Anda di halaman 1dari 23

UPAKARA DAN CARA NGATURANG GURU PIDUKA

Guru piduka dan bendu piduka adalah nama upakara, sasajen atau banten yang


digunakan dalam upacara agama Hindu.
Upakara ini dipersembahkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa atau leluhur sebagai
sarana untuk permohonan maaf dan memohon waranugraha-Nya. Guru piduka berasal
dari kata Guru dan Piduka.
Guru menurut kamus sansekerta Indonesia berarti berat, sesar, luas, hebat, penting dan
nama lain dari Dewa Siwa.
Guru juga berarti Sesajen berupa Tumpeng Peggum yaitu tumpeng di isi telur itik
direbus pada ujugnya dan di persembahkan kepada Dewa Siwa (Kamus Kawi
Indonesia).
Kata Piduka berasal dari kata duka berarti marah, kesusahan, kesukaran.
Kata Piduka berasal dari kata paduka yang artinya Sepatu,s ebutan keharusan yang
muali, Julukan Bhatara yang mulia, semoga Tuhan yang mulia memberi anugrah yang
utama.
Kata Bendu berarti marah, duka, benci, murka, dendam.
Dari arti kata tersebut bahwa pengertian Guru Piduka, Bendu Piduka adalah
persembahan atau haturan upakara untuk sarana memohon maaf dan sekaligus
memohon anugrah yang utama atas kemarahan, kesediahan dan sejenisnya yang
ditimbulkan oleh leluhur / Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia.

Adapun tanda tanda perlunya melakukan upakara khusus Banten Guru Piduka dan
Bendu Piduka adalah adanya suatu kejadian yang aneh-aneh, seperti kejadiannya tidak
pernah terjadi atau dialami, baik disebabkan oleh alam, manusia, dan hewan, sehingga
menimbulkan pirasat buruk dalam hubungan buana alit dengan buana agung, lahir dan
bathin. Kejadian-kejadian tersebut antara lain :

1. Kejadian akibat adanya bencana yang menimpa manusia misalnya :

1. Sakit berkepanjangan tak sembuh-sembuh.


2. Banyak orang mati dalam waktu singkat.
3. Sering terjadi mati salah pati, ulah pati,.
4. Terjadinya hubungan “salah timpal” yaitu antara manusia dengan binatang, binatang
dengan lain jenis binatang.
5. Terjadinya hubungan gamia gemana yaitu hubungan orang tua dengan anak, anak
dengan saudara kandung.

2. Kematian salah satu keluarga bertepatan dengan hari piodalan di pemerajan/ pura
setempat beromisili.
3. Keributan terus menerus dalam keluarga, kurang harmonisnya hubungan dengan
leluhur.
3. Terbakarnya tempat suci baik oleh api maupun alilintar serta diperusak oleh angin
puyuh.

Sesuai petunjuk lontar Dewa Tattwa disebutkan :


“Muah yang ketibenin apui tanpan para, yadnya linus tan pantara mwang telas
basmi kayangan ika cihmaning anemu ala sang madrewe khayangan ika, hana sot
tan tinawang wenang ngagen sot rigumi piduka”
Artinya :

Demikianlah pula bila khayangan terjadi kebakaran tanpa sebab, demikian juga angin
beliung tanpa sebab, apalagi sampai menghanguskan seluruh bangunan kahyangan.
Itulah ciri bahwa yang memiliki kahyangan tersebut mendapat bahasa, karena kaulnya
tidak dibayar, oleh karena itu sepatutnya agar sot (berjanji) akan membayar kaul dengan
mempersembahkan guru piduka.

4. Tempat suci atau kahyangan tertimpa “Cemei” (Kotoran).

Sesuai lontar Dewa Tatwa antara lain :

“Mwah yan ane kukus tan pantara melebek, mwang sane karungu maha ngek, tan
karasa swamaning janma, tiba ring kahyangan, dudu sang madrebe kahyangan
mwang ngaturang lepir, wnang ngaturang guru piduka sakramania”
Artinya :

“dan apabila ada asap tebal mengumpal tanpa sebab tan lan terdengar ada suara
menjerit seperti bukan, suara manusia memusat di kahyangan, itu pertanda bahwa yang
memiliki dan pemangku prahyangan itu sedang keadaan Cemar, oleh karena itu patut
mempersembahkan guru piduka”.

5. Pada bangunan suci / kahyangan yang kena kekotoran seperti ada mayat manusia,
darah manusia datang bulan, orang bersetubuh di kahyangan, tulang bangkai manusia
di kahyangan, suara tangis pelan, disambar petir, mati bunuh diri, dimasuki binatang
piaraan berkaki empat, perlu diadakan / dipersembahkan guru piduka.

