SEMESTER : IV
GENAP-2016/2017
GEDUNG PUSDOK
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
PERTEMUAN : III
Waktu Pertemuan :
Kuliah : 150 Menit
Latihan Terstruktur : 180 Menit
Kegiatan Mandiri : 180 Menit
Pokok Bahasan (Topik) :
- Kuliah : Memahami Teori-terori Relevan & UU & Peraturan terkait Kajian Pengembangan ATB pada AMK
- Latihan Terstruktur : Diskusi tentang Tradisi, Tradisional, dan Kontemporer dan Ars Modern; Pengembangan
& Permasalahan; Tinjauan UU & Peraturan yg berlaku, Tinjauan thd Teori-teori Relevan.
- Tugas I SMT : Tinjauan/Kajian Pustaka : Landasan Teori & UU dan Peraturan yg relevan.
- Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
Setelah mengikuti kuliah ini Mahasiswa mampu menjelaskan dan merumuskan permasalahan ATB (faktor-faktor
dan Ssruktur masalah); menyusun Lingkup Kajian; menyusun dan menetapkan Tujuan, dan Manfaat Kajian (C1).
Sub Pokok Bahasan :
No Sub Pokok Bahasan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Waktu
Mahasiswa mampu menjelaskan Landasan Teori yg
1. Landasan Teori Kajian Relevan dalam kajian ATB & AMK dalam konteks 60 menit
kekinian serta Penelitian sejenis yg telah ada (C2).
Mahasiswa mampu menjelaskan Acuan/Pedoman
Landasan UU dan Peraturan
2. yg tersurat & tersirat dlm UU dan Peraturan yg 30 menit
dlm pengembangan ATB & AMK
berlaku (C2).
Mahasiswa mampu memahami Teori, UU dan
Penjelasan Tugas I Peraturan yg relevan sbg Landasan Pengembangan
3. 30 menit
Semester Genap ATB (C2).
Mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa tentang materi
4. Penutup yang telah dijelaskan 30 menit
KAJA
KELOD
RTRW BALI - 2012
KONSEP
IDE/ ADAT
LINGK.
GAGASAN ISTIADAT/
BINAAN AWIG-AWIG
AGAMA
HINDU
ARTEFAK AKTIVITAS
[ATB]
Perda Prov.Bali, ttg tata ruang bangunan di Bali sudah diakomodasi sejak tahun 1974,
yakni :
GALAU
Diagram:
CATUR
PURUSAARTHA
/ TUJUAN KEMUNGKINAN DI MASA KONDISI YANG 4
DATANG DIHARAPKAN
HIDUP 4
INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGANNYA
IN T E R P E R SO N A L N E E D
INTERAKSI
M A N U SI A M A N U SI A
P E N G A L A M A N I N T E R A K SI
IN T E R N A L
E K ST E R N A L
DIAGRAM: DIAGRAM:
HUB. ADAT , AGAMA TRADISI HUB. ADAT DGN KEBUDAYAAN
DENGAN ATB
6
INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGANNYA
7
7
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN:
a. ATB, terdiri atas tiga kelompok tipologi :
1. Parhyangan, bangunan/arst tempat suci.
2. Pawongan, bangunan/arst tempat
tinggal/perumahan.
3. Palemahan, bangunan/arst fasilitas
umum.
b. Perubahan dan perkembangan yang pesat
terjadi pada kelompok Palemahan /
Bangunan fasilitas umum:
- Acuan/tipologi ATB untuk kelompok ini
terbatas.
- Pertumbuhan dan perkembangan aktivitas
baru/kontemporer.
- Fungsinya tidak terkait dengan aktivitas
agama dan adat.
8
RUMUSAN MASALAH:
TUJUAN PEMBELAJARAN :
a. Tujuan Umum :
- Mendapatkan kesatuan interpretasi dan persepsi yg
sama tentang nila-nilai nirupa dan rinupa ATB yg
direformasi.
- Pengembangan melalui Reformasi diperlukan utk
menyikapi perkembangan dan perubahan serta tidak
berterimanya nilai-nilai ATB pada AMK.
b. Tujuan Khusus :
- Mendapatkan suatu rumusan reformasi pelestarian
dan pengembangan nilai-nilai ATB (khususnya bagi
bangunan fasilitas umum) pada AMK.
- Mengetahui konsekuensi dan konsistensi bagi ATB
dan AMK sebagai dampak reformasi.
10
KONTRIBUSI :
11
LINGKUP KAJIAN :
13
DEFINISI/PENGERTIAN.
