Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan arsitektur secara sistematis telah dirintis sejak masa Umayyah. Arsitek
ternama kala itu adalah al-Walid. Ia adalah putra Khalifah Abd al-Malik. Ia sudah
mempunyai bakat dan potensi yang besar dalam bidang arsitektur sejak ia masih berusia
muda. Ia terus menekuni bakatnya hingga mewarisi takhta kekhalifahan.
Selama masa pemerintahan dinasti Abbasiyah juga, banyak perkembangan yang terjadi,
diantaranya adalah perkembangan bahkan kemajuan dalam bidang seni. Arsitektur Islam
berkembang sangat luas baik itu di bangunan secular maupun di bangunan keagamaan
yang keduanya terus berkembang sampai saat ini.
Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam yang kaya.
Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam
adalah masjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya memiliki pengaruh yang
sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian
umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya Pada tahun 630 M, Nabi Muhammad
beserta tentaranya berhasil menaklukkan Makkah dari suku Quraish.
Pada masa ini bangunan suci Ka'bah mulai didedikasikan untuk kepentingan agama
Islam,rekonstruksi Ka'bah dilaksanakan sebelum Muhammad menjadi Rasul.Bangunan
suci Ka'bah inilah yang menjadi cikal bakal dari arsitektur Islam.Dahulu sebelum Islam,
dinding Ka'bah dihiasi oleh beragam gambar seperti gambar nabi Isa, Maryam, Ibrahim,
berhala, dan beberapa pepohonan. Ajaran yang muncul belakangan, terutama berasal dari
AlQur'an, akhirnya melarang penggunaan simbol-
simbol yang menggambarkan makhluk hidup terutama manusia dan binatang.
Pada abad ke-7, muslim terus berekspansi dan akhirnya mendapatkan wilayah yang
sangat luas. Tiap kali muslim mendapatkan tanah wilayah baru, yang pertama kali mereka
pikirkan adalah tempat untuk beribadah, yaitu masjid. Perkembangan masjid disaat-saat
awal ini sangat sederhana sekali, bangunan mesjid tidak lain berupa tiruan dari rumah
nabi Muhammad, atau terkadang beberapa bangunan diadaptasikan dari bangunan yang
telah ada sebelumnya, misalnya gereja.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana perkembangan arsitektur pada masa Bani Umayyah?
1.2.2 Bagaimana perkembangan arsitektur pada masa Bani Abbasiyah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan perkembangan arsitektur pada masa Bani Umayyah.
1.3.2 Menjelaskan perkembangan arsitektur pada masa Bani Abbasiyah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan arsitektur pada masa Bani Umayyah


Khalifah Umayyah (661–750) mengkombinasikan beberapa elemen
dari arsitektur Byzantium dan arsitektur Sassanid. Arsitektur
Umayyah memperkenalkan bentuk baru yang mengkombinasikan gaya barat dan
timur. Model pelengkung yang berbentuk sepatu kuda mulai muncul pertama kali
pada masa dinasti Umayyah, lalu kemudian berkembang pesat
di Andalusia. Arsitektur Umayyah memunculkan penggunaan berbagai jenis dekorasi,
termasuk diantaranya adapalah penggunaan berbagai macam mosaik, cat dinding,
patung dan relief dengan motif Islam. Pada masa Umayyah, diperkenalkan sebuah
ruang transept yang membagi ruang solat berdasarkan axis terpendek. mereka juga
menambahkan mihrab ke dalam desain masjid. Masjid di Madinah dibangun oleh al-
Walid I menjadi masjid pertama yang memiliki mihrab, sebuah ruang tambahan
menghadap kiblat yang menjadi tempat imam memimpin shalat atau khatib
memberikan ceramah. Mihrab kini seolah menjadi standar dari desain sebuah masjid
di seluruh dunia.
Abdul Malik juga mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di
daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak mata uang tersendiri pada
tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Dia juga banyak
membangun masjid-masjid yang indah.
Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh putranya, Al-Walid bin Abdul
Malik (Al-Walid I). Ia dikenal sebagai seorang yang berkemauan keras dan
berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk
orang cacat. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah
dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-
masjid yang megah.
Khalifah Abdul Malik dan Khalifah Al-Walid I dikenal sebagai khalifah yang
sangat memperhatikan kelestarian masjid-masjid. Karena itu, tak mengherankan jika
pada masa pemerintahan Abdul Malik dan Al-Walid I, seni rupa dan arsitektur
mengalami perkembangan pesat.
Seni rupa pada zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian Bizantium
sebagai akibat dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari Makkah ke Syria. Seni

