Adapun tanda tanda perlunya melakukan upakara khusus Banten Guru Piduka dan
Bendu Piduka adalah adanya suatu kejadian yang aneh-aneh, seperti kejadiannya tidak
pernah terjadi atau dialami, baik disebabkan oleh alam, manusia, dan hewan, sehingga
menimbulkan pirasat buruk dalam hubungan buana alit dengan buana agung, lahir dan
bathin. Kejadian-kejadian tersebut antara lain :
2. Kematian salah satu keluarga bertepatan dengan hari piodalan di pemerajan/ pura
setempat beromisili.
3. Keributan terus menerus dalam keluarga, kurang harmonisnya hubungan dengan
leluhur.
3. Terbakarnya tempat suci baik oleh api maupun alilintar serta diperusak oleh angin
puyuh.
Demikianlah pula bila khayangan terjadi kebakaran tanpa sebab, demikian juga angin
beliung tanpa sebab, apalagi sampai menghanguskan seluruh bangunan kahyangan.
Itulah ciri bahwa yang memiliki kahyangan tersebut mendapat bahasa, karena kaulnya
tidak dibayar, oleh karena itu sepatutnya agar sot (berjanji) akan membayar kaul dengan
mempersembahkan guru piduka.
“Mwah yan ane kukus tan pantara melebek, mwang sane karungu maha ngek, tan
karasa swamaning janma, tiba ring kahyangan, dudu sang madrebe kahyangan
mwang ngaturang lepir, wnang ngaturang guru piduka sakramania”
Artinya :
“dan apabila ada asap tebal mengumpal tanpa sebab tan lan terdengar ada suara
menjerit seperti bukan, suara manusia memusat di kahyangan, itu pertanda bahwa yang
memiliki dan pemangku prahyangan itu sedang keadaan Cemar, oleh karena itu patut
mempersembahkan guru piduka”.
5. Pada bangunan suci / kahyangan yang kena kekotoran seperti ada mayat manusia,
darah manusia datang bulan, orang bersetubuh di kahyangan, tulang bangkai manusia
di kahyangan, suara tangis pelan, disambar petir, mati bunuh diri, dimasuki binatang
piaraan berkaki empat, perlu diadakan / dipersembahkan guru piduka.
“ ….. nihan parikamaning dewa ring kahyangan yang katiben cemar, apa lwirnia; yan
ketibening wangke ring mwang, rahing wong carpur, mwang wong sanggama ring
salu, ring babaturang, mwang walung wang ke ring jadma, mekadi kekereng,
ketibenin tangis alon, sinamber denningglap, mwang mati megantung, mati matusuk
sarira, kepalingan buron agung, mwang ketiben purusnya uyuh, saluiring sanangguh
cemar, yan dahat wenang anyut ring bebantenania ring ngaturang guru piduka”.
Artinya :
“inilah tata cara hatanan, kehadapan dewa di kahyangan, jika tertimpa kekotoran antara
lain ; seperti jika ada mayat manusia, darah wanita datang bulan, dan orang bersetubuh
di bale suci, di halama tempat suci dan lagi ditemukan tulang bangkai manusia, yang
terbungkus dengan sobekan kain bekas, ditimpa suara tangis yang pelan, disambar
petir, lagi pua didapatinya orang mati tergantung, mati bunuh diri, kemasukan binatang
besar, ditemui air mani laki-laki, semuanya itu disebut “leteh” (kotor), apabila sangat
besar harus di hanyut. Selanjutnya pada bangunan suci terebut diselenggarakan
upacara mempersembahkan guru piduka”.
BENTUK UPAKARA
Suci soroh, sesayut pangambeyan salaran bebek dan ayam masih hidup, tetegenan, 1
tanding sampian agung maulam itik / tutuh, peras penyeneng, sesantun, soda putih
kuning, makembaran, sesayut dirgayusa gumi, dilengkapi tebasan guru piduka.
1. Tumpeng1, matatakan kulit sesayut iwaknia rerasmen, sudang, tulung 1, canang pawitra
maraka jaja bendu, mwang who wohan sampian nagasari.
