Anda di halaman 1dari 34

ARSITEKTUR DUNIA

ARSITEKTUR ISLAM
Objek Study :
Masjid Nurul Huda

Mahasiswa :
PUTU PRASETYA KRESNA MUKTI
1504205117

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Arsitektur Islam ini dengan baik dan selesai tepat
waktu. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Djaja Bharuna, M.T selaku
dosen pengampu Arsitektur Dunia yang membimbing saya dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Dalam makalah ini saya akan menjelaskan tentang Arsitektur Islam.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui.
Maka dari itu saya mohon maaf jika dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Saya
mohon kritik & saran dari dosen ataupun teman-teman demi tercapainya makalah yang
sempurna.

Denpasar, 18 November 2016

Putu Prasetya Kresna Mukti

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi .. 2
Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang .. 3
1.2 Tujuan Penulisan ...... 3
1.3 Rumusan Masalah . 3
1.4 Landasan Teori .. 4
1.5 Metodologi Penelitian .. 4
Pembahasan . 5
Objek Observasi . 12
Penutup .... 13
3.1 Kesimpulan .... 13
3.2 Kritik dan Saran ... 13
Daftar Pustaka . 14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses
penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan
hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya. Arsitektur Islam
mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta
makna simbolis yang sangat dalam. Arsitektur Islam merupakan salah satu jawaban
yang dapat membawa pada perbaikan peradaban. Di dalam Arsitektur Islam terdapat
esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan
teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekspresikan esensi tersebut.
Arsitektur memiliki ciri khas pada setiap daerah, era dan masanya. Perkembangan
arsitektur yang cepat melahirkan ide-ide atau gagasan tentang konsep dan ciri khas yang
baru. Namun tidak terlepas dari semua itu, ide atau konsep melakukan pembelajaran dari
kesalahan dimasa lalu dan mengembangkannya mengikuti perkembangan zaman. Bukan
berarti gaya arsitektur pada masa lalu itu buruk, hanya kurang cocok jika dikaitkan
dengan permasalahan pada masa kini yang semakin cepat dan canggih. Contohnya adalah
gaya arsitektur Islam yang berkembang seiring berkembangnya zaman mendapatkan
perubahan yang signifikan namun tidak menghilangkan esensi dari gaya aslinya dan
masih digemari oleh masyarakat luas. Seperti arsitektur Islam di Bali.

1.2 Tujuan Penulisan


1 . Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai Arsitektur Islam
2. Mengetahui lebih dalam mengenai Arsitektur Islam
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari Arsitektur Islam

1.3 Manfaat Penulisan


1. Mengukur pengetahuan penulis mengenai Arsitektur Islam
2. Sebagai sarana untuk memperdalam ilmu Arsitektur Islam
3. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Arsitektur Islam

1.4 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan arsitektur Islam dari masa ke masa?
2. Bagaimana pengaruh arsitektur Islam terhadap kebudayaan lokal?
3. Mengapa arsitektur Islam bisa tersebar sampai ke pulau Bali?
4. Apakah ciri umum dari arsitektur Islam?

1.5 Landasan Teori


Arsitektur Islam adalah hasil usaha manusia yang berwujud konkrit dalam upayanya
untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Penampilan arsitektur Islam secara fisik
dapat menarik perhatian, sebab daripadanya oleh penganut Islam. Hal itu berupa bangunanbangunan sebagai fasilitas pelaksanaan ajaran agama Islam yang berwujud arsitektur religi
dan tambahannya yang senafas dengan bangunan religi adalah arsitektur non religi.
Perkembangan Islam dengan segera dapat diterima bangsa-bangsa serumpun dan sebahasa
(Arab) sebagai agama baru yang kemudian menjadi pedoman bagi sikap hidupnya yang baru
pula. Melalui peninggalan arsitektur dari kaum Sassanid para pengembang arsitektur Islam di
kemudian harinya banyak terpengaruh oleh bentuk-bentuk lengkung dan kubah.
Pada perkembangan arsitektur yang tumbuh dalam bangunan-bangunan Yunani dan
Romawi pun kemudian menjadi salah satu pendukung perkembangan arsitektur Islam melalui
peninggalan-peninggalan yang sampai ke Benua Afrika. Dalam karya arsitektur Islam,
ternyata tampak segala macam hal yang melatarbelakangi penampilannya. Masjid adalah
contoh yang tertinggi dari wujud kerjasama dan toleransi dalam kebudayaan antara Islam dan
tradisi daerah. Motif Islam yang bercorak dekoratif ornamentik itu dengan tumbuh-tumbuhan
serta unsur alam lainnya yang tak bernyawa, kemudian motif abstrak sebagai rekaan dari
bentuk -bentuk geometris dengan huruf Arab juga merupakan ornament yang baik. Sedangkan
huruf Arab ini juga dipakai untuk menerapkan lafaz-lafaz dari al-Quran yang ditetapkan di
dalam bangunan masjid. Gaya ornamentik ini kemudian berpadu dengan bentuk-bentuk
arsitektur yang juga merupakan ciri khas, seperti kubah, lengkung gerbang dan kelengkapan
lainnya.
Perkembangan arsitektur Islam itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan
arsitektur masjid, karenamasjid itu sendiri merupakan titik tumpuan dari ungkapan
kebudayaan Islam, sebagai akibat dari ajaran agama Islam. Masjid pertama yang dibuat oleh
Nabi Muhammad s.a.w. adalah sangat sederhana sekali. Denahnya merupakan masjid yang
segi empat dengan hanya dinding-dinding yang mnjadi pembatas sekelilingnya. Bagian dalam
dinding tersebut dibuatsemacam serambi yang langsung bersambungan dengan lapangan
terbuka, sedangkan bagian pintu masuknya diberi tanda dengan gapura yang tediri dari
tumpukan batu-batu yang diambil dari sekeliling tempat itu.

