PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Permasalahan pemukiman menjadi permasalahan yang penting karena
membahas mengenai bagaimana cara masyarakat hidup di suatu tempat .
Permukiman merupakan kumpulan dari beberapa perumahan yang terdapat di
suatu area yang ditingali masyarakat.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan kata kumuh menurut kamus
besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat,
rapat becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru kotornya yang
menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh.
Berdasarkan UU No.4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan
permukiman : permukiman kumuh adalah permukiman tidak layak huni antara
lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang,
kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan
penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak
terlayani prasarana lingkungan yang memadai,membahayakan
keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
permukiman kumuh adalah tempat tinggal/hunian yang dibangun diatas tanah
negara atau tanah swasta tanpa persetujuan dari pihak yang berkait dan tidak
adanya atau minimnya sarana dan prasarana yang memadai yang kotor dan tidak
layak huni serta membahayakan.
1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana karakteristik serta ciri-ciri permukiman kumuh di area
samping sungai di sekitar Jl. Gunung Talang ?
1.2.2. Siapakah yang menyebabkan permukiman kumuh terjadi di area samping
sungai di sekitar Jl. Gunung Talang ?
1.2.3. Mengapa permukiman kumuh bisa terjadi,,serta masalah apa yang
ditimbulkan?
1.2.4. Kapan dan bagaimana solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan
permukiman di area samping sungai di sekitar Jl. Gunung Talang ?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk mengetahui karakter dan ciri-ciri permukiman kumuh di area
samping sungai
1.3.2. Untuk mengetahui asal-muasal permukiman kumuh
1.3.3. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan permukiman kumuh di area
samping sungai .
1.3.4. Untuk mencari solusi yang tepat untuk penanganan permukiman kumuh
di area samping sungai
1.4.Manfaat
1.4.1.Bagi Mahasiswa
1.4.2.Bagi Masyarakat
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
f. Pertumbuhanya yang tidak terencana sehingga penampilan
fisikhya pun tidak teratur dan tidak terurus; jalan yang sempit,
halaman tidak ada, dan lainya.
g. Kuatnya gaya hidup pedesaan yang masih tradisional.
h. Secara sosial terisolasi dari permukiman lapisan masyarakat
lainya.
i. Ditempati secara ilegal atau status hukum tanah yang tidak jelas
(bermasalah)
j. Biasanya di tandai oleh banyaknya perilaku menyimpang dan
tindak kriminal.
4
d. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan.
e. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik
rumah.
f. Disiplin warga yang rendah
g. Kota sebagai pusat perdagangan yang menarik bagi para pengusaha
dan kaum pendatang.
h. Semakin sempitnya lahan permukiman karena dinamika penduduk
dan semakin tingginya harga tanah maupun bangunan.
5
BAB III
KAJIAN OBJEK
Barat .
6
Mata pencaharian penduduk : Mayoritas Wiraswasta
Gambar 3.2. Dokumentasi Keadaan di area samping sungai di sekitar Jl. Gunung Talang
Sumber : Dokumentasi Pribadi
7
3.3. Kajian Kasus Objek
Gambar 3.3. Dokumentasi Keadaan di area samping sungai di sekitar Jl. Gunung Talang
Sumber : Dokumentasi Pribadi
8
Adapun fungsi sungai sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai meliputi 2 (dua) fungsi utama yaitu:
b. Permasalahan Kebersihan
Gambar 3.4. Dokumentasi Keadaan di area samping sungai di sekitar Jl. Gunung Talang
Sumber : Dokumentasi Pribadi
9
c. Bentuk Bangunan
Bangunan pada area sekitar samping site merupakan bangunan yang hanya
dibuat sekedar dan sewaktu waktu dapat dongkar oleh pemerintah karena
menyalahi aturan dan tidak memenuhi aspek layak huni karena bentuk dan bahan
materialnya yang digunakan. Selain itu estetika pada bangunan diabaikan karena
hanya mementingkan aspek huni saja , sehingga tidak adanya keseragaman antara
satu bangunan dengan bangunan lainnya. Perda/persyaratan Aksen bali pada
bangunan pun yang harusnya di terapkan pada tiap bangunan pun diabaikan karena
faktor biaya .
10
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2.Saran
11
Daftar Pustaka
12