Anda di halaman 1dari 46

Nama MK: ARSITEKTUR BALI - 3

Kode MK: KKA 12054

SEMESTER : IV
GENAP-2016/2017

GEDUNG PUSDOK

oleh : IR. A A GDE DJAJA BHARUNA S, MT

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
PERTEMUAN : III
Waktu Pertemuan :
Kuliah : 150 Menit
Latihan Terstruktur : 180 Menit
Kegiatan Mandiri : 180 Menit
Pokok Bahasan (Topik) :
- Kuliah : Memahami Teori-terori Relevan & UU & Peraturan terkait Kajian Pengembangan ATB pada AMK
- Latihan Terstruktur : Diskusi tentang Tradisi, Tradisional, dan Kontemporer dan Ars Modern; Pengembangan
& Permasalahan; Tinjauan UU & Peraturan yg berlaku, Tinjauan thd Teori-teori Relevan.
- Tugas I SMT : Tinjauan/Kajian Pustaka : Landasan Teori & UU dan Peraturan yg relevan.
- Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
Setelah mengikuti kuliah ini Mahasiswa mampu menjelaskan dan merumuskan permasalahan ATB (faktor-faktor
dan Ssruktur masalah); menyusun Lingkup Kajian; menyusun dan menetapkan Tujuan, dan Manfaat Kajian (C1).
Sub Pokok Bahasan :
No Sub Pokok Bahasan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Waktu
Mahasiswa mampu menjelaskan Landasan Teori yg
1. Landasan Teori Kajian Relevan dalam kajian ATB & AMK dalam konteks 60 menit
kekinian serta Penelitian sejenis yg telah ada (C2).
Mahasiswa mampu menjelaskan Acuan/Pedoman
Landasan UU dan Peraturan
2. yg tersurat & tersirat dlm UU dan Peraturan yg 30 menit
dlm pengembangan ATB & AMK
berlaku (C2).
Mahasiswa mampu memahami Teori, UU dan
Penjelasan Tugas I Peraturan yg relevan sbg Landasan Pengembangan
3. 30 menit
Semester Genap ATB (C2).
Mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa tentang materi
4. Penutup yang telah dijelaskan 30 menit

Kegiatan Belajar Mengajar :


Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa Media
Pendahuluan Menjelaskan TIU dan TIK, serta sistem Menyimak, bertanya/ menjawab, - OHP/
pelaksanaan PR dan diskusi - LCD
Penyajian Menjelaskan materi, tanya jawab,/diskusi, Menyimak, tanya/ jawab, dan - OHP/
pemberian contoh-contoh kasus diskusi - LCD
Penutup Bertanya, memberikan umpan balik serta Bertanya dan menyimak
-
tindak lanjut
1
PENDAHULUAN
KELOD

KAJA

KELOD
RTRW BALI - 2012

KONSEP
IDE/ ADAT
LINGK.
GAGASAN ISTIADAT/
BINAAN AWIG-AWIG

AGAMA
HINDU
ARTEFAK AKTIVITAS
[ATB]

POLA TATA RUANG


SISTEM BUDAYA BALI & TATA BANGUNAN
LINGK. BINAAN 2
2
PENDAHULUAN
Pulau Bali dengan sumber alam yang sangat terbatas,
maka industri pariwisata menjadi tulang punggung
perekonomian Bali. Pertambahan penduduk dengan
aktivitas yang berkembang pesat telah memunculkan
suatu fenomena keterbatasan lahan dan perubahan
life style/gaya hidup telah merambah kelestarian alam
dan budaya Bali.
Arsitektur Tradisional Bali (ATB) yang lahir di atas
landasan agama Hindu di lingkungan adat istiadat Bali,
hampir satu milenium telah mampu mengemban fungsi
sebagai wadah kehidupan dan penghidupan masyarakat
Bali. Kini perkembangan Arsitektur di Bali dikhawatirkan
mengalami degradasi tata nilai dan dapat berlanjut
menjadi krisis identitas dalam pergaulan global serta
disharmonis dengan lingkungan alam dan budaya Bali. 3
3
PERATURAN-PERATURAN TTG RUANG & BANGUNAN

Perda Prov.Bali, ttg tata ruang bangunan di Bali sudah diakomodasi sejak tahun 1974,
yakni :

Perda Nomor 2/PD/DPRD/1974; ttg Tata Ruang Untuk Pembangunan


Perda Nomor 3/PD/DPRD/1974; ttg Lingkungan Khusus
Perda Nomor 4/PD/DPRD/1974; ttg Bangunan-bangunan,

Sudah lengkap, memuat ketentuan Pedoman Penyusunan RTRW; RTRK, sampai


ketentuan tentang Tata Bangunan dan lingkungan (RTBL) sebagai pijakan untuk
DED (Detail Engineering Design)

