Anda di halaman 1dari 10

MAKNA RAGAM HIAS NAGA PADA ARSITEKTUR

VIHARA DHARMA JAYA TOASEBIO


Clinton Ligafata, Luigi J. Kamal, Soegiarto Soetarji, Wirya Librata, William Tantowi

Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Tarumanagara

Clinton.14th@gmail.com
Abstrak-Vihara Dharma Jaya Tosebio memiliki banyak benda-benda yang sering digunakan
ragam hias naga pad arsitekturnya. Masih sedikit yang
mengetahui makna raga hias naga pada arsitektur vihara ataupun pada bagian-bagian pada
Toasebio. Naga merupaka ragam hias yang penting
dalam vihara kedudukan yang tinggi, bahkan posisi naga bangunan sebagai simbol
pada atap menjadi identitas bangunan Tionghoa, karena
keberuntungan.
memberikan makna bahwa bangunan tersebut
merupakan bangunan penting,seperti istana dan kuil
peribadatan. Penelitian ini mencoba untuk mencari tahu Vihara Dharma Jaya Toasebio
makna ragam hias naga dengan menggunakan Teknik
sering mengadakan acara besar
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi lingkungan vihara secara langsung dan keagamaan menurut keyakinan,
mewawancara penjaga vihara. Naga merupakan simbol
kekuasaan, kebaikan dan keberuntungan. Temuan kepercayaan agama Buddha, serta
penelitian ini adalah ragam hias naga pada posisi atap
memiliki makna pelindung bangunan dan pengguna di tempat orang awam melakukan ibadah
dalamnya. Makna ragam hias naga pada bagian kolom
sesuai keyakinan, kepercayaan
dan kuda-kuda atap adalah sebagai pengokoh struktur
bangunan. masing-masing baik perorangan
maupun kelompok.
1. PENDAHULUAN
Pada vihara Toasebio terdapat
1.1. LATAR BELAKANG banyak elemen ragam hias naga yang
Makna ragam hias naga pada diaplikasikan pada arsitekturnya.
arsitektur vihara jarang diketahui oleh Seperti pada bagian atap, pagoda, dan
orang. Masih banyak orang yang juga pilar-pilar bangunan vihara.
menganggap bahwa ragam hias naga Setelah mengamati hal tersebut, maka
pada vihara hanyalah untuk peneliti tertarik untuk meneliti lebih
mendukung gaya oriental. Naga adalah lanjut tentang makna ragam hias naga
seekor hewan yang banyak terdapat di yang diaplikasikan pada arsitektur
dalam legenda-legenda di dunia yang Vihara Dharma Jaya Toasebio.
keberadaannya dianggap mitos. Naga
Penulis memiliki harapan agar
pada legenda tiongkok banyak
penelitian ini dapat memberikan
dipercayai sebagai sebuah simbol
pengetahuan lebih mendalam
ataupun lambang yang sering
mengenai makna ragam hias naga
digunakan dan diaplikasikan pada
kepada para pembaca terutama bagi reptil berukuran raksasa. Makhluk ini
arsitek agar dapat mendapatkan muncul dalam berbagai kebudayaan.
referensi dari hasil penelitian ini. Pada umumnya berwujud seekor ular
1.2. LANDASAN TEORITIK besar, tetapi ada pula yang
Ragam hias dapat juga disebut menggambarkannya sebagai kadal
ornamen, menurut buku “The bersayap yang memilik beberapa
Function of Ornament”, definisi kepala dan dapat menghembuskan
ornamen adalah sebagai berikut: nafas api. Naga dipercaya dapat
ditaklukan lewat musik. (Newton,
Ornamen adalah gambar yang
1923)
muncul dari bahan substrat, yang
mengekspresikan kekuatan yang Pada arsitektur bangunan,
tertanam melalui proses konstruksi, gambaran naga muncul sangat banyak
