Anda di halaman 1dari 26

TUGAS 6

SEJARAH ARSITEKTUR TIMUR

ARSITEKTUR TRADISIONAL
PENGARUH AGAMA ISLAM KEPADA BENTUK ARSITEKTUR

NAMA:FENDY PRADANA-142018002

DOSEN : RENY KARTIKA SARY, S.T.,M.T

TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK2018/2109
PENGARUH AGAMA ISLAMM TERHADAP BENTUK
ARSITEKTUR

Ada beberapa bangunan di jaman Nabi Muhammad yang menjadi penanda


munculnya arsitektur Islam, salah satu contohnya adalah masjid Juatha di Arab
Saudi. Khilafah Rashidun (632 –661) adalah pemimpin Islam pertama yang mulai
mempopulerkan arsitektur Islam.

Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik dan
metafisik bangunan melalui konsep pemikiran islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah
Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama maupun cendikiawan muslim. Aspek Fisik adalah
sesuatu yang nampak secara jelas oleh panca indera. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan
fasade yang memiliki bentuk dan langgam budaya islam dan dapat dilihat secara jelas melalui
beberapa budaya, seperti budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali songo. Bentuk
fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan sepetri penggunaan kubah, ornamen
kaligrafi, dan sebagainya. Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak panca indera tapi
dapat dirasakan hasilnya. Hal ini lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain arsitektur islam
tersebut, seperti bagaimana membuat penghuni/ pengguna bangunan lebih nyaman dan aman
ketika berada di dalam bangunan sehingga menjadikan penghuni merasa bersyukur. Contoh lain
hasil desain ruang2 dalam sebuah rumah, bisa menjadikan komunikasi orang tua dan anak lebih
dekat, sehingga membuat mereka rajin beribadah.

Kaidah Arsitektur Islam

1) Di dalam dan luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen yang makhluk hidup yang utuh
2) Di dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan kepada yang Maha Indah
Allah SWT.

3) Hasil Desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan kesombongan.


4) Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga akhlak dan prilaku.

5) Posisi toilet tidak di bolehkan menghadap atau membelakangi kiblat.

6) Keberadaan bangunan tidak merugikan tetangga di sekitar

7) Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal mungkin tidak merusak alam.

8) Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti warna-warna alam.

Sejarah Awal Arsitektur Islam

Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan
keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut
membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah mesjid, kuburan, istana dan benteng
yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang
signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya

Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik dan
metafisik bangunan melalui konsep pemikiran islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah
Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama maupun cendikiawan muslim. Aspek Fisik adalah
sesuatu yang nampak secara jelas oleh panca indera. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan
fasade yang memiliki bentuk dan langgam budaya islam dan dapat dilihat secara jelas melalui
beberapa budaya, seperti budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali songo. Bentuk
fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan sepetri penggunaan kubah, ornamen
kaligrafi, dan sebagainya. Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak panca indera tapi
dapat dirasakan hasilnya. Hal ini lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain arsitektur islam
tersebut, seperti bagaimana membuat penghuni/ pengguna bangunan lebih nyaman dan aman
ketika berada di dalam bangunan sehingga menjadikan penghuni merasa bersyukur. Contoh lain
hasil desain ruang2 dalam sebuah rumah, bisa menjadikan komunikasi orangtua dan anak lebih
dekat, sehingga membuat mereka rajin beribadah.
SEJARAH AWAL

Salah satu bagian dari era Umayyah Mshatta Facade, sekarang disimpan di museum Pergamon di
Berlin, diambil dari Kerajaan Amman

Ada beberapa bangunan di jaman Nabi Muhammad yang menjadi penanda munculnya arsitektur
Islam, salah satu contohnya adalah masjid Juatha di Arab Saudi. Khilafah Rashidun (632–661)
adalah pemimpin Islam pertama yang mulai mempopulerkan arsitektur Islam.