Secara historis, maka perkembangan masjid kearah yang semarak dan mewah kiranya
tidak dapat dielakan, seperti yang telah menjadi kenyataan dalam sejarah arsitektur Islam.
Perwujudan masjid ini dari zaman ke zaman sebagai sarana keagamaan mengalami
perubahan-perubahan, sebagai akibat dari perkembangan itu. Mulai abad kesebelas, gerakan
dilanjutkan oleh bangsa Turki yang berbeda dalam pembawaannya dengan bangsa Arab.
Kekuasaan dan penaklukan yang bersifatnya duniawi mewarnai pergerakan ini. Akibatnya
banyak Negara dengan cepat dapat ditaklukkan. Turki adalah pahlawan bagi penyebaran
agama Islam sesudah orang-orang Arab. Sebagai hasil dari gerakan bangsa Turki ini,
Arsitektur Islam juga berkembang pesat dikawasan Asia kecil dengan penampilan yang khas.
Kebudayaan sasanid ialah kebudayaan Persia lama sebelum Islam masuk yang dibawa oleh
orang Turki. Arsitekturnya banyak yang diruntuhkan, tapi masih meniggalkan bekas-bekas
yang berupa gambaran telah dikenalnya pemakaian lengkung pada pintu dan gapura serta
kubah untuk atapnya.
Perubahan-perubahan tersebut yang terjadi adalah kemajuan, perbaikan mutu dan
penyerupaan, dalam segala segi yang mendudukung pergelaran Arsitektur Islam. Demikian
pula halnya dengan masjid sebagai unsur pokok dalam arsitektur Islam yang juga mengalami
perkembangan tersebut. Hal itu perlu diketahui, terutama atas kehadiran berbagai
kelengkapan yang merupakan bagian baru dari arsitektur masjid. Mausoleum ialah makam
yang merupakan tugu bangunan kuburan yang ditata dengan baik seperti halnya dengan
membuat bangunan . dalam ukurannya yang tertentu bentuknya juga menyerupai istana.
Pengaruh kaum Seljuk ini boleh dikatakan menyebar dan menerap di seluruh penjuru muslim
ditimur tengah, bahkan sampai juga ke Mesir dan Syiria, padahal pengaruh politik kaum
Seljuk kurang diterima. Tetapi pengaruh bidang arsitekturnya dapat diterima. Perpaduan
fungsi masjid sebagai tempat beribadah dengan segala kebesaran dan keagungannya di satu
fihak, dengan masjid sebagai tempat terbentuknya ilmu agama islam. Terbentukanya masjid
madrasah inipun pada saat awalnya tumbuh dari kepentingan yang dirasakan, artinya tidak
direncanakan khusus sebagai madrasah. Sebagai contoh bentuk masjid madrasah dari jaman
Seljuk ialah masjid Siradz di Isafan yang mulanya merupaka masjid jami.
Bangunan lainnya ialah bangun istana yang menyerupai corak dan gaya seperti
arsitektur masjid, ciri khas dari arsitektur Islam. Istana di Bagdad misalnya menunjukkan ciri
khas dari arsitektur Seljuk. Yang khas yakni dari pelaksanaa konstruksi lengking iwan dengan
penampilan ornament yang megah meriah seperti juga terdapat pada arsitektur masjid.
Diantara bangunan-bangunan non-religi ini terdapat pula bangunan-bangunan pertahanan
berupa benteng-benteng atau tembok pengaman. Fatimiyyah yang yang menguasai seluruh
daerah Afrika utara dan Mesir menampilkan Kairo sebagai kota yang penting artinya.
Arsitektur gaya Fatimiyyah ini tampak ada tapak pengaruh dari luar terutama melalui tapak
kebudayaan Mesopotamia serta malalui siria. Pengaruh Byzantium tampak membekas pada
kedua bangunan masjid ini dengan bentuk minaretnya yang massif, serta penggunaan
lengkung sebagai gapura dan pintu gerbang.
Kemudian pada abad ke sebelas muncul dinasti Almorawiyah yang dilanjutkan oleh
dinasti Almohad. Kesemuanya tadi adalah yang mengembangkan gaya moor di Spanyol pada
saat itu. Hal ini membekas pada masjid, istana, kraton, kesultanan, bangunan kuburan,

benteng pertahanan dan juga kuburan-kuburan. Jadi moor asalnya adalah kaum Berber yang
biasa juga disebut Habsyi.kemudian pada masa akhir perkembangan pengaruh muslim di
Spanyol timbul corak baru yang dinamakan gaya Mudejar. Masa Mudejar yang merupakan
sisa-sisa pengaruh Muslim di Spanyol boleh dikatakan tidak lagi menghasilkan untuk kaum
Muslimin, bahkan masjid-masjid atau istana yang telah ada pun kemudian diambil alih oleh
orang-orang Kristen dan dijadikan gereja.
Sekitar abad kelimabelas di saat arsitektur Islam gaya Osmaniyah telah memperoleh
coraknya yang pasti. Tambahan yang khas disaat ini yang tampak pada masjid yang dibangun
oleh Sultan Salim adalah ditampilkannya bentuk kubah-kubah kecil sebagai ujung atau
penutyp suatu bagian bangunan tambahan dan fungsinya semata-mata hanya dekoratif saja.
Sinan seorang arsitektur di Yunani telah sempat menghasilkan karya-karyanya dalam berbagai
bentuk bangunan. Di antaranya masjid Sultan Sulaeman di Istambul sebagai hasil penangann
aritek sinan ini. Di sisi lain pada arsitektur Islam di india baik bangunan masjid , kuburan,
maupun makam dan juga istana semua menampilkan sorak yang sama. Terutama istana yang
jelas gayanya tidak ada bedanya dari bangunan masjid. Arsitektur Islam yang terkenal ialah
dari dinasti Moghul seperti Sultan Jehan. Monument arsitektur Islam adalah bangunan
kuburan untuk para raja. Bangunan kuburan terkenal sampai sekarang adalah Taj-Mahal yang
dibangun oleh Syah-Jehan di Agra.

1.6 Metode Penelitian


Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi. Setelah itu
mengkomparasi dari Objek yang di obervasi dengan ciri arsitektur Islam yang
umum.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Arsitektur Islam
Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia
dan

proses penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada

dalam keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya.


Arsitektur Islam mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks, hirarki
bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang sangat dalam. Arsitektur Islam
merupakan salah satu jawaban yang dapat membawa pada perbaikan peradaban. Di
dalam Arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan
tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam
mengekspresikan esensi tersebut.
Perkembangan arsitektur Islam dari abad VII sampai abad XV meliputi
perkembangan struktur, seni dekorasi, ragam hias dan tipologi bangunan. Daerah
perkembangannya meliputi wilayah yang sangat luas, meliputi Eropa, Afrika, hingga
Asia tenggara. Karenanya, perkembangannya di setiap daerah berbeda dan
mengalami penyesuaian dengan budaya dan tradisi setempat, serta kondisi geografis.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam yang mempengaruhi proses terbentuknya
kebudayaan manusia.
Lebih jauh, apabila ditelaah secara mendalam, arsitektur Islam lebih mengusung
pada nilai-nilai universal yang dimuat oleh ajaran Islam. Nilai-nilai ini nantinya
dapat diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektur dan tampil dalam berbagai bentuk
tergantung konteksnya, dengan tidak melupakan esensi dari arsitektur itu sendiri,
serta tetap berpegang pada tujuan utama proses berarsitektur, yaitu sebagai bagian
dari beribadah kepada Allah.

2.1.1

Habluminallah, Habluminannas, Habluminalalam sebagai


ladasan perancangan Arsitektur Islam.

