Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH ARSITEKTUR TIMUR

“ARSITEKTUR TRADISIONAL
PALEMBANG DAN PADANG”

NAMA : WENDY VIRGIAN SAPUTRA


NRP : 142018014
DOSEN PEMBIMBING : RENY KARTIKA SARI, ST.MT

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya pasti
kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat dan salam semoga terlimpahuntuk baginda kita
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Penulis tentu sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan disana. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik juga saran dari pembaca
untuk makalah ini, dan membuat makalah ini menjadi
makalah yang lebih baik lagi.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pembimbing Sejarah Arsitektur
Timur kami yaitu Ibu Reny Kartika Sari yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikianlah, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada teman-teman. Terima Kasih.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................
Daftar Isi ......................................................................
Bab I Pendahuluan ......................................................
I. Latar Belakang .................................................
Bab II Isi .....................................................................
A. Rumah Limas Palembang ..............................
B. Rumah Gadang Padang ..................................
Bab III Penutup ..........................................................
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PEBDAHULUAN
Latar Belakang
Sumatera Selatan(palembang) dan Sumatera Barat
(padang) merupakan sebuah wilayah yang memiliki beraneka
ragam corak budaya dan kebudayaan, dan keanekaragaman
tersebut melahirkan berbagai bentuk, jenis dan corak jenis
budaya yang merupakan pencerminan segala sesuatu yang
menyangkut aktivitas kehidupan masing-masing kelompok,
hal ini perlu dipelihara, diselamatkan dan dilestarikan
keberadaannya. Salah satu dari hasil kebudayaannya adalah
Rumah Limas Tradisional wilayah Sumatera selatan dan
Rumah Gadang dari Sumatera Barat. Arsitektur tradisional
berupa bangunan sebagai wujud fisik kebudayaan merupakan
rangkaian wujud kompleks gagasan dan aktivitas pendukung
kebudayaan itu sendiri. Bentuk arsitektur tradisional juga
kadang akan mendapat pengaruh langsung oleh letak
geografis tertentu, misalnya bangunan-bangunan yang
terdapat pada daerah di tepi sungai yang merupakan subtansi
ideologi wujud kebudayaan.
BAB II
ISI

A.Rumah Limas Palembang


Rumah Limas merupakan rumah tradisional khas
Sumatera selatan. Atap dari rumah limas ini berbentuk
limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dengan filosopi
budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya. Tingkatan-
tingkatan ini sering disebut masyarakat sebagai
“BENGKILAS”. Bahan material yang digunakan dalam
membuat dinding, lantai, serta pintu menggunakan kayu
tembesu. Sementara untuk tiang rumah menggunakan kayu
unglen yang tahan air. Berbeda dengan kerangka rumah
yang terbuat dari kayu seru. Kayu ini cukup langka, kayu ini
sengaja tidak digunakan untuk bagian bawah rumah limas,
sebab kayu seru dalam kebudayaannya dilarang untuk
diinjak atau dilangkahi. Nilai-nilai budaya palembang juga
dapat dirasakan pada ornamen ukiran yang ada pada pintu
dan dindingnya.
» Menilik dari cara didirikannya bangunan tradisional
tersebut yaitu dengan cara mempergunakan tiang, maka
dapatlah kita golongkan kepada golongan rumah panggung
artinya rumah yang mempunyai tiang. Untuk bahan bangunan
tempat tinggal seperti rumah limas ini, biasanya dipilih jenis
kayu yang berkualitas tinggi yang telah direndam selama
berbulan-bulan supaya kayu menjadi kuat. Kayu ini terlebih di
fungsikan untuk dijadikan sebagai penopang rumah. Sebelum
pemilik mendirikan rumah, pemilik terlebih dahulu harus
melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan.
Musyawarah (antara suami istri, keluarga dekat, dan
masyarakat sekitar. Hal ini sehubungan dengan lokasi
yang akan ditempati). Tempat (pada umumnya masalah
tempat sudah disiapkan oleh keluarga). Pengadaan bahan
(dengan cara memesan kepada penjual kayu).
2. Proses Pembuatan.
Bagian bawah (dimulai dari penggalian tanah untuk
mendirikan tiang, blandar). Bagian Tengah (dimulai
dengan pemasangan sako, sento, lantai, pintu, jendela,
garang, dapur dan dinding). Bagian atas (pemasangan
alang panjang, alang pengerap/alang pelintang, kuda-
kuda, kasau, reng. Jika sudah selesai maka dilanjutkan
dengan pemasangan atap dan yang paling akhir adalah
pembuatan langit-langit).
» Tipe-tipe Arsitektur Rumah Limas
Rumah Limas merupakan prototipe Rumah Tradisional
Palembang. Selain di tandai dengan atapnya yang berbentuk
limas, rumah tradisional ini memiliki lantai yang bertingkat-
tingkat yang disebut “BENGKILAS” dan hanya dipergunakan
untuk kepentingan keluarga seperti hajatan.

