WEDA PARIKRAMA
Idep
Lintang
Sarayu
Tutur
Pancak sara : Sa ( ), Ba ( ), Ta ( ), A ( ) I ( ),
Sa ( ), Sadyojata = Iswara–timur-jantung
Ba ( ),Bamadewa = Brahma-Selatan-hati
Ta ( ), Tatpurusa-mahadewa-barat-Ungsilan
Kemudian bijaksara ini mendapatkan / tambahkan dengan Arda candra ( ) bulan sabit, Windu zero,0 , ( ),
dan nada/ binatang berekor ( ) , komponen ketiga simbul ini dimaksud dengan Wimarsa Sakti,
menyatunya ketiga elemen ini yakni bersatunya api da eter diyakini akan memberi kekuatan penerang
yang sangat dasyat , laksana petir yang dapat memunculkan apa yang menjadi harapan ( target ). Dan
setelah penambahan tadi terjadi maka kelima huruf ( aksara ) tadi menjadi, Sang ( ), Bang ( ), Tang ( ),
Ang ( ), Ing ( ). Dan ini pula yang disebut dengan panca dewata. Yang kemudian ditambah lagi menjadi
lima huruf (aksara) yakni Na ( ), Ma ( ), Si ( ), Wa ( ),Ya ( ) dan kelimanya ini setelah masing-masing
ditambah dengan wimarsa saktitadi maka menjadi Nang ( ), Mang (
), Sing ( ), Wang ( ), Yang ( ), dan ini pula yang dimaksud dengan Panca Siwa dalam bentuk lambang huruf
menjadi dasaksara sebagai lambang Dasa Dewata. Dan dengan penambahan prenawa Om ( ) ditengah
sebagai penunggalan maka akan menjadi sebalas.
Konsep ini sesuai dengan ucap lontar dang dang bang Bunggalan :
Dan pada kumpulan Weda Puja Pitra Siwa ( Dinas Kebudayaan ) dalam konsepsi Penghadiran Dewa
sebagai saksi dan memberi rahmat dalam sebuah upacara, demikian juga setelah upacara selaesai dalam
proses penyineban / penglepasnya konsep ini juga terangkat. Dengan hubungannya pada Kardinal
arah/kiblat ( dikwidik ), maka secara horizontal ada delapan ( 8 ), di tambah satu ( 1) sentral dan secara
fertikal ada dua( 2 ) : Zenith dan nandir, maka akan terjadi perhitungan 8+1+2=11.
pusar
Ya ( ), Jagra Pada - diantara kemaluan dgn
Pantat
10
Om Hram Hrim sah Ksmum Am Um Mam Om, Swasti Swasti Ksim Ksrim Ya Wa Si Ma Na, I Ba Sa Ta A.
Bhutih Bhutih Bur BuahSwah namah Om Am Im Um Wyom Pim Nem
Om Om I Ka Sa Ma Ra I Ya Wa Ya Um Nama Namah Swaha
Penjelasan :
Hram hrim sah ialah bayu purusa yang lahir dari dapur tiga yang bersemayam pada tiga tingkat wujud
hati dan kekuatannya keluar melalui catur drawa demikian juga masuknya.
Lubang telinga-bayu-prapancaka-om
11
Bur Buah Swah = Lambang tri Buwana ( Kuta Mantra Tri Mandala ) Ida, Pinggala, Susumna, Ida = bulan,
pinggala = matahari, susuma = mata siwa ketiga kesemua nadi ini merupakan jalur sungai (simpul saraf )
yang membawa arus pengetahuan ke dalam budi.
Wyom Nam Wyom Pim Nem = Kuta mantra ( untuk Panca Bayu dan Panca Atma ).
Ha = dahi Ka = mulut
Wa = pusar Ya = kemaluan
12
Penjelasan tentang arti dan maksud beberapa mantram yang digunakan oleh para megagala Upacara /
Pemangku.
Tentang matram mandi, berpakaian, memakai hiasan, berkumur, dan lain-lainnya penjelasan artinya
tidak kami angkat disini karena bagi seorangMenggala ekajati, hal ini tidak dilaksanakan di tempat
upacara di samping itu beberapa hal tadi tidak disaratkan pada Menggala Ekajati.