2.1.2 Tinjauan Prinsip Habluminallah

Habluminallah adalah hubungan manusia dengan Tuhan (Allah). Hubungan ini


pada dasarnya menaungi habluminannas dan habluminalalam. Lebih jauh
mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam konsep Habluminallah, Mohammad
Tajuddin (Tajuddin, 2003) membaginya dalam beberapa nilai sebagai berikut:

Gambar 4.1 Habluminallah


Sumber : indonesian.iloveallaah.com

2.1.2.1 Nilai Pengingatan akan Keesaan dan Keagungan Allah


swt.
Membawa nilai peringatan sebagai suatu sistem keseimbangan terhadap nilainilai beragama. Nilai ini bertujuan meletakkan fokus manusia sebagai khalifah,
dipertanggungjawabkan sebagai pemimpin di bumi dengan nilai-nilai yang baik.
Manusia mudah menerima dan menyampaikan pesan melalui komunikasi visual.
Ini merupakan suatu pendekatan terbaik, membawa kepada sesuatu pesan
kolektif, terutama dalam proses menyampaikan peringatan manusia kepada mengEsakan Tuhannya seperti mana dituntut oleh Islam.
Alam merupakan bukti dari kebesaran dan ke-Mahaagungan-Nya, dengan
memperhatikan alam maka akan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepadaNya. Perancangan bangunan haruslah berusaha mendekatkan penghuninya

dengan suasana yang lebih alami dan dekat dengan alam. Makhluk ciptaan Allah
seperti pepohonan, rumput dan bunga-bungaan haruslah mendominasi sebuah
perancangan bangunan, perumahan atau perkotaan yang islami.
Selain perancangan dan pembentukan masa bangunan, elemen alam seperti
cahaya matahari, aliran udara, suara-suara alam dan gemericik air perlu
diintegrasikan ke dalam bangunan. Bangunan sedapat mungkin harus
menggunakan sumber energi yang ramah dengan lingkungannya. Penggunaan
pencahayaan dan pengudaraan buatan yang dapat merusak lingkungan perlu
dihindari dan efek negatifnya perlu dikurangi sehingga tercipta hubungan yang
serasi antara manusia dengan alam sekitarnya sebagai sarana pembentukan
kecintaan kepada Tuhan.

2.1.2.2 Nilai Pengingatan kepada Ibadah Ritual


Untuk bangunan masjid, surau atau sesuatu ruang untuk memudahkan manusia
beribadah perlu dibina di tempat-tempat strategis dan orientasi yang memudahkan
ia dikunjungi dan dilihat. Konsep perancangan yang lebih terbuka amat
diperlukan agar dapat memberi tarikan kepada masyarakat sekelilingnya

2.1.2.3 Nilai Pengingatan kepada Kejadian Alam Ciptaan Allah


Peringatan kepada kejadian alam ciptaan Allah swt. dapat dilakukan dengan
penggunaan bahan, orientasi bangunan dan metodologi perancangan. Penggunaan
bahan-bahan dari elemen semula menjadi batu (dalam bentuk sebenarnya) dan
kayu akan mencipta suatu imej arsitektur tersendiri yang dekat dengan kejadian
alam. Penggunaan elemen kaca yang membantu menghadirkan pemandangan
alam juga membantu konsep seperti ini.

2.1.2.4 Nilai Pengingatan kepada Kematian


Selanjutnya, elemen ketiga yang membawa kepada peringatan ialah pesan
kehidupan di dunia yang hanya bersifat sementara dan unsur kematian sebagai
pemutus alam di dunia. Dalam konsep perancangan kota, untuk tujuan ini elemen
yang paling jelas menyampaikan pesan ini adalah makam.

2.1.2.5 Nilai Pengingatan akan Kerendahan Hati


Islam mengajarkan seorang Muslim untuk merendahkan diri di hadapan
Tuhannya. Seorang pemimpin haruslah merendahkan dirinya di hadapan orang
yang dia pimpin. Seorang panglima harus merendahkan diri dari tentara yang
dipimpinnya. Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa implikasi yang sangat
besar. Ia berbicara tentang bagaimana seharusnya meletakkan dan menyusun
massa bangunan dalam konteks lingkungannya. Pemilihan bahan dan material
bangunan pun harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terkesan terlalu
mewah yang akhirnya akan banyak menghabiskan uang untuk perawatannya.

2.1.3 Tinjauan Prinsip Habluminannas


Mohammad Tajuddin dalam bukunya Konsep Perbandaraan Islam menyebutkan
beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam konsep Habluminannas (Tajuddin,
2003), sebagai berikut:

Gambar 4.2 Habluminannas


Sumber : pondokpesantrendarussalam.wordpress.com

Ukhuwah dan Integrasi Sosial

Ukhuwah ialah hubungan persaudaraan dalam seluruh integrasi masyarakat.


Merapatkan hubungan ukhuwah dalam suatu strategi yang sangat penting untuk
membina masyarakat sipil dan mengimbangi perbedaan kelas. Ia dapat mengikis
perasaan individualistik atau mementingkan diri sendiri yang sudah menjadi
seakan-akan lumrah dalam masyarakat modern saat ini. Islam

meletakkan

pembangunan sosial sebagai suatu perkara yang utama setelah tanggungjawab


diri. Kedua pembangunan ini perlu berjalan searah dan dalam keadaan seimbang.

Pembangunan Ruang Terbuka

Pembangunan ruang terbuka adalah penting karena di sinilah hubungan ukhuwah


akan berlaku dan terjalin. Dalam Islam, setiap individu bertanggung jawab
kepada kebajikan masyarakatnya maka pesan dari masyarakat perlu dibuka
seluas-luasnya.

Pendidikan Masyarakat

Pendidikan

masyarakat

adalah

faktor

yang

sama

pentingnya

dengan

pembangunan fisikal ruang. Masyarakat perlu dididik dan diberi arahan agar
menyadari akan pentingnya hubungan ukhuwah dan pembangunan sosial. Dalam
masjid, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan berbagai ruang
kemudahan di dalamnya seperti kelas-kelas, kantin, perpustakaan, halaman,
asrama dan ruang-ruang lain yang dirasakan perlu dan dapat menjadikannya
sebagai pusat aktiftias dan perkumpulan masyarakat.

Nilai Pengingatan Ibadah dan Perjuangan

Ide tentang prinsip ibadah dan perjuangan menjadikan masjid bukan hanya
sekedar tempat Sholat dan ibadah ritual saja. Namun juga berperan sebagai pusat
kegiatan sehari-hari dan pusat interaksi serta aktivitas dari komunitas Muslim di
kawasan tersebut. Hal ini berarti perancangan ruang-ruang suatu masjid haruslah
dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aktivitas di luar aktivitas ritual
seperti Sholat atau itikaf memungkinkan untuk dijalankan. Aktivitas seperti olahraga, seminar, diskusi keagamaan, sekolah dan pusat pendidikan, perpustakaan,
aktivitas perdagangan dan kegiatan yang dapat memperkuat ukhuwah dan
silaturahmi seharusnya mendapat porsi perhatian yang cukup sebagaimana
aktivitas ritual tadi.