2
rupa ini banyak memperlihatkan ciri khas Kristen awal, yaitu bentuk-bentuk basilika
dan menara. Seperti terlihat di Masjid Umayyah yang awalnya adalah Gereja
Johannes di Damaskus. Interior masjid ini digarap seniman-seniman Yunani dari
Konstantinopel.
Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni
ukir dan seni pahat, sama halnya dengan zaman permulaan. Seni ukir yang
berkembang pesat pada zaman itu ialah penggunaan khat Arab (kaligrafi) sebagai
motif ukiran. Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Banyak
Alquran, hadis Nabi SAW, dan rangkuman syair yang dipahat dan diukir pada tembok
dinding bangunan masjid, istana, dan gedung-gedung.
Salah satu masjid yang dibangun pada masa Dinasti Umayyah adalah Masjid
Kubah Batu (Qubbat As-Sakhrah) di Yerusalem. Masjid yang didirikan pada zaman
Khalifah Abdul Malik ini ditujukan sebagai pengingat tempat naiknya Nabi
Muhammad SAW ke langit pada peristiwa Isra Mi’raj.

Bangunan masjid peninggalan Dinasti Umayyah lainnya yang masih bisa kita
saksikan hingga hari ini adalah Masjid Al-Aqsa (saat renovasi) dan Masjid Agung
Umayyah di Damaskus yang dibangun pada masa Khalifah Al-Walid I. Masjid Agung
Umayyah (bahasa Arab: ‫( )جامع بني أمية الكبير‬bahasa Inggris: Great Mosque of
Damascus), berlokasi di kota lama Damaskus, Suriah adalah masjid yang terbesar dan
tertua di kota itu. Dan dianggap sebagai tempat suci ke empat dalam Islam. Masjid ini
dibangun pada masa Khalifah Al-Walid bin Abdul-Malik dari Bani Umayyah tahun
88-97 Hijriyah atau 706-715 Masehi, di kota Damaskus, Suriah, ibu kota Bani
Umayyah pada waktu itu. Dibangun di atas runtuhan tempat peribadatan Romawi,
tempat menyembah Dewa Yupiter, dengan mengadopsi tipe bangunan Masjid
Nabawi di Madinah.

3
Ciri masjid ini adalah memiliki tiga menara yang merupakan usaha pembuatan
menara pertama di daerah Syam (Suriah dan sekitarnya) dan empat pintu yang dihiasi
dengan mosaik. Sisa-sisa mosaik itu masih ada sampai sekarang di bagian terpenting
di dalam pintu Albarid, pintu barat masjid. Pada masa dahulu masjid ini menyimpan
banyak kitab dan manuskrip.
Setelah penaklukan Arab atas Damaskus tahun 634, masjid dibangun di
tempat yang sebelumnya adalah basilika Kristen yang dipersembahkan
untuk Yohanes Pembaptis (atau Yahya) sejak zaman kekaisaran
Romawi Konstantinus I. Masjid ini memiliki makam peninggalan suci yang diyakini
sampai saat ini masih berisi kepala Yohanes Pembaptis (Yahya), yang dihormati
sebagai nabi baik oleh Kristen maupun Islam. Juga terdapat berbagai penanda lokasi
penting lainnya di dalam masjid dari Syi'ah, diantaranya tempat di mana
kepala Husain bin Ali (cucu dari Muhammad) yang disimpan oleh Yazid bin
Muawiyah. Makam Salahuddin berdiri di taman kecil di dinding utara masjid.