Dibawah ini hanya kami tulis beberapa hal yang rasanya sangat perlu dipahani oleh seorang Menggala
Upacara/ Pemangku. Untuk itu akan kami awali dari mantram no. 8 dalam Weda Parikrama
8. Om Om Padmasana Yanamah
Padmasana pada umumnya adalah nama sikap duduk dalam yoga . Padmasana juga berarti tempat altar
( pura ) tempat memuja Tuhan/Hyang Widhi, mantram ini dimaksudkan untuk sujud menghormati DIA
yang berhak duduk diatas Padmasana atau teratai karena padma juga diartikan teratai sebagai lambang
Wisnu dan Surya ( lihat pelinggih padmasana dibelakangnyaada simbul Wisnu diatas garuda atau angsa).
Di lain pihak dimaksudkan agarbadan pendeta / Menggala Upacara Pemangku pada saat menghadapi
13
pemujaan, siap menjadi padmasana (Siwa Lingga ), stana Siwa dan Brahma dalam kehadiran-Nya Dalam
mantram berikut akan dijelaskan bahwa badan merupakan presada ( rumah bertingkat ) yang harus
keadaan suci untuk tidak ada hambatan sebagai stana Siwa yang suci.
Dalam keterkaitannya dengan mantram di atas dimaksudkan setelah sujud/hormat kepada DIA yang
berhak duduk diatas padmasana, si pemuja (pelaku) telah siap mempersiapkan swatanu / badannya
(sarira) sebagai altar/presadayang suci untuk dapat memperlihatkan jnana Presada yang suci untuk
dapat memperlihatkan jnana yang terang agar Siwa tatwa dapat inheren (edistana ) di dalam jnana
Prasada stiti, presada juga bisa diartikan dengan tempat tinggal Persadamu di Nusantara ) Stiti =
berketetapannya Siwa tatwa. Untuk itu seorang Menggala hendaknya betul-betul berusaha untuk
mengacu pada pemahaman terhadap arti dan maksud mantram-mantram yang dipelajari, karena baik
mantram maupun Mudra ( sikap ) bukan hanya sebatas hafalan lafal dan mudra (petanganan) bukan
hanya sebatas tarian (gerak gerik tangan ), tetapi pada hakekatnya kesemuanya ini mengandung arti
yang sangat mendalam (guhya)
14
swaha
Disini Iswara dihubungkan dengan jnana, yang merupakan pusat pengetahuan. Dimana mantram ini juga
merupakan mantram untuk membuka tudung suguhan dalam artian Swapa karana ( peralatan untuk
memuja ), yang dalam hal ini pendeta ( pemuja ) sebagai sutradara/ pemeran, dimana swapakarana juga
sebagai simbolis alat untuk menuntun DIA yang maha gaib untuk turun memberikan apa yang dimohon
oleh pemuja. Dan setelah proses upacara selesai dalam pengembaliannya DIA yang gaib ( yang dalam
istilahnya disebut nyineb prelina swapakarana juga mempunyai posisi penting. (prilakunya bisa dilihat).
Mantram ini adalah bermaksud untuk mengintensifkan proses penyatuan pikiran (cipta) dimana badan,
jnana,pikiran,peralatan, semua dalam keadaan bersih, sici, terang, maka (diturunkanlah) DIA yang dielu-
elukan kehadirannya, penjelasan yang lebih rinci diuraikan pada penjelasan mantra Utpetistiti.
12.Mantram Asep
Disini diangkat tentang arti Dupa dan Dipa antara dipa dan dupa adalah merupakan alat penting didalam
upacara tetapi keduanya merupakan simbolis. Dupa
15
sebagai akasa dan dipa lambang sakti tatwa, Dupa tercipta dari wiswa semua alam dan dipa dari arda
candra. Disini disimpulkan bahwa tajamnya cipta, intensifnya ciptaan pemujaan itu adalah karena
adanya dupa dan dipa.
Pada mantram ini pemuja memohon pada atmanya atma ( Hyang Pasupati ) agar sudi mensucikan si
pemohon.