Lontar Dewa Tattwa menyebutkan :

“ ….. nihan parikamaning dewa ring kahyangan yang katiben cemar, apa lwirnia; yan
ketibening wangke ring mwang, rahing wong carpur, mwang wong sanggama ring
salu, ring babaturang, mwang walung wang ke ring jadma, mekadi kekereng,
ketibenin tangis alon, sinamber denningglap, mwang mati megantung, mati matusuk
sarira, kepalingan buron agung, mwang ketiben purusnya uyuh, saluiring sanangguh
cemar, yan dahat wenang anyut ring bebantenania ring ngaturang guru piduka”.
Artinya :

“inilah tata cara hatanan, kehadapan dewa di kahyangan, jika tertimpa kekotoran antara
lain ; seperti jika ada mayat manusia, darah wanita datang bulan, dan orang bersetubuh
di bale suci, di halama tempat suci dan lagi ditemukan tulang bangkai manusia, yang
terbungkus dengan sobekan kain bekas, ditimpa suara tangis yang pelan, disambar
petir, lagi pua didapatinya orang mati tergantung, mati bunuh diri, kemasukan binatang
besar, ditemui air mani laki-laki, semuanya itu disebut “leteh” (kotor), apabila sangat
besar harus di hanyut. Selanjutnya pada bangunan suci terebut diselenggarakan
upacara mempersembahkan guru piduka”.

BENTUK UPAKARA

UPAKARA MAGURU PIDUKA TERDIRI DARI PADA ; (SESUAI BRAHMA KERTIH)

Suci soroh, sesayut pangambeyan salaran bebek dan ayam masih hidup, tetegenan, 1
tanding sampian agung maulam itik / tutuh, peras penyeneng, sesantun, soda putih
kuning, makembaran, sesayut dirgayusa gumi, dilengkapi tebasan guru piduka.

BANTEN TETEBASAN BENDU PIDUKA ANTARA LAIN ; (SESUAI


BRAHMA KERTIH)

1. Tumpeng1, matatakan kulit sesayut iwaknia rerasmen, sudang, tulung 1, canang pawitra
maraka jaja bendu, mwang who wohan sampian nagasari.
2. Mempersembahkan bendu Piduka tetujunya untuk memohon maaf kehadapan Hyang
Kawitan yang telah melimpahkan munculnya kedukaan, pada permohonan pada
perumahan tempat tinggal terhadap penghuninya. Upacara Bendu Piduka sering di sebut
Banten Peneduh, pada waktu “Meneduh” di dasa Pekaraman.

TEBASAN GURU PIDUKA ;

antara lain tumpeng 1 mepucuk manik / berisi telur itik rebus, beralaskan kulit sesayut,
ikanya itik diguling, tulung agung 1, kwangen 3, sampiyan nagasari, canang pahyasan,
katipat sidha purna, raka who-wohan / buah-buaha.

Ketiga banten tersebut digabung menjadi satu apabila melakukan upacara Guru Piduka.

ADAPAUN TETEBASAN GURU PIDUKA YANG LEBIH BESAR YAITU :

1. Beras sakulak (aprepatan) di pakai tumpeng, berisi pucak hati, taluh, berisi plekir busung,
ikannya ayam putih dipanggang, dialasi kulit sesayut, dasarnya bras akulak (aprepatan),
lawe satukel (benang tukel), uang 225, sesayut dirgayusa gumi.
2. Apabila negara kerahaan, sang ratu kena dumanggala (Cemer), upakaranya ; Tumpeng
9 warne sesuai / ungidenan, penek, ketipat sidha purna, ketipat pandawa, ketipat sari,
tulung urip, tulung sangkur, raka woh-wohan serba 5, ikannya itik, putih diguling, lis
busung , kelapa gading, sampyan busung gading, sampyan penyeneng, sesantun uang
400, tumpeng di tengah berisi orti bunganya sesuai warna tumpeng, kwangi 9, tunjung tri
warna, penek tersebut ditancapi bunga sulasih miyik, ujung/muncuk dapdap 9, tetebasan
warna, canang arum, pabersihan, klungah kelapa gading kinasturi diisi beras kuning,
bunga kuning, bisa juga memakai klungah gadang berisi air kelapa (telebusan/ mata air),
dipuja oleh Pandita.

DAN BANTEN GURU PIDUKA YANG LAIN ;

 Suci sorohan pada asoroh, peras penyeneng , soda putih kuning, sesantun 4 soroh,
salaran bebek dan ayam masih hidup, tegen-tegenan lengkap,prayascita durmanggala
(memakai lis busung dan slepan).
TETEBASAN GURU PIDUKA YANG LAIN ;

 Tumpeng mepucuk manik (tumpeng diujungnya berisi telur itik di rebus), dikelilingi
tumpeng kecil 11 buah, beralaskan kulit sesayut, ikannya itik putih di guling, kwangen 11,
sampian kembang 11, pisang jimpel (kulit pisang busung), sampian nagasari metangga
1, raka raka sedah who, rerasmen, jajan serba genep.

CATATAN BEBERAPA SARANA UPAKARA.

Untuk alas berupa ;

 Tangkih, celemik, ituk-ituk, celekontong, dibuat dari janur, slepan, daun ental berbentuk
segitiga (bucu telu).
 Taledan + ceper, bahannya sama bentuk segi empat / merepat.
 Tamas, wakul, kulit sesayut, kulit tebasan, urasari, dibaut dari janur, slepan, daun ental
bentuknya bundar (bunter) pada bagian bawahnya.