Nilai Pengingatan akan Waqaf dan Kesejahteraan Sosial

Dalam Islam terdapat beberapa amalan pribadi seperti itikaf dan Sholat sunnah
namun kesemuanya dibingkai oleh kerangka kehidupan bermasyarakat.
Karenanya aktivitas dan fasilitas sosial merupakan suatu elemen penting dalam
kehidupan masyarakat Muslim. Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa

implikasi yang sangat besar. Bahwa fasilitas umum dan fasilitas sosial perlu
mendapatkan prioritas yang utama.

Nilai Pengingatan terhadap toleransi kultural

Dalam arsitektur, hal ini menegaskan akan kewajiban untuk menghormati budaya
dan kehidupan sosial masyarakat dimana bangunan tersebut berdiri. Selama tidak
bertentangan dengan Islam diperbolehkan mempergunakan bahasa arsitektur
masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi dan material yang ada di
tempat tersebut. Hal ini tentu menjadi prinsip yang menjamin fleksibilitas
perancangan bangunan dalam Islam.

2.1.4 Tinjauan Prinsip Habluminalalam


Habluminalalam adalah hubungan manusia dengan alam, untuk mencapai
hubungan tersebut dapat dicapai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.

Gambar 4.3 Habluminalalam


Sumber : deviantart.net

Pembangunan lestari

Lestari dimaksudkan sesuatu yang tidak berubah-ubah atau tetap. Pembangunan


lestari ialah suatu sistem pembangunan kepada masyarakat melalui perputaran
dalam penggunaan bahan, tenaga dan keperluan hidup lainnya yang dapat
dikembalikan kembali seperti keadaan asalnya ataupun jika tidak, minimal dapat
mengurangi penggunaan sumber asli untuk menciptakan sesuatu yang
28

baru.

Sebagai contoh penggunaan listrik dari tenaga surya yang tidak memerlukan
suatu proses pembakaran bahan api. Contoh lain adalah penggunaan air yang
didaur ulang, selain dari proses pembersihan saintifik, air hujan yang turun juga
dapat terus diproses dan diguanakan untuk keperluan dalam bangunan.

Penghematan, Konservasi dan Daur Ulang

Ini melibatkan penghematan sumber tenaga, listrik atau seperti menukar lampu ke
lampu yang lebih hemat tenaga, memperbaiki sistem pengudaraan bangunan.
Semua proses ini tentunya memerlukan suatu etika dan kesadaran masyarakat
secara keseluruhan untuk memberi kesan yang besar dan berkelanjutan. Tingkat
selanjutnya adalah konservasi, yaitu proses menggunakan kembali bahan atau
sumber tenaga. Strategi ini melibatkan pembangunan dan perbuahan yang lebih
besar dan terpadu.

Pengaturan Alam dan Lansekap

Pengaturan alam dan lansekap terbagi menjadi dua peringkat, yaitu pengaturan
lansekap dalam kawasan pembangunan serta pengaturan ekologi bagi tumbuhan
lama yang ada di kawasan.

Nilai Pengingatan akan Kehidupan yang Berkelanjutan

Kehidupan berkelanjutan dalam penjelasan ini setidaknya memiliki dua konteks


yaitu konteks alami dan konteks sosial. Dalam dunia arsitektur kedua prinsip ini
memiliki implikasi yang sangat besar. Kelestarian secara alami mengajarkan
untuk memperhatikan betul-betul kondisi lahan dan lingkungan sekitar sebelum
merancang sebuah bangunan. Pemilihan bahan dan penggunaan teknologi perlu
betul-betul diperhatikan sebelum melakukan suatu perubahan terhadap tapak dan
mengolahnya. Sementara kelestarian secara sosial memberikan pengajaran agar
lebih memperhatikan bahasa arsitektur yang digunakan dalam merancang sebuah
bangunan.

29

2.2 Sejarah Arsitektur Islam


1. Masa Nabi Muhammad SAW (610-632 M)
Pada awal da'wah agama Islam di Mekkah, hal pertama yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW adalah menata kembali dan membina kebudayaan dalam wujud akal
pikiran (sistem nilai dan gagasan), serta dalam wujud tingkah laku, yaitu memberikan ajaran :
keimanan, Akhlak, dan ibadah. Keberadaan Masjidil Haram yang sangat penting artinya bagi
umat Islam karena terdapat Ka'bah di tengah-tengahnya, belum dapat digunakan sepenuhnya
oleh Nabi dan pengikutnya, sebab digunakan juga sebagai tempat ritual kepercayaan
masyarakat setempat. Jadi ajaran yang menyangkut bidang duniawi wujud kebudayaan fisik,
seperti tempat ibadah, belum mendapat perhatian khusus.
Saat itu perjuangan Nabi mendapat tantangan yang keras dari kaum kafir Quraisy di
Mekkah, maka akhirnya Nabi dan para pengikutnya melakukan hijrah ke Madinah pada tahun
622 M (1 Hijriyah). Sesampainya di Quba, Nabi beristirahat selama empat hari (Senin s.d.
Kamis), dan pada hari pertama kedatangannya itu pula ia bersama pengikutnya mendirikan
sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Quba.
Masjid Quba awalnya merupakan pelataran yang kemudian dipagari dengan dinding
tembok yang cukup tinggi, pada sisi utaranya yang memanjang timur barat didirikan
bangunan untuk ibadah shalat (biasa disebut al-maghata). Pada saat itu bangunannya masih
sangat sederhana tiang-tiangnya dari batang pohon kurma dan atapnya dari pelepah daun
kurma yang dicampur/pleester dengan tanah liat. Mimbamya terbuat dari potongan batangbatang pohon kurma yang ditidurkan dan ditumpuk tindih menindih. Tanda kiblat yang
menjacli tujuan arah pada waktu shalat dibuat oleh Nabi dengan memakai bahan batu yang
dimintanya dari penduduk Quba.
Meskipun sangat sederhana, masjid ini bisa dianggap sebagai contoh awal bentuk dari
masjid-masjid yang didirikan oleh ummat Islam selanjutnya. Memiliki ruang persegi empat
dan berdinding di sekelilingnya, serta di sebelah utaranya terdapat serambi untuk tempat
shalat. Di tengah-tengah lapangan terbuka dalam masjid itu (biasa disebut shaan), terdapat
sebuah sumur tempat berwudhu. Masjid ini telah mengalami beberapa kali perbaikan.
Sekarang, temboknya terbuat dari batu, berkubah , dan memiliki menara. Dihiasi dengan
dekorasi-dekorasi yang indah, ditambah, ditambah tiang batu dan kayu yang megah.
Meskipun secara ornamental dan bahan yang digunakan mengalami banyak perubahan, tetapi
denah awalnya tidak berubah.
Di Madinah ia membangun Masjid Nabawi dengan pola yang sama seperti Masjid Quba,
yaitu berbentuk segi empat panjang berpagar tembok tinggi, sebagian berupa halaman dalam
(shaan) dan sebagian lagi berbentuk bangunan (liwan). Pola awal ini memang cenderung
fungsional sesuai kebutuhan yang diajarkan oleh Nabi, untuk menampung kegiatan ibadah
maupun muamalah.
Di sebelah selatan masjid ini terdapat suatu ruangan asrama untuk para musafir dan
fakir miskin, serta ruangan tempat Nabi mengajar umatnya. Sedangkan di sebelah timur
dibangun rumah sederhana buat isteri-isteri Nabi. Masjid Nabawi yang awalnya berbentuk
sederhana ini diperluas dan dibangun kembali oleh Khalifah Khalid al-Walid tahun 706 M.
30