Disini sri berarti gelar kehormatan untuk Sang Hyang Pasupati / Paramatman yang dielukan
kehadirannya dan telah disetanakan dalam jnana dan pemuja bersujud kepadanya.
16
Pada hakekatnya bait ini tidak perlu diucapkan, karena ucapan ini adalah ucapan yang diucapkan oleh
yang dipuja, sebagai rahmat yang diberikan kepada pemuja
Mudra juga dikatakan cita sakti perwujudan dari cita/pikiran sebagai mana orang bisa mengetahui
pikiran orang dari gerak geriknya. Dan melalui gerak gerik juga bisa berpengaruh terhadap apa dan siapa
yang menerima perlakuan gerak gerik tersebut. Seperti contoh apabila seseorang mencakupkan tangan
dan bersujud pada umumnya orang itu bersikap bakti. Tetapi apabila orang yang berwajah beringas
sambil mencakupkan tangan terkepal itu tandanya orang tersebut marah hingga orang pada takut dan
menjauhinya. Demikian jugalah mudra dapat menolak ekses – ekses negatif yang akan mengganggu
sehingga pelaku bisa terhindar dari ( graha ) pengaruh jahat. Mudra juga menunjukkan kiblat ( mata
angin ) dan simbul – simbul kekuatan Dewa, hingga diyakini apabila pemuja meragakan “ tri sula mudra “
maka hadirlah Dewa Sambu memberi kekuatan dan perlindungan pada wilayah ( Mandala ) Timur
Laut /Ersanya. Tetapi pada petanganan “ Mudra Astra Mantra “ bisa kita simak bahwa antara yang
diucapkan dengan yang diragakan merupakan satu
17
rangkaian yang mempunyai realitas penghormatan ( sujud ) dan mempersonifikasikan Tuhan dengan
segala nama – nama dan predikat seperti julukan : Bang Netra = mata merah, Mata yang merah laksana
api adalah matanya Siwa, Kemudian Bang Netra Traya yang diartikan mata ketiga, siapa yang bermata
tiga ? adalah Siwa , juga Hrung Kawaca, kata hrung selalu dihubungkan dengan kata kawaka yang
dimaksud disini adalah Tuhan selalu menjadi pelindung ( maha maya kosa ) kawaka = baju = penutup.
Pemakaian Mudra juga mempunyai maksud untuk menghilangkan kegelapan.
Kara = tangan, Sudi = bersih ( suci ). Anggula ( gula/guli ) = jari. Dalam mantra ini pemuja bersujud untuk
memohon agar jari – jari tangannya disucikan dengan menyebut nama – nama Tuhan dengan segala
manifestasinya, yang diwujudkan ( diniyasakan ) dalam bentuk huruf dan bunyi seperti Sam ( ), Bam
( ), Tam ( ), dan seterusnya sambil mengusap usap jari tangan, mulai dari jari tangan kiri terus ke
jari jari tangan kanan, dan kemudian sampai kepada kedua telapak tangan. Mantra mantra ini
terangkum pada mantra nomer 15, 16, 17.
Dalam menyimak maksud mantram ini acuan pikiran kita mestinya mengacu pada konsepsi keEsaan
Tuhan,
18
apapun namanya, siapapun julukannya tetapi itu adalah beliau yang Saturday
Bur Buah Suah Jwalini : Beliau yang mempunyai kecemerlangan di bumi, dilangit, dan disorga = Siwa
Ram kaya sirae : Beliau yang disetanakan pada badan dan kepala oleh pemuja / Pendeta saat pemujaan ,
= Siwa = Pasupati = Prajapati = Jagat karana = Parama Wisesa = Ludraksa = Sang Hyang Ning = Hyang dan
banyak lagi sebutan yang digelarkan kepadanya tetapi yang dimaksud adalah Tuhan itu sendiri.