14
DEFINISI/PENGERTIAN.
18
1. Teori Langgam :
Langgam memiliki potensi dan fungsi:
a) menunjukkan identitas/ lokalitas,
b) menunjukkan periodisasi kesejarahan,
c) sebagai faktor pengajeg dari upaya penggubahan
tampilan arsitektur dan
d) sebagai sumber gagasan atau tema dalam melakukan
penghadiran dan pengaturan arsitektur.
Teori ini dipakai dalam melakukan reformasi.
2. Teori Ornamen & Dekorasi sbg Ragam-Hias Arsitektur:
Fungsinya dapat sbg pembentuk suasana, identitas
dan tata-rupa arsitektur. Ragam-hias ini merupakan isu
kontroversial antara ATB dan AMK, sehingga teori ini
dipakai utk menetapkan suatu formulasi yg berimbang
antara rasionalitas dan rasa dalam melakukan reformasi.
19
PERKEMBANGAN ATB DALAM TAUTAN SEJARAH BALI.
PERADABAN
ARSITEKTUR SATU MILENIUM SATU ABAD ABAD MENDATANG
?
KAPAK BATU FASILITAS FASILITAS UMUM UMUM
DAN KOLONIALISME SERAGAM
SARKOPAGU
UMUM
SECARA
UMUM MERAGAM
ADAT TRADSIONAL [TANPA IDENTITAS]
S
BALI
ANTIK BERAGAM
BALI AGE
NILAI NILAI
SOSIAL AGAMA HINDU AGAMA HINDU HETEROGEN GLOBAL ?
26
Teori Spasial Arsitektur Dekonstruksi
ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI
SEBAGAI ANCANGAN
Dekonstruksi Derrida dalam Arsitektur :
Jonathan Culler [1982] menyimpulkan sejumlah proses
atau prinsip-prinsip yang mengacu kepada tulisan Derrida
tentang Dekonstruksi yang mungkin dapat berguna dalam
arsitektur, dalam hal ini terkait dengan spasial ATB,
mencakup :
1. Prinsip-prinsip perbedaan (differance) :
a. Sistem perbedaan-perbedaan universal.
b. Proses diferral (penundaan, penangguhan)
c. Pengertian berbeda, ketidak sepakatan, bahkan
penyembunyian.
2. Proses pembalikan hirarki (hierarchy reversal) dpt
dicapai :
a. Deformasi; b. Transformasi; c. Pelapisan.
27
Teori Spasial Arsitektur Dekonstruksi
ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI
SEBAGAI ANCANGAN
Dekonstruksi Derrida dalam Arsitektur :
3. Pertukaran marginalitas (marginality) dan setralitas
(centrality) :
a. Marginalitas : kedekatan dengan batas luar, pinggiran.
b. Sentralitas : gagasan tentang ke dalam dan pusat/jantung,
tempat makna/arti terkonsentrasi dan gaya berat, titik-titik
di mana tindakan/langkah berasal dari dalam dan tujuan
mana akhirnya langkah itu tiba dari manapun datangnya.
4. Hubungan antara Iterabilitas (iterability : kebiasaan
diulang) dengan makna/arti (meaning).
28
DIAGRAMBUANAALIT- BUANAAGUNG
[ MIKROKOSMOS - MAKROKOSMOS ]
[ SUBSTANCEOFCONTENT]
MOKSA
N I ST A MA D Y A U T A MA
UTAMA GUNUNG U.N U.M U.U
MADYA DATARAN M.N M.M M.U
HARMONIS
NISTA LAUT N.N N.M N.U
HIDUP LAHIR
POLA TIGA TINGKA TAN ZONE POLA TIGA TINGKA TAN ZONE KOMBINASI
TATWAMASI
ATAS DASAR SUMBU KE MANUSIAAN ATAS DASAR SUMB U RELIGI POLA SANGA MANDALA
GUNUNG - LAUT [ KAJA-K LOD ] KANGIN - KAUH
[ TRI LOKA ] [ TRI MANDALA ] 9 NILAI ZONING
SANG
HYANG
UNGGAL
NATAH NATAH
POLA POLA DASAR PENGEMBANGAN
SWASTIKA-SANA KOMPOSISI MASSA POLA KOMPOSISI
HUNIAN TRADISIONAL MASSA HUNIAN
[ GO-CAD ]
29
PERMUKIMAN BALI AGA
DI DAERAH PEGUNUNGAN
PROGRAMMATIC DECONSTRUCTIONS
EXPLODED = DILEDAKKAN
31
PENYENGKER :
Asal kata sengker = kurung, memiliki arti dan fungsi :
1. Sebagai tanda batas/properti - batas teritorial sebidang
tanah yg disebut Pekarangan umah,.
