Anda di halaman 1dari 3

1. Pengertian.

Meru adalah salah satu jenis tempat pemujaan untuk Istadewata, bhatara- bhatari
yang melambangkan gunung Mahameru. Landasan filosofis dan meru adalah
berlatar belakang pada anggapan adanya gunung suci sebagai stana para dewa
dan roh suci leluhur. Untuk kepentingan pemujaan akhirnya gunung suci itu
dibuatkan berbentuk replika (tiruan) berbentuk bangunan yang dinamai candi,
prasada dan meru.
2. Fungsi Meru ada dua macam.
1. Tempat pemujaan Istadewata seperti meru di Kiduling Kreteg tempat
pemujaan Brahma, dan sebagainya. Di Pura Batu Madeg tempat pemujaan
Wisnu.
2. Tempat pemujaan bhatara-bhatari seperti pada padarman-padarman di
komplek pura Besakih dan sebagainya.
3. Untuk membedakan jenis meru, pemujaan istadewata dan bhatara- bhatari
antara lain
1. Dari segi pedagingan.
2. Dari .segi puja/ stawa.
3. Bentuk meru
1. Ciri umum bentuk meru
1. Dapat dibedakan menjadi: dasar, badan, atap
2. Bangun dasarnya segi empat
2. Khusus
1. Ada jenis meru yang badannya berbentuk ruangan yang dapat
dipergunakan tempat untuk sembahyang, dan ada pula meru yang
badannya berbentuk "banyah" (pejal) yang ruangannya tidak dapat
dimasuki sebagai tempat bersembahyang
2. Atap meru bertumpang dan sebanyak- banyaknya tumpang- 11
(sebelas)
3. Arti susunan atap meru yang pada umumnya gasal adalah
melambangkan patalaning bhuwana dan pangalukuan dasaksara.
3. Struktur
1. Bagian dasar menggunakan struktur masif (pejal)
2. Bagian badan dan atap memakai struktur kerangka. Bahannya
diutamakan memakai kayu dan atap ijuk.

Catatan

Rumusan tinjauan filosofis dan fungsi meru ini dapat merupakan penguat dan pelengkap
dari keputusan tentang meru sebelumnya.
Meru

Kata Meru adalah nam a sebuah gunung di India (Gunung Maham eru) dan di yak ini
sebagai tem pat suci (Sang H yang W idhi). Meru yang sebenarn ya tem patnya di
Swargaloka. Sedangkan di Bali Meru adalah bangunan atau pelinggih suci tem pat
m ensthanakan/m enaruh para Dewa. Meru dalam bentuk bangunan atau pelinggih
terdiri dar i tiga bagian yaitu bagian dasar, badan dan atap. Khus us untuk bagian
atapnya bertingk at -tingk at, sem ak in k e atas bentuk nya sem ak in kecil m enyerupai
sebuah gunung. Jum lah tingk atan atapnya selalu ganjil yaitu 1, 3, 5, 7, 9 dan 11.
P a d a u m u m n y a b a g i a n a t a p i n i t e r b u a t d a r i i j u k . B a g i a n d a s a r M e r u p a d a u m u m n ya
terbuat dari batu alam atau batu buatan yang berben tuk bujur sangkar. Sedangkan
b a d a n M e r u p a d a u m u m n ya t e r b u a t d a r i b a h a n k a y u k e c u a l i b e b e r a p a M e r u d i P u r a
Besak ih, badan Mer u terbuat dar i batu padas atau bata dan bias anya uk urann ya
j a u h l e b i h b e s a r d a r i p a d a M e r u y a n g m e m a k a i b a d a n d a r i b a h a n k a yu . M e r u s e p e r t i
halnya candi atau prasada adalah sim bol dari alam sem esta yang terdiri dari tiga
bagian yaitu Bhurlok a, Bhuvahlok a dan Svahlok a. Menurut lontar Andhabhuwana
tingk atan atap Meru m erupak an sim bol lapisan alam besar (Macrocosm os) dari
b a w a h k e a t a s a d a l a h S a k a l a , N i s k a l a , S u n ya , T a ya , N i r b a n a , M o k s a , S u k s m a t a ya
T u r ya n t a , A c i n t y a t a y a d a n C a y e m , a d a s e b e l a s t i n g k a t b a n y a k n y a .

Atap Meru juga merupakan simbolis dari “penglukunan Dasaksara” (peredaran


sepuluh huruf suci ya ng dik aitk an dengan dewa -dewa Dik pala/D ewata Nawa
S a n g a ) , y a i t u : S a ( I s w a r a ) , B a ( B r a h m a ) , T a ( M a h a d e w a ) , A (W i s n u ) , I
(Siwa/Zenit), Na (Mahesora), Ma (Rudra), Si (Sankara), Va (Sambhu), Ya
(Siwa/Nadir). Kesepuluh dewa-dewa tersebut adalah m anifestasi dari Dewa Siwa
sebagai penguasa al am sem esta, diantaranya sebagai pelindung k iblat (m ata
angin). Dewa W isnu di sebelah utara, Dewa Sam bu di tim ur laut, Dewa Iswara di
tim ur , Dewa Mahesora di tenggara, Dewa Brahm a di Selatan, Dewa Rudra di barat
daya, D ewa Mahadew a di barat dan Dewa Sank a ra di barat laut.

Seperti haln ya fungsi prasada/k itab, m ak a Meru juga m em punyai fungsi sebagai
tem pat m em uja Sang H yang W idhi atau m anifestasi -N ya dan Mer u sebagai tem pat
pem ujaan Dewa Pitara atau Atm asiddhadevata (roh suci leluhur).

Perbedaan fungsi ba ngunan Meru dapat diketahui dari “pedagingan” (isi yang
ditanamkan pada waktu upacara m elaspas m eru atau peresm ian Meru tersebut),
puja atau stava (m antram pem ujaan) yang dipak ai pada wak tu upacara
p i o d a l a n d a n d a r i s e g i b e n t u k b a n g u n a n n y a . P a d a u m u m n ya u n t u k S a n g H y a n g
W idhi atau m anifestasinya -N ya dibuat lebih besar dan k adang -kadang badan m eru
dibuat dari bahan batu bata. Pada dasar Meru ada juga yang m em pergunak an
ukiran dengan relief bedawangnala (empas) dan dibelit oleh satu atau dua ekor
naga sepert i haln ya terdapat pada bangunan candi atau Padm asana. C ontoh
bangunan/pelinggih Meru hampir terdapat pada setiap pura besar di Bali
(penyungsungan jagat), m isalnya pura Bes ak ih, Uluwatu, T am an Ayun, Batuk aru
dan sebagain ya.

Anda mungkin juga menyukai