Mantram ini dimaksudkan dengan mantram penghormatan utama ditujukan kepada Hyang Widhi
dengan gelar Aditya / Siwa Aditya, pada saat mengucapkan mantra ini tangan dicakupkan dan diangkat
setinggi rambut, dan arah pemujaan diarahkan ke Timur laut / Timur, karena Aditya bertempat di Timur
( Hulu ) . Pada versi lain penghormatan ini juga diartikan sebagai
19
Setelah membuang kembang melalui arah dibawah tangan kiri ( dibawah ketiak kiri ) tangan dicakupkan
dan ditarik keatas pangkuan, tangan kanan hadap kebawah, tangan kiri hadap keatas sambil
mengucapkan mantram “ sadya ya namah ”
Maksud mantram ini adalah untuk menghormati, com ( Scma ), yang tidak lain dari Siwa Candi Scaya,
candra mandala lingkaran orbit bulan
Pada saat mengucapkan mantra ini tangan dalam keadaan terkatup diangkat ke siwadwara, dan
perlahan lahan diturunkan dan dibayangkan amertha turun dari pintu gerbang Siwa ( Ciwadwara )
Windu terus mengalir ke seluruh tubuh dengan simbul tangan dalam keadaan tercakup perlahan lahan
diturunkan kemudian dikatupkan diatas pangkuan
Diatas telah dijelaskan yang dimaksud kawaka adalah pelindung ( penutup ), yang maha pelindung tidak
lain dari pada Nya. Hal ini diragakan dengan mengusap
20
usap bagian tubuh. Mantram ini secara umum diartikan sebagai mantram membersihkan badan.
Kembali disini kami sisipkan tentang penjelasan mudra – mudra yang lain seperti takep tangan, hrdaya
mudra, pretista mudra. Untuk takep tangan diartikan sebagai simbul pertemuan dari catur angga dan
merupakan simbolis untuk mengundang kehadiran Nya, ditempat yang disediakan pada Padmasana,
Catur Angga disini dihubungkan dengan penjuru hrdaya mudra,m hrdaya = hati, disini dimaksudkan
Hyang Widhi mewujudkan diri Nya pada hati pemujaannya, hrdaya adalah merupakan padmasana. Hal
ini diperagakan dengan mengusapkan tangan pada hati. Kemudian dengan Samnidya ya namah = sujud
untuk kehadiran Nya . Pretista Mudra : Om Agni Rudre ya namah = sujud kepada Agni Rudre, Rudre =
Pengasih dan Penyayang yang tiada lain dari pada Nya. Letak pretista adalah diantara dua alis mata /
kening ( brumadyadresti ) , pada saat meragakan mantram ini jari diusapkan pada tempat ini
( simbolisnya amerta diusapkan pada tempat ini )
Mantra ini bermaksud memantrai semua peralatan dalam upacara itu, terutama siwamba
( swpakarana ) untuk Sulinggih, tetapi kalau sebatas Pemangku tidak mutlak memakai siwamba lengkap,
cukup hanya satu
21
PUJA PARIKRAMA
22
Om Padmasana ya namah
13. Ngagem sekar mantra astra mantra ( memegang kembang dan astra mantra )
23
Om sanidya ya namah
Om Sadya ya namah
Kiwa ( kiri )
24
Om sadya yanamah
20. Sembah amerta mudra ( sujud untuk amerta mudra )
Om Am namah ( utara-utara)
25
Am Um Am
Om om namah
Om Om Mahadewa yanamah
Om Um Wisnu yanamah
Om Am Brahma yanamah
Om Sam. Bam. Tam. Am. Im. Nam. Mam. Sim. Wam. Yam. Am. Um. Mam
Am Um Mam Am Ah.
Om Mam namah
Om Um namah
Om Am namah
Om Im namah
27
Om Parama Siwa amerta yanamah
43. Sangkepi astra mantra saha patangan ( lengkapi dengan astra mantra dan petangan ).
44. Gelari tang argapadma ( menaruh kembang sekeliling arga diatas paduan
Om karawistam mahadewiyam pawitram papa nasanam nityam kusagram tistati sidantam prati
grahnati.