penyatuan, dan pertumbuhan. Melalui pada setiap bagian bangunan resmi
ornamen dengan material efek kekaisaran, istana kaisar, kuil-kuil,
transmisi. Oleh karena itu ornamen bangunan resmi pemerintahan, rumah
diperlukan dan tak terpisahkan oleh para bangsawan. Naga diukirkan pada
objek. Ornamen bukan topeng untuk tiang-tiang kolom, digambarkan pada
ditentukan sebuah priori untuk plafon langit-langit bangunan, pada
membuat makna spesifik (seperti dinding bangunan, pintu dan jendela
Postmodernisme) meskipun memiliki bangunan, tangga, railing panggung, di
konstribusi untuk kontigen atau taman istana, pada hiasan jembatan.
signifikan paksa (karakteristik dari Pada perlengkapan furniture istana
semua bentuk). Ornamen tidak (Newton, 1923)
mempunyai maksud untuk Naga merupakan salah satu syarat
mendekorasi dan tidak memiliki pada bangunan-bangunan suci, salah
makna tersembunyi. Pada waktu satunya adalah vihara, karena naga
terbaik ornamen menjadi “tanda merupakan perwujudan kaisar yang
kosong” yang mampu menghasilkan hadir di dalam bangunan-bangunan
jumlah yang tidak terbatas dari suci. Kekaisaran sudah lama hilang,
resonasi. (Farshid Moussavi & namun masyarakat Cina masih
Michael Kubo 2006:8) mempercayai bahwa naga merupakan
Naga adalah sebutan umum untuk penjelmaan dari kaisar mereka
makhluk mitologi yang berwujud sehingga bentuk naga akan selalu
hadir di dalam arsitektur Cina Akan tetapi, karena Cheng-goan Cin-
(Miskaningsih, 2017: 65) kun / Qingyuan Zhenjun, dewata
pelindung masyarakat Kabupaten Tio-
Selain dari simbol kekuasaan, naga
thoa/Changtai, juga dikenal sebagai
merupakan suatu simbol dari kekuatan
Toa-sai Kong / Dashi Gong (Paduka
yang dapat memberikan kebaikan dan
Duta Besar), maka kelenteng ini juga
keberuntungan bagi umat manusia.
dikenal sebagai kelenteng Toa-sai
Hal ini dapat terlihat dari bangunan-
Bio/Dashi Miao (Kelenteng Duta
bangunan dengan arsitektur Cina
Besar). Nama Toa-sai Bio di lidah
memiliki ciri khas sendiriengan
penduduk lama-kelamaan berubah
memasang naga sebagai salah satu
lafal menjadi Toa-se Bio dan menjadi
jimat keberuntungan bagi bangunan
nama jalan dimana kelenteng ini
tersebut (Miskaningsih, 2017: 66)
berada dan juga nama lingkungan
sekitarnya. Nama Toasebio ini sampai
2. METODE
sekarang masih dipakai, dari sinilah
Lokasi penelitian dilakukan di
nama paroki di lingkungan ini, Paroki
Yayasan Vihara Dharma Jaya
Toasebio. Pada zaman Orde Baru oleh
Toasebio. Lengkapnya Vihara ini
adanya Peraturan Pemerintah No.
terletak di Jl. Kemenangan III No.48
14/1967 banyak kelenteng (Chinese
B, RT.11/RW.3, Glodok, Kec. Taman
temple) yang berubah status menjadi
Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah
vihara (Buddhist monastery/temple).
Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian
Nama kelenteng Toa-sai Bio diganti
dilaksanakan pada bulan September
menjadi Vihara Dharma Jaya
sampai Oktober 2019. Vihara
Toasebio, karena hanya Buddhisme
Toasebio sudah berdiri di tempatnya
yang "diakui" sebagai agama oleh
yang sekarang sejak semula didirikan
negara, sedangkan Konfusianisme dan
pada sekitar menjelang pertengahan
Taoisme tidak.
abad ke-18 oleh komunitas Tionghoa
asal Kabupaten Tiothoa/Changtai di Toasebio sendiri adalah gabungan