2. Mempersembahkan bendu Piduka tetujunya untuk memohon maaf kehadapan Hyang
Kawitan yang telah melimpahkan munculnya kedukaan, pada permohonan pada
perumahan tempat tinggal terhadap penghuninya. Upacara Bendu Piduka sering di sebut
Banten Peneduh, pada waktu “Meneduh” di dasa Pekaraman.
antara lain tumpeng 1 mepucuk manik / berisi telur itik rebus, beralaskan kulit sesayut,
ikanya itik diguling, tulung agung 1, kwangen 3, sampiyan nagasari, canang pahyasan,
katipat sidha purna, raka who-wohan / buah-buaha.
Ketiga banten tersebut digabung menjadi satu apabila melakukan upacara Guru Piduka.
1. Beras sakulak (aprepatan) di pakai tumpeng, berisi pucak hati, taluh, berisi plekir busung,
ikannya ayam putih dipanggang, dialasi kulit sesayut, dasarnya bras akulak (aprepatan),
lawe satukel (benang tukel), uang 225, sesayut dirgayusa gumi.
2. Apabila negara kerahaan, sang ratu kena dumanggala (Cemer), upakaranya ; Tumpeng
9 warne sesuai / ungidenan, penek, ketipat sidha purna, ketipat pandawa, ketipat sari,
tulung urip, tulung sangkur, raka woh-wohan serba 5, ikannya itik, putih diguling, lis
busung , kelapa gading, sampyan busung gading, sampyan penyeneng, sesantun uang
400, tumpeng di tengah berisi orti bunganya sesuai warna tumpeng, kwangi 9, tunjung tri
warna, penek tersebut ditancapi bunga sulasih miyik, ujung/muncuk dapdap 9, tetebasan
warna, canang arum, pabersihan, klungah kelapa gading kinasturi diisi beras kuning,
bunga kuning, bisa juga memakai klungah gadang berisi air kelapa (telebusan/ mata air),
dipuja oleh Pandita.
Suci sorohan pada asoroh, peras penyeneng , soda putih kuning, sesantun 4 soroh,
salaran bebek dan ayam masih hidup, tegen-tegenan lengkap,prayascita durmanggala
(memakai lis busung dan slepan).
TETEBASAN GURU PIDUKA YANG LAIN ;
Tumpeng mepucuk manik (tumpeng diujungnya berisi telur itik di rebus), dikelilingi
tumpeng kecil 11 buah, beralaskan kulit sesayut, ikannya itik putih di guling, kwangen 11,
sampian kembang 11, pisang jimpel (kulit pisang busung), sampian nagasari metangga
1, raka raka sedah who, rerasmen, jajan serba genep.
Tangkih, celemik, ituk-ituk, celekontong, dibuat dari janur, slepan, daun ental berbentuk
segitiga (bucu telu).
Taledan + ceper, bahannya sama bentuk segi empat / merepat.
Tamas, wakul, kulit sesayut, kulit tebasan, urasari, dibaut dari janur, slepan, daun ental
bentuknya bundar (bunter) pada bagian bawahnya.
1. Plawa berupa daun kayu endong, pandan harum puring dan lain-lainnya.
2. Porosan dibuat dari selembar daun sirih, pinang dan kapur dilipat / digulung kemudian
dijahit dengan semat / diikat dengan tali porosan. Porosan silih asih, sirihnya 2 lembar,
satu lembar tengadah dan satu lembar telungkup, didalamnya berisi pinang / gambir,
kapur, lalu dilipat / digulung kemudian dijahit / digulung dengan ikatan tali porosan.
3. Tampelan / base tampelan dibuat dari dua lembar daun sirih, satu lembar sebagai alas,
satu lembar lagi di isi pinang, kapur lalu dilipat turun dan naik lalu dijahit dengan semat.
4. Lekesan, dibuat dari selembar daun sirih diisi pinang, kapur kemudian digulung lalu diikat
dengan benang atau ditusuk dengan semat.