Bertitik tolak dari UU.Nomor 28/2002(ttg Bangunan Gedung) serta UU.Nomor


26/2007(ttg Tata Ruang) dari Pemerintah Pusat, maka Pemprov.Bali, menyusun
pengganti Perda tahun 1974 (tiga Perda) dengan;
PERDA Nomor 5/2005; ttg Persayaratan Bangunan Gedung
PERDA Nomor 16/2009; ttg RTRW. Bali 2006-2029

Selanjutnya disempurnakan dengan PERDA Nomor 8/2012 ttg RTRW BALI


FENOMENA SOSIO BUDAYA

GALAU

MASA LALU MASA KINI

BALI LONGSOR JAGADITA

Diagram:
CATUR
PURUSAARTHA
/ TUJUAN KEMUNGKINAN DI MASA KONDISI YANG 4
DATANG DIHARAPKAN
HIDUP 4
INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGANNYA
IN T E R P E R SO N A L N E E D

DIAGRAM:. INK LUSI


HUB. SISTEM NILAI DAN KONTROL
ADAT-ISTIADAT AFEKSI

INTERAKSI

M A N U SI A M A N U SI A

P E N G A L A M A N I N T E R A K SI

IN T E R N A L
E K ST E R N A L

NILAI [ IN DIVIDU AL ] N ILAI [ SO SIAL ]

CARA BER PIKIR CAR A [ USAGE ]

SIKAP [ ATTITUDE ] KEBIASAAN [ FOLKW AYS ]

KAEDAH [ NORM ] TATA-KELAKUAN [ MORES ]

DIAGRAM:. ADAT [ CUSTOM ]


HUB. ADAT DAN AGAMA 5
HUKUM ADAT [ AW IG-AW IG ] 5
INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGANNYA

DIAGRAM: DIAGRAM:
HUB. ADAT , AGAMA TRADISI HUB. ADAT DGN KEBUDAYAAN
DENGAN ATB

6
INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGANNYA

POLA TATA RUANG &


TATA BANGUNAN
LINGK. BINAAN
DIAGRAM:
HUB. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN DILANDASI AGAMA HINDU DALAM KONTEKS
LINGK-BINAAN/ARSITEKTUR

7
7
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN:
a. ATB, terdiri atas tiga kelompok tipologi :
1. Parhyangan, bangunan/arst tempat suci.
2. Pawongan, bangunan/arst tempat
tinggal/perumahan.
3. Palemahan, bangunan/arst fasilitas
umum.
b. Perubahan dan perkembangan yang pesat
terjadi pada kelompok Palemahan /
Bangunan fasilitas umum:
- Acuan/tipologi ATB untuk kelompok ini
terbatas.
- Pertumbuhan dan perkembangan aktivitas
baru/kontemporer.
- Fungsinya tidak terkait dengan aktivitas
agama dan adat.
8
RUMUSAN MASALAH:

1. Nilai-nilai ATB mana yang tidak dan dapat


dikembangkan?
2. Bagaimana rumusan dan konsep
pengembangan?
3. Konsekuensi yang timbul akibat
pengembangan bagi ATB dan AMK?

TUJUAN PEMBELAJARAN :

a. Tujuan Umum :
- Mendapatkan kesatuan interpretasi dan persepsi yg
sama tentang nila-nilai nirupa dan rinupa ATB yg
direformasi.
- Pengembangan melalui Reformasi diperlukan utk
menyikapi perkembangan dan perubahan serta tidak
berterimanya nilai-nilai ATB pada AMK.
b. Tujuan Khusus :
- Mendapatkan suatu rumusan reformasi pelestarian
dan pengembangan nilai-nilai ATB (khususnya bagi
bangunan fasilitas umum) pada AMK.
- Mengetahui konsekuensi dan konsistensi bagi ATB
dan AMK sebagai dampak reformasi.
10
KONTRIBUSI :

a. Dengan interpretasi dan persepsi, diharapkan akan


terjadi kesatuan derap langkah menapak masa
depan yang lebih baik.
b. Tersusunnya rumusan reformasi dapat dipakai
sebagai masukan konsep rancangan arsitektur
atau rekomendasi pada Perda.
c. Merupakan upaya pelestarian dan pengembangan
ATB sebagai bagian arsitektur Nusantara

11
LINGKUP KAJIAN :

ATB sangat menyatu dgn agama dan adat istiadat, shg


lingkup bahasan difokuskan pada nilai-nilai yg terkait
langsung dgn arsitektur yaitu :