ISI PERLENGKAPAN UPAKARA

1. Plawa berupa daun kayu endong, pandan harum puring dan lain-lainnya.
2. Porosan dibuat dari selembar daun sirih, pinang dan kapur dilipat / digulung kemudian
dijahit dengan semat / diikat dengan tali porosan. Porosan silih asih, sirihnya 2 lembar,
satu lembar tengadah dan satu lembar telungkup, didalamnya berisi pinang / gambir,
kapur, lalu dilipat / digulung kemudian dijahit / digulung dengan ikatan tali porosan.
3. Tampelan / base tampelan dibuat dari dua lembar daun sirih, satu lembar sebagai alas,
satu lembar lagi di isi pinang, kapur lalu dilipat turun dan naik lalu dijahit dengan semat.
4. Lekesan, dibuat dari selembar daun sirih diisi pinang, kapur kemudian digulung lalu diikat
dengan benang atau ditusuk dengan semat.
5. Bunga segar dan harum yang diambil dari pohonnya seperti bunga sandat, jepun,
cempaka, patur, tunjung, mwang dan lain-lainnya.
6. Rampe, dibuat dari daun pandan harum yang diiris-iris, diletakkan di atas bunga.
7. Boreh minyak, terbuat dari serbuk cendana di campur minyak wangi diletakkan diatas
rampe.
8. Beras / wija kuning yang dibuat dari beras dicampur air kunyit yangdi parut.
9. Kekeping jajan ibuat dari bubur tepung beras tipis-tipis di keringkan lalu di goreng
10. Pisang emas, adalah pisang buahnya kecil-kecil berwarna kuning.
11. Burat wangi di buat dari akar-akar yang harum di campurkan dengan beras dan kunir
ditumbuk halus di campur air cendana.
12. Lengga wangi, dibuat dari kacang putih, kacang komak, ubi, keladi, digoreng sampai
gosong / hitam, lalu ditumbuk dicampuri dengan malem (lemak lebah) dan minyak
kelapa.
13. Sisig, dibuat dari jajan begina dibakar sampai hitam lalu dihaluskan sebagai sarana
pembersih gigi,
14. Kekosok, dibuat dari tepung beras ada putih tanpa campur dan ada kuning di campur
kunir sebagai sarana pembersih kulit / lulur
15. Ambuh, dibuat dari daun pucuk di iris atau kelapa yang diparut, sebagai sarana
pencucian rambut.
16. Tepung tawar dibuat dari tepung beras dicampur dari dapdap dan kunir ditumbuk sebagai
sarana pembersih pada canang perbersihan.
17. Asem, dibuat dari asem, buah yang terasa asem diris-iris sebagais arana pembersih
perut.
18. Minyak wangi / minyak kelapa, sebagai sarana menghaluskan rambut sehabis keramas.
19. Wija, dibuat dari beras di cuci bersih lalu diisi air cendana
20. Sesarik tetebus, dibuat dari beras berisi benang dan daun dapdap yang dihaluskan
masing-masing di alasi dengan celemik / kojong, sebagai sarana pelengkap penyeneng
dan pembersih kotoran.
21. Nasi, ada disebut tumpeng yang ujungnya lancip, krucut, penek adalah nasi bentuk bulat
ceper, pangkonannya itu nasi besar bundar, setengah bundaran bola.
22. Rerasmen, berupa lauk pauk terdiri dari campuran kacang-kacangan merah putih,
komak, bosor digoreng, dilengkapi sambal, saur / serondeng, mentimun, ikannya
teri/gerang, sudang, telur ayam, itik, babi guling.
23. Raka-raka, terdiri dari berbagai macam jajan seperti jajan begina, sirat, sabun, jaja
dengdeng, dan buah buahan seperti ; panca pala yang berwarna 5 macam, berupa
pisang, nanas, manggis, salak, jeruk, kepundung, ceruring dan lain-lainnya.
24. Sampian, sebagai tempat meletakkan porosan, bunga, rampe, boreh miyik sesuai
kegunaannya seperti ;
1. Sampain plaus/ kepet-kepetan, untu soda
2. Sampian tumpeng, dibuat dari janur bentuk atasnya bundar dan bawahnya
lancip, seperti sampian nagasari, kebah, kembang, jeet guak.
3. Sampia peras atau metangga, dasarnya sampian tumpeng, diberi tangga
sehingga kelihatannya bertingkat.
4. Sampian pengambeyan, masriyok / magonjer, sama seperti sampian peras
hanya bagian bawahnya diisi hiasan janur sehingga seperti rambut terurai.
5. Sampian penyeneng, dasarnya sampian tumpeng, diatasnya ditempeli jajahitan
berkepala tiga, dan pada bagian tengahnya terdapat tiga petak.

UPAKARA GURU PIDUKA

A. SUCI 1 SOROH ( SUCI SARI / SUCI ALIT )


Memakai 3 buah tamas yang ditumpuk jadi satu diletakkan pada keranjang suci lengkap
dengan reruntutannya.

