Anda di halaman 1dari 6

Masjid Raya Baiturrahman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Koordinat:  5°33′13″N 95°19′1.9″E

Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman

Informasi umum

Letak Banda

Aceh, Aceh, Indonesia

Afiliasi agama Islam

Deskripsi arsitektur

Arsitek Gerrit Bruins

Jenis arsitektur Masjid

Gaya arsitektur Kebangkitan Mughal

Peletakan batu 1879

pertama

Rampung 1881

Spesifikasi

Kapasitas 30.000
Luas bangunan 1.500 m2 (16.000 sq ft)

Kubah 7[1]

Menara 8

Masjid Raya Baiturrahman (Aksara Jawoë  : ‫مسجد راي بايتوررحمن‬ ) adalah sebuah


Masjid yang terletak di pusat kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Masjid
Raya Baiturrahman adalah simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan
dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini adalah landmark Banda Aceh sejak
era Kesultanan Aceh dan selamat dari bencana tsunami pada 26 Desember 2004
silam.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Lukisan Masjid Raya Kesultanan Aceh yang asli, Masjid ini merupakan yang paling megah pada abad ke-18 di Banda
Aceh

Kerajaan Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman pada saat Sultan Muhammad Daud Syah Johan
Berdaulat masih bertahta sebagai Sultan Aceh yang terakhir

Masjid Raya yang asli dibangun pada tahun 1612 di masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda. Ada juga yang mengatakan bahwa Masjid Raya Baiturrahman yang
asli dibangun lebih awal pada tahun 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Masjid
Kerajaan yang asli menampilkan atap jerami berlapis-lapis yang merupakan fitur
khas arsitektur Aceh. [2]

Ketika Kolonial Hindia Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada 10 April 1873,


masyarakat Aceh menggunakan Masjid Raya yang asli sebagai benteng
pertempuran, dan menyerang pasukan Royal Belanda dari dalam masjid. Pasukan
Royal Belanda pun membalas dengan menembakkan suar ke atap jerami masjid,
yang menyebabkan masjid terbakar. Jendral Van Swieten pun menjanjikan
pemimpin lokal bahwa dia akan membangun kembali Masjid Raya dan menciptakan
tempat yang hangat untuk permintaan maaf. Pada 9 Oktober 1879,  Belanda
[3]

membangun kembali Masjid Baiturrahman sebagai pemberian dan untuk


mengurangi kemarahan rakyat Aceh. Konstruksi dimulai pada tahun 1879, ketika
batu pertama diletakkan oleh Tengku Qadhi Malikul Adil, yang kemudian menjadi
imam pertama di Masjid Raya baru ini, dan diselesaikan pada 27 Desember 1881
ketika masa pemerintahan Sultan terakhir Aceh, Muhammad Daud Syah. Banyak
orang Aceh yang awalnya menolak untuk beribadah di Masjid Raya Baiturrahman
yang baru ini karena dibangun oleh orang Belanda, yang awalnya merupakan
musuh mereka. Namun sekarang Masjid ini telah menjadi kebanggaan Masyarakat
Aceh. [4]

Pada awalnya, Masjid Raya Baiturrahman hanya memiliki satu kubah dan satu
menara. Kubah-kubah dan Menara-menara ekstra baru ditambahkan pada tahun
1935, 1958, dan 1982. Hari ini Masjid Raya Baiturrahman memiliki 7 kubah dan 8
menara, termasuk yang tertinggi di Banda Aceh. [5]

Masjid Raya Baiturrahman selamat dari peristiwa Gempa dan Tsunami pada tanggal
26 Desember 2004 yang hanya mendapatkan sedikit kerusakan seperti beberapa
dinding yang retak. Salah satu menara 35 meter juga mengalami sedikit keretakan
dan menjadi sedikit miring akibat gempa tersebut. Disaat kejadian bencana alam
tersebut, Masjid ini digunakan sebagai tempat penampungan sementara untuk
orang-orang yang terlantar dan baru dibuka kembali untuk ibadah setelah 2 minggu. [5]

Arsitektur dan Desain[sunting | sunting sumber]