Khalifah Umayyah (661–750) mengkombinasikan beberapa elemen dari arsitektur Byzantium


dan arsitektur Sassanid. Arsitektur Umayyah memperkenalkan bentuk baru yang
mengkombinasikan gaya barat dan timur. Model pelengkung yang berbentuk sepatu kuda mulai
muncul pertama kali pada masa dinasti Umayyah, lalu kemudian berkembang pesat di Andalusia.
Arsitektur Umayyah memunculkan penggunaan berbagai jenis dekorasi, termasuk diantaranya
adapalah penggunaan berbagai macam mosaik, cat dinding, patung dan relief dengan motif
Islam. Pada masa Umayyah, diperkenalkan sebuah ruang transept yang membagi ruang solat
berdasarkan axis terpendek. Mereka juga menambahkan mihrab ke dalam desain masjid. Masjid
di Madinah dibangun oleh al-Walid I menjadi masjid pertama yang memiliki mihrab, sebuah
ruang tambahan menghadap kiblat yang menjadi tempat imam memimpin shalat atau khatib
memberikan ceramah. Mihrab kini seolah menjadi standar dari desain sebuah masjid di seluruh
dunia.
Arsitektur Abbasiah dimasa Khalifah Abbasiah (750–1513) sangat kuat dipengaruhi oleh
arsitektur Sassanid, dan arsitektur dari Asia tengah. masjid Abbasiah memiliki sebuah courtyard.
Awal mula arsitektur Abbasiah dapat ditemui di masjid al-Mansur yang dibangun di Baghdad.
Masjid Agung Samarra dibangun oleh al-Mutawakkil berukuran 256 kali 139 ms (840 × 460
kaki). Masjid ini memiliki atap datar dari kayu yang disangga oleh tiang-tiang. Masjid ini
memiliki dekorasi marmer dan mosaik kaca. Masjid Samarra memiliki menara spiral, satu-
satunya yang ada di Iraq. Sebuah masjid di Balkh atau sekarang terdapat di wilayah Afghanistan
berukuran 20 kali 20 ms (66 × 66 kaki), yang memiliki sembilan kubah.

Konstruksi Masjid Agung Córdoba (sekarang menjadi sebuah katedral bernama Mezquita)
dimulai pada tahun 785 sekaligus sebagai penanda berdirinya era arsitektur Moorish di Iberian
peninsula dan Afrika utara. Masjid ini memiliki bentuk pelengkung yang menjulang. Arsitektur
Moorish mencapai masa jayanya pada saat konstruksi Alhambra, sebuah istana dan benteng yang
megah di Granada, Ruang interiornya terbuka sehingga memungkinkan angin bergerak masuk
dan didominasi warna merah, biru dan emas. Dindingnya diberi hiasan bermotif dedaunan yang
saat itu sedang menjadi tren, Kaligrafi Arab, dan pola arabesque, Dindingnya dilapisi keramik.
Bangunan lainnya yang bertahan hingga kini antara lain bangunan Bab Mardum di Toledo, atau
gerbang lengkung Medina Azahara. Arsitektur Moorish berakar dari kebudayaan Arab dan
berkembang di masa kekhalifahan Umayyah di Levant tahun 660 dengan ibukotanya Damascus
yang memiliki banyak arsitektur Islam Arab yang bercirikan pola-pola geometris.

PENGARUH DAN GAYA

Gaya arsitektur Islam yang mencolok baru berkembang setelah kebudayaan muslim
memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Contoh awal
yang paling populer misalnya Dome of The Rock yang diselesaikan pada tahun 691 di
Jerusalem. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang tengah yang luas dan
terbuka, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang. Masjid Raya
Samarra di Irak, selesai pada tahun 847, bangunan berciri khas dengan adanya minaret. Juga
mesjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki turut memengaruhi corak arsitektur Islam. Ketika Ustman
merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium, mereka mengubah sebuah basilika menjadi mesjid
(sekarang museum), yang akhirnya muslim pun mengambil sebagian dari kebudayaan
Byzantium kedalam kekayaan peradaban islam, misalnya penggunaan kubah. Hagia Sophia juga
menjadi model untuk pembangunan mesjid-mesjid Islam selanjutnya selama kekaisaran Ustman,
misalnya masjid Sulaiman, dan masjid Rustem Pasha. Motif yang mencolok dalam arsitektur
Islam hampir selalui mengenai pola yang terus berulang dan berirama, serta struktur yang
melingkar. Dalam hal pola ini, geometri fraktal memegang peranan penting sebagai materi pola
dalam, terutama, mesjid dan istana. Pemakaian kubah juga sama pentingnya dalam arsitektur
islam, pertama kali muncul dalam Dome of The Rock pada tahun 691 dan muncul kembali
sekitar abad ke-17.