2. Masa Khulafaur Rasyidin (632 - 661 M)


Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, maka pimpinan umat Islam dijabat oleh khalifahkhalifah yang terdiri dari sahabat-sahabat Nabi, yakni empat orang khalifah yang terkenal
dengan sebutan Khulafaur Rasyidin; mereka adalah: Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin
Khattab, Usman bin Affan, dan All bin Abu Thalib.
Produk budaya materi berupa sarana ibadah, masjid, pada masa Khulafaur Rasyidin
tidaklah banyak. Perjuangan utama mereka dalam hal mengamalkan dan menyebarkan ajaran
Islam yang diajarkan Nabi. Masjid-masjid didirikan dalam bentuk yang fungsional, baru pada
khalifah ketiga dan keempat mulai diperkaya dan dipercantik. Pola yang dianut masih tetap
pola awal, yakni pola empat persegi panjang, berdinding tembok tinggi yang di dalamnya
terdapat shaan dan liwan.
Pada masa khalifah Umar telah ada usaha membangun kembali bangunan Masjidil
Haram di Mekkah, meskipun masih dalam bentuk yang sederhana dan mengarah ke sifat
fungsional. Selain itu, khalifah Umar juga membangun Masjid Kuffah (637 M) yang unik.
Masjid ini tidak dibatasi dengan (finding tembok batu/tanah liat yang tinggi, melainkan
dibatasi dengan kolam air. Liwan-nya (tempat shalat) bertiang marmer yang konon berasal
dari Kerajaan Parsi. Masjid ini kemudian diperbaiki oleh khalifah-khlaifah Bani
Muawiyah/Ummaiyah (661-680 M), diantaranya: bangunan tambahan berupa riwaqs
(serambi/selasar) di sekeliling shaan, serta dinding pembatas yang berupa kolam diganti
dengan tembok keliling (670 M) (Wiryoprawiro 1986).
3. Masa Khalifah Bani Ummaiyah/Muawiyah
Damaskus (661-750 M)
Pada pemerintahan Bani Ummaiyah pada tahun 661-750 M sistem pemerintahan yang
demokratis telah banyak ditinggalkan dan berubah menjadi suatu kerajaan Islam meskipun
para pemimpirmya masih menggunakan gelar khalifah. Pusat pemerintahan tidak lagi di
Kuffah atau Madinah, tetapi dipindahkan ke Damsyik/Damaskus di Syria.
Saat pemerintahan dipimpin oleh Khalifah Khalid al-Walid telah dibangun Masjid Jamik
Damsyik yang mempunyai Shaan dan Riwaqs/Liwan. Pengamh Khalifah ini sangat luas, ke
barat sampai di Spanyol dan Perancis Selatan; ke timur sampai ke India dan Samarkand.
Melihat kemegahan gedung-gedung Kristen dan Romawi maka tergugahlah semangatnya
untuk membangun masjid yang megah maka dibangunnya Masjid Bani Ummaiyah.
Sayangnya pada tahun 1483 masjid ini terbakar sebagian, dan kemudian oleh Sultan Malmuk
dari Mesir dibangun kembali dan diberi nama Masjid Keit Bey. Pola clan organisasi ruang
dari masjid ini amat berpengaruh pada pembangunan masjid bertiang banyak pada zaman
kemudian, seperti Masjid Qiruan dekat Tunisia yang terkenal dengan menaranya yang
tua.Saat Khalifah Abdul Malik (685-688 M) berkuasa, dibangun Qubbah al-Sahra (Dome of
the Rock) di Yerusalem, tempat Nabi Muhammad dahulu memulai naik ke langit pada saat
menjalankan Isra Mi'raj. Bangunan ini merupakan suatu monumen yang bentuknya mirip
dengan bentuk Bassilika di Constantinopel, Yerusalem/Palestina.
Secara umum bentuk bangunan masjid masa Khalifah Bani Ummaiyah masih
memakai pola Masjid Kufah yang berciri: shaan, riwaqs, liwan yang bertembok keliling dan
mempunyai satu kubah di dekat Mihrab. Sistem struktumya juga tetap memakai bentuk relung
yang terbuat dari susunan batu cadas (arch/vault construction) yang diplester yang semakin
diperkaya dengan ornamen dekoratif bermotif geometris dan atau motif tetumbuhan. Selain
31