 Tamas paling bawah, tamas tatampil berisi pisang kayu masak 5 buah, bantal 5 buah,
tape 5 buah, jajan bagina 5 buah, tebu 5 buah, jajan sesamuhan putih kuning, buah 5
macam / panca pala dan canang porosan 5 buah.
 Tamas kedua ditengah, tamas guru berisi tumpeng 4 buah, tumpeng guru 1 buah
(tumpeng dipuncaknya diisi telur itik direbus), nasi dialasi limas berisi saur, telur dadar
dan kacang putih digoreng.
 Tamas ketiga yang paling atas, tamas lampadan isinya kacang komak, papaya, terung
kanji, dipakai sayur dengan bumbu bawang putih, kencur tanpa terasi (kesuna cekuh)
dialasi takir. Diatasnya dilengkapi ompar ;
o Sekul pinda, alasnya dari pada ceper, berisi 3 pulung nasi beralas celemik,
pisang kayu masak 3 buah, madu 1 takir.
o Sega taksisir, beralas ceper berisi nasi aron-aron, kelapa diris-iris, saur, dan
kacang komak digoreng.
o Nasi bira, alasnya ceper berisi nasi urab, kacang goreng, terung sutia direbus.
o Skul wedya alasnya ceper berisi 3 pulung nasi putih, yang diaru dengan
empehan / susu, dialasi daun beringin 3 lembar, diatasnya berisi bawang 3 iris,
dilengkapi ujung daun ambengan 2 lb, dan daun aha baas 3 lembar.
B. NASI PAYASAN
Alasnya ceper berisi nasi daun delima warna putih, saur, telur dadar, dan kacang
matang.

Kelengkapannya berupa :

Satu guling itik dibelah, lada, penek gurih (penek berisi kacang dan kepala diiris), pisang
mentah, pisang lebeng, masing-masing satu tanding, dan bungkak nyuh gading 1 buah.

Pisang matah, alasnya memakai wakul kecil berisi kacang-kacangan serba matah,


pisang kayu matah, tebu, porosan, masing-masing 5 buah dab sebuah sampyan peras
matangga yag keci.

Pisang Lebeng alasnya memakai wakul kecil berisi buah-buahan panca pala masak
masing-masing 5 iris. Jajan sesamuhan, tape, bantal, tebu, diatasnya berisi sampian
nagasari.

Ketiga tamas tersebut diikat menjadi satu, diletakkan pada sebuah keranjang, dilengkapi
dengan peruntutanya teriri dari canang burat wangi lengawangi, canang sari, canang
gantal, daksina, peras, soda tipat kelanan.

C. SESAYUT
Alasnya memakai kulit sesayut diatasnya berisi nasi penek bundar, rarasmen, raka –
rake sampian nagasari, berisi porosan, bunga rampe dilengkapi sebuah pebersihan dan
sebuah canangsari.

D. PENGAMBEYAN
Alasnya berupa taledan, diatasnya berisi 2 buah tumpeng, ditengahnya diletakkan tipat
pengambeyan, dan pada bagian samping kiri dan kanan diletakkan tulung
pengambeyan, dilengkapi rerasmen berisi ulam ayam dipanggang.

Pada bagian belakang diletakkan sebuah sampyan pengambeyan yaitu sampyan


matangga masariyok atau megonjer berisi prorosan bunga rampe.

E. TUMPENG GURU
Alasnya memakai taledan, diatasnya berisi sebuah tumpeng yang pada bagian
puncaknya berisi sebuah telur itik direbus, dilengkapi dengan rerasmen berisi ulam itik
putih, raka-raka dan sebuah sampyan nagasari berisi porosan bunga dan rampe.

F. PERAS
Alasnya memakai taledan diatasnya ditempeli kulit peras berupa jejahitan terdiri dari 5
potong janur diringgit kemudian terdiri diatasnya diletakkan tatukon terdiri dari base
tampelan, beras, benang dan uang kepeng, biasanya diletakkan 2 buah tumpeng,
rerasmen raka-raka dan sebuah peras metangga berisi porosan, bunga dan rampe.
G. NGANTEBANG GURU PIDUKA
Sebagai biasa urutan ngantebang upakara yadnya bagi manggala yadnya juga berlaku
bagi ngantebang upakara Guru Piduka.

Upakara dan Perlengkapan

 Dhadapan Manggala Upakara yaitu ;


o Jembung penastan berisi air bersih dan bunga harum
o Pasepan / dupa
o Cicipan / penastan
o Rantasan putih kuning
o Pesucian berupa minyak sisir, dan lain-lain
o Penyeneng berisi sesarik tetebus, beralaskan uang kepeng 200-an diatas wakul /
jembung
o Daksina sagi-sagi / daksina tanpa serembeng / untuk untuk Bagawan Penyarikan
o Pras daksina pekeling dan lain-lain
o Pras lis ngayabang, tirta pebersihan
 Upakara pebersihan
o Prayascita, byakawonan, tatimpug tirta dari sulinggih, (tirta pabersihan,
prayascita, byakawonan, guru piduka)
 Upakara ring pelinggih utama
o Pras daksina dan di pelinggih lain canang gede maraca pakeling
 Upakara di hadapan pelinggih utama
o Upakara guru piduka, Bendu piduka dan kelengkapannya.
 Segehan cacahan, manca awarna dan tetabuhan tuak-arak berem, air tawar