Arsitektur Persia

Persia merupakan kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk pertama
kalinya. Sisi timur dari sungai eufrat dan tigris adalah tempat berdirinya kekaisaran Persia pada
sekitar abad ke-7. Karena kedekatannya dengan kekaisaran persia, Islam cenderung bukan saja
meminjam budaya dari persia namun juga mengadopsinya. Arsitektur Islam mengadopsi banyak
sekali kebudayaan dari Persia, bahkan bisa dikatakan arsitektur islam merupakan evolusi dari
arsitektur persia, yang memang sejak kehadiran Islam, kejayaan Persia mulai pudar yang
menunggu digantikan oleh kebudayaan lain. Banyak kota, misalnya Baghdad, dibangun dengan
contoh kota lama persia misalnya Firouzabad. Bahkan, sekarang bisa diketahui bahwa dua
arsitek yang dipekerjakan oleh Al-Mansur untuk merancang kota pada masa awal adalah warisan
dari kekaisaran Persia, yaitu Naubakht, seorang zoroaster persia, dan seorang Yahudi dari
Khorasan, Iran yaitu Mashallah. Mesjid gaya persia bisa dilihat dari ciri khasnya yaitu pilar batu
bata, taman yang luas dan lengkungan yang disokong beberapa pilar. Di Asia Timur, gaya
arsitektur Hindu juga turut memengaruhi namun akhirnya tertekan oleh kebudayaan persia yang
ketika itu dalam masa jayanya.

Arsitektur Moor

Pembangunan mesjid raya di Cordoba pada tahun 785 menandakan bergeliatnya arsitektur islam
di peninsula Iberia dan Afrika Utara. Mesjid dengan gaya Moor sangat mencolok dengan interior
lengkungannya yang penuh dekorasi. Arsitektur moor meraih masa puncaknya dengan
dibangunnya Alhambra, istana sekaligus benteng di Granada, dengan interior yang memiliki
ruangan terbuka yang luas dan memungkinkan udara mengalir secara lancar, dan didominasi
dengan pemakaian warna merah, biru dan emas.

Pengaruh Budaya dalam Desain Arsitektur Masjid

Datang kepada suatu bangsa yg tidak mengenal seni bangunan, akhirnya Islam mengenalkan dan
menyatukan bangsa tersebut dengan bangsa-bangsa lainnya dan terjadilah Assimilasi Ilmu
Pengetahuan dan Seni termasuk Seni Arsitektur.

Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan
keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut
membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah mesjid, istana dan benteng yang
kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang signifikan,
seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.

SENI DAN KAIDAH

Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik dan
metafisik bangunan melalui konsep pemikiran islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah
Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama maupun cendikiawan muslim. Aspek Fisik adalah
sesuatu yang nampak secara jelas oleh panca indera. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan
fasad yang memiliki bentuk dan langgam budaya islam dan dapat dilihat secara jelas melalui
beberapa budaya, seperti budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali songo. Bentuk
fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan sepetri penggunaan kubah, ornamen
kaligrafi, dan sebagainya. Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak panca indera tapi
dapat dirasakan hasilnya. Hal ini lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain arsitektur islam
tersebut, seperti bagaimana membuat penghuni/ pengguna bangunan lebih nyaman dan aman
ketika berada didalam bangunan sehingga menjadikan penghuni merasa bersyukur. Contoh lain
hasil desain ruang-ruan dalam sebuah rumah, bisa menjadikan komunikasi orangtua dan anak
lebih dekat, sehingga membuat mereka rajin beribadah.

Kaidah Arsitektur Islam

1) Didalam dan luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen yang makhluk hidup yang utuh

2) Didalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan kepada yang Maha
Indah, yaitu Allah SWT.

3) Hasil Desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan kesombongan.

4) Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga ahlak dan prilaku.

5) Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat.

6) Keberadaan bangunan tidak merugikan tetangga disekitar

7) Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal mungkin tidak merusak alam.


8) Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti warna-warna alam.