5. Bunga segar dan harum yang diambil dari pohonnya seperti bunga sandat, jepun,
cempaka, patur, tunjung, mwang dan lain-lainnya.
6. Rampe, dibuat dari daun pandan harum yang diiris-iris, diletakkan di atas bunga.
7. Boreh minyak, terbuat dari serbuk cendana di campur minyak wangi diletakkan diatas
rampe.
8. Beras / wija kuning yang dibuat dari beras dicampur air kunyit yangdi parut.
9. Kekeping jajan ibuat dari bubur tepung beras tipis-tipis di keringkan lalu di goreng
10. Pisang emas, adalah pisang buahnya kecil-kecil berwarna kuning.
11. Burat wangi di buat dari akar-akar yang harum di campurkan dengan beras dan kunir
ditumbuk halus di campur air cendana.
12. Lengga wangi, dibuat dari kacang putih, kacang komak, ubi, keladi, digoreng sampai
gosong / hitam, lalu ditumbuk dicampuri dengan malem (lemak lebah) dan minyak
kelapa.
13. Sisig, dibuat dari jajan begina dibakar sampai hitam lalu dihaluskan sebagai sarana
pembersih gigi,
14. Kekosok, dibuat dari tepung beras ada putih tanpa campur dan ada kuning di campur
kunir sebagai sarana pembersih kulit / lulur
15. Ambuh, dibuat dari daun pucuk di iris atau kelapa yang diparut, sebagai sarana
pencucian rambut.
16. Tepung tawar dibuat dari tepung beras dicampur dari dapdap dan kunir ditumbuk sebagai
sarana pembersih pada canang perbersihan.
17. Asem, dibuat dari asem, buah yang terasa asem diris-iris sebagais arana pembersih
perut.
18. Minyak wangi / minyak kelapa, sebagai sarana menghaluskan rambut sehabis keramas.
19. Wija, dibuat dari beras di cuci bersih lalu diisi air cendana
20. Sesarik tetebus, dibuat dari beras berisi benang dan daun dapdap yang dihaluskan
masing-masing di alasi dengan celemik / kojong, sebagai sarana pelengkap penyeneng
dan pembersih kotoran.
21. Nasi, ada disebut tumpeng yang ujungnya lancip, krucut, penek adalah nasi bentuk bulat
ceper, pangkonannya itu nasi besar bundar, setengah bundaran bola.
22. Rerasmen, berupa lauk pauk terdiri dari campuran kacang-kacangan merah putih,
komak, bosor digoreng, dilengkapi sambal, saur / serondeng, mentimun, ikannya
teri/gerang, sudang, telur ayam, itik, babi guling.
23. Raka-raka, terdiri dari berbagai macam jajan seperti jajan begina, sirat, sabun, jaja
dengdeng, dan buah buahan seperti ; panca pala yang berwarna 5 macam, berupa
pisang, nanas, manggis, salak, jeruk, kepundung, ceruring dan lain-lainnya.
24. Sampian, sebagai tempat meletakkan porosan, bunga, rampe, boreh miyik sesuai
kegunaannya seperti ;
1. Sampain plaus/ kepet-kepetan, untu soda
2. Sampian tumpeng, dibuat dari janur bentuk atasnya bundar dan bawahnya
lancip, seperti sampian nagasari, kebah, kembang, jeet guak.
3. Sampia peras atau metangga, dasarnya sampian tumpeng, diberi tangga
sehingga kelihatannya bertingkat.
4. Sampian pengambeyan, masriyok / magonjer, sama seperti sampian peras
hanya bagian bawahnya diisi hiasan janur sehingga seperti rambut terurai.
5. Sampian penyeneng, dasarnya sampian tumpeng, diatasnya ditempeli jajahitan
berkepala tiga, dan pada bagian tengahnya terdapat tiga petak.
Tamas paling bawah, tamas tatampil berisi pisang kayu masak 5 buah, bantal 5 buah,
tape 5 buah, jajan bagina 5 buah, tebu 5 buah, jajan sesamuhan putih kuning, buah 5
macam / panca pala dan canang porosan 5 buah.