itu pada masa ini juga terdapat maksurah yaitu bilik yang berbentuk kotak, berdindingkan
pagar atau terali sehingga tembus pandang. Bilik ini diperuntukan Ichusus untuk para
pembesar pada waktu shalat. Di dalam satu masjid bisa terdapat satu atau lebih maksurah.
Fungsinya untuk menjaga keamanan khalifah dan gubemur-gubemur dari serangan tiba-tiba
pihak musuh.
Pola tembok keliling dengan shaan (court) di tengahnya memang amat sesuai dengan
arsitektur dan alam lingkungan setempat yang berildim subtropis. Kaidah keindahan (estetika)
seperti: irama (rythm), keseimbangan (balance), tekanan (emphazise), proporsi (proportion),
skala (scale), dan sebagainya sudah mendapatkan pengolahan yang cukup baik, meskipun
sistem struktur pada saat itu didominasi oleh banyaknya kolom/pilar. Kesemuanya itu terlihat
jelas pada bangunan Masjid Jamik Damsyik (Damaskus) dan Masjid al-Aqsa di Yerusalem
(Wiryoprawiro, 1986).
Spanyol (757-1236 M)
Cordova ibukota Khalifah Ummaiyah di Spanyol merupakan pusat ilmu pengetahuan
yang terkenal di seluruh Benua Eropa. Banyak orang Eropa yang menuntut ilmu di negeri Mi.
Pada zaman ini dibangunlah perguruan-perguruan tinggi, perpustakaan-perpustakaan, rumahrumah sakit dan bangunan lain yang megah. Di kota ini didirikan Masjid Jamik Cordoba yang
indah. Relungrelungnya dihias dengan motif geometris disertai pilar-pilar penyangga yang
berjumlah ratusan. Memiliki empat kubah dan sebuah menara yang dibangun di halaman
masjid (shaan).
Wujud budaya materi sudah maju, hal ini terlihat dari bentuk arsitektur masjidnya. Denah
bangunan masjid masih tetap menggunakan pola masjd Jamik Kufah yang menggunakan
struktur relung dan pilar (arch construction) dengan atap datar lengkap dengan shaan, riwaqs
dan liwan serta kubah dan menara. Ragam hias berkembang dengan sangat kaya, rumit, dan
artistik. Motif geometris, tetumbuhan (flora), awan (alam) dan kaligrafi dikembangkan
dengan cermat. Sedangkan motif figuratif dan fauna tidak dikembangkan sebab kurang
sesuai dengan ajaran Islam.
4. Masa Khalifah Bani Abbasiyah (750 -1258 M)
Pada masa ini pusat pemerintahan sudah jauh keluar dari jazirah Arab, yakni di kota
Bagdad, Irak. Peradaban Islam sudah sangat maju, tidak hanya dari segi rohaniah tetapi juga
dari segi lahiriahnya. Saat pemerintahan dipimpin oleh Abu Ja'far al-Mansyur (khalifah
kedua), ilmu pengetahuan mendapat perhatian khusus. Kitab-kitab produk kerajaan Romawi
dikumpulkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. ilmu falak dan filsafat mulai digali
dan dikembangkan. Usaha ini kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Harun al-Rasyid dan AlMa'mun. Bahkan pada masa Al-Ma'mun sampai clidirikan Majelis Ilmu Pengetahuan "Bait alHikmah", sehingga Bagdad tidak hanya menjadi pusat pemerintahan tetapi sekaligus sebagai
pusat ilmu pengetahuan. Dengan demikian telah timbul Renaissance Timur di dalam wilayah
kaum muslim yang berpusat di Bagdad sekitar tahun 600 M, sebelum timbul Renaissance di
Eropa Barat.
Bidang arsitektur pun maju pesat, selain dari segi ilmunya maupun dari segi wujud
bangunannya. Karena saat itu banyak didatangkan ahli-ahli bangunan untuk memperbaiki dan
membuat berbagai bangunan. Mereka datang dari: Mesir, Syria, Romawi Timur, Parsi dan
bahkan ada yang berasal dari India, sehingga semakin memperkaya khasanah arsitektur di
Bagdad, termasuk dalam hal arsitektur bangunan sarana ibadah seperti masjid.Pola bangunan
masjid dapat dikatakan sama dengan masa sebelumnya, hanya bentuk: menara, relung, dan
ornamentasinya semakin kaya dan rumit. Saat itu tidak hanya bangunan masjid dan bangunan
32

perumahan yang dikembangkan namun juga tata kota dan tata daerah-nya. Kota ditata dengan
pola bundar (konsentris) dan yang menjadi titik tengahnya adalah masjid serta istana khalifah
dengan alun-alunnya yang luas. Di luarnya terbentang melingkar daerah pemukiman
penduduk dengan jaringan jalan yang melingkar dan memusat (radial) yang berakhir di
tembok/benteng kota dengan empat pintu gerbangnya.
5. Masa Dinasti Seljuk Asia Kecil
Penyebaran Islam di daerah ini telah dimulai sejak tahun 704 M setelah tentara Islam dan
Bagdad yang dipimpin oleh Quthaibah al-Bahili berhasil menguasi Bukhara. Samarkand, dan
Khawarizin. Kerajaan Bani Seljuk di Asia Kecil ini beribukota di Iconium atau yang kini
dikenal dengan nama Konia. Sultan Alauddin merupakan Raja Bani Seljuk yang cukup besar
jasanya dalam membangun kota ini. Bahkan kemudian terkenal di dunia barat lewat cerita
'Arabian Nights' atau Cerita 1001 Malam, serta cerita 'Aladin dengan Lampu Wasiatnya' (Israr
1958: 27).
Bentuk arsitektur masjid yang dibangun di kota ini awalnya menggunakan pola masjid
Dunia Arab, namun kemudian mengalami perubahan-perubahan. Perubahan itu antara lain:
semakin menghilangnya halaman dalam yang dikenal sebagai shaan, dan kemudian muncul
semacam ventilasi udara di atapnya. Bentuk relung dengan tiang penyangga masih tetap ada,
namun kemudian muncul ragam hias unik muyarnash yang selain dekoratifjuga berfungsi
struktural. Ragam hias ini biasanya terdapat di kepala tiang, relung, maupun kubah yang
bentuknya menyerupai sarang lebah bergantung atau bentuk stalaktit.
Persia
Perkembangan arsitektur masjid di Persia saat berada di bawah kekuasaan Bani Seljuk
memang tidak begitu berbeda dengan masa sebelumnya, hanya terjadi pemakaian shaan dan
penambahan ruangan-ruangan yang tentunya disesuaikan dengan iklim setempat (sub tropis)
dan kebutuhan masyarakat pada saat itu. Di sekelilingnya terdapat riwaqs yang berkembang
dengan kamar-kamar tempat kegiatan pendidikan keagamaan (madrasah). Di keempat sisi
shaan-nya dibuat `kubah separuh' yang dihiasi dengan motif miiqarnas. Bangunan masjidnya
ditutup dengan kubah-kubah yang besar berbentuk bawang terpancung. Menaranya dibuat
berpasangan dengan bentuk silinder yang mencuat ke angkasa. Sedangkan bentuk relungnya
mirip dengan lunas kapal yang terbalik, yang kemudian dikenal dengan nama Lengkung
Persia (Persian arch ).
Masjid Syah merupakan salah satu masjid yang dapat dijadikan contoh untuk
mewakili bentuk masjid di Persia. Masjid ini dibangun pada tahun 1610 M di Isfahan dan
terletak di ujung kompleks Istana Syah. Bangunannya dilengkapi dengan ruang-ruang
madrasah. Selain bangunan masjid, istana, dan madrasah , dibangun juga turbah (makam)
yang indah-indah, seperti Turbah Sheik Sayifus di Ardabil. Kompleks bangunan seperti ini di
kemudian hari rnernpengaruhi bangsaloangsa lam, seperti yang dilakukan oleh Syah Jehan
yang membangun Turbah Taj Mahal di India.
6. Masa Dinasti Utsmaniah di Turki
Setelah dinasti Seljuk di Asia Kecil melemah dan akhimya dikalahkan oleh keturunan
Ertoghrul pada tahun 1290 M, maka selanjutnya berkuasalah Sultan Utsman (1290-1326 M)
di negeri ini. Kekuasaan Bani Utsmaniah ini berlangsung sampai berabad-abad, sehingga
kemudian terkenal sebagai dinasti Utsmaniah di Turki (orang Barat menyebutnya Ottaman).
Dinasti ini banyak membangun masjid, madrasah, dan perguruan tinggi. Bentuk arsitelcturnya
masih melanjutkan arsitektur yang dibangun Bani Seljuk yang berkuasa sebelumnya. Atap
berkubah mulai dominan sehingga atap yang dulunya berbentuk datar itu cenderung
33

