39
Vol. 012, No. 01, April 2019
(puncak). Selain itu Padmasana dapat berbentuk bunga teratai segi delapan
dibedakan menurut lokasi (pengider atau lingkaran.
ider), berdasarkan atas rong (ruang),
Hal ini berbeda dengan
serta palih (tingkat) atau undag.
pandangan Gunadha (1989: 12), yang
Ardana (1987: 45) menyatakan menyatakan bahwa Padmasana terdiri
konsepsi religius yang melatar dari tiga bagian bagian bawah
belakangi berdirinya Padmasana berbentuk segi empat disebut sebagai
adalah mitologi pemutaran Mandara BrahmaBhaga, bagian tengah
Giri sehingga bentuk Padmasana perlu berbentuk segi delapan disebut Wisnu
diseragamkan dengan satu naga di Bhaga, dan bagian atas berbentuk
bagian dasarnya. Putra (1998: 24) lingkaran disebut Siwadaya. Bangunan
menyatakan jumlah naga pada dasar suci Padmasana ditempatkan sebagai
Padmasana dapat digambarkan satu bangunan suci utama, dapat dijumpai
naga, dua naga, ataupun tiga naga pada tempat-tempat suci Hindu di Bali
dengan naga bersayap (di atas pada dari pura kawitan, pura Kahyangan
lengan kanan dan kiri Desa, Pura Swagina, sampai Pura
singgasana/rong), semuanya itu Kahyangan Jagat.
diserahkan pada selera undagi maupun
Terminologi Padmasana mulai
arsitek. Selanjutnya Agastia (2002
dikenal pada zaman pemerintahan
:169-170) menyatakan Padmasana
Dalem Waturenggong sekitar abad ke-
terdiri dari tiga bagian yaitu
15 sejak kedatangan Danghyang
anantasana, singhasana, dan
Dwijendra atau disebut juga
padmasana. Anantasana berbentuk
Danghyang Nirarta ke Bali. Pada saat
segitiga pada bagian bawah (dibentuk
itu beliau membawa misi "Ingin
oleh Bedawang Nala, Anantabhoga,
menyempurnakan konsepsi Tri Murti
dan Bhasuki), singgasana pada bagian
yang diajarkan Mpu Kuturan menuju
tengah yang herbentuk segiempat, dan
ke arah konsepsi Tri Purusa" Tri Murti
padmasana pada bagian atas yang
bersifat horizontal dengan Brahma-
Wisnu-Siwa, sedangkan Tri Purusa
40
Vol. 012, No. 01, April 2019
bersifat vertikal dengan Parama Siwa- sentral tempat memuja Tuhan Yang
Sada Siwa, dan Siwa. Konsepsi Lingga Maha Esa sebagai simbol atau
yang dikenal sebagai perwujudan dari penggambaran dari alam
Siwa (Tuhan Yang Maha Esa) adalah makrokosmos (alam semesta). Secara
lahir dari perpaduan kedua konsep ini, historis bangunan pelinggih
Menurut Widana (1997:32), Purusa Padmasana sebagai simbol alam
mengajarkan pemujaan Tuhan menurut semesta dapat dilihat dalam lontar
sifatnya dan menuju ke arah "ke- Dwijendra Tatwa Lontar tersebut
Esaannya". Suatu bangunan yang menjelaskan bahwa bangunan suci
kemudian dikonsepsikan untuk Padmasana dikembangkan oleh
memuja Tuhan Yang Maha Esa itulah Danghyang Dwijendra (Danghyang
oleh Danghyang Dwijendra Nirarta). Ide Pedande Sakti Wawu
diperkenalkan sebagai Padmasana. Rauh/ Dang Hyang Dwijendra datang
ke Bali sekitar tahun 1489 M pada
Padmasana adalah bangunan
periode pemerintahan Dalem
suci (palinggih) bebaturan menyerupai
Waturenggong di Gelgel (1460-1550)
candi namun tidak beratap, yang
Sebagaimana telah diuraikan di atas
difungsikan untuk sthana Ida Sang
bahwa misi beliau datang ke Bali
Hyang Widhi Wasa, dan sering
adalah untuk menyempurnakan tatanan
dijumpai sebagai palinggih utama di
kehidupan beragama Hindu melalui
kalangan jagat-kahyangan jagat, serta
konsepsi Tri Murti menuju ke arah
Pura Parahyangan lainnya. Menurut
konsepsi Tri Purusa Tuhan Yang
Mojowasito (1977), kata Padmasana
Maha Esa yang tidak terdefinisikan
berasal dari bahasa Kawi yang terdiri
dengan apapun atau tanpa atribut
atas dua kata yaitu Padma dan Asana.