SEJARAH

Pada tahun 630 M, Nabi Muhammad beserta para sahabatnya berhasil menaklukkan Makkah dari
kafir Quraish. Pada masa ini bangunan suci Ka'bah mulai didedikasikan untuk kepentingan
agama Islam, rekonstruksi Ka'bah telah dilaksanakan sebelum Muhammad menjadi Rasul.
Bangunan suci Ka'bah inilah yang menjadi cikal bakal dari arsitektur Islam. Dahulu sebelum
Islam, dinding Ka'bah dihiasi oleh beragam gambar dan berhala serta beberapa gambar mahluk.
Ajaran yang muncul belakangan, terutama berasal dari Al Qur'an, akhirnya melarang
penggunaan simbol-simbol yang menggambarkan makhluk hidup terutama manusia dan
binatang. Pada abad ke-7, muslim terus berekspansi dan akhirnya mendapatkan wilayah yang
sangat luas. Tiap kali muslim mendapatkan tanah wilayah baru, yang pertama kali mereka
pikirkan adalah tempat untuk beribadah, yaitu mesjid. Perkembangan mesjid di saat-saat awal ini
sangat sederhana sekali, atau kadang-kadang beberapa bangunan diadaptasikan dari bangunan
yang telah ada sebelumnya.

PENGARUH DAN GAYA

Gaya arsitektur Islam yang mencolok baru berkembang setelah kebudayaan muslim
memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Contoh awal
yang paling populer misalnya Dome of The Rock yang diselesaikan pada tahun 691 di
Jerusalem.
Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang tengah yang luas dan terbuka,
bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang.

Masjid Agung Samarra adalah masjid yang dibangun oleh khalif Bani Abbasiyah, Al-
Mutawakkil di kota Samarra, Irak, pada tahun 848 dan konstruksinya selesai tahun 852. Masjid
ini dihancurkan tahun 1278 oleh bangsa mongol dibawah Hulagu Khan dan hanya menyisakan
dinding luar dan menaranya Malwiya
Mesjid Raya Samarra di Irak, selesai pada tahun 847, bangunan berciri khas dengan adanya
minaret.

Juga mesjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki turut memengaruhi corak arsitektur Islam. Ketika
Sultan Mehmet II merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium, mereka mengubah sebuah
basilika, Hagia Sophia, menjadi mesjid (sekarang museum), yang akhirnya muslim pun
mengambil sebagian dari kebudayaan Byzantium kedalam kekayaan peradaban islam, misalnya
penggunaan kubah. Hagia Sophia juga menjadi model untuk pembangunan mesjid-mesjid Islam
selanjutnya selama kekaisaran ottoman, misalnya mesjid Sulaiman, dan mesjid Rustem Pasha.

Bekas basilika Hagia Sophia yg ditambah 4 menara oleh muslim (kanan atas) dan Masjid Biru
yang dibangun atas perintah Sulatan Ahmed I (tengah bawah)

Motif yang mencolok dalam arsitektur Islam hampir selalui mengenai pola yang terus berulang
dan berirama, serta struktur yang melingkar. Dalam hal pola ini, geometri fraktal memegang
peranan penting sebagai materi pola dalam, terutama, mesjid dan istana. Pemakaian kubah juga
sama pentingnya dalam arsitektur islam, pertama kali muncul dalam Dome of The Rock pada
tahun 691 dan muncul kembali sekitar abad ke-17.
ARSITEKTUR MOOR

PENGARUH ISLAM (MOOR) ABAD 8 – 15 M

Pada abad ke-7 M, Islam menguasai daerah Kashmir, Persia, Semenanjung Arab, pantai utara Afrika,
sebagian besar Spanyol dan Portugal. Bangsa Moor (baca: Mur) menguasai Spanyol lebih dari 700 tahun
(709 – 1492 M), namun jarang ada peninggalan arsitektur, yang ada sebagian besar adalah bangunan
agama dan benteng.

Mengenali Bangunan Moor


Karakter utama: busur lengkung bentuk tapal kuda. Penggunaan busur yang saling bertimpa dan
dekoratif. Kadang dibuat dari bahan yang berbeda, misalnya pemakaian bahan bata merah dan batu
putih bergantian.