Lokasi di mana masjid sekarang berdiri sebelumnya adalah kuil


tuhan Hadad di era Aramaean dari akhir Zaman Perunggu dan Zaman Besi. Kehadiran
Aramaean terbukti dengan ditemukannya basal ortostat berbentuk sphinx yang digali
di sudut timur laut masjid. Lokasi itu kemudian pernah menjadi Kuil Yupiter pada

4
zaman Romawi, kemudian sebuah gereja Kristen yang diperuntukkan
kepada Yohanes Pembaptis pada zaman Kekaisaran Romawi Timur.
Beberapa struktur yang ditemukan di dalam Masjid mengandung arti penting:
Gerbang masuk (dikenal sebagai "Bāb as-Sā‘at") - Penanda pintu lokasi di mana
tahanan Karbalā disuruh berdiri 72 jam sebelum dibawa masuk. Ketika itu, Yazid bin
Muawiyah meminta kota dan istana dihias untuk kedatangannya.
Pemerintahan al-Walid juga meninggalkan beberapa bangunan, terutama
istana kekhalifahan. Di antara yang terkenal keindahannnya adalah Istana al-Qubbah
al-Khadra, al-Ukhaydir, Istana Kusair Amra(bangunan di tengah-tengah gurun pasir
yang terasing walaupun kini banyak yang telah rusak), serta al-Musyatta.
Pembangunan Istana Musyatta belum selesai saat khalifah al- Walid wafat
dalam usia 40 tahun. Arsitek lain yang terkenal pada abad ke-7 Masehi adalah
Ibrahim bin Ghanaim bin Said. Menurut Khalid Azabi, Ibrahim menjadi salah satu
orang kepercayaan Khalifah al-Zahir.
Ibrahim merancang dan memimpin langsung pembangunan istana khalifah
yang terletak di luar Kota Damaskus. Semasa kekuasaan Dinasti Mamluk, nama
Shihab Eddine Ahmed bin Mohammed bin Ali Toulouni mencuat. Dia dipercaya
menjadi kepala arsitek di istana khalifah.
Menurut sejarawan al-Asqalani, Shihab sangat ahli di bidangnya hingga
dijuluki sebagai pemimpin para arsitek. Ia pernah ditugasi merenovasi Masjidil
Haram di Makkah. Setelah ia meninggal dunia, jejaknya diteruskan oleh putranya
yang bernama Muhammad.

2.2 perkembangan arsitektur pada masa Bani Abbasiyah


Pada masa awal dinasti Abbasiyah, segala hal yang berkaitan dengan seni
hanya merupakan warisan dari Dinasti Umayyah (Hasjmy: 266-289). Akan tetapi
pada masa berikutnya, seni dan arsitektur yang berkembang pada masa Dinasti
Abbasiyah telah mengalami elaborasi dan mensistematisir gagasan Umayyah.
Kekhalifahan Abbasiyah memindahkan ibukota Islam ke Baghdad. Di sinilah
mereka memulai arsitektur mereka. Ketika ibukota dipindahkan ke Baghdad,
arsitektur lebih dipengaruhi oleh timur. Mereka menggunakan pengaruh arsitektur
kekaisaran Sasania yang merupakan kerajaan terakhir sebelum datangnya Islam.
Ibukota terakhir kekaisaran Sassania berada didekat Baghdad. Kekaisaran Sassania
merupakan Kekaisaran Persia pra-Islam dan dipimpin oleh Dinasti Sassania pada

5
tahun 224 hingga 651 M. Kekaisaran Sassania, yang menggantikan Kekaisaran
Parthia atau Kekaisaran Arkasid, diakui sebagai salah satu kekuatan utama di Asia
Barat, Selatan, dan Tengah, bersama dengan Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran
Bizantium, dalam periode selama lebih dari 400 tahun.