a. Wujud Rumah Limas merupakan salah satu tanda


kegiatan budaya manusia yang bertujuan antara lain:
1. Sebagai tempat untuk mencapai tujuan dan
kesempurnaan hidup.
2. Sebagai tempat yang dapat memenuhi kebutuhan,
aspirasi dan keinginan manusia.
3. Untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
manusia.
b. Fungsi Rumah Limas terbagi menjadi tiga fungsi yang
spesifik:
1. Penunjang identitas keluarga. Fungsi ini diwujudkan
dengan kualitas hunian dan perlindungan yang
diberikan oleh rumah (the quality of shelter provided
by housing). Aspek ini mengarah pada hal yang
mendukung berdirinya suatu bangunan dan
berfungsinya bangunan tersebut sebagai tempat tinggal
seperti material bangunan, kontruksi bangunan,
standar ukuran dan fungsi ruang, fasilitas pendukung,
dan luas tanah.
2. Penunjang rasa aman penghuni. Fungsi ini
diwujudkan dalam bentuk kepemilikan (the forms of
tenure) dan berkaitan dengan ikatan-ikatan atau
jaminan hukum tentang status penghuni dalam hal ini
kepemilikan tanah dan rumah yang ditempati.
Semakin erat ikatan hukum antara penghuni dan hak
kepemilikkannya atas tanah dan rumah, maka akan
semakin merasa aman penghuni tersebut.
3. Penunjang pengembangan keluarga dan kehidupan
sosial, ekonomi, dan budaya.
» Perwujudan fungsi ini pada suatu rumah tinggal adalah
pada lokasi dimana rumah tersebut didirikan. Bentuk suatu
bangunan akan menyesuaikan dengan fungsi bangunan
tersebut (form follow function) sehingga bangunan rumah
terdiri atas beberapa bagian ruang yaitu ruang yang berfungsi
mendukung ruang untuk memiliki ruang utama sebagai
tempat melaksanakan kegiatan utama yaitu untuk shalat dan
beberapa ruang lain yang merupakan ruang pendukung
kegiatan utama. Bangunan dengan arsitektur tradisional
seperti yang telah dikemukakan, selain sebagai tempat
tinggal, rumah limas juga digunakan untuk berbagai kegiatan
upacara-upacara adat.
A.Rumah Gadang Padang
» Rumah Gadang atau rumah Godang adalah nama untuk
rumah adat tradisional Minangkabau yang banyak dijumpai
di provinsi Sumatera Barat. Rumah ini juga disebut dengan
nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama rumah
Bagonjong atau Rumah Baanjuang.
» Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama mempunyai
ketentuan-ketentuan tersendiri. Contohnya saja seperti jumlah
kamar yang bergantung pada jumlah perempuan yang tinggal di
dalamnya. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang
tanah milik keluarga induk dari suku atau kelompok tertentu secara
turun menurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada
perempuan kelompok tersebut.
Rumah Gadang, di samping sebagai tempat tinggal, juga dapat
berfungsi sebagai tempat musyawarah keluarga, tempat
mengadakan upacara-upacara, pewarisan nilai-nilai adat, dan
merupakan representasi dari budaya matrilineal. Rumah Gadang
sangat dimuliakan dan bahkan dipandang sebagai tempat suci oleh
masyarakat Minangkabau. Status rumah Gadang yang begitu tinggi
ini juga melahirkan berbagai macam tata krama. Setiap orang yang
ingin naik ke rumah Gadang harus terlebih dahulu mencuci
kakinya.
» Bentuk rumah Gadang sendiri dapat diibaratkan seperti
bentuk kapal. Kecil di bawah dan besar di atas. Bentuk atapnya
mempunyai lengkung ke atas, kurang lebih setengah lingkaran, dan
berasal dari daun Rumbio (nipah). Bentuknya menyerupai tanduk
kerbau dengan jumlah lengkung empat atau enam, dengan satu
lengkungan ke arah depan rumah.

» Setiap elemen dari rumah Gadang memiliki makna simbolis tersendiri.