28
Om Im Hrim Srim keprem arse um dwa dasa kalat mane satwo rajo dipatyo om agni madala yang namah
swaha
Om Im Hrim Srim keprem arsa um dwa dasa kalatmane satwo tamo dipatyo Om surya mandala
yanamah swaha
Om Im Hrim Srim Keprem Arsa Um dwa dasa kalatmane satwo soma dipatyo Om candra mandala
yanamah swaha
47. Sangkepi petangan astra mantra ( lengkapi dengan mudra astra mantra )
Om Am namah ( kumbaka )
Om Um namah ( puraka )
Om Mam namah (recaka )
49. Gehe Sang Hyang atma waweng siwadwara ( membawa atma ke ubub-ubun )
Om Sariram Kundam ityuktam karanam idanam saptongkara mayo bahnir bhojonantah Udhinditam Om
Am Kala Geni rudra yanamah
53. Kara Sodana tengen brahma angga ( kara sodana tangan kanan )
30
60. Mengembalikan sri atma dan meletakkan kembali pada tempatnya semula.
Om Am Hredaya Namah
( ….. )
( ….. )
( airsanya)
Om Om Padma Sanayanamah
Om Am Am Namah ( purwa )
Om Im Im Namah ( Ageya )
Om Um Um Namah ( daksina )
31
Om om Am Ah Namah ( airsanya)
64. Suara Konsonan ke dalam
Om Am Ah namah (madya )
32
Om Am Pitribyonamah ( pacima )
33
Om Mam namah
Om Um namah
Om Am namah
Om Um Wisnawe namah
Om Am Brahma ya namah
74. Berikut Sri Kuta Mantra
34
Sangkara Mahadewisca
Wisnu Bhatari Sri Dewi
Om Ang Ung Ang Ung Ang Ung Om Sri Dewi Sangkara ya namah swaha.
Om Am Argadwaya ya namah
35
Om Karaksara rahasya
( Om Om Anantasanayanamah )
( Om Om Padma sanayanamah )
79. Utpati
OM. I. BA. SA. TA .A. OM. . YA. NA. MA. SI. WA. OM. AM. OM. MAM.
80. Stiti
OM. SA. BA. TA. A. I. OM. NA. MA. SI. WA. WA. YA. OM. AM. UM. MAM.
Om Om Dewa Pretistayanamah
36
Anuksma mertanjiwani
Om Karaksara buwana
Amerta manoharam
Utpatika surasamca
Abhiwadanyam ganta
Sabdah prakasyate
Om karah parikirtitam
37
Ksantawya wacikamamah
Om Hinaksaramhia padam
Sadasiwa namastute
Om Mantra hinam kriya hinam
38
89. Apsudewa
Om Apsudewa pawitranim
Ganggadewi namastute
Sarwa klesa winasanam
Toyanam parisudyate
Siwa mertamanggalamca
Mantratam paramajnanam
39
Om Akaraca U, karaca
Ma Karawindu nadakam
( Air diaduk 3x )
Ba Sa. Ta. A. Bhutih bhutih bur buah swah namah Om Am Im Um Wyom Nam Wyom Pim Nem Om Om I.
Ka Sa Ma Ra La Wa Ya Um Namah Swaha.
40
95. Sapta Tirta 7 ( tujuh ) air suci
Om Am Gangga ya namah
Om Am Saraswati ya namah
Om Am Sindu ya namah
Om Am Wipasa ya namah
Om Am Kausiki namah
Om Am Sarayu we namah
96. Nawa Tirta sembilan tempat suci
41
Pancaksara Saptongkara
Om KinciyemSiwa Sarwanca
Sarwanggate Bhurlabate,
42
Om Asucirwa sucirwapi,
Carmanwati winukem
Kurwantu te manggalam.
43
Namaste lokaranjini,
Namastubyam maheswari.
Klesamnaranjanapriya,
44
Amaste sitalambwapi,
Salilam wimalam toyam,
Somawamerta manggalam,
45
Pawitram papa nasanam,
Ksaya prabawantah.
Amerta sakalamdehi,
Sarwa rogawinasanah,
Om um Pat namah.