Keresidenan Ciangciu/Zhangzhou dan dari dua kata yakni Toase yang berarti

tidak pernah dipindahkan dari tempat pesan dan Bio adalah kelenteng.

lain. Nama resmi kelenteng ini adalah Sehingga dimaksudkan kelenteng ini

Hong-san Bio/Fengshan Miao menghormati pesan yang dibawa dari

(Kelenteng Gunung Burung Hong). China. Tidak hanya ajaran Terawada,


Terayana juga menjadi satu di tempat kategori, menjabarkan kedalam unit-
ini. unit, melakukan sintesa, menyusun
kedalam pola, memilih mana yang
Bangunan dengan luas 1.324meter
penting dan yang akan dipelajari dan
persegi ini awalnya dimiliki oleh
membuat kesimpulan sehingga mudah
seorang tuan tanah dengan marga Tan,
dipahami oleh diri sendiri maupun
kemudian dihibahkan ke Yayasan
orang lain (Sugiyono, 2012).
Dharma Jaya Toasebio setelah turunan
ke empat. Dengan jumlah pengurus 38 Analisis yang dilakukan merupakan
orang. analisis terhadap data kualitiatif.
Analisis data kualitatif bersifat
Data yang diambil menggunakan
induktif yaitu suatu analisis
teknik kualitatif. Pengumpulan data
berdasarkan data yang diperoleh,
untuk memperkuat informasi terhadap
selanjutnya dikembangkan menjadi
vihara Toasebio dilakukan dengan
sebuah hipotesis. Hipotesis
cara observasi sekeliling vihara
dibandingkan dengan data tersebut
tersebut. Teknik observasi yang
selanjutnya dicarikan data lagi secara
digunakan merupakan teknik observasi
berulang-ulang sehingga dapat
non-partisipan dengan 1 kali
disimpulkan apakah hipotesis tersebut
mengunjungi vihara Toasebio.
diterima atau ditolak berdasarkan data
Penelitian yang dilakukan merupakan
yang terkumpul. Bila berdasarkan data
penelitian langsung terjun ke lapangan
yang dikumpulkan secara berulang-
dengan media kamera sebagai alat
ulang dengan teknik
untuk mengambil foto vihara tersebut.
Triangulasi ternyata hipotesis
Observasi yang dilakukan adalah
diterima, maka hipotesis tersebut
menemukan sejarah arsitektur wihara
berkembang menjadi teori.
tersebut guna menemukan makna dari
ornamen-ornamen yang terpasang Oleh karena itu penelitian ini akan
pada vihara tersebut. mencari terlebih dahulu data-data
mengenai vihara dan kebudayaan
Analisis data adalah sebagai proses
Tiongkok terutama pada fascinasinya
mencari dan menyusun secara
terhadap ornamen naga dan selanjutnya
sistematis data yang diperoleh dari
diikuti oleh pencarian vihara dengan
hasil wawancara, catatan lapangan dan
campuran kebudayaan tingkok ornament
dokumentasi dengan cara
naga.
mengorganisasikan data kedalam
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan landasan teori mengenai
ragam hias naga pada arsitektur vihara dan
hasil survey mengenai ragam hias naga
pada Vihara Toasebio, kami menganalisis
data survei yang kami dapatkan mengenai
ragam hias naga pada Vihara Toasebio
mulai dari atap pintu masuk, kolom,
hingga pot dupa. Kami membandingkan
ragam hias naga yang kami temukan
dilapangan dengan yang terdapat pada
landasan teori.

Berdasarkan landasan teori, posisi naga


yang berada diatas atap memiliki makna
untuk menjauhkan bangunan dari bahaya
terkhusus dari bahaya kebakaran. Menurut
hasil survei bahwa posisi naga diatas atap
memiliki makna untuk memberikan
Ragam hias naga pada atap pintu keberuntungan dan keselamatan bagi
masuk vihara Toasebio pengguna bangunan tersebut. Makna yang
didapat dari landasan teori dengan survei
memiliki kemiripan yaitu posisi naga
tersebut akan memberikan keselamatan
pada bangunan agar terhindar dari bahaya.

Berdasarkan landasan teori mengenai


arah hadap naga, diartikan sang naga
Ragam hias naga pada atap pintu sedang mengejar mustika yang berarti ilmu
masuk vihara berdasarkan teori sejati atau kunci kebahagiaan,
digambarkan berupa naga yang
berhadapan. Berdasasrkan hasil survey
naga tersebut diartikan sedang mengejar
kebenaran agar orang yang beribadah ke
vihara dapat menjadi lebih baik.

Terdapat kesamaan arti pada landasan


teori dan hasil survei yaitu naga yang
berhadapan di atas atap adalah mengejar
kebenaran berupa ilmu demi kebahagiaan.