Tamas kedua ditengah, tamas guru berisi tumpeng 4 buah, tumpeng guru 1 buah
(tumpeng dipuncaknya diisi telur itik direbus), nasi dialasi limas berisi saur, telur dadar
dan kacang putih digoreng.
Tamas ketiga yang paling atas, tamas lampadan isinya kacang komak, papaya, terung
kanji, dipakai sayur dengan bumbu bawang putih, kencur tanpa terasi (kesuna cekuh)
dialasi takir. Diatasnya dilengkapi ompar ;
o Sekul pinda, alasnya dari pada ceper, berisi 3 pulung nasi beralas celemik,
pisang kayu masak 3 buah, madu 1 takir.
o Sega taksisir, beralas ceper berisi nasi aron-aron, kelapa diris-iris, saur, dan
kacang komak digoreng.
o Nasi bira, alasnya ceper berisi nasi urab, kacang goreng, terung sutia direbus.
o Skul wedya alasnya ceper berisi 3 pulung nasi putih, yang diaru dengan
empehan / susu, dialasi daun beringin 3 lembar, diatasnya berisi bawang 3 iris,
dilengkapi ujung daun ambengan 2 lb, dan daun aha baas 3 lembar.
B. NASI PAYASAN
Alasnya ceper berisi nasi daun delima warna putih, saur, telur dadar, dan kacang
matang.
Kelengkapannya berupa :
Satu guling itik dibelah, lada, penek gurih (penek berisi kacang dan kepala diiris), pisang
mentah, pisang lebeng, masing-masing satu tanding, dan bungkak nyuh gading 1 buah.
Pisang Lebeng alasnya memakai wakul kecil berisi buah-buahan panca pala masak
masing-masing 5 iris. Jajan sesamuhan, tape, bantal, tebu, diatasnya berisi sampian
nagasari.
Ketiga tamas tersebut diikat menjadi satu, diletakkan pada sebuah keranjang, dilengkapi
dengan peruntutanya teriri dari canang burat wangi lengawangi, canang sari, canang
gantal, daksina, peras, soda tipat kelanan.
C. SESAYUT
Alasnya memakai kulit sesayut diatasnya berisi nasi penek bundar, rarasmen, raka –
rake sampian nagasari, berisi porosan, bunga rampe dilengkapi sebuah pebersihan dan
sebuah canangsari.
D. PENGAMBEYAN
Alasnya berupa taledan, diatasnya berisi 2 buah tumpeng, ditengahnya diletakkan tipat
pengambeyan, dan pada bagian samping kiri dan kanan diletakkan tulung
pengambeyan, dilengkapi rerasmen berisi ulam ayam dipanggang.
E. TUMPENG GURU
Alasnya memakai taledan, diatasnya berisi sebuah tumpeng yang pada bagian
puncaknya berisi sebuah telur itik direbus, dilengkapi dengan rerasmen berisi ulam itik
putih, raka-raka dan sebuah sampyan nagasari berisi porosan bunga dan rampe.
F. PERAS
Alasnya memakai taledan diatasnya ditempeli kulit peras berupa jejahitan terdiri dari 5
potong janur diringgit kemudian terdiri diatasnya diletakkan tatukon terdiri dari base
tampelan, beras, benang dan uang kepeng, biasanya diletakkan 2 buah tumpeng,
rerasmen raka-raka dan sebuah peras metangga berisi porosan, bunga dan rampe.
G. NGANTEBANG GURU PIDUKA
Sebagai biasa urutan ngantebang upakara yadnya bagi manggala yadnya juga berlaku
bagi ngantebang upakara Guru Piduka.