Arsitektur Abbasiah dimasa Khalifah Abbasiah (750–1513) sangat kuat


dipengaruhi oleh arsitektur Sassanid, dan arsitektur dari Asia tengah. masjid Abbasiah
memiliki sebuah courtyard. Awal mula arsitektur Abbasiah dapat ditemui di masjid
al-Mansur yang dibangun di Baghdad.
Dalam buku berjudul Sejarah Kebudayaan Islam karya Muradi, disebut ada
satu masjid yang didirikan pada masa pemerintahan Bani Abbas dan dikenal sa ngat
indah karena seni arsitekturnya.
Masjid Agung Samarra dibangun oleh al-Mutawakkil berukuran 256 oleh 139
meter (840 ft × 456 ft). Masjid ini memiliki atap datar dari kayu yang disangga oleh
tiang-tiang. Masjid ini memiliki dekorasi marmer dan mosaik kaca. Masjid Samarra
memiliki menara spiral, satu-satunya yang ada di Iraq. Sebuah masjid di Balkh atau
sekarang terdapat di wilayah Afghanistan berukuran 20 oleh 20 meter (66 ft × 66 ft),
yang memiliki sembilan kubah.
Masjid Samarra yang terletak di Baghdad ini dilengkapi dengan sahn, yaitu
sebuah lengkungan yang menyerupai bentuk piring.
Sekeliling pinggirannya dilengkapi dengan serambi-serambi. Di setiap sudut
masjid, bahkan didirikan mercu berbentuk bulat yang ter ben tuk dari batu bata.
Masjid pada masa itu umum nya tidak memiliki daun pintu, pintu yang terbuka ini
berujung pada satu titik dan terlihat barisan pintu yang berbentuk kerucut.
Hal lain yang ditonjolkan dalam gaya dan seni arsitektur Masjid Samarra
adalah tiang-tiang yang dipasang beratap lengkung. Tiang-tiang ini dibangun
menggunakan batu bata dengan bentuk segi dela pan dan didirikan di atas dasar segi
empat. Dasar-dasar ini lalu ditopang oleh tiang dari marmer ber segi delapan dan

6
disambungkan ke bagian lain dengan menggunakan logam atau besi berbentuk
lonceng.
Seiring dengan perjalanannya, masjid ini sempat mengalami kerusakan.
Namun, kemudian dibangun kembali antara tahun 849 dan 852 M. Dan, karena faktor
usia, masjid ini dipergunakan sebagai tempat ibadah hingga akhir abad ke-11 M.
Secara sepintas, bangunan lebih mirip benteng pertahanan dibandingkan dengan
masjid. Mengapa, karena tak ada simbol-simbol khusus yang tampak dari kejauhan
yang menandakan bahwa bangunan tersebut adalah tempat ibadah. Karena, bentuknya
memang sangat tidak mirip dengan masjid. Seperti benteng pertahanan, bangunan ini
secara keseluruhan konstruksinya menggunakan batu bata yang telah melalui proses
pembakaran terlebih dahulu.
Kalaupun ada tanda yang bisa disebut dengan masjid, mungkin hanya
menaranya. Anehnya, ia bukan menara yang tampak umum dalam sebuah bangunan
masjid yang bentuknya meruncing. Sebaliknya, bentuk menara Masjid Agung
Samarra ini justru berbentuk spiral, kendati semakin ke atas juga tampak meruncing.

Seperti umumnya menara, kalaupun ada cara untuk naik ke puncaknya, tangga
dibangun di bagian dalam menara. Sedangkan Masjid Agung Samarra ini, tangga
melingkar justru dibangun berbarengan dengan bangunan menara yang berbentuk
spiral. Dikisahkan, Khalifah Al-Mutawakkil pernah mencapai bagian atas menara ini
dengan menunggang keledai putih miliknya.
Inilah keunikan dari Masjid Agung Samarra. Bentuk menara spiral ini
mengingatkan kita pada menara Babel (the Tower of Babel) yang dibangun pada masa
Kerajaan Babilonia yang memerintah di wilayah Mesopotamia oleh Nebuchadnezzar.