bertutupkan kubah.
Pada tahun 1453 M kota Konstantinopel (ibukota imperium Romawi Timur) yang
dulunya be mama Byzantium dapat direbut dan dikuasai, kemudian diganti namanya menjadi
Istambul. Arsitektur Byzantium yang megah banyak mempengaruhi perkembangn arsitektur
Bani Utsmaniah. Seperti Gereja Aya Sofia merupakan bangunan di tengah kota Istambul yang
banyak dikagumi oleh umat Islam. Bangunan ini memiliki kubah lebar (diametemya 30 m)
dan tinggi (54 m), dan menjadi inspirasi bagi Bani Utsmaniah dalam membangun masjidmasjid. Selanjutnya fungsi Aya Sofia yang sebelumnya gereja diubah menjadi masjid.
Ornamen-ornamen atau lukisan yang tidak sesuai dihilangkan dan diganti dengan yang
bemafaskan Islam. Di keempat penjurunya kemudian dibangun empat buah menara yang
langsing menjulang tinggi.Pada kurun Istambul ini banyak didirikan masjid yang megah.
Ruang liwan yang dilindungi oleh kubah-kubah besar menjadi Ionggar apalagi kemudian
kubah itu disangga oleh pilar yang caul) langsing (bukan sistem tembok pemikul lagi)
menjadikan ruang ini terasa menyatukan jamaahnya dan juga jelas orientasi kiblatnya.
Masjid-masjid tersebut diantaranya adalah Masjid Sultan Sulaiman (1555 M) dan Masjid
Sultan Ahmad di Istambul.
Dari uraian sebelumnya secara umum dapatlah disimpulkan bahwa bangunanbangunan masjid sejak masa Nabi Muhammad sampai dengan Dinasti Utsmaniah memiliki
pola dasar yang dapat dikatakan sama, yaitu: bertembok keliling, memiliki halaman dalam
(shaan), memiliki ruang masjid (liwan), memiliki serambi keliling (riwaqs), memiliki atap
datar yang disangga oleh relung dan pilar, memiliki kubah, memiliki ceruk di tembok
(mihrab), dan memiliki satu atau lebih menara. Disamping itu, terdapat komponen lainnya
yang bentuknya mengikuti perkembangan jaman, jadi mengalami perbaikan-perbaikan, baik
dari segi: omamentasi, bahan, maupun keletakannya. Sebagian diantaranya adalah mimbar
dan ruangan-ruangan tambahan (madrasah, ruang buat petugas masjid, mck, perpustakaan,
dan lain-lain)

34

2.2 Prinsip Ruang Arsitektur Islam


Dalam perancangan ruang dalam dengan pendekatan Arsitektur islam dapat
dicapai dengan melakukan pendekatan sebagai berikut :

Kombinasi suksesif

Modul-modul ruang dikombinasikan untuk membentuk kombinasi yang lebih


besar, misalnya beberapa ruang tempat tinggal, merupakan modul ruang yang
paling dasar dikombinasikan dengan pelataran terbuka. Selanjutnya berlanjut
dengan kombinasi di atasnya, sehingga menghasilkan rumah hunian, istana,
madrasah, atau pun masjid. Kemudian taman, pelataran terbuka begitu
seterusnya sampai kombinasi tersebut menjadi sesuatu yang kompleks pada satu
tatanan kota. Tidak ada satu pun dari segmen-segmen ini memperoleh prioritas
estetik lebih dari yang lain. Sebaliknya, semua bagian tersebut secara integral
saling melekat tepat seperti susunan mosaik besar.

Gambar 4.4 Kombinasi Suksesif


Sumber : Art Of Islam, 2007

Pengulangan

Gambar 4.5 Pengulangan Komponen


Sumber : Art Of Islam, 2007
Unit-unit yang merupakan komponen dari kombinasi ruang tertutup dan terbuka,
diulang dalam bentuk identik atau beragam dalam struktur ruang yang saling

tambah (aditif). Pengulangan ini juga terjadi dalam unit-unit internal dari
masing-masing bangunan dan taman, serta dalam kombinasi bangunan yang
membentuk suatu kompleks umum, pribadi, religius, domestik, atau pendidikan,
yang merupakan suatu lingkungan urban, desa atau kota yang lengkap.

Dinamisme

Pemahaman dan apresiasi atas setiap seni ruang dalam Islam harus diperoleh
dengan bergerak berurutan melintasi unit-unit ruang. Seni ruang Islami harus
dinikmati dengan cara yang dinamis, bukan dalam sekejap waktu yang statis.
Seperti seni Islam lain, seni ruang harus dipahami dengan mengapresiasikannya
satu per satu pada bagian pembentuknya. Contohnya, tiap bangunan terjalin dan
berselang-seling dengan lingkungan, sehingga sukar diketahui di mana bangunan
ini dimulai dan berakhir. Tidak ada perkembangan arsitektural yang berakhir
hanya pada satu klimaks titik estetis.

Hiasan penutup (overlay)

Gambar 4.6 Dinamisme Ruangan


Sumber : Art Of Islam, 2007
Hiasan penutup (overlay) juga disebut dengan penutup bahan dasar. Teknikteknik overlay atau hiasan penutup dalam seni ruang merupakan unsur yang
sangat penting dalam ruang dalam arsitektur islam.

Transfigurasi bahan
Sumber : Art Of Islam, 2007

Penonjolan struktur desain suatu karya arsitektur, menimbulkan persepsi estetik.


Dalam karya arsitektur Islam, struktur juga dapat berfungsi sebagai pengarah

Gambar 4.7 Transfigurasi Bahan


Sumber : Art Of Islam, 2007
Bobot permukaan dinding secara visual diberi kesan ringan dengan penempatan
ceruk, pelengkung buntu, jendela, pintu, dan pola-pola dekoratif lain seperti pilar-pilar
ramping yang memperkuat dinding, dan kubah dengan lubang dan hiasan yang
menyamarkan massa dan bobot bahanbahan pembuatnya seperti bata, batu, atau
beton. Selain dekorasi cat, keramik, bata, atau relief plester yang bersifat
dimensi,
dimensi.

juga terdapat hiasan


Transfigurasi

penutup

yaitu

muqarnas

Gambar 4.8 Transfigurasi

dua

yang berbentuk tiga

bangunan sehingga dapat langsung dinikmati secara temporal, dengan berjalan di


sekitar atau menelusup diseluruh kompleks bangunan.