A. Nilai-nilai nirupa ( paras isi / content / tertib langgam )


selaku faktor-faktor utama rancangan terdiri atas: ide /
filosofi yang menurunkan norma, konsep dan prinsip.
B. Nilai-nilai rinupa ( paras ekspresi /expression /langgam)
selaku unsur-unsur utama rancangan terdiri atas :
1. Tata ruang (tata ruang&orientasi,tata letak/setting massa)
2. Tata bangunan : a) sosok dan/atau bentuk, b) skala
dan proporsi, c) ornamen dan dekorasi (ragam hias),
d) struktur dan bahan.
12
OBYEK KASUS :
Menampung berbagai kepentingan untuk fasilitas
umum.
Dari aspek teknologi (massa satu, dua, tiga dan
empat lantai) dengan pola ruang dan pola massa
tunggal/monolit dan cluster/jamak.
Objek dalam tinjauan selintas memiliki bobot
pelestarian dan pengembangan yang representatif
atau signifikan dari nilai-nilai ATB dan/atau AMK
serta memiliki karakteristik khas.

13
DEFINISI/PENGERTIAN.

Nilai-Nilai : konsepsi-konsepsi abstrak ttg apa yg


dianggap buruk (harus dihindari) dan apa yg dianggap
baik (dipakai sebagai pedoman).
Tradisi : adat kebiasaan turun-temurun dan apa yg telah
ada merupakan cara yg paling baik dan benar.
Tradisional : sikap dan cara berpikir yg selalu berpegang
teguh pada norma dan kebiasaan, berevolusi sesuai
perkembangan masyarakat.

14
DEFINISI/PENGERTIAN.

Kontemporer : jaman sekarang yg bersifat kekinian, masa


kini, jaman modern yg bersifat ke-baru-an. Dlm konteks
arst yg berkembang saat ini di Bali tdk terlepas dr
inspirasi & pengaruh arsitektur modern dr dunia Barat.
Arsitektur Modern : arst yg melahirkan nilai-nilai
baru/kontemporer (fungsionalisme, rasionalisme) dlm
upaya memenuhi tuntutan pewadahan aktivitas
masyarakat yg selalu tumbuh dan berkembang, didukung
IPTEK sejalan dgn berjalannya waktu.
Reformasi : upaya menyatukan dan menyusun kembali
serta mengadakan ubah-suai/adaptasi atas wujud/bentuk
(form) dan bentukan (formation) nilai-nilai nirupa dan
rinupa dari faktor-faktor dan unsur-unsur utama
rancangan (ekspresi atau pembentuk arsitektur).
15
a. Meaning in Balinese Traditional Architekture, oleh Mauro P. Rahardjo [1989] :
Makna dalam ATB dapat dipahami melalui : physical attribute, conception dan
activities. Semua elemen arsitektur saling memberi nilai tambah namun prinsip-prinsip
desain ATB tidak dapat diterapkan dalam bangunan modern. Masyarakat Bali memiliki
kemmpuan mengadaptasi pengaruh luar (desa, kala dan patra).
b. Transformasi Nilai-nilai ATB pada Arsitektur Modern, oleh NKA Siwalatri[1997]:
Variabel axis dan orientasi bangunan monolit tidak dapat berterima, sedang untuk
bangunan majemuk masih dapat berterima. Ornamen dan dekorasi sama sekali tidak
dapat berterima dalam arsitektur modern. Wujud dan sosok bangunan modern dapat
menerima konsep Tri-angga. ATB dan AMK sama-sama memiliki rasionalitas, namun
dalam konteks yang berbeda (agama - iptek). Pengembangan dapat dilakukan : 1)
mempertahankan aspek nirupa dan memberi aspek rinupa berbeda-beda, 2)
mempertahankan aspek rinupa, namun diberi nilai nirupa sesuai dengan
perkembangan masyarakatnya dan 3) melakukan konservasi dan preservasi obyek-
obyek ATB sebagai sumber pengetahuan.
c. Balinese Traditional Architectural Principles in Hotel Building, oleh
Sulistyawati. A[1995]:
Variabel yang dipakai dalam penilaian pengembangan Hotel Melati: Tri-angga, ragam-
hias, bahan alami lokal, warna alami lokal dan kejelasan struktur. Hasil : 1) tidak ada
rekaman dampak terhadap lingkungan-buatan, 2) sistem monitor dan kemampuan staf
pengelola pembangunan sangat lemah, 3) Perda tidak jelas dan mendetail, 4)
kurangnya pengetahuan pelaku pembangunan terhadap prinsip-prinsip ATB.
16
1. Teori Semiotika Paras Dua (dyadic) Hjemslev:

Eratnya hubungan agama, adat ( budaya ) dgn ATB


yang diturunkan secara gugon-tuwon, shg memerlukan
interpretasi menyeluruh utk dpt menggelar nilai-nilai
nya.
Dlm hal ini teori Semiotik dyadic dipandang memadai
memecahkan permasalahan (salah satu metode membaca
arsitektur). contoh metode: dekonstruksi, sbg wacana ilmu
pengetahuan sastra, oleh Derrida dikembangkan sbg
strategi & metoda membaca dan membongkar -
deconstruction teks dgn teliti, shg menemukan dasar-dasar
inkoherensinya, jg dlm berkarya arst).
17
2. Teori Analogi :
Sesuatu yg mempunyai kesamaan, persesuaian,
kemiripan, ke-serupaan, kesejajaran, kesejalanan antara
dua benda atau dalam bentuk, susunan, fungsi, tetapi
berlainan asal-usulnya.
Terdiri atas teori: Analogi Induktif, Deduktif, Figuratif dan
Ilustratif.
Teori ini dapat dipakai dlm memilah & memilih nilai-nilai
setara, tak setara dan nilai lebih yg dimiliki oleh ATB dan
AMK.

18
1. Teori Langgam :
Langgam memiliki potensi dan fungsi:
a) menunjukkan identitas/ lokalitas,
b) menunjukkan periodisasi kesejarahan,
c) sebagai faktor pengajeg dari upaya penggubahan
tampilan arsitektur dan
d) sebagai sumber gagasan atau tema dalam melakukan
penghadiran dan pengaturan arsitektur.
Teori ini dipakai dalam melakukan reformasi.
2. Teori Ornamen & Dekorasi sbg Ragam-Hias Arsitektur:
Fungsinya dapat sbg pembentuk suasana, identitas
dan tata-rupa arsitektur. Ragam-hias ini merupakan isu
kontroversial antara ATB dan AMK, sehingga teori ini
dipakai utk menetapkan suatu formulasi yg berimbang
antara rasionalitas dan rasa dalam melakukan reformasi.
19
PERKEMBANGAN ATB DALAM TAUTAN SEJARAH BALI.
PERADABAN
ARSITEKTUR SATU MILENIUM SATU ABAD ABAD MENDATANG

JAMAN JAMAN JAMAN JAMAN MASA KEMER ERA MASA


PRA BALI MAJAPAHIT/ KEDATANGAN DEKAAN & GLOBALISASI DATANG ERA
KUNO/ BALI ARYA ORANG ASING PEMBANGUNAN [ AKHIR ABAD MILENIUM
SEJARAH BALI AGE [ 1343 1906 ] [ 1906 1945 ] [ 1945 2000] 20] BARU
[ 988 1343 ]

BUDAYA ADAT ARSITEKTUR MASUKNYA KEBERANEKA BUDAYA DAN ARSITEKTUR


DONGSON ISTIADAT & TRADISIONAL PENGARUH RAGAMAN ARSITEKTUR BALI YANG
DAN BUDAYA DAN GLOBAL MENUSANTARA
BUDAYA BALI [ATB] ASING
NEOLITIK ARSITEKTUR DAN MENJAGAT
BALI

NEKARA, POLA POLA POLA FASILITAS POLA FASILITAS

?
KAPAK BATU FASILITAS FASILITAS UMUM UMUM
DAN KOLONIALISME SERAGAM
SARKOPAGU
UMUM
SECARA
UMUM MERAGAM
ADAT TRADSIONAL [TANPA IDENTITAS]
S
BALI
ANTIK BERAGAM
BALI AGE

NILAI NILAI
SOSIAL AGAMA HINDU AGAMA HINDU HETEROGEN GLOBAL ?

KEBO IWA DANG HYANG GAGASAN


PARA MPU KUTURAN NIRARTA TUGAS
PENGEMBAN MULIA DAN
PENDUKUNG UNDAGI UNDAGI
ARSITEKTUR SANGGING SANGGING
GAN PERAN POLA TATA
POLA
[UBAH-SUAI] NILAI-NILAI ARSITEK RUANG & TATA
FASILITAS
MODERN/BARU MASA KINI UMUM
BANGUNAN
METODE LINGK. BINAAN
ARSITEKTUR
Contoh : REFORMASI NILAI-NILAI ARSITEKTUR NILAI-NILAI TRANSFORMAS ARSTBALI
BALI
GAGASAN I MODIFIKASI MODERN
INDONESIA
MENYIKAPI MILENIUM
reformasi nilai-nilai BARU
arsitektur ATB REKONSTRUKSI INDONESIAWI
DALAM TAUTAN SEJARAH PERADABAN 20
MASA KINI
Pulau Bali sebagai terminal akhir perjalanan budaya
Hindu Indonesia sejak abad 4 dan dimantapkan pada
abad 10 oleh Mpu Kuturan di Samuan Tiga Gianyar, telah
melahirkan berbagai produk budaya, salah satu adalah
Arsitektur Tradisional Bali (ATB).
Kehadiran ATB sbg bagian integral Arsitektur Nusantara,
tak dpt dipisahkan dgn Agama Hindu yg melandasinya,
telah mentradisi secara gugon tuwon, hampir selama
satu milenium, sehingga bersifat dogmatis dan mistis.