7
Menara berbentuk spiral ini disebut juga dengan Malwiyya. Tingginya
mencapai 52 meter. Bagian dasar menara berbentuk empat persegi. Sedangkan pada
bagian atas menara terdapat sebuah paviliun yang difungsikan sebagai tempat muazin
mengumandangkan suara azan. Keseluruhan dinding pada ruang tempat muazin ini
terbuat dari material kayu.
Bangunan Masjid Agung Samarra berada di dalam lahan berpagar yang
berukuran 374 meter kali 443 meter. Dengan luas 239 meter kali 156 meter
menjadikan bangunan masjid ini sebagai yang terluas yang pernah ada dalam sejarah
masjid di dunia Islam. Untuk memudahkan akses ke lokasi masjid, Pemerintah Irak
membuat tiga jalan masuk seluas 52 meter.
Masjid ini mempunyai 16 pintu masuk, dengan 17 lorong yang terhubung
dengan ruang shalat dan serambi masjid. Serambi masjid ini berhiaskan tiang-tiang
pilar rangkap tiga. Pada waktu shalat Jumat, bagian serambi masjid biasanya juga
dipergunakan untuk menampung para jamaah shalat Jumat yang tidak tertampung di
dalam masjid.
Desain bagian dalam ruang shalat Masjid Agung Samarra berhiaskan marmer
yang membentuk pola segi delapan pada bagian sudut-sudut ruangan. Sementara
bagian mihrab, dihiasi dengan mosaik kaca. Kini hanya sebagian kecil dari potongan-
potongan mosaik tersebut yang masih tersisa.

Penggalian yang dilakukan oleh Direktorat Pemeliharaan Bangunan Kuno


Pemerintah Irak pada1960 silam berhasil menemukan sebuah panel berupa potongan-
potongan kaca berwarna biru tua yang berderet di dinding masjid.
Di bagian belakang mihrab, terdapat sebuah bangunan kecil. Pada masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah, bangunan tersebut biasa digunakan sebagai tempat

8
untuk menerima kunjungan khalifah, di samping sebagai tempat istirahat untuk para
imam masjid.
Sebagaimana dilansir kantor berita Agence France-Presse (AFP), Badan PBB
bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO), telah menetapkan
Masjid Agung Samarra di Irak ini sebagai salah satu bangunan yang masuk daftar
tempat-tempat bersejarah di dunia atau World Heritage Sites.
Kota Samarra pernah menjadi ibu kota pemerintahan Islam yang menguasai
sejumlah provinsi di masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah yang
berasal dari Tunisia melebarkan wilayah kekuasaannya hingga ke kawasan Asia
Tengah pada abad ke-9 Masehi.
UNESCO memandang keberadaan Masjid Agung Samarra terancam. Menurut
badan PBB tersebut, sejak invasi Amerika Serikat (AS) ke Negeri 1001 Malam
beberapa waktu lalu itu, pasukan AS dan koalisinya kerap melakukan pengeboman ke
tempat-tempat suci di Irak, yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Terdapat juga Menara Suq al-Ghazal.

Ini adalah menara tertua di Baghdad. Dulunya ini adalah Masjid khalifah yang
dibangun oleh Khalifah Al Muktafi 901-907 M. Masjid ini dihancurkan oleh bangsa
Mongol pada tahun 1258 M dan Menara ini dibangun oleh putra Hulagu, Abagha
[1264-1281 M.

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam yang
kaya.Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitekturIslam
adalah masjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya
memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya.
Pada masa ini bangunan suciKa'bah mulai didedikasikan untuk kepentingan agama
Islam, bangunan suciKa'bah inilah yang menjadi cikal bakal dari arsitektur Islam. Dalam
bidang senirupa telah mengalami kemajuan yang pesat salah satunya adalah seni ukir
dansulam yang bisa dilihat di masjid-masjid, istana kholifah, dan gedung-gedungyang indah.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://sara.theellisschool.org/worldciv/museum2007/justineb/index.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Sasaniyahv

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/07/11/pugzfi313-
perkembangan-arsitektur-islam-di-mulai-dari-dinasti-umayyah

https://www.academia.edu/37985861/makalah_perkembangan_seni_arsitektur_ukir_dan_sulam_pada
_masa_bani_abbasiyah

https://republika.co.id/berita/islampedia/dinasti/plodw2313/seni-rupa-dan-arsitektur-di-masa-
umayyah

https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Umayyah

11

Anda mungkin juga menyukai