Transfigurasi ruang tertutup

Gambar 4.9 Transfigurasi Ruang Tertutup


Sumber : Art Of Islam, 2007
Hal ini tidak dilakukan dengan menghilangkan dinding pembatas melainkan
dengan menghilangkan kesan solid dan terbatas pada ruang, dengan penggunaan
dinding terbuka, ceruk, kubah, maupun atap. Hal ini berfungsi untuk
membebaskan ruang untuk pergerakan manusia serta persepsi estetik dalam
ruang.

Transfigurasi atau ambiguitas fungsi

Ambiguitas fungsi di sini mempunyai maksud bahwa ruang tidak hanya dibatasi
untuk satu tujuan penggunaan saja. Dapat mengambil sebuah contoh bahwa sahn
atau pelataran terbuka yang menjadi ciri dominan dari istana atau masjid, dapat
ditemui pada bangunan dengan fungsi lain seperti rumah sederhana, madrasah,
hotel, maupun kantor.

2.3 Prinsip Tampilan Arsitektur Islam


Dalam penerapan desain tampilan Arsitektur Islam menerapkan beberapa elemen
desain yang menjadikan ciri Arsitektur Islam.
Arabesqu

Gambar 4.10
Arabesque
Sumber : Art Of Islam,
2007
Ada larangan dalam ajaran Islam untuk menggunakan motif
hewan maupun manusia. Oleh karena itu, para seniman Muslim
lebih memilih menggunakan motif geometris dan motif floral
(tumbuhan) dalam berbagai karyanya, termasuk menghias
interior bangunan. Motif-motif ini disebut motif arabesque
karena berasal dari Arab.

Gambar 4.11
Sumber : Art Of Islam, 2007
Kaligrafi atau seni menghias huruf, terutama huruf Arab sangatlah populer
digunakan oleh seniman dan arsitek Muslim. Selain untuk menambah
keindahan bangunan, kaligrafi juga sebagai pengingat ayat-ayat Al-Quran.

Mashrabiya
Kubah adalah salah satu unsur yang menonjol dalam arsitektur Islam. Kubah
yang umum digunakan berbentuk umbi bawang khas Timur Tengah. Tak hanya
bagian luar kubah saja yang diperhatikan nilai estetikanya, namun juga bagian
dalam kubah dihias dengan motif-motif geometris.

Gambar 4.12 Mashrabiya


Sumber : Art Of Islam, 2007

Mashrabiya adalah kisi-kisi yang digunakan pada jendela


bergaya

Islam.

Hal

ini

selain

untuk

menjaga

privasi

penghuninya juga untuk menghalangi sinar matahari yang


panas masuk ke ruangan. Hal ini tentu saja karena sebagian
besar negara Muslim terletak di wilayah gurun. Mashrabiya ini
umumnya menggunakan motif geometris sehingga akan
memperindah arsitektur bangunan.

Gambar 4.13
Kubah
Sumber : Art Of Islam,

Lengkung Tapal Kuda

Gambar 4.14 Lengkung Tapal Kuda


Sumber : Art Of Islam, 2007

Tiap gaya arsitektur memiliki gaya lengkung (pertemuan antara dua


pilar) sendiri- sendiri. Namun arsitektur Islam mengenal bentuk lancip
(pointed arch) dan lengkung bentuk tapal kuda.
Muqarnas

Gambar 4.15 Muqarnas


Sumber : Art Of Islam, 2007

Muqarnas adalah dekorasi tiga dimensi serupa sarang lebah


yang diletakkan di langit-langit. Muqarnas disebut juga stalaktit
oleh arsitek Barat. Muqarnas digunakan untuk menghias portal
(pintu masuk), mihrab, interior kubah, hingga
minaret.

BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
Masjid Nurul Huda
3.1 Sejarah
Menurut Wahidullah(ustad saat ini), baru-baru ini, Masjid Nurul Huda berdiri pada akhir
abad ke-13. Ketika itu, lanjut Ketua Takmir Masjid Nurul Huda ini, Bali dikuasai raja
Kerajaan Gelgel yang bernama Ketut Dalem Klesir. Usai menghadiri pertemuan raja-raja
nusantara di Majapahit pada akhir abad ke-13, Raja Gelgel kembali pulang ke Bali dengan
dikawal 40 prajurit Majapahit. Setibanya di Klungkung, pengawal dari Kerajaan Majapahit
yang sebagian sudah memeluk Islam kemudian menetap di Gelgel. Mereka lalu menyebarkan
agama Islam tanpa paksaan atas seizin Raja Gelgel.
Hingga kini, Masjid Nurul Huda tetap terawat dengan baik dan menjadi kebanggan
warga. Sementara hubungan antara warga Muslim Kampung Gelgel dan masyarakat Hindu
sekitarnya juga berjalan harmonis serta penuh toleransi.

3.2 Lokasi :
Masjid Nurul Huda terletak di Jalan waturenggong, Kampung Gelgel.
Klungkung,Bali

(Sumber : google)

(sumber : Google)

( Sumber : Goole)

3.3 Hasil Observasi dan Pembahasan

Menggunakan warna warna


yang berdekatan dengan
tuhan,seperti warna
alam(Cokelat,putih,warna
yang lembut/soft)
Di bangunan Masjid Nurul
Huda terdapat sebuah kubah
yang mencirikan bangunan
terserbut termasuk arsitektur
islam

Memiliki Lengkungan
serperti tapal kuda,ciri
ciri ini merupakan
bagian dari penerapan
arsitektur islam

Tidak mempergunakan
patung atau senyawa
mahluk hidup di dalam
maupun diluar bangunan
adalah
karakteristik
Di bangunan
Masjid Nurul
bangunan
arsitektur
Islam
Huda terjadi
pengulangan
bantuk serperti tapal
kuda.Pengulangan objek
merupakan suatu ciri dari
arsitektur Islam

PENUTUP

KESIMPULAN
Arsitektur Islam mengalami pengaruh dari luar dan masa ke masa. Perubahan dan modifikasi
pada arsitektur khas Islam menjadikan objek tersebut menjadi fungsioalis dan tidak
ketinggalan zaman. Namun dalam modifikasinya, arsitektur Islam tidak menghilangkan
identitas sebenarnya dari gaya tersebut, itulah yang membuat arsitektur Islam tetap disukai
oleh masyarakat modern didalam maupun diluar negri. Oleh Karena itu, saya belajar bahwa
arsitektur yang asli adalah arsitektur yang tidak kehilangan identitasnya walaupun sudah
dimodifikasi oleh perkembangan zaman.

KRITIK DAN SARAN


Mohon maaf bila ada kesalahan dalam bahasa ataupun dari penyajian data, kritik dan saran
yang membangun dari dosen atau teman-teman saya terima dengan senang hati. Terima kasih
sudah bersedia menyimak makalah ini, akhir kata saya ucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI

https://www.popeti.com
https://www.rumahku.com
https://media.rooang.com
http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/08/gaya-arsitektur-islam.html
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/04/24/n4ioz7-ciri-dan-modelarsitektur-islam-1

Anda mungkin juga menyukai