Dalam era kesejagatan yg ditandai oleh kemajuan ilmu


pengetahuan &teknologi berasaskan rasio, hal semacam
ini kurang dpt dipahami dan diterima. Di samping itu ke-
modern-an masyarakat, pertambahan penduduk dan
makin sempitnya lahan tersedia, adalah sbg faktor
pengubah spasial hunian ATB, akhirnya pola spasial
hunian tradisional banyak ditinggalkan penghuninya dan
berpaling kepada pola spasial non tradisional.
24
Pola spasial non tradisional memberikan keleluasaan
dalam olah ruang bernuansa modern serta arsitektur
tumbuh dan berkembang tanpa Undagi dan Arsitek.

Fenomena ini sekaligus mengemas gejala perubahan


sistem nilai tradisional menjadi ke-modern-an, shg telah
mengundang kekhawatiran banyak pihak akan terjadinya
degradasi nilai-nilai tradisional. Keharmonisan dan
keseimbangan alam, sosial dan budaya dapat terganggu,
maka ATB hanya akan tinggal kenangan.

Sikap yang paling rasional bagi setiap orang adalah


mengadakan penyesuaian atau mereformasi sistem nilai
sedemikian rupa, sehingga sistem tsb sejalan dgn
perubahan yg terjadi tanpa kehilangan makna yg
dikandungnya. Hal Ini merupakan tantangan dan
sekaligus tugas mulia Arsitek masa kini dalam menyikapi
alih abad menuju milenium baru arsitektur nusantara.
25
Teori Spasial Arsitektur Dekonstruksi
ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI
SEBAGAI ANCANGAN

Fiilsafat Dekonstruksi Derrida menawarkan pemahaman


dan perspektif baru tentang arsitektur, sehingga proses
pemikiran kembali (rethinking) premis dan kaidah tradisi
arsitektur dapat dilakukan.
Arsitektur sebagai suatu hasil karya dapat dipandang
sebagai kumpulan tanda-tanda atau sebuah teks yang
mengkomunikasikan nilai-nilai, makna/arti yang ada dibalik
wujud fisiknya. Oleh karenanya ada peluang untuk
membaca maupun membuat hasil karya asitektur
dengan strategi dan metoda Derrida.

26
Teori Spasial Arsitektur Dekonstruksi
ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI
SEBAGAI ANCANGAN
Dekonstruksi Derrida dalam Arsitektur :
Jonathan Culler [1982] menyimpulkan sejumlah proses
atau prinsip-prinsip yang mengacu kepada tulisan Derrida
tentang Dekonstruksi yang mungkin dapat berguna dalam
arsitektur, dalam hal ini terkait dengan spasial ATB,
mencakup :
1. Prinsip-prinsip perbedaan (differance) :
a. Sistem perbedaan-perbedaan universal.
b. Proses diferral (penundaan, penangguhan)
c. Pengertian berbeda, ketidak sepakatan, bahkan
penyembunyian.
2. Proses pembalikan hirarki (hierarchy reversal) dpt
dicapai :
a. Deformasi; b. Transformasi; c. Pelapisan.

27
Teori Spasial Arsitektur Dekonstruksi
ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI
SEBAGAI ANCANGAN
Dekonstruksi Derrida dalam Arsitektur :
3. Pertukaran marginalitas (marginality) dan setralitas
(centrality) :
a. Marginalitas : kedekatan dengan batas luar, pinggiran.
b. Sentralitas : gagasan tentang ke dalam dan pusat/jantung,
tempat makna/arti terkonsentrasi dan gaya berat, titik-titik
di mana tindakan/langkah berasal dari dalam dan tujuan
mana akhirnya langkah itu tiba dari manapun datangnya.
4. Hubungan antara Iterabilitas (iterability : kebiasaan
diulang) dengan makna/arti (meaning).