2. Melindungi &mewadahi segala sesuatu yg ada di dlm
sengker/pekarangan. Melindungi : privacy &keselamatan
(skala & niskala); mewadahi : memberi keleluasaan dan
kenyamanan bagi isinya utk beraktivitas di dalamnya
32
PAMESUAN/PAMEDALAN:
merupakan gerbang yang berarti tempat keluar.
Pamesuan/pamedalan bersama tembok penyengker dan
paduraksa menandakan suatu unit umah dan sekaligus
menunjukkan status penghuninya.
33
Sebidang tanah yg berbatas/ ter-
sengker, dengan orientasi silang
sumbu Kaja-Klod dan Kangin-Kauh
dengan tata-nilai atas dasar biner
oposision Rwa bhineda.
Masing-masing sumbu memunculkan
pembagian tiga dengan nilai masing-
masing utama-madya-nista, sehingga
1
4
7
2
9
9 MARGIN 9
8
NATAH T.SUCI
[ MARAJAN ] 8
zoning yang disebut Sanga Mandala.
7 7
6 SUMANGGEN
LUMBUNG
6
Bila dikaitkan dengan pembagian
MARGIN
MARGIN
KLO D
KAJA
4 4
3
NATAH
PAWON 3
tata-letak pamesuan akan didapat
ANGKUL - ANGKUL
PAWON
2
BALE DAUH
2 delapan puluh satu petak dalam setiap
KARANG
pekarangan.
MARGIN 1
1 ANGKUL - ANGKUL
PENUNGGUN
2
8
[ GO -CAD ]
SETTING MENGACU UKURAN
ATAU SIKUT TRADISIONAL BALI
34
Perletakkan gugus massa/bale disesuaikan dgn fungsi dan tata-
nilainya dan ditetapkan dgn ukuran fisik penghuni atas dasar
perwatakkan yg diinginkan, shg terjadi keharmonisan. Bale memiliki
jarak minimal 3 lengkat/tapak dgn tembok pekarangan, shg terjadi
lajur kosong di sekeliling sisi dalam tembok penyengker sbg
margin (marginality) dgn fungsi sakral dan profan yg
kemunculannya saling tunda.
Natah sbg area/zone tengah. Ada tiga jenis Natah : natah Pawon
(nista), natah Bale (madya), natah Sanggah (utama). Natah Bale
sebagai pusat/sentral (centrality) pekarangan (Natah berfungsi sbg
pertemuan unsur Purusa &Pradana).
Mengingat pentingnya fungsi Natah dlm kehidupan berumah
tangga, maka gugus bale kedudukannya digeser ke arah margin.
Keberadaan margin yg umumnya dipinggirkan menjadi penting
(presence), karena Bale dan Sanggah ada padanya, sedang natah
kosong (absence).
Jadi keberadaan dan kedudukan sentral dan margin sama-sama
penting, sejalan dengan fungsi masing-masing dalam suatu
pekarangan umah.
35
Kiblat bagi masy Bali sangat
penting dlm rangka menempatkan
diri di tengah kosmos utk
memudahkan penentuan arah dan
tujuan yg hendak dicapai:
Moksartham jagadhita ya ca iti
dharma, melalui harmonisasi
hubungan antara isi dan wadah.
Kepentingan ini menjadi pedoman
utama dalam setting pola spasial
hunian makro (desa) maupun mikro
(umah), yang dikenal dengan
konsep Tri Angga (hulu - tengah -
teben). Pada Desa : Parhyangan-
Paumahan-Palemahan dan pada
NB. Tri angga
kepala badan kaki:
Umah: Sanggah-Pawongan-Lebuh.
36
pesrsonifikasi
Pencapaian dan prosesi yg datang: kegiatan dimulai dari
Angkul-angkul, dari daerah nista/Natah-Pawon, melalui
daerah madya/Natah-Bale menuju daerah utama/Natah
Sanggah.
Arah pencapaian dan prosesi ini memunculkan garis
resultante maya berupa poros/sumbu diagonal, sebagai
poros/sumbu nista-madya-utama dari kelod-kauh menuju
kaja-kangin.
Arah sumbu ini dipertegas oleh tata-letak/kedudukan massa/
bale yang tidak tegak lurus sumbu, bahkan tergeser/friction
sejalan dengan konsep Swastika-sana, secara substansial
berasal dr bentuk salib-sumbu yg memiliki kekuatan positif,
gerak dinamis berputar sebagaimana kekuatan perputaran
galaxy dunia/jagat.