Bangunan Agama
Umumnya mesjid adalah bangunan yang relatif rendah, bentuk denah segiempat, terlihat biasa dari luar
dan dibangun dengan bahan bata atau batu yang diukir.Interior mesjid terdiri dari halaman depan
(terbuka) dan bangunan utama.Di halaman depan terdapat sumber air dengan pohon jeruk atau kurma
sebagai peneduh (selain sebagai tempat wudhu, bangsa Arab terkenal dengan selalu membuat sumber
air {kolam/sumur}. Bangunan utama dibagi menjadi beberapa baris oleh barisan kolom. Sebuah teori
mengatakan interior ini untuk melambangkan hutan, seperti kampung halaman bangsa Moor di Afrika
Utara.
Semua langit-langit sama tinggi, melambangkan kesamaan derajat manusia saat beribadah. Dekorasi
islami adalah dengan penggunaan bentuk-bentuk geometris dan spiral.
Istilah “arabesque” (seperti gaya Arab) adalah bukti pengaruh dekorasi islami yang dipakai bangsa Eropa
(barat).

Pembangunan mesjid raya di Cordoba pada tahun 785 menandakan bergeliatnya arsitektur islam
di peninsula Iberia dan Afrika Utara. Mesjid dengan gaya Moor sangat mencolok dengan interior
lengkungannya yang penuh dekorasi. Arsitektur moor meraih masa puncaknya dengan
dibangunnya Alhambra, istana sekaligus benteng di Granada, dengan interior yang memiliki
ruangan terbuka yang luas dan memungkinkan udara mengalir secara lancar, dan didominasi
dengan pemakaian warna merah, biru dan emas.

Masjid Kordoba

Mezquita atau Masjid Córdoba ialah sebuah katedral di Spanyol yang dahulu merupakan sebuah
masjid. Pada masa kekuasaan Islam di Spanyol Córdoba adalah ibukota Spanyol di bawah
pemerintahan dinasti Umayyah. Setelah Reconquista atau Penaklukkan Kembali Spanyol oleh
kaum Kristen, gedung ini diubah fungsi menjadi sebuah gereja dengan katedral gotik yang
dimasukkan ke tengah gedung berarsitektur Moor ini. Sekarang keseluruhan gedung dipakai
sebagai gedung katedral diosese Córdoba di Spanyol.

Masjid Cordoba, pada 15 Desember 1994 ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu tempat
peninggalan yang sangat bersejarah dan penting di dunia. Masjid itu pertama kali dibangun oleh
Khalifah Muslim Abdurahman I pada tahun 787. Pembangunannya terus dilakukan oleh
khalifah-khalifah penerusnya.
Masjid Cordoba memiliki ruangan dalam untuk salat, berbentuk persegi panjang yang dikelilingi
oleh lapangan terbuka, seperti model masjid-masjid peninggalan Umayyah dan Abbasiyah yang
dibangun di Suriah dan Irak.

Lukisan yang dibuat thn 1880 oleh Edwin L Weeks, Yang menggambarkan Masjid Kordoba

Pada saat pemerintahan Umayyah, Cordoba menjadi ibukota Spanyol di bawah pemerintahan
khalifah Islam dan dikenal tidak ada tadingannya di Eropa dalam hal kemajuan peradabannya.
Cordoba pada saat itu juga dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan, di mana volume kunjungan
ke perpustakaannya mencapai 400.000 kunjungan. Sementara perpustakaan-perpustakaan besar
di Eropa, volume pengunjungnya jarang mencapai angka seribu.

Arsitektur Persia

Persia merupakan kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk pertama
kalinya. Sisi timur dari sungai eufrat dan tigris adalah tempat berdirinya kekaisaran Persia pada
sekitar abad ke-7. Karena kedekatannya dengan kekaisaran persia, Islam cenderung bukan saja
meminjam budaya dari persia namun juga mengadopsinya. Arsitektur Islam mengadopsi banyak
sekali kebudayaan dari Persia, bahkan bisa dikatakan arsitektur islam merupakan evolusi dari
arsitektur persia, yang memang sejak kehadiran Islam, kejayaan Persia mulai pudar yang
menunggu digantikan oleh kebudayaan lain.