28

DIAGRAMBUANAALIT- BUANAAGUNG

[ MIKROKOSMOS - MAKROKOSMOS ]
[ SUBSTANCEOFCONTENT]

MOKSA
















N I ST A MA D Y A U T A MA

















UTAMA GUNUNG U.N U.M U.U







MADYA DATARAN M.N M.M M.U



HARMONIS







NISTA LAUT N.N N.M N.U





HIDUP LAHIR










POLA TIGA TINGKA TAN ZONE POLA TIGA TINGKA TAN ZONE KOMBINASI

TATWAMASI
ATAS DASAR SUMBU KE MANUSIAAN ATAS DASAR SUMB U RELIGI POLA SANGA MANDALA

GUNUNG - LAUT [ KAJA-K LOD ] KANGIN - KAUH





[ TRI LOKA ] [ TRI MANDALA ] 9 NILAI ZONING






















SANG






HYANG
UNGGAL



NATAH NATAH































POLA POLA DASAR PENGEMBANGAN
SWASTIKA-SANA KOMPOSISI MASSA POLA KOMPOSISI
HUNIAN TRADISIONAL MASSA HUNIAN

[ GO-CAD ]

29
PERMUKIMAN BALI AGA
DI DAERAH PEGUNUNGAN

PROGRAMMATIC DECONSTRUCTIONS
EXPLODED = DILEDAKKAN

Dekonstruksi adalah pendekatan


yang digunakan di banyak bidang
filsafat dan sastra. Tujuan dasar
dari pendekatan ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman bahwa
setiap teks harus tidak ditafsirkan
secara salah, karena ada lebih dari DISTRIBUSI SELURUH MASSA
satu interpretasi teks tunggal. TERBANGUN PADA SITE
30
Interpretasi dapat berbeda dan bahkan
bertentangan. Ada banyak definisi yang berbeda
dari dekonstruksi diberikan oleh banyak orang
yang berbeda.
Inti dari konsep ini adalah bahwa tidak ada teks
yang harus diambil sebagai diskrit.
Secara tertulis, hal-hal dapat diinterpretasikan
dalam cara yang berbeda dan dari perspektif
yang berbeda.
Pendekatan ini disampaikan oleh Jacques
Derrida, (filsuf Perancis).

31
PENYENGKER :
Asal kata sengker = kurung, memiliki arti dan fungsi :
1. Sebagai tanda batas/properti - batas teritorial sebidang
tanah yg disebut Pekarangan umah,.
2. Melindungi &mewadahi segala sesuatu yg ada di dlm
sengker/pekarangan. Melindungi : privacy &keselamatan
(skala & niskala); mewadahi : memberi keleluasaan dan
kenyamanan bagi isinya utk beraktivitas di dalamnya
32
PAMESUAN/PAMEDALAN:
merupakan gerbang yang berarti tempat keluar.
Pamesuan/pamedalan bersama tembok penyengker dan
paduraksa menandakan suatu unit umah dan sekaligus
menunjukkan status penghuninya.

Sejalan dengan profesi penghuni, ukuran luas


pekarangan umah dibagi menjadi beberapa typologi :
Griha, Puri, Jero, Jeroan, Umah atau Kubu. Tipe ini
diklasifikasi tiga atas dasar nilai : utama, madya dan
nista, dapat di gandakan tiga menjadi sembilan klas dan
bila perlu dapat digandakan tiga lagi, sehingga menjadi
dua puluh tujuh klas.

33
Sebidang tanah yg berbatas/ ter-
sengker, dengan orientasi silang
sumbu Kaja-Klod dan Kangin-Kauh
dengan tata-nilai atas dasar biner
oposision Rwa bhineda.
Masing-masing sumbu memunculkan
pembagian tiga dengan nilai masing-
masing utama-madya-nista, sehingga
1
4
7

2
9

didapat sembilan bagian tata-nilai


SARI RAKSA KANGIN AJI RAKSA

9 MARGIN 9

8
NATAH T.SUCI
[ MARAJAN ] 8
zoning yang disebut Sanga Mandala.
7 7

6 SUMANGGEN
LUMBUNG
6
Bila dikaitkan dengan pembagian
MARGIN
MARGIN

KLO D
KAJA

sembilan setiap sisi pekarangan untuk


METEN / NATAH BALE 5
GEDONG [CENTER]