46
108. Tibani kang toya kembang wangi, kembang tunjug, kembang putih.
109. Dirgayur :
Swetambhoroha karnikaparigatam,
47
Wyakta jagadiranam
Om pretama suda dwitya suda, tritya suda, caturto suda, suda, sudawari astu,
Om Sukam bawantu
Om purnam bawantu,
Om Sreyom bawantu,
Spta werdir astu tad astu astu swaha.
48
Om Am Brahma yanamah,
Om Bhutanatapataye namah,
50
Seriam bawantu.
Om Am namah
Om Am brahma atmane namah
Om Um namah
Om Um Wisnawe namah
Om Am Iswara yanamah
Om Mam namah.
53
Om Mam namah
Om Um amah
Om Am amah
Om Am Om Mam namah.
131. Dewa Pretista yanamah.
Om Am karana widarbitam
60
Om Karana widarbitam
Etasya mantrasya bodanam bodanam paranam sumertam namah swaha.
( Petanganan )
Om Im Isana yanamah
Om Am Hredaya namah
I. BA. SA.TA. A.YA. NA. MA. SI. WA. MAM. UM. AM.
61
SA. BA. TA. A. I. NA. MA. SI. WA. YA. AM. UM. MA.
( Mantram sama dengan no 76 + 69 dan 41 yaitu mantram catur sandya, catur resi Siwa merta mantra).
JERO BHAWATI ISTRI JERO BHAWATI
Ni Luh Made Manik Tinastri Made Sedana Tisna
HATUR PANGAKSAMA
Singgih Panamaskaraning Ulun Ripaduka Bhetara Hyang Mami, Sang Hyang Aji Saraswati. Tabe Manira
Sang Hyang Aji Mogi tan Kacakra Bawa Mwang tan Kekeneng Raja Pinulah, Ripaduka Bhatara Malingga
Ring Pustaka Weda Sastra
Asung Tinular Dening Ulun Purna Jati, Tan Pamiruda, Kumeliliraning Ulun Wastu Sidha Mangguh Rahayu,
Kunang Papa Klesaning Ulun Presama Kawenang Prayascitta de Paduka.
Muah Tansakeng Wisaya Prayojanan Ulun iki, Mwang Kajana Loka, Lwir Sanggreheng Lokika, Duran
Langgana Kadi Mami Nyumuka Puja Mantra Kalingan Dadi Wang Sangksepania Manah Mami Den Tatas
Wruh Ring Niti Sang Hyang Dharma Sesana.
Semangkana Pakestining Manah Ulun, Yan Umaresraya Sang Hyang Aji, Lamakane Sira Tinanggap
Deningsun Wehane Kasidhyanku Munggwing Japa Mantra Sakweh Wighnaning Manah Mami.
Moga Sidha Somyadnyana Yan Lumampah Akrya, Muah Suksmaning Sang Hyang, Tan Luputa Ri Pamarna
Tekap Ingsun, Nimitaning Tepet Parikrama Ndatan Singsal
Kasurat :
PRAWECANA
OM AWIGHNAM MASTU
Ring Pangwesan Jagat Utawi Loka Deresta Kadi Mangkin Menawita Umat Hindhu Rasa Kapikedehin
Mangda Nincapang Kawruhan Agama.
Kabawos Sastra Agamane Pinaka Sarana Anggen Mulat Sarira, Nenten Sewos Wantah Daging Sastra
Agama ne Sane Ngawinang Anake “ JAGRA WINUNGU “ Teges Ipun Eling Ring Raga
Boya ja Kapi Titiang Nyumuka, Mapi – mapi Wruh Limpad Ring Weda Mantra. Indiki Pinika Banget Titiang
Nunas Geng Sinampura. Kadi Kecaping Sastra Agama “ TAN HANA WANG SWASTHA NULUS “ Teges
Ipun : Nenten Wenten Jadma Puput Becik Paripurna.
Munggwing Daging Buku Puniki Wantah Ketus Titiang Saking Lontar Cecantungan Weda Parikrama,
Kusuma Dewa, Miwah Niti Sastra Siwa Sesana.
Dumugi Sang Hyang Aji Saraswati Kertha Wara Nugraha, Mewastu Siddha Galang Apadang Tur Sirnaning
Prabhawa Sapta Timira Ring Angga Sarira