NGANTEBANG  UPAKARA GURU PIDUKA

1. PERSIAPAN
Manggala upakara duduk dengan “sasila paned” / padma sana serta memusatkan
perhatian penyucian diri;

Mantra duduk;

Om prasada stiti sarira suci

Nirmala ya nama swaha

Ma tangan kanan-kiri

Om sudhamem swaha

Om ati sudhamem swaha

Mantra dupa
Om ang brahma sudha ya namah

Om ang brahma linggan ya namah

Om ang brahma dupa dipasta ya namah

Om ang brahma mrta ya namah

Om ang wisnu mrta ya namag

Om mang Iswara mrta ya namah

Mantra ngrasuk Hyang Widhi

Om ang ung mang,

Siwa safha siwa pramasiwa

Bayu sabda idep, sudhata

Nirwigena ya namah swaha

Ong Hyang Iswara ring arepanku

Ong Hyang Brahma ring tengahku

Ong Hyang Mahadewa ring urinku

Ong Hyang Wisnu ring kiwanku

Ong Hyang Bayu ring ususuanku

Ong Hyang Ana ring saripanku

Asta Mdutia

Ong unglrah phatastaya ya namah

Ong atma tatwatma sudhamam swaha

Ong ksama swamam ya namah swaha

Ong pasupatiya ung phat

Ong srijam bhawantu

Ong purnam bhawantu

Ong sukham bawantu

Ong anantasana ya namah

Ong padma sana ya namah

Ong dewa pratista ya namah


Ong hyang hring syah prama

Siwa aditya ya namah

2. MATUR PAKELING KEPADA DEWA SURYA


Om aditya sya paranjotir

Rakta teja namastute

Sweta pangkaja madyaste

Baskara ya name namah

Om hrang hring syah parama

Siwa aditya ya namah

Sehe :

Pakulun sredah paduka Bhatara Surya lintang tranggana, manusanira jagi ngaturang
pajati guru piduka bendu piduka, kenak paduka Bhatara angyaksenin lan ngicenin
pamargi antar galang tanpa santulan, akidik aturan manusanira ageng pinunase
mangda rahajeng dirgayusa sidaning don aturan guru piduka iki.

Om ksama sampurnaya ya namah swaha

3. PAKELING IDA BHAGAWAN PANYARIKAN


Yang keadegang pada daksina sagi-sagi

Mantra

Om awigenamastu ya namah

Puhulun sredah paduka bhatara Bhagawan panyarikan kenak paduka madeg ring
daksina sagi-sagi, manusanira aminta hyang Bhatara muputang sapa caraning upakara
guru piduka iki.

Om pranamia Bhatara linggan sarwa kanya winasanem,

Om angungmayom

4. NGANTEBANG PRAYASCITA LAN BYOKAWONAN.


Tempatka, canang genten / canang merak diatas penimpug.

Mantra :

Ong ang pranamya sang lingam dewa Brahma Agni linggan tasme lingganya we namah
Pukukun manusanira amerta nugrahaning ukun panglukatan dasa malaning buana
agung

Om ksama sampurnaya ya namah

 Toya coblong, siratang ping tiga

Ong pang podyaraga camanan ya namah swaha

 Tepung tawar segawu

Om namo narayana ya,

Mpu sarining wisesa

Tepung tawar amunakaken

Segawa angling sumaken

Sekweking sebel kandel

Lara raga baktanmu,

 Isuh-isuh

Om shy Taya tan panetu

Tan pacangkem, tan pairing

Sira jati, nirmala angisuh

Isuhi, umilangaken sarwa

Kala Butha dengen ring raga

Sarirania sianu

Sah sira ring kahit, ring

Daging, ring balung, ring sumsum,

Mantuk sira ring enggonania soang-soang

Om un gang mang siwa namaya swaha

 Mabeyakawon

Om antiganing saisung pengawak

Shya galacandra, sagihiyan pangilangan

Mala kalisa kana lara raga

Om sah osat namah


Om bang bamadewa ya namah

Om dewa bhayu angibarakan

Lararaga lara wigna, papa lelesana siamu

Om shri ya nama namah swaha

 Matetebusan

Om purna candra, purna bhayu

den kadi langganing surya candra

mangkhana tetep pagehing bayu

prama naming ring ulun, ring bhoga

anganti anti sabda rahayu

amentuakan ratna kencana

om sah osat ya namah swaha

 Malis Parayascita

Om I Basata – swamala prayascita ya namah

Om sabata I swara papa pataka lan wiguna prayascita ya namah

Om A Ta Sa Ba I swara kadesa-desa

Mala gleh pataleteh prayascita ya namah swaha

 Ngayab byokaonan

Pukuku, Sang Kala Penosa, Sang Kala Prajamuka, Sang Kala Ngulalang, Sang Kala
Butha Presa.

