengan berbagai
macam bentuk dan ragam hiasannya. Dari segi teknologi, arsitektur adalah proses
perencanaan dan perancangan serta sistem dalam mendirikan bangunan. Dari segi geografi
dan sejarah, arsitektur adalah ungkapan fisik dari peninggalan budaya suatu masyarakat
dalam batasan tempat dan waktu tertentu. Inti dari semuanya adalah kita tidak akan dapat
memahami secara menyeluruh sebuah karya arsitektur tanpa beberapa latar belakang
pengetahuan yang mendukung. Perkembangan dan perubahan Sosial Politik; Ketersediaan
akan material dan bahan bangunan; Kemajuan pengetahuan dan teknologi; Perubahan dalam
mode dan fungsi pendukung; dan Pengaruh kebudayaan asing.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengaruh Kondisi Lingkungan Fisik Pada Arsitektur?
2. Bagaimana Pengaruh Kondisi Sosial Pada Arsitektur?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Kondisi Lingkungan Fisik Pada
Arsitektur?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Kondisi Sosial Pada Arsitektur?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Agama Islam di Indonesia merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduknya.
Pengaruh kondisi sosial Islam terhadap arsitektur di Indonesia sangat banyak, dan hal
tersebut dapat dilihat dari bangunannya, contohnya seperti pada rumah adat Betawi yang
memiliki teras yang lebar dan balai yang luas. Teras dan balai merupakan peninggalan
peradaban Islam di Indonesia pada masa itu dan hal tersebut umumnnya digunakan untuk
tempat berkumpul untuk kegiatan yang berhubungan dengan ajaran umat Islam seperti untuk
mengaji, berceramah, dan lainnya.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana proses masuknya Islam ke
Indonesia, seperti teori Gujarat yang dimana Islam masuk ke Indonesia melalui India dan hal
tersebut diperkirakan terjadi pada abad ke-12; kemudian teori kedua, teori Arab, yang dimana
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 oleh para pedagang yang berasal dari Arab;
kemudian terdapat juga teori Persia yang menjelaskan Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-13 Masehi dan teori Cina yang menjelaskan bagaimana masuknya Islam ke Indonesia
pada abad ke-9 Masehi.
4
Peninggalan murni dari arsitektur Islam di Indonesia adalah Masjid, yang umumnya
digunakan untuk tempat beribadah bagi umat Islam, selain itu Masjid juga digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengajaran dan pembinaan agama Islam. Masjid
memiliki nuansana Islami dan Timur Tengah. Perkembangan Masjid sendiri dipengaruhi oleh
tiga kebudayaan yaitu kebudayaan Romawi, kebudayaan Persia, dan kebudayaan Arab
Jahiliyah.
Kebudayaan Romawi berkembang pada sekitar tahun 142 sebelum masehi hingga 550
masehi, arsitektur bangsa Romawi merupakan arsitektur Yunani yang mengalami
pembaharuan dan pengembangan. Bangsa Romawi mengagumi arsitektur Yunani dan
beberapa ciri khas dari arsitektur Yunani mereka adopsi dan dikembangkan kembali.
Berakhirnya kebudayaan Romawi, dilanjutkan dengan kebudayaan baru yang terjadi sekitar
pada tahun 550 masehi hingga 1453 masehi yaitu kebudayaan Byzantium dengan pusatnya
terletak di Konstantinopel. Banyak patung-patung yang didirikan selain itu yaitu Gereja
berkubah, salah satunya Hagia Sophia di Istanbul, Turki.
Kebudayaan Persia dimulai dari kebudayaan Mesopotamia, Babilonia, Assiria dan
Sassanid. Bangsa Persia awalnya menyembah api sehingga di setiap tempat beribadah selalu
dinyalakan api. Salah satu peninggalan kebudayaan Persia adalah reruntuhan istana di
Babilonia. Kebudayaan Persia dengan kebudayaan Romawi selalu bersaing sehingga pada
tahun 541 hingga 561 terjadi peperangan besar yang berakhir perdamaian yang dimana
mengakibatan bangsa Romawi perlu membayar upeti setiap tahunnya, namun persaingan
tersebut tetap terjadi dan hal tersebut menyebabkan kemunduran dari kebudayaan Persia dan
juga kebudayaan Romawi.
Kebudayaan Arab Jahiliyah, pada masa ini orang Arab telah terbagi menjadi beberapa
suku yang dimana antara satu suku dengan lainnya saling bersaing. Hejaz, salah satu daerah
Arab, merupakan daerah yang berdaulat yang dimana tidak pernah dijajah oleh kerajaan
Persia ataupun kerajaan Romawi dan ditempat ini juga merupakan letaknya bangunan suci
umat agama Muslim, Ka’bah.
Perkembangan awal dari kebudayaan dan arsitektur Islam terjadi pada saat proses
Islamisasi, dan sebelum Islam masuk ke Indonesia, agama Hindu, Buddha serta agama lokal,
Kapitayan sudah tertanam pada kebudayaan Jawa. Dikarenakan perdagangan yang terjadi
antara bangsa Arab, Cina, Champa, India, dan Persia mempengaruhi perubahan dari
kebudayaan tersebut. Contoh dari masjid tertua di daerah Jawa adalah Masjid Demak yang
didirkan pada tahun 1479 dan Masjid Cirebon yang dikonstruksi pada tahun 1500.