37
Kata swastika diucapkan dalam penganjali umat Hindu Aum
Swastyastu. Bentuk swastika dikembangkan lebih lanjut
menjadi bentuk Padma (teratai daun delapan), sebagai stana
sembilan manifestasi Tuhan ( Dewata Nawa Sanga ) yang
diharapkan dapat menjaga keseimbangan alam serta
melambangkan keharmonisan alam dinamis, kesucian dan
kedamaian abadi.
Kehadiran poros ini sangat terkait dengan pola spasial
sanga-mandala yang penuh makna spiritual, secara tidak
langsung memberikan etika pencapaian; secara spasial
menimbulkan efek tiga dimensi dan estetika yang dinamis
terhadap kedudukan bale; secara teknis/ klimatologis
menimbulkan efek pergerakan angin berputar dinamis.
38
NISTA MADYA UTAMA
UTAMA GUNUNG
GUNUNG U.N U.M U.U
MADYA DATARAN
DATARAN M.N M.M M.U
NISTA LAUT
LAUT N.N N.M N.U
MATI HIDUP LAHIR
NATAH NATAH
40
[ SUBSTANCE
SUBSTANCE OFOF
CONTENT
CONTENT
Diagram Buana Alit ] ]
Buana Agung
(Mikro Kosmos
Makro Kosmos)
Substance
of
content
Manusia, alam dan makhluk
lainnya adalah ciptaan
MOKSA
Tuhan/Hyang Widhi dgn unsur
yg sama TRI HITA KARANA :
JIWA/ATMA, TENAGA/ PRANA
DAN FISIK/ANGGA.
N
O
M
R
sama panca Maha Butha: apah,
Untuk
hidup: dpt mencapai tujuan
MOKSARTHAM
JAGADHITA YA CA ITI
DHARMA, dlm kehidupannya
SANG
manusia hendaknya harmonis
SANG
HYANG
HYANG
TUNGGAL
TUNGGAL
dgn alam dan lingkungannya,
dgn jalan menghormatinya
41
Harmonisasi dan kenyamanan menghuni diupayakan dengan
pemakaian ukuran dasar fisik/angga (anthropometri)
penghuni untuk menetapkan dimensi spasial horizontal dan
vertikal,
Kelipatan ukuran dipilih sesuai dengan perwatakan yang
diinginkan penghuni.
43
BALE SETARA BILIK
44
Unit tipikal Hunian ATB, sesuai
konsep adalah larut dalam alam dan
lingkungan.
Dekonstruksi Rumah menjadi Umah
jejak-jejaknya sangat jelas dgn
terwujudnya bale sbg shelter dalam
unit hunian yg senilai buana agung
(makro-kosmos/jagat-besar) sbg
wadah aktivitas manusia/ buana-alit
(mikro-kosmos/jagat-kecil).
Umah adalah refleksi/peniruan/
pengulangan dr buana-agung dan
buana-alit, shg umah sbg pemersatu
dan bukan pemisah antara manusia
dengan alam.
45
Persatuan ini telah memunculkan maka baru sebagai umah
di dalam alam dan alam di dalam umah, dan manusia selaku
isinya.
Makna ini bertujuan untuk menciptakan hubungan yang
harmonis (manik ring cecupu) antara manusia dengan alam,
agar tujuan hidup dapat tercapai : moksartham jagadhita ya
ca iti dharma.
Perulangan Umah hanya terjadi pada paras isi ( content ),
sedang pada paras ekspresi akan selalu berubah sejalan
dengan proporsi dan keinginan penghuninya, sesuai desa-
kala-patra, catur-loka, dan desa mawa cara.
46
Bisa dgn metoda : repartition programme de base, dipilah-
pilah : explosion fragmentation deconstruction, kemudian di
tata kembali : recomposition point frames, untuk menemukan
kekuatan dan nilai baru,
Bisa dengan dasar teori prilaku (world life-day life
keseharian masyarakat/pendekatkan manusia selama 24 jam
sehari.
untuk berkiprah dalam era kesejagatan menuju Milenium
Baru Arsitektur Nusantara
Sebagai tindak lanjut merupakan Tugas Mulia Arsitek masa
kini berperan
Hal serupa dapat juga dilakukan pada Arsitektur Nusantara
lainnya yang tersebar luas di persada Nusantara dari Sabang
sampai Merauke.
47