Contoh dari arsitektur persia yang diadopsi oleh islam adalah Iwan. Iwan (Persia: ‫ ایوان‬Eyvan,
Arab: ‫ إیوان‬Iwan) adalah ruang persegi atau ruang mihrab yang besar, biasanya berkubah,
berdinding di tiga sisi, dengan salah satu ujung sepenuhnya terbuka. Gerbang formal menuju
iwan disebut pishtaq, istilah Persia untuk sebuah gerbang dari fasad bangunan, biasanya dihiasi
dengan kaligrafi, tegel hias mengkilap, dan desain geometris. Karena definisi memungkinkan
untuk beberapa interpretasi , bentuk dan karakteristik keseluruhan dapat sangat bervariasi dalam
hal skala, bahan, atau hiasan. Berfungsi yang paling sering dikaitkan dengan arsitektur Islam,
namun bentuk diciptakan jauh lebih awal dan sepenuhnya dikembangkan di Mesopotamia,
sekitar abad ke ketiga selama periode Persia Parthia.

Banyak kota, misalnya Baghdad, dibangun dengan contoh kota lama persia misalnya Firouzabad.
Bahkan, sekarang bisa diketahui bahwa dua arsitek yang dipekerjakan oleh Al-Mansur untuk
merancang kota pada masa awal adalah warisan dari kekaisaran Persia, yaitu Naubakht, seorang
zoroaster persia, dan seorang Yahudi dari Khorasan, Iran yaitu Mashallah. Mesjid gaya persia
bisa dilihat dari ciri khasnya yaitu pilar batu bata, taman yang luas dan lengkungan yang
disokong beberapa pilar. Di Asia Timur, gaya arsitektur Hindu juga turut memengaruhi namun
akhirnya tertekan oleh kebudayaan persia yang ketika itu dalam masa jayanya.

Masjid Nasir Al-Mulk

Masjid Nasir al-Mulk (Persia: ‫ الملك نصیر مسجد‬- Masjed-e Naseer ol Molk, Azerbaijan: Nəsirül-
Mulk məscidi) adalah masjid tradisional di Shiraz, Iran, yang terletak di Goade-e-Araban (dekat
masjid yang lebih terkenal Shah Cheragh).

Masjid ini dibangun Selama era Qajar, dan masih digunakan di bawah pemeliharaan oleh
Yayasan Nasir al Mulk. Masjid dibangun atas perintah Mirza Hasan Ali Nasir al Molk, salah satu
raja Dinasti Qajar, pada tahun 1876 dan selesai pada tahun 1888. Para desainer adalah
Muhammad Hasan-e-Memar dan Muhammad Reza Kashi Paz-e-Shirazi.
Masjid ini menggunakan kaca berwarna di fasad-nya, dan menampilkan unsur tradisional lainnya
seperti Panj Kaseh-i (lima cekungan) dalam desain.

Perkembangan Arsitektur Islam di Indonesia

September 17, 2016/1 Comment/in Ragam /by Mega Purnama Zainal

SEBELUM Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang terlampir sebelumnya. Dengan masuknya
Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih)
kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan
kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti
kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Ajaran Islam mulai masuk ke Indonesia sekitar abad
Penyebaran awal Islam di Nusantara dilakukan pedagang-pedagang Arab, Cina, India dan Parsi.
Setelah itu, proses penyebaran Islam dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Islam Nusantara melalui
perkawinan, perdagangan dan peperangan. Banyak masjid yang diagungkan di Indonesia tetap
mempertahankan bentuk asalnya yang menyerupai (misalnya) candi Hindu/Buddha bahkan
pagoda Asia Timur, atau juga menggunakan konstruksi dan ornamentasi bangunan khas daerah
tempat masjid berada. Pada perkembangan selanjutnya arsitektur mesjid lebih banyak
mengadopsi bentuk dari Timur Tengah, seperti atap kubah bawang dan ornamen, yang
diperkenalkan Pemerintah Hindia Belanda. Kalau dilihat dari masa pembangunannya, masjid
sangat dipengaruhi pada budaya yang masuk pada daerah itu. Masjid dulu, khususnya di daerah
pulau Jawa, memiliki bentuk yang hampir sama dengan candi Hindu – Budha. Hal ini karena
terjadi akulturasi budaya antara budaya setempat dengan budaya luar.Antar daerah satu dengan
yang lain biasanya juga terdapat perbedaan bentuk. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan budaya setempat. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut,
tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana.
Untuk lebih jelasnya silakan Anda simak gambar berikut:

”Masjid Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia.”

Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar memiliki ciri sebagai
berikut: Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil
dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya
ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan
Mustaka.Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar
Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk
menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli
Indonesia.Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.

Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan
makam. Untuk itu silahkan Anda simak gambar 2 makam Sendang Duwur berikut ini:
”Makam Sendang Duwur (Tuban)”

Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:

makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat. Makamnya
terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari
batu.di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau
kubba,dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan
makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori
agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak
berpintu).di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya
makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur
seperti yang tampak pada gambar tersebut.

Mesjid Agung Demak


”Tampak depan Masjid Agung Demak ”

Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa
Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para
ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran
agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini
diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak. Masjid ini
mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang
utama yang disebut saka guru. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya
berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Di dalam lokasi
kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para
abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat
berdirinya Masjid Agung Demak.

Mesjid Menara Kudus

Masjid Menara Kudus (disebut juga sebagai mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar) adalah
mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi atau tahun 956 Hijriah dengan
menggunakan batu dari Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama dan terletak di desa
Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah.Yang paling monumental dari
bangunan masjid ini adalah menara berbentuk candi bercorak Hindu Majapahit, bukan pada
ukurannya yang besar saja, tetapi juga keunikan bentuknya yang tak mudah terlupakan. Bentuk
ini tidak akan kita temui kemiripannya dengan berbagai menara masjid di seluruh
dunia.Keberadaannya yang tanpa-padanan karena bentuk arsitekturalnya yang sangat khas untuk
sebuah menara masjid itulah yang menjadikannya begitu mempesona. Dengan demikian bisa
disebut menara masjid ini mendekati kualitas genius locy.

”Menara Masjid Kudus merupakan bangunan menara masjid paling unik di Kota Kudus karena
bercorak Candi Hindu Majapahit”

Bangunan menara berketinggian 18 meter dan berukuran sekitar 100 m persegi pada bagian
dasar ini secara kuat memperlihatkan sistem, bentuk, dan elemen bangunan Jawa-Hindu. Hal ini
bisa dilihat dari kaki dan badan menara yang dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu,
termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang
tanpa perekat semen, namun konon dengan dengan digosok-gosok hingga lengket serta secara
khusus adanya selasar yang biasa disebut pradaksinapatta pada kaki menara yang sering
ditemukan pada bangunan candi. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada
bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat
soko guru yang menopang dua tumpuk atap tajuk. Sedangkan di bagian puncak atap tajuk
terdapat semacam mustoko (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-
masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada elemen arsitektur Jawa-Hindu.
Mesjid Agung Banten

Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utara kota Serang, ibu
kota Provinsi Banten ini menjadi obyek wisata ziarah arsitektur yang sangat menarik, karena
gaya seni bangunan yang unik dan terdapat elemen arsitektur menarik. Sisi menarik pertama dari
bangunan utama masjid, yang dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-
1570), sutan pertama Kasultanan Demak yang juga putra pertama Sunan Gunung Jati itu adalah
atapnya yang tumpuk lima. Menurut tradisi, rancangan bangunan utama masjid yang beratap
tumpuk lima ini dipercayakan kepada arsitek Cina bernama Cek Ban Cut. Selain jumlah
tumpukan, bentuk dan ekspresinya juga menampilkan keunikan yang tidak ditemui kesamaannya
dengan masjid-masjid di sepanjang Pulau Jawa, bahkan di seluruh Indonesia. Yang paling
menarik dari atap Masjid Agung Banten adalah justru pada dua tumpukan atap konsentris paling
atas yang samar-samar mengingatkan idiom pagoda Cina. Kedua atap itu berdiri tepat di atas
puncak tumpukan atap ketiga dengan sistem struktur penyalur gaya yang bertemu pada satu titik.
Peletakan seperti itu memperlihatkan kesan seakan-akan atap dalam posisi kritis dan mudah
goyah, namun hal ini justru menjadi daya tarik tersendiri. Dua tumpukan atap paling atas itu
tampak lebih berfungsi sebagai mahkota dibanding sebagai atap penutup ruang bagian dalam
bangunan. Tak heran jika bentuk dan ekspresi seperti itu sebetulnya dapat dibaca dalam dua
penafsiran: masjid beratap tumpuk lima atau masjid beratap tumpuk tiga dengan ditambah dua
mahkota di atasnya sebagai elemen estetik. Elemen menarik lainnya adalah menara di sebelah
timur yang besar dan monumental serta tergolong unik karena belum pernah terdapat bentuk
menara seperti itu di Jawa, bahkan di seluruh Nusantara. Dikarenakan menara bukanlah tradisi
yang melengkapi masjid di Jawa pada masa awal, maka Masjid Agung Banten termasuk di
antara masjid yang mula-mula menggunakan unsur menara di Jawa. Tradisi menyebutkan,
menara berkonstruksi batu bata setinggi kurang lebih 24 meter ini dulunya konon lebih berfungsi
sebagai menara pandang/pengamat ke lepas pantai karena bentuknya yang mirip mercusuar
daripada sebagai tempat mengumandangkan azan. Yang jelas, semua berita Belanda tentang
Banten hampir selalu menyebutkan menara tersebut, membuktikan menara itu selalu menarik
perhatian pengunjung Kota Banten masa lampau.