Ciri-ciri umum dari kedua masjid ini yaitu :
5
1. Memiliki denah dengan bentuk persegi
2. Memiliki bentuk atap bertingkat
6
Ornamen pada masjid lama, merupakan perpaduan dari kebudayaan yang telah ada
yaitu Hindu-Buddha dengan agama Islam. Terdapat beberapa dekorasi serta simbol yang
menggambarkan kebudayaan sebelum Islam masuk ke Indonesia pada masjid-masjid tersebut
seperti makara berwujud kala dan tunas lotus. Sebagai masjid terdahulu, Masjid Demak
menjadi contoh untuk Masjid lainnya di Nusantara hingga ke abad 19.
Gambar 3. Kubah, Ornamen, serta Unsur Kayu pada Masjid Lautze 2 (Tjahjana, n.d.)
8
C. PENGARUH KONDISI POLITIK PADA ARSITEKTUR
9
Hindu. Konon menara ini dibangun agar umat muslim di Kudus yang mualaf dari
agama Hindu tidak mengalami culture shock saat memasuki kawasan masjid.
Zaman kemunduran islam dalam berbagai bidang kehidupan, terutama bidang ekonomi
telah menempatkan umat Islam berada di anak tangga bangsa-bangsa yang terbawah. Dalam
keadaan seperti ini masyarakat muslim melihat kemajuan Barat sebagai sesuatu yang
mengagumkan. Hal ini menyebabkan sebagai kaum muslimin tergoda oleh kemajuan barat
tersebut dan berupaya untuk mengadakan reformasi dengan cara westernisasai. Ternyata jalan
yang ditempuh itu menghancurkan umat Islam itu sendiri. Keadaan tersebut menyebabkan
integritas kultur Islam terpecah dalam diri mereka sendiri, terpecah dalam pemikiran,
perbuatan dalam rumah tangga dan keluarga.
1. Ziaudin Sardar
Ziauddin Sardar adalah seorang intelektual Muslim yang juga seorang penulis Islam
progresif dan penulis kajian pemikiran Islam kontemporer, seorang saintis dan kritikus
budaya. Sardar dilahirkan pada tahun 1951 di Punjab Pakistan, besar di Hackneyh, kawasan
timur London dan bermukim di Inggris Menurutnya Islamisasi bukanlah sekadar sistesis
ilmu-ilmu modern dengan ilmu-ilmu Islam. Islamisasi harus dimulai dari aspek ontologi
denganmembangun world view dengan berpijak pada epistemologi Islam. Tanggapan
berbeda disampaikan oleh kelompok yang tidak setuju dengan Islamisasi ilmu. Kelompok
yang kontra beranggapan bahwa Islamisasi ilmu merupakan pekerjaan.
2. Islamisasi Rumah Ibadah (Masjid) di Indonesia
Berbicara tentang potensi dan fungsi masjid memang sangat banyak dan sama
banyaknya ketika membicarakan permasalahan masjid. Sebagai bagian awal akan dibicarakan
potensi dan fungsi masjid. Pertama, masjid berfungsi sebagai tempat ibadah seperti, shalat,
dzikir, dan mengaji. Fungsi ini menjadikan masjid sebagai tempat pemenuhan kebutuhan
rohani umat. Kedua, masjid mempunyai fungsi penyelesaian masalah dibidang sosial. Lewat
kegiatan yang bersifat bantuan langsung kepada masyarakat seperti, pemberian santunan bagi
fakir, miskin, dan anak terlantar, dan pemberian bantuan di bidang kesehatan. Ketiga, di
bidang pendidikan masjid juga memiliki potensi yang luas. Lewat kegiatan seperti, kajian
Islam, pengajaran AlQur’an bagi anak-anak hingga dewasa masjid akan berkontribusi bagi
pendidikan. Keempat, masjid mempunyai potensi ekonomi; apabila potensi zakat, infaq, dan
shadaqah umat.
10
BAB II
PENUTUP
1. Simpulan
Beberapa contoh di atas memberikan satu pelajaran, bahwa perilaku dan akhlak yang
dilandasi nilai-nilai Islam yang mendasari lahirnya karya arsitektur Islam, tidaklah
dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita dapat melihat karya-karya arsitektur Islam di
berbagai belahan dunia dengan tujuan yang satu, yaitu untuk beribadah dan berserah diri
kepada Allah. Lebih lanjut, terwujudnya beberapa hasil karya arsitektur Islam yang
didasari nilai-nilai Islam dapat pula membentuk satu perilaku dan akhlak yang menuju
kepribadian dan citra diri Islam yang dibentuk dari lingkungan tersebut. Arsitektur Islam
yang dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami tidak mempunyai representasi bentuk yang
satu dan seragam, tetapi arsitektur Islam mempunyai bahasa arsitektur yang berbeda,
tergantung dari konteks dimana dan apa fungsi dari bangunan yang didirikan tersebut.
Karya arsitektur Islam tidak pula dibatasi oleh wilayah benua dan negara, karena kita
akan melihat kekayaan arsitektur Islam dari keragaman tempat yang membawa ciri khas
dari wilayah masing-masing negara tersebut. Dari keberagaman tersebut, akhirnya dapat
dihadirkan satu kekayaan khazanah arsitektur Islam yang melandasi lahirnya peradaban
Islam yang membawa manusia pada rahmatan lil alamin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al Faruqi. 1999. Seni Tauhid Esensi dan Ekspresi Estetika Islam. Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya.
Al Faruqi. 2003. Atlas Budaya Membangun Peradaban Gemilang. Bandung: Mizan.
Fikriarini. 2006. Membaca Konsep Arsitektur Vitruvius dalam Al Quran. Malang: UIN
Malang Press.
Maslucha, Luluk. 2006. UIN Malang dan Pusat Studi Arsitektur Islam di Indonesia.
Malang: UIN Malang Press.
12