Aja sira pati rarogani

Aja sira ilik siligawe

Iki tadah sajinira, penek lawar

Nasi bang, iki jinah satu lima likur

Lawe satukel, mewarna kuning

Tatadohanira, tukunen sira ring patan agung

Ajakan sanak sira ruang sira

Anak putun sira, nadah lunga


Kerigan kabeh amanah desa

Aja sira kari ring kene, den

Kedep sidhi rastu pangestu

Dang Guru Iswara

Om kala bhyo boktaja namah swaha

Om bhuta bhyo boktaja namah swaha

Om durga bhyo boktaja namah swaha

Om pisaca bhyo boktaja namah swaha

Dilanjutkan lagi

Bukulan tujeng kala kali, bhatara kala sakti, sang kala pasha, sang kala abang, sang
kala Janar, sang Kala Ireng, sang kala amancawarna.

Sang kalaanggapati, sang kala karogan-rogan, sangkala sepetan, sang kala gering,
sang kala pati, sira sang sedahan kale kina bahan ajasira anyang kala anyangkali,
manusanira ngutiti Dewa ring kahyangan ring padha darma kahyangan sakti reh
sampun angaturaken tadoh saji ring Bhatara Kala, punika sa bhutin sira kabeh bilih
kabelanira.

Om kala kali bhyi boktoya namah

Om ksama sampurna ya namah.

Om angsarwa kala ksama swamam ya namah swaha

Lalu matatabuh tuak arak

Om ebek danu, ebeks egara

Ebek pia mananing ulun.

Maselan asep :

Om ang Brahma dipata ya namah

Om dupa amerta ya namah

Om lingga purusha ya namah swaha

Ngaturang asep :

Om hyang-hyang sukla para parasudha ya namah

Om ang brahma sukla parisudha ya namah

Om brahma sudha ya namah swaha


Nglinggihang Dewa

Om pranamia dewa sang linggen

Sarwa bhuta kale sirnan,

Prana nya siwa siwantar

Sarwa jagat pramoditam

Om pranamia sang linggan

Sarwa dewati dewanan

Tasme lingga ya we namah

Ngaturang toya wangsuhpada

Om cang camanar, sudhaya namah swaha

Ngaturang raup

Om siwa sudhamem swaha

Om ang prama gangga tirta ya namah

Om om pawitram swaha

Om om dewwa bhtara sampurna ya namah

Ngaturang sari ring kukus anom

Om sryam bhawantu ya namah swaha

Om sudha bhawantu ya namah swaha

Om purnam bhawantu ya namah swaha

Ang Ung Mang Om Dewa bhatara

Sarira gandha para wangi

Om Ang Brahmana amerta ya namah swaha

Ngaturang toya panglukatan banten

Sarana : Toya anyar, sekar abang / petak

Om o mom sampurna ya namah

Om Ang Ung Mang sarayu pawitiam

Parama sarasatyam tiga jinanan ya namah swaha

Om pratama sudha, dwitya sudha,


Tirta sudha, caturda sudha,

Pancemi sudha,

Sudgha aketa, sudha bumi, sudha wiguna,

Sudha mala, sudha papa, klesa,

Kasudha den sanghyang trilokanatha

Om sidhuastu tat astu swaha

Mengaturin Ida Bhatara Nyaya nyaya tirta

Om gangga ratu toya banem

Sukla dewa masariram

Sarwa kaung pratistanem

Om mang prama siwa ya namah

Om ang prama siwa amerta ya namah

NGATURANG BANTEN GURU PIDUKA

ASTA MATIA

Om ung luah phet asta ya namah

Om atma tatwatma sudhamem swaha

Om ksama sampurna ya namah

Om sri pasupati ya we namah

Om srijam bhawantu,

Om purnam bhawantu

Om sukham bhawantu

Om ananta sana ya namah

Om po dura sana ya namah

Om dewa pratista ya namah

Om hyang hring sah parama

Siwa aditya ya namah swaha


NGANGGEN GENTA / APABILA MEMAKAI GENTA / ASTAWA GENTA ;

Om karam sadha siwa shem.

Jagatnatha wadaniyem

Gentha sabda prekasyate

Genta sabda maha sretah

Om karam parikertitah

Candrandha bendu nadantam

Sphulingga bindu nadantam

Om gentayun pujyate dewah,

Abhawya bhawya karmasu

Waradhah la baha sendheyah,

Wara sidhu nih samsayam

Puter genta 3 x : Ang Ung Mang

Klening palit 3 x : Tik ning Ong, tik ning Ong, tik ning Ong

Asepi genta: Ong dupa asta ya namah

NGAKSAMA MAHADEWA (AGUM GENRA, SAKA)