4 4

3
NATAH
PAWON 3
tata-letak pamesuan akan didapat
ANGKUL - ANGKUL

PAWON

2
BALE DAUH
2 delapan puluh satu petak dalam setiap
KARANG
pekarangan.
MARGIN 1
1 ANGKUL - ANGKUL

PENUNGGUN

KALA RAKSA RUDRA RAKSA


KAUH
1
9

2
8

POLA RUANG UMAH / HUNIAN


ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI

[ GO -CAD ]
SETTING MENGACU UKURAN
ATAU SIKUT TRADISIONAL BALI
34
Perletakkan gugus massa/bale disesuaikan dgn fungsi dan tata-
nilainya dan ditetapkan dgn ukuran fisik penghuni atas dasar
perwatakkan yg diinginkan, shg terjadi keharmonisan. Bale memiliki
jarak minimal 3 lengkat/tapak dgn tembok pekarangan, shg terjadi
lajur kosong di sekeliling sisi dalam tembok penyengker sbg
margin (marginality) dgn fungsi sakral dan profan yg
kemunculannya saling tunda.
Natah sbg area/zone tengah. Ada tiga jenis Natah : natah Pawon
(nista), natah Bale (madya), natah Sanggah (utama). Natah Bale
sebagai pusat/sentral (centrality) pekarangan (Natah berfungsi sbg
pertemuan unsur Purusa &Pradana).
Mengingat pentingnya fungsi Natah dlm kehidupan berumah
tangga, maka gugus bale kedudukannya digeser ke arah margin.
Keberadaan margin yg umumnya dipinggirkan menjadi penting
(presence), karena Bale dan Sanggah ada padanya, sedang natah
kosong (absence).
Jadi keberadaan dan kedudukan sentral dan margin sama-sama
penting, sejalan dengan fungsi masing-masing dalam suatu
pekarangan umah.
35
Kiblat bagi masy Bali sangat
penting dlm rangka menempatkan
diri di tengah kosmos utk
memudahkan penentuan arah dan
tujuan yg hendak dicapai:
Moksartham jagadhita ya ca iti
dharma, melalui harmonisasi
hubungan antara isi dan wadah.
Kepentingan ini menjadi pedoman
utama dalam setting pola spasial
hunian makro (desa) maupun mikro
(umah), yang dikenal dengan
konsep Tri Angga (hulu - tengah -
teben). Pada Desa : Parhyangan-
Paumahan-Palemahan dan pada
NB. Tri angga
kepala badan kaki:
Umah: Sanggah-Pawongan-Lebuh.
36
pesrsonifikasi
Pencapaian dan prosesi yg datang: kegiatan dimulai dari
Angkul-angkul, dari daerah nista/Natah-Pawon, melalui
daerah madya/Natah-Bale menuju daerah utama/Natah
Sanggah.
Arah pencapaian dan prosesi ini memunculkan garis
resultante maya berupa poros/sumbu diagonal, sebagai
poros/sumbu nista-madya-utama dari kelod-kauh menuju
kaja-kangin.
Arah sumbu ini dipertegas oleh tata-letak/kedudukan massa/
bale yang tidak tegak lurus sumbu, bahkan tergeser/friction
sejalan dengan konsep Swastika-sana, secara substansial
berasal dr bentuk salib-sumbu yg memiliki kekuatan positif,
gerak dinamis berputar sebagaimana kekuatan perputaran
galaxy dunia/jagat.

37
Kata swastika diucapkan dalam penganjali umat Hindu Aum
Swastyastu. Bentuk swastika dikembangkan lebih lanjut
menjadi bentuk Padma (teratai daun delapan), sebagai stana
sembilan manifestasi Tuhan ( Dewata Nawa Sanga ) yang
diharapkan dapat menjaga keseimbangan alam serta
melambangkan keharmonisan alam dinamis, kesucian dan
kedamaian abadi.
Kehadiran poros ini sangat terkait dengan pola spasial
sanga-mandala yang penuh makna spiritual, secara tidak
langsung memberikan etika pencapaian; secara spasial
menimbulkan efek tiga dimensi dan estetika yang dinamis
terhadap kedudukan bale; secara teknis/ klimatologis
menimbulkan efek pergerakan angin berputar dinamis.

38
NISTA MADYA UTAMA

UTAMA GUNUNG
GUNUNG U.N U.M U.U

MADYA DATARAN
DATARAN M.N M.M M.U

NISTA LAUT
LAUT N.N N.M N.U
MATI HIDUP LAHIR

POLA TIGA TINGKATAN ZONE POLA TIGA TINGKATAN ZONE KOMBINASI


ATAS DASAR SUMBU KEMANUSIAAN ATAS DASAR SUMBU RELIGI POLA SANGA
SANGA MANDALA
MANDALA
GUNUNG - LAUT [ KAJA-KLOD ] KANGIN - KAUH

[ TRI LOKA ] [ TRI MANDALA ] 9 NILAI ZONING

NATAH NATAH

POLA POLA DASAR PENGEMBANGAN


SWASTIKA-SANA KOMPOSISI MASSA POLA KOMPOSISI
KOMPOSISI
HUNIAN TRADISIONAL MASSA HUNIAN
HUNIAN 39
Hubungan manusia selaku isi dan bangunan
selaku wadah selalu diharapkan harmonis
(diibaratkan sebagai manik ring cecupu).
Untuk harmonis, tri angga pada manusia juga
diwujudkan pada bangunan (sehingga
diiharapkan dapat tercapai tujuan hidup).

Tri angga juga diimplementasikan pada spasial


horizontal sesuai kiblat Kaja-Klod dan kangin-
kauh yang memunculkan pola ruang Sanga
Mandala (dgn sembilan nilai zoning).