Unsur-unsur dari rumah Gadang meliputi:

 Gonjong, struktur atap yang seperti tanduk

 Singkok, dinding segitiga yang terletak di bawah ujung gonjong

 Pereng, rak di bawah singkok

 Anjuang, lantai yang mengambang

 Dindiang ari, dinding pada bagian samping

 Dindiang tapi, dinding pada bagian depan dan belakang

 Papan banyak, fasad depan

 Papan sakapiang, rak di pinggiran rumah

 Salangko, dinding di ruang bawah rumah

» Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan seperti harapan


untuk mencapai Tuhan dan dindiang, yang secara tradisional
terbuat dari potongan anyaman bambu, melambangkan kekuatan
dan utilitas dari masyarakat Minangkabau yang terbentuk ketika
tiap individu menjadi bagian masyarakat yang lebih besar dan
tidak berdiri sendiri.
Ada pula yang mengatakan bahwa atap gonjong merupakan
simbol dari tanduk kerbau, simbol dari pucuk rebung, simbol
kapal, dan simbol dari bukit. Kerbau karena kerbau dinilai sebagai
hewan yang sangat erat kaitannya dengan nama Minangkabau.
Pucuk rebung karena rebung merupakan bahan makanan adat.
Kapal karena orang Minangkabau dianggap berasal dari
rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar. Bukit karena
daerah Minangkabau yang berbukit.
» Pilar rumah Gadang yang ideal disusun dalam lima baris yang

berjajar sepanjang rumah. Baris ini membagi bagian interior

menjadi empat ruang panjang yang disebut Lanjar. Lanjar di

belakang rumah dibagi menjadi kamar tidur (Ruang). Menurut adat,

sebuah rumah Gadang harus memiliki minimal lima Ruang, dan

jumlah ideal adalah sembilan. Lanjar lain digunakan sebagai area

umum yang disebut labuah gajah (jalan gajah) yang digunakan

untuk kegiatan sehari-hari dan acara seremonial.


» Sesuai dengan ajaran falsafah Minangkabau yang bersumber
dari alam, “alam takambang jadi guru”, ukiran-ukiran pada rumah
Gadang juga merupakan simbolisasi dari alam. Pada dasarnya
ukiran pada Rumah Gadang merupakan ragam hias dalam bentuk
garis melingkar atau persegi. Biasanya bermotif tumbuhan
merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah.
Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran,
berhimpitan, berjalinan dan juga sambung menyambung. Cabang
atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah.
Motif lain yang dijumpai adalah motif geometri segi tiga, empat
dan genjang. Motif daun, bunga atau buah dapat juga diukir
tersendiri atau secara berjajaran.
» Nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran jauh maju
melampaui zamannya dalam membangun rumah. Konstruksi rumah
gadang ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran gempa
bumi. Rumah gadang di Sumatera Barat membuktikan ketangguhan
rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur dan soliditas saat
terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas 8 skala
Richter. Bentuk rumah Gadang membuat rumah Gadang tetap stabil
menerima guncangan dari bumi. Getaran yang datang dari tanah
terhadap bangunan terdistribusi ke semua bangunan.
» Rumah gadang tidak menggunakan paku sebagai pengikat,
tetapi berupa pasak sebagai sambungan. Hal ini membuat bangunan
memiliki sifat sangat lentur. Selain itu, kaki atau tiang bangunan
bagian bawah tidak pernah menyentuh bumi atau tanah. Tapak
tiang dialasi dengan batu sandi. Batu ini berfungsi sebagai peredam
getaran gelombang dari tanah sehingga tidak mempengaruhi
bangunan di atasnya.
Jika ada getaran gempa bumi, rumah Gadang hanya akan berayun
atau bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran
tersebut. Darmansyah, seorang ahli konstruksi di Sumatera Barat
menyebutkan, dari sisi ilmu konstruksi bangunan rumah gadang
jauh lebih maju setidaknya 300 tahun dibanding konstruksi yang
ada di dunia pada zamannya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
» Rumah adat dimiliki secara komunal untuk kepentingan bersama
dibawah aturan adat dan wibawa raja sehingga rumah tersebut
menjadi tetap terjaga dan terpelihara. Masyarakat adat merupakan
masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan kebudayaan setempat.
Salah satu bentuk kebudayaan adalah kebudayaan fisik. Kebudayaan
fisik meliputi semua benda atau objek fisik, salah satu contohnya
yaitu rumah, kebudayaan fisik merupakan hasil dari aktivitas sosial
manusia. Jadi, hubungan masyarakat dengan rumah tidak dapat
dipisahkan karena rumah merupakan salah satu bentuk wujud
kebudayaan yang diciptakan oleh manusia.

Anda mungkin juga menyukai