Ragam hias naga pada kolom


vihara Toasebio
Terdapat perbedaan bentuk muka dari
naga yang terdapat pada Vihara Toasebio
dan landasan teori. Namun keduanya
memiliki warna, gaya, dan makna yang
sama. Berdasarkan landasan teori, makna
ragam hias naga yang terdapat pada kolom
adalah menjaga dan melindungi struktur
Ragam hias naga pada kolom bangunan agar tetap dapat berdiri tegak.
vihara berdasarkan teori Berdasarkan hasil survei, naga yang
terletak pada kolom bangunan Vihara
Toasebio memiliki makna sebagai
penopang struktur bangunan untuk
menjaga bangunan agar tetap bediri.
Keduanya memiliki kesamaan makna yaitu
naga yang terdapat pada kolom bangunan
vihara memiliki makna sebagai penopang
struktur bangunan agar tetap dapat tegak.

Pada landasan teori, warna yang


digunakan pada naga yang terdapat pada

Ragam hias naga pada kuda-


kuda atap vihara Toasebio

kolom vihara adalah merah, emas, hijau.


Masing-masing warna memiliki maknanya
masing-masing. Berdasarkan hasil
wawancara, narasumber tidak
menyebutkan makna dari warna yang
digunakan pada ragam hias naga yang

Ragam hias naga pada kuda- Berdasarkan landasan teori, makna

kuda atap berdasarkan teori ragam hias naga pada kuda-kuda atap
adalah sebagai penantang bahaya. Naga
terdapat pada kolom Vihara Toasebio. tersebut diibaratkan sebagai sosok penjaga
yang mengawasi disetiap sudut bangunan
dan menolak bala agar tidak dapat masuk
ke bangunan. Berdasarkan hasil survei,
makna naga yang terdapat pada kuda-kuda
atap akan memberikan kekuatan pada
bangunannya agar bertahan lama dan
keberuntungan pada pengguna. Terdapat
kemiripan makna antara yang didapatkan
dari landasan teori dan survei yaitu ragam
hias naga pada kuda-kuda atap
memberikan makna sebagai penjaga
bangunan yang melindungi bangunan agar
tetap kokoh berdiri dan sebagai penangkal
bala yang akan memberikan didapat dari landasan teori dan survei yaitu
keberuntungan kepada pengguna kekuatan dan daya tahan.

Berdasarkan landasan teori yang didapat


mengenai latar belakang penggunaan
ragam hias naga pada vihara dan hasil
survey terhadap ragam hias pada vihara
Toasebio, dapat kami simpulkan bahwa
naga diartikan sebagai pembatas antara
kawasan luar dengan kawasan suci di
lingkup vihara tersebut. Naga juga
merupakan penggambaran kekuasaan yang
dipercaya sebagai perwujudan kaisar yang
hadir dari pada bangunan suci.
.

Ragam hias naga pada


dinding vihara Toasebio

Berdasarkan teori lain, naga


menyimbolkan kekuatan dan dapat
memberikan kebaikan serta keberuntungan
bagi umat manusia.
Berdasarkan landasan teori, ragam hias
naga yang terdapat pada bagian dinding 4. KESIMPULAN
memiliki beberapa makna seperti sebagai
kekuatan, keberuntungan, daya tahan, Ragam hias naga pada dinding
penjaga keseimbangan, dan beberapa berdasarkan teori
makna lainnya. Berdasarkan survei
lapangan, ragam hias naga yang terdapat Berdasarkan survei lapangan dan
pada dinding Vihara Toasebio memiliki analisis yang telah dilakukan, dapat
makna yang hampir sama dengan yang ada disimpulkan bahwa setiap ragam hias naga
pada kolom yaitu sebagai pelindung yang terdapat pada arsitektur Vihara
bangunan agar tetap berdiri kokoh. Toasebio memiliki makna yang berbeda-
Terdapat kesamaan antara makna yang beda. Makna tersebut bergantung pada
letak dan warna dari ragam hias naga Ragam hias naga pada arsitektur Vihara
tersebut. Toasebio memiliki makna yang positif bagi
bangunan vihara. Naga akan melindungi
Pada bagian atap pintu masuk vihara
bangunan Vihara Toasebio agar tetap dapat
Toasebio terdapat ragam hias naga yang
berdiri kokoh dan dapat menuntun manusia
memiliki makna sebagai pelindung
untuk menemukan jalan kebenaran agar
bangunan dan pengguna dari bahaya
mencapai kebahagaian.
kebakaran. Arti dua naga yang saling
berhadapan mengejar sebuah mustika Latar belakang digunakannya naga pada
menggambarkan dua manusia yang sedang bangunan-bangunan suci khususnya vihara
mencari ilmu kebenaran untuk mencapai adalah dikarenakan naga perwujudan
kebahagiaan. kaisar yang hadir dalam bangunan-
bangunan suci. Naga dalam masyarakat
Ragam hias naga pada bagian kolom
Tionghoa dipercaya dapat membawa
memiliki makna sebagai penopang struktur
kebaikan, kekuatan, dan keberuntungan
bangunan agar Vihara Toasebio tetap dapat
bagi umat manusia.
bediri tegak. Warna naga tersebut juga
memberikan arti positif yaitu kebahagian,
kemuliaan, keberuntungan, dan awalan DAFTAR PUSTAKA
yang baru. Azmi, Zeila. (2015). Penerapan Ornamen