Om ksama swamem mahadewwah

Sarwa prani hitangkaram

Mam moca sarwa papebyah

Palayaswa sadha siwah

Om papaham papa karmaham

Papatmo papao sambhawah

Trahimam sarwa papebhyah

Kanacin mam saraksantu

Om ksantawya kayika dosah

Kesantawya wacika mamah

Kesantawya manasa dosah

Tat pramadat ksama swamam


Om hinaksaram hina padam

Hina mantram santhai wa ca

Hina bakti hina wrdhi

Sadha siwa namo stute

Om mantra hinam kayika hinam

Bhakti hinam maaheswaram

Tatpuji tah mahadewam

Paripurnam tad astume

Letikang seker, nyiratang toya

Om sriyam bhawantu, purnam bhawantu, sukham bhawantu

Ngayabang dupa

Ong dupa astaya namah

NGASTAWA KE SURYA

Om surya saloka nathasya,

Waradasya swarcanam

Sarwa atas asya sidhantem

Sredha ya natha nityasam

Asitah mandalam merthyu

Sitala satru nasanam

Kawiwisya maha teja

Tahte sarwa bawod bawah

Om namostute maha teja

Sarwa prani hitang karam

Pawitia sarwa tejastu

Sada siwa nama namah

NGATURANG GURU PIDUKA

Om sanghyang pradana, Hyang Purusa, Hyang Siwaa Guru, Hyang Surya Candra,
maheswara maguru piduka,
Hang aturaken pamanayon,

Wus ketanggapana de sedahanira

Bhagawan Penyarikan, manusanira,

Bhagawan citra gotra, manusanira,

Anembahan citra gotra tangan

Karo, anoda sinampura namawi wenten sabda sawud,

Cacampur linyok, lepas pangucap,

sampun ta ngadakaken ta ya sukertha

manusanira aneda tirta dharma mrta

hyang Iswara, Hyang Maheswara, Hyang Brahma, Hyang Rudra, Hyang Mahadewa,
Hyang Sangkara, Hyang Wisnu, Hyang Sambhu, Hyang sarwa Dewata

Pukulun Hyang Iswara, Hyang Maheswara, Hyang Brahma, Hyang Ludra, Hyang
Mahadewa, Hyang Sangkara, Hyang Wisnu, Hyang Sambhu, Hyang Siwa, paduka
Bhatara sowing amretista gumi, amurnaken letuhing jagat kabeh, amunduraken geung
kamaranan ring jagat kabeh, antukana pramanan ing jagat, makadi pagehan ing sang
Hyang Surya Candra, anelehin jagat, mangkana ring jagat kabeh, mangkana Bhatari
Sowang sowing.

Catatan : Panglukataniya, panawa, ratnan, pangastranin, dulunia panglukatan saka


weratha, gana angangge sasayut iki palania pageh kang sarwa dewa mahyang ring
bhumi ira sang Pabhu, gering madoh, sing tandur wredhi.

( panglukatannya panawa ratnan di puja kembali diserta pangheketan yang diketahui,


apabila memakai sesayut ini / Guru Piduka, hasilnya tetap diam semua dewa memberi
perlindungan di bumi kerjaan sang Raja, penyakit menjauh, semua yang diterima hidup
subur dan berhasil).

BHUKTIAN KE DEWA / NGANGGEN GENTA + SEKAR

Om bhuktyantu sarwa ta dewa

 Bhuktyantu triloka nathah,

Sagenah sapari warah,

Sawargah sa dasi datah

Om tesu karthi maha trepti

Matarasa batarakah

Esesem sarwa dewanam

Trepti yayum bhawantu


Om gring trepti laksana ya namah

Om gring ksama kaana ya namah

Om guru rupam sadadnyanan

Gur nama yapetsada,

Guroh pranam taram dewaan

Nasti nasti dina dina

Om gung guru paduka byo namah swaha

(ngeletikang sekar, ngenahang genta)