Friction/ pergeseran tata-massa sesuai konsep


SWASTIKA-SANA diharapkan dapat
memberikan kekuatan dan keseimbangan yg
mantap dan dinamis, sejalan dengan dinamika
kehidupan penghuninya.

40
[ SUBSTANCE
SUBSTANCE OFOF
CONTENT
CONTENT
Diagram Buana Alit ] ]
Buana Agung
(Mikro Kosmos
Makro Kosmos)
Substance
of

content










Manusia, alam dan makhluk









lainnya adalah ciptaan





















MOKSA
















Tuhan/Hyang Widhi dgn unsur
yg sama TRI HITA KARANA :











JIWA/ATMA, TENAGA/ PRANA







DAN FISIK/ANGGA.

Unsur fisik/angga nya juga












IS
HARMONIS










N




















O
M
R

sama panca Maha Butha: apah,

pertiwi, teja, bayu, akasa.











A




H























TATWAM ASI





Untuk
hidup: dpt mencapai tujuan










































MOKSARTHAM



JAGADHITA YA CA ITI


DHARMA, dlm kehidupannya
SANG
manusia hendaknya harmonis

SANG


HYANG


HYANG


TUNGGAL
TUNGGAL






















dgn alam dan lingkungannya,
























dgn jalan menghormatinya




















41
Harmonisasi dan kenyamanan menghuni diupayakan dengan
pemakaian ukuran dasar fisik/angga (anthropometri)
penghuni untuk menetapkan dimensi spasial horizontal dan
vertikal,
Kelipatan ukuran dipilih sesuai dengan perwatakan yang
diinginkan penghuni.

Nama bale disesuaikan dengan fungsi, dimensi dan tata


letaknya secara filosofis (bukan hanya sekedar nama) 42
BALE SETARA BILIK

Bale setara bilik sebagai unit massa


mandiri terdiri dari: batur/bataran,
rangka - dinding dan atap sebagai
ekspresi TRI-ANGGA [ KEPALA - BADAN
- KAKI ].

Sebagai ukuran dasar elemen tangan


penghuni terdiri dari : A-RAI, A-SIRANG,
A-TEBAH, A-MUSTI, A-LENGKAT, A-
GULI, A-USERAN NYARI, A-NYARI DST.

Fungsi bale berlapis sebagai tempat


tidur dan kerja, aktivitas

43
BALE SETARA BILIK

Kehadiran sentral (natah, bale-nale) dan margin (ruang


bebas/sesa, sirkulasi) yang memiliki fungsi berlapis
saling tunda kehadirannya ( absence dan presence)

Bale sebagai shelter terbuka ke arah natah [ SPACE


ORIENTASI ], sehingga margin bale juga berfungsi
sebagai daerah antara (the between), sejalan dengan
konsep harmonis dengan alam.

44
Unit tipikal Hunian ATB, sesuai
konsep adalah larut dalam alam dan
lingkungan.
Dekonstruksi Rumah menjadi Umah
jejak-jejaknya sangat jelas dgn
terwujudnya bale sbg shelter dalam
unit hunian yg senilai buana agung
(makro-kosmos/jagat-besar) sbg
wadah aktivitas manusia/ buana-alit
(mikro-kosmos/jagat-kecil).
Umah adalah refleksi/peniruan/
pengulangan dr buana-agung dan
buana-alit, shg umah sbg pemersatu
dan bukan pemisah antara manusia
dengan alam.
45
Persatuan ini telah memunculkan maka baru sebagai umah
di dalam alam dan alam di dalam umah, dan manusia selaku
isinya.
Makna ini bertujuan untuk menciptakan hubungan yang
harmonis (manik ring cecupu) antara manusia dengan alam,
agar tujuan hidup dapat tercapai : moksartham jagadhita ya
ca iti dharma.
Perulangan Umah hanya terjadi pada paras isi ( content ),
sedang pada paras ekspresi akan selalu berubah sejalan
dengan proporsi dan keinginan penghuninya, sesuai desa-
kala-patra, catur-loka, dan desa mawa cara.

46
Bisa dgn metoda : repartition programme de base, dipilah-
pilah : explosion fragmentation deconstruction, kemudian di
tata kembali : recomposition point frames, untuk menemukan
kekuatan dan nilai baru,
Bisa dengan dasar teori prilaku (world life-day life
keseharian masyarakat/pendekatkan manusia selama 24 jam
sehari.
untuk berkiprah dalam era kesejagatan menuju Milenium
Baru Arsitektur Nusantara
Sebagai tindak lanjut merupakan Tugas Mulia Arsitek masa
kini berperan
Hal serupa dapat juga dilakukan pada Arsitektur Nusantara
lainnya yang tersebar luas di persada Nusantara dari Sabang
sampai Merauke.

47

Anda mungkin juga menyukai