Ragam hias naga yang terdapat pada Arsitektur Cina Pada Bangunan Maha

kuda-kuda atap dan dinding memiliki Vihara Maitreya Di Medan. Journal of

makna yang mirip dengan kolom yaitu Monastery Architecture, 2

sebagai simbol kekuatan. Pada kuda-kuda Cai, Zeng Lung. (2008). Western Dragon

atap, makna ragam hias naga adalah and Chinese Long: Mistranlation and

penjaga bangunan agar tetap kokoh Resolution. Guangdong Songshan

khususnya pada bagian atap dan sebagai Polytechic College, 512126

pemberi keberuntungan. Catalani, Anna and Nour Zeinab. 2017.


Cities' Identity Through Architecture and
Arts. The Netherlands: CRC Press
Balkema

Chendra. (2012, Mei 22). Makna Ragam


Hias & Ornamen Tiongkok (1) – Naga.
Diakses dari http://web.budaya-
tionghoa.net/index.php/item/2006-makna- Mong, T, S, L, S. (1986). Spectrum
ragam-hias--ornamen-tiongkok-1-naga Chinese Culture. Pelanduk: Petaling Jay
Primayudha, Novrizal, Hubertus Harridy
Ching, F, D, K. (2008). Arsitektur Bentuk,
Pornomo, Gita Yulia Setiyani. (2014).
Ruang, dan Tatanan. Jakarta: PT Gelora
Reka Jiva. Makna Penerapan Elemen
Aksara Pratama
Interior pada Bangunan Vihara Satya
Hsun, Chen Kuan & Kenji Horigorne.
Budhi-Bandung, 2(1), 12.
(1715). Use of Animal Shapes as Roof
Roberts, Jeremy. 2010. Chinese
Ornaments in Traditional Taiwanese
Mythology. New York: An Imprint Of
Architecture. Journal of Traditional
Infobas Publishing
Taiwanese Architecture, 3-5
Triska, Daniel. (2017). Adaptasi Bentuk
Khudori, Nabilla. (2019, Juli 7). Arsitektur
Atap Arsitektur Cina Pada Bangunan Etnis
Atap Tradisional Tionghoa dan
Tionghoa. 9-11
Filosofinya. Diakses dari
https://www.tionghoa.info/arsitektur-atap- Widayati, Naniek. (2004). Dimensi Teknik
tradisional-tionghoa-dan-filosofinya/ Aristektur. Telaah Arsitektur Berlanggam
China. 32(1). 51
Miskaningsih. 2017. Makna Simbolis
Ornamen Pada Bangunan Utama Vihara Yoswara, Harry Pujianto, Imam Santosa,
Avalokitesvara Di Kawasan Banten Lama Naomi Haswanto. (2011). Wimba. Simbol
[skripsi]. Yogyakarta(ID): Universitas dan Makna Bentuk Naga, 3(2), 23-29.
Negeri Yogyakarta Zhang, Donia. (2018). Cultural Symbols in
Moedjiono. (2011). Ragam Hias Dan Chinese Architecture. Journal of Chinese
Warna Sebagai Simbol Dalam Arsitektur Architecture, 5-6
Cina. Journal of Chinese Architecture, 2

Anda mungkin juga menyukai