Mesjid Sutan Suriansyah

Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di
Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550),
raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara,
Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Masjid bergaya tradisional Banjar pada
bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini didirikan di
tepi sungai Kuin. Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang dari
arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke
daerah ini oleh Khatib Dayan. Arsitektur mesjid Agung Demak sendiri dipengaruhi oleh
arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu.
Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu
yang dipenuhi oleh masjid tersebut. Tiga aspek tersebut : atap meru, ruang keramat (cella) dan
tiang guru yang melingkupi ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan suci di Jawa
dan Bali. Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan
orientasi kekuasaan ke atas. Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki
tingkat atap paling banyak dan paling tinggi. Ciri atap meru tampak pada Masjid Sultan
Suriansyah yang memiliki atap bertingkat sebagai bangunan terpenting di daerah tersebut.
Bentuk atap yang besar dan dominan, memberikan kesan ruang dibawahnya merupakan ruang
suci (keramat) yang biasa disebut cella. Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang
cella (ruang keramat). Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang
mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.

Kesimpulan

Masjid ternyata merupakan adopsi dari kebudayaan lain, di mana desain-desainnya di terapkan
dari asimilasi kebudayaan. Misalnya saja pada kubah, kubah merupakan kebudayaan arsitektural
byzantium. Lalu, karena kedekatannya dengan kekaisaran persia, Islam cenderung bukan saja
meminjam budaya dari persia namun juga mengadopsinya. Arsitektur Islam mengadopsi banyak
sekali kebudayaan dari Persia, bahkan bisa dikatakan arsitektur islam merupakan evolusi dari
arsitektur persia, yang memang sejak kehadiran Islam, kejayaan Persia mulai pudar yang
menunggu digantikan oleh kebudayaan lain. Contoh dari arsitektur persia yang diadopsi oleh
islam adalah Iwan. Iwan (Persia: ‫ ایوان‬Eyvan, Arab: ‫ إیوان‬Iwan) adalah ruang persegi atau ruang
mihrab yang besar, biasanya berkubah, berdinding di tiga sisi, dengan salah satu ujung
sepenuhnya terbuka.Dari penjabaran diatas maka dapat kita simpulkan bahwa arsitektural islam
bukan begitu saja hadir di pemikiran orang-orang islam pada masa itu, namun lebih merupakan
hasil dari proses asimilasi budaya antar bangsa.

Saran

Dengan mempelajari pengaruh budaya pada desain masjid maka kita akan lebih mengetahui hal-
hal mengenai Arsitektur di masa lampu. Hal tersebut bertujuan agar kita lebih mengenal
perkembangan seni bina yang terjadi. Dengan sejarah ini setidaknya kita bisa mengambil intisari
ataupun pemahaman-pemahaman yang berkaitan dengan desain-desain masjid ini ataupun
menerapkan hal-hal yang ada di dalam arsitektur masjid ini ke dalam desain-desain yang akan
kita buat.

Anda mungkin juga menyukai