apapun disthanakan (ditempatkan) di
Padma artinya bunga teratai, atau
pelinggih Padmasana.
batin, atau pusat, sedangkan asana
artinya sikap duduk, atau tuntunan, II. Pembahasan
atau juga sebat, dan palinggih
Belakangan ini perkembangan
Padmasana merupakan palinggih
bentuk pelinggih padmasana dengan
41
Vol. 012, No. 01, April 2019
42
Vol. 012, No. 01, April 2019
yang akan menjadi tujuan akhir hidup dari 5, 7, sampai 9 tingkat (palih)
kita sebagai manusia. dengan menggunakan 1,2 dan 3 rong,
serta dilengkapi dengan Bedawang
Sesungguhnya menyadarkan
Nala.
manusia akan keberadaan alam
semesta beserta isinya, dan tentunya a Padma Capah
termasuk keberadaan manusia itu
Padma capah berfungsi sebagai
sendiri yang merupakan bagian dari
penyawangan atau penghayatan Ida
alam semesta dan bagian dari
Hyang Widhi yang berada di satu Pura
eksistensi fungsi bangunan palinggih
Tertentu serta ditempat pengayatan ini
Padmasana. Manusia disadarkan
bisa juga melakukan pemujaan. Padma
tentang tujuan hidupnya selama
capah terdiri 2 tingkat palih taman
didunia ini serta kearah mana tujuan
(bagian bawah) dan palih capah
hidupnya setelah meninggalkan dunia
(bagian atas). Jumlah rongnya adalah
ini. Secara hirarki semua yang ada
satu rong. Padma capah tidak
karena berawal dari ketiadaan
memakai Bedawang Nala, dengan
(kosong), kemudian menjadi ada, dan
pedagingan pada dasar dan puncak
semua yang ada inipun akhirnya akan
padma (Kesatuan Tafsir Aspek-aspek
kembali ke ketiadaan (kosong) itu.
Agama Hindu, 2000. 13).
Eksistensi dari semua ini mengalami
utpeti, stiti dan praline (proses lahir b Padmasari
43
Vol. 012, No. 01, April 2019
ditanam pada dasar dan puncak padma pengider-ider). rong (ruang) dan palih
(ibid, 2009. 13). (undag/tingkat).
44
Vol. 012, No. 01, April 2019
Berdasarkan atas rong dan palih Padmasana) dan atribut lain seperti
terdapat lima bentuk padma: (a) Bedawang Nala, Angsa dan Garuda,
padmasana anglayang, padmasana ini motif ornamen dan ukirannya pun
mempunyai rong (ruang) 3, sangat sederhana dan khas gaya
mempergunakan Bedawang Nala Buleleng. Sementara tata letak
dengan palih (tingkat) 7 (b) padma Padmasana, berada di arah barat
agung, padmasana ini mempunyai menghadap kearah timur Menurut
rong (ruang) 2, mempergunakan informasi (Jro Mangku) Pura Pasupati
Bedawang Nala dengan palih (tingkat) fungsi Padmasana Pasupati adalah
5. memohon taksu supaya
ketakson(menarik), baik itu taksu
2.3 Bentuk-bentuk Padmasana
untuk seniman, dukun, dagang serta
Beragamnya bentuk-bentuk taksu profesi lainnya.
padmasana membuat penulis
b Padmasana Kahyangan Jagat
berkeinginan untuk mengungkap
makna di balik simbol dan bentuk Bentuk palinggih Padmasana
padmasana yang ada di Bali Pura Jagat Natha berada di pusat kota
khususnya. Penulis mencoba membagi Denpasar dibangun tahun 1974,
menjadi 3 (tiga) wilayah objek teliti menggunakan Bedawang Nala dengan
keberadaan bentuk padmasana, seperti: dua ekor naga yang melilit Benawang
Nala. Secara struktur bentuk bangunan
a Padmasana Pasupati
padmasana ini terdiri dari 7 palih tanpa
Secara Struktur/fisik Padmasana menggunakan atribut boma, Garuda
Pasupati yang dibangun tahun 1848 dan Angsa di bagian belakang
berada di Pura Kahyangan Desa bangunan Padmasana itu sendiri
Sangsit Kecamatan Sawan Kabupaten sementara di bagian puncak (ulon)
Buleleng ini sangat berbeda dengan terdapat ukiran Sang Hyang Acintya.
konsep Padmasana pada umumnya.
Bentuk yang tidak disertai pepalihan
(sesuai ketentuan palinggih
45
Vol. 012, No. 01, April 2019
46
Vol. 012, No. 01, April 2019
IV. Lampiran
47
Vol. 012, No. 01, April 2019
48
Vol. 012, No. 01, April 2019
49
Vol. 012, No. 01, April 2019
50