1. PERSIAPAN
Manggala upakara duduk dengan “sasila paned” / padma sana serta memusatkan
perhatian penyucian diri;
Mantra duduk;
Ma tangan kanan-kiri
Om sudhamem swaha
Mantra dupa
Om ang brahma sudha ya namah
Asta Mdutia
Sehe :
Pakulun sredah paduka Bhatara Surya lintang tranggana, manusanira jagi ngaturang
pajati guru piduka bendu piduka, kenak paduka Bhatara angyaksenin lan ngicenin
pamargi antar galang tanpa santulan, akidik aturan manusanira ageng pinunase
mangda rahajeng dirgayusa sidaning don aturan guru piduka iki.
Mantra
Om awigenamastu ya namah
Puhulun sredah paduka bhatara Bhagawan panyarikan kenak paduka madeg ring
daksina sagi-sagi, manusanira aminta hyang Bhatara muputang sapa caraning upakara
guru piduka iki.
Om angungmayom
Mantra :
Ong ang pranamya sang lingam dewa Brahma Agni linggan tasme lingganya we namah
Pukukun manusanira amerta nugrahaning ukun panglukatan dasa malaning buana
agung
Isuh-isuh
Sarirania sianu
Mabeyakawon
Matetebusan
Malis Parayascita
Om A Ta Sa Ba I swara kadesa-desa
Ngayab byokaonan
Pukuku, Sang Kala Penosa, Sang Kala Prajamuka, Sang Kala Ngulalang, Sang Kala
Butha Presa.
Dilanjutkan lagi
Bukulan tujeng kala kali, bhatara kala sakti, sang kala pasha, sang kala abang, sang
kala Janar, sang Kala Ireng, sang kala amancawarna.
Sang kalaanggapati, sang kala karogan-rogan, sangkala sepetan, sang kala gering,
sang kala pati, sira sang sedahan kale kina bahan ajasira anyang kala anyangkali,
manusanira ngutiti Dewa ring kahyangan ring padha darma kahyangan sakti reh
sampun angaturaken tadoh saji ring Bhatara Kala, punika sa bhutin sira kabeh bilih
kabelanira.
Maselan asep :
Ngaturang asep :
Ngaturang raup
Om om pawitram swaha
Pancemi sudha,
ASTA MATIA
Om srijam bhawantu,
Om purnam bhawantu
Om sukham bhawantu
Jagatnatha wadaniyem
Om karam parikertitah
Klening palit 3 x : Tik ning Ong, tik ning Ong, tik ning Ong
Ngayabang dupa
NGASTAWA KE SURYA
Waradasya swarcanam
Om sanghyang pradana, Hyang Purusa, Hyang Siwaa Guru, Hyang Surya Candra,
maheswara maguru piduka,
Hang aturaken pamanayon,
hyang Iswara, Hyang Maheswara, Hyang Brahma, Hyang Rudra, Hyang Mahadewa,
Hyang Sangkara, Hyang Wisnu, Hyang Sambhu, Hyang sarwa Dewata
Pukulun Hyang Iswara, Hyang Maheswara, Hyang Brahma, Hyang Ludra, Hyang
Mahadewa, Hyang Sangkara, Hyang Wisnu, Hyang Sambhu, Hyang Siwa, paduka
Bhatara sowing amretista gumi, amurnaken letuhing jagat kabeh, amunduraken geung
kamaranan ring jagat kabeh, antukana pramanan ing jagat, makadi pagehan ing sang
Hyang Surya Candra, anelehin jagat, mangkana ring jagat kabeh, mangkana Bhatari
Sowang sowing.
Matarasa batarakah
NGETISANG TIRTA
AYABANG DUPA
Om sriam bhawantu
Purnambhawantu
Sukham bhawantu
Ya namah swaha
MAKTIYANG BHUTA
Bhuta bucari
Om ung phat
Ya namah swaha
Wisnu saptawara we ca
PAMUSPAN
Bhaskara ya namostute
Om anugraha manoharam
Yajnyangga nirmalatmaka
MUSPA PUYUNG
Ya namah swaha
PEMRELINA
MATIRTA
MABIJA
NGELEBAR
Mengambil puspusan / kaki, ekor, sayap, kepala dari daging banten di letakkan di atas
canang, diisi segehan alit dan dupa.
Dipersembahkan, kepada bhuta