NGETISANG TIRTA

Om sriyam bhawantu, om purnam bhawantu, om sukham bhawantu

AYABANG DUPA

Ong dupa astra ya namah

MASIRAT KEBHUTA RING SEGEHAN AGUNG

Om ung pahpat astra ya namah

Om atma tatwatma sudhamam swaha

Om ksama sampurnaya namah

Om sri pasupatiya namah

Ong ung phat

Om sriam bhawantu

Purnambhawantu

Sukham bhawantu

Ya namah swaha

MAKTIYANG BHUTA

Ong agug mang,

Ong sang durga bucari, kala bucari

Bhuta bucari

Bhuksyantu durga katara

Bhuksyantu kala mawaca


Bhuksyantu sarwa bhutanam

Bhuksyantu pisaca sanggyan

Om swasti swasti sarwa bhuta suka

Predana ya namah swaha

MATABUH TUAK ARAH BEREM

Om ebek danu, ebek sagara, ebek pramananing ulun poma 3x

NYIRATANG TIRTA KELUHUR / ASTU MERTA

Om ang rah phat astra ya namah

Om atma tatwatma sudhamam swaha

Om ksama sampurna ya namah

Om sri pasupateya namah

Om ung phat

Om sriam bhawantu,purnam bhawantu, sukham bhawantu

Ya namah swaha

SAMBUNG MANTRA WISNU WISNU

Om wisnu-wisnu rade triyate

Sri wisnu prajepate ksetra

Waaha kalpa pratuna carane

Kala yusa kala mangke

Kala ita yoga maksatra nitya

Wedohti palam pratika manayem

Sarwa dewa prayascitanya

Kariswa sabgiyamastu tatastu astu swaha

SAMBUT MANTRA PRAS

Om pancawarna bawet brahma

Wisnu saptawara we ca

Sadwara Iswara dewasca

Astrawara siwa Jnyeyah


Sarwakauja pras, pras parisudha ya namah

PAMUSPAN

Duduk yang baik

Om prasadha stitha sarira suci nirmala ya namah

MENGHASAPI TANGAN DENGAN DUPA

Om ang dupa dipastu ya namah

MUSPA MEMAKAI BUNGA, KEPADA SHY SIWA RADITYA

Om aditya sia paranjotih

Rakta teja nama stute

Sweta pangkaja mayasta

Bhaskara ya namostute

Om pranamia bhaskarem dewa

Sarwa kleta winasanam

Pranama ditya siwa siwantan

Bhukti mukti wara pradam

Om hrang hring syah parama

Siwa aditya ya namah swaha

MUSPA PADA IDA ISTA DEWATA / HYANG GURU MEMAKAI KWANGEN

Om dewa dewi tridewanam

Tri murti tri dewanam

Tri purusa sudha nityam

Om guru rupam guru dewam

Guru pantaram guru madyam

Jiwatnam tri lokanam

Sudha klesa winasanam

Sarwa jagat partistanam


Om guru paduka di pata ya namah

MUSAPA PADA ARDHA NARESWARI

Memakai kwangen langsung mohon panugrahan

Om nama dewaya adhi stana ya

Sarwa wyapi wai siwa ya

Padma sana eka pratistaya

Ardha nareswari namonamah

Om anugraha manoharam

Dewa data nugrahakam

Arcanam sarwa pujanam

Namah sarwa nugraham

Dewa dewi maha sidhi

Yajnyangga nirmalatmaka

Laksmi sidhisca dirgahayuh

Nirwigena sikla wredhisca

MUSPA PUYUNG

Om deewa suksma parama cintya

Ya namah swaha

Om santih santih, santih om

MASIRAT TIRTA PADANDA NGAGEM GENTA

Om om ksama sampurna ya namh swaha

Om om siwa sampurna ya namah swaha

PEMRELINA

Ukuppi genta dengan asep lalu klening 3x

Ung ang mang ong ah ang

MATIRTA

Ong ang brahma mreta ya namah

Ong ang wisnu mreta ya namah


Ong masng Iswara mreta ya namah

MABIJA

Om kung kumara wija wijaya yanamah

NGELEBAR

Mengambil puspusan / kaki, ekor, sayap, kepala dari daging banten di letakkan di atas
canang, diisi segehan alit dan dupa.

Dipersembahkan, kepada bhuta bhuti prakanggi ditempat itu sisertai tetabuhan tuak arak
berem

Om bhutiantu dunga katara

Om bhutiantu kala mewaca

Om bhutiantu bhuta bhutanem

TETABUHAN :

om ebek danu, ebek segara, ebek pa amananing ulun poma 3 x

Nyurud dan pebersihan sisa sisa upacara

Ngaturang daksina dengan runtutannya beserta uang ssari kepada sang muput /
nganteb upakara tersebut dan kepada serati / tukang banten

Makan bersama

Catatan :

1. Alangkah baiknya dalam pelaksanaan upacara maguru piduka disertai kidung, suara
gender / angklung, duara kulkul nungting lebih lebih pelaksanaannya di pura untuk
keselamatan desa pakraman / daerah
2. Apabila upacara guru piduka ini terlaksana du pura akibat pura kerubuhan seperti
disambar petir, kebakaran, ditimpa reruntuhan dll, pemaksan ngaturang guru piduka
pada tragtag, dimana setiap anggota pemaksa, watu mebakti dengan kwangen sesari 5
kepeng kemudian dikumpulkan (menuru widhi sastra).
3. Tempat melaksanakan upacara guru piduka
4. Bagi keluarga – di meraja kemulan rong 3
5. Bagi desa pakraman – di pura desa
6. Bagi kabupaten – di pura terbesar berupa sad khayangan / dang khayanagan / kayangan
jagat
7. Bagi propinsi bali – di pura besakih atau menyesuaikan darimana sumber malapetaka
karena kena marah dewa / kesisip.
8. Karena guru piduka ini hanya berupa janji bertangguh sebaiknya disusul upcara yang
sesuai kepentingan kedurmanggalan seperti apabila kerubuhan, ditempat pura tersebut
bila wabah penyakit merajalela, ditempat pura dalem, bila merana / peyakit tumbuhan
ditempat yang sesuai seperti pura puseh. Bila kekacauan daerah, ditempat pura desa.
9. Bila kehancuran kabupaten / provinsi dilaksanakana di pura khayangan jagat seperti pura
besakih pura pusering jagat, pura kental gumi, pura luhur uluwatu, pura luhur batukau,
pura rambut siwi, pura pulaki dllnya.
10. Bagi desa pekraman, apabila ada marabahaya / “kebrebahan” di desa setelah genteng
linggih di pura dalem patutlah ngaturang guru pidukan, bendu piduka disertai anawur sot
asani aluh.

Anda mungkin juga menyukai