Penampakan muka Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman awalnya dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama
Gerrit Bruins.  Desainnya kemudian diadaptasi oleh L.P. Luijks, yang juga
[6][7]

mengawasi pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor Lie A Sie.  Desain
[6]

yang dipilih adalah gaya kebangkitan Mughal, yang dicirikan oleh kubah besar
dengan menara-menara. Kubah hitam uniknya dibangun dari sirap kayu keras yang
digabung menjadi ubin.
Interiornya dihiasi dengan dinding dan pilar be-relief, tangga marmer dan lantai
dari Tiongkok, jendela kaca patri dari Belgia, pintu kayu berdekorasi, dan lampu hias
gantung perunggu. Batu-batu bangunannya berasal dari Belanda. Pada saat
penyelesaiannya, desain yang baru pada masanya ini sangat kontras dibandingkan
dengan masjid-masjid khas Aceh disaat itu, yang mengakibatkan banyak orang
Aceh menolak untuk shalat di Masjid Raya Baiturrahman ini, ditambah lagi karena
masjid ini dibangun oleh "orang kafir" Belanda. Namun sekarang, Masjid Raya
Baiturrahman telah menjadi masjid kebanggaan masyarakat Aceh. [8]

Wisatawan[sunting | sunting sumber]
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Aceh terus meningkat setiap tahunnya,
mereka mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang tersebar diseluruh penjuru
Aceh. Salah satu objek wisata sejarah yang sangat diminati oleh para wisatawan
adalah Masjid Raya Baiturrahman, para wisatawan biasanya menghabiskan waktu
dengan cara mempelajari sejarah Masjid Raya Baiturrahman, menikmati keindahan
arsitekturnya serta mengabadikan foto saat berada di kawasan masjid.

Replika[sunting | sunting sumber]
Replika Masjid Raya Baiturrahman terletak di sebuah taman miniatur terbesar di
dunia bernama Taman Minimundus di Klagenfurt, Karintia, Austria. Bangunan pada
replika tersebut terlihat sangat mirip dengan aslinya. Miniatur ini menggunakan skala
1:25.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Interior bagian dalam

 

Replika Masjid Raya Baiturrahman di Taman Minimundus di Klagenfurt, Karintia, Austria

Langit-Langit Masjid Raya Baiturrahman

Menara utama Masjid Raya Baiturrahman di beri gelar sebagai "Tugu Aceh Daerah Modal Republik
Indonesia" oleh Presiden Soekarno

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ (Indonesia) "Masjid Baiturahman ( Masjid Raya ) Banda Aceh" (php). Diakses tanggal 3 Agustus 2012.
2. ^ Gunawan Tjahjono (1998). Indonesian Heritage-Architecture. Singapore: Archipelago Press. hlm. 81–
82. ISBN 981-3018-30-5.
3. ^ Indrajaya, Dimas Wahyu. "Sejarah Hari Ini (9 Oktober 1879) - Belanda Bangun Kembali Masjid Raya
Baiturrahman Aceh". Good News From Indonesia. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.
4. ^ Luijken, Henk. "Banda Aceh". travelmarker.nl. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.
5. ^ Lompat ke:a b http://lestariheritage.net/aceh/webpages/sites01.htmlAceh Heritage Diarsipkan 2012-03-21
di Wayback Machine.
6. ^ Lompat ke:a b http://www.travellinkinfo.com/2019/08/kisah-masjid-raya-baiturrahman.html Pesona Religi
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
7. ^ Van der Klaauw, C.J., ed. (24 December 1940). Geslachtslijst Bruins. hlm. 6.
8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref
bernama dutch

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


 Mesjid Besar Baiturrahman
 Tabloid Gema Baiturrahman
 Situs Resmi Kementrian Pariwisata
sembunyi

Masjid di Indonesia

Sumatra Aceh · Sumatra Utara · Sumatra Barat · Riau · Kepulauan Riau · Jambi · Bengkulu · Kepulauan Bangka Belitung · Sumatra Selatan · Lampung

Jawa Jakarta · Jawa Barat · Banten · Jawa Tengah · Yogyakarta · Jawa Timur

Kalimantan Kalimantan Barat · Kalimantan Selatan · Kalimantan Tengah · Kalimantan Timur · Kalimantan Utara

Sulawesi Sulawesi Utara · Sulawesi Barat · Sulawesi Selatan · Sulawesi Tengah · Sulawesi Tenggara · Gorontalo

Nusa
Bali · Nusa Tenggara Barat · Nusa Tenggara Timur
Tenggara

Maluku Maluku · Maluku Utara

Papua Papua · Papua Barat

tampil

Pengawasan otoritas 
Kategori: 
 Kota Banda Aceh
 Masjid di Aceh
 Kesultanan Aceh
 Masjid Kesultanan

Anda mungkin juga menyukai