Anda di halaman 1dari 2

Padmasana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Contoh sebuah padmasana.

Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian
bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh
Prof. Dr. P.J. Zoetmulder (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : "padma" artinya bunga teratai
dan "asana" artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.

Arti[sunting | sunting sumber]

Bunga teratai dipilih sebagai simbol yang tepat menggambarkan kesucian dan keagungan Hyang Widhi
(Tuhan) karena memenuhi unsur-unsur:

 Helai daun bunganya berjumlah delapan sesuai dengan jumlah manifestasi Hyang Widhi di arah delapan
penjuru mata angin sebagai kedudukan horizontal: Timur (Purwa) sebagai Iswara, Tenggara (Agneya)
sebagai Maheswara, Selatan (Daksina) sebagai Brahma, Barat Daya (Nairiti) sebagai Rudra, Barat
(Pascima) sebagai Mahadewa, Barat Laut (Wayabya) sebagai Sangkara, Utara (Uttara) sebagai Wisnu,
Timur Laut (Airsanya) sebagai Sambhu.

 Puncak mahkota berupa sari bunga yang menggambarkan symbol kedudukan Hyang Widhi secara
vertikal dalam manifestasi sebagai: Siwa (adasthasana/dasar), Sadasiwa (madyasana/tengah) dan
Paramasiwa (agrasana/puncak).

 Bunga teratai hidup di tiga alam yaitu tanah/lumpur disebut pertiwi, air disebut apah, dan udara disebut
akasa. Bunga teratai merupakan sarana utama dalam upacara-upacara Panca Yadnyadan juga digunakan
oleh Pandita-Pandita ketika melakukan surya sewana (pemujaan Matahari).
Dilihat dari bentuk bangunan padmasana, dibedakan adanya lima jenis padmasana yaitu:

1. Padma Anglayang: memakai dasar bhedawangnala, bertingkat tujuh dan di puncaknya ada tiga ruang.
Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga
sebagai niyasa stana Trimurti.

2. Padma Agung: memakai dasar bhedawangnala, bertingkat lima dan di puncaknya ada dua ruang.
Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga
sebagai niyasa Ardanareswari yaitu kekuatan/ kesaktian Hyang Widhi sebagi pencipta segala yang
berbeda misalnya: lelaki-perempuan, siang-malam, kiri (pengiwa) - kanan (penengen), dst.

3. Padmasana: memakai bhedawangnala, bertingkat lima dan di puncaknya ada satu ruang. Digunakan
selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa
Sanghyang Tunggal yaitu Hyang Widhi Yang Maha Esa

4. Padmasari: tidak memakai dasar bhedawangnala, bertingkat tiga dan di puncaknya ada satu ruang.
Digunakan hanya untuk niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa

5. Padma capah: tidak memakai dasar bhedawangnala, bertingkat dua dan di puncaknya ada satu
ruang. Digunakan untuk niyasa stana Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai Baruna (Dewa lautan)

Pemilihan bentuk kelima jenis Padmasana itu berdasarkan pertimbangan kemampuan penyungsung
melaksanakan upacara, baik ketika mendirikannya maupun pada setiap hari piodalannya. Oleh karena itu
dipertimbangkan juga jumlah penyungsungnya. Makin banyak penyungsungnya makin "utama" bentuk
padmasana, sesuai dengan urutan di atas.

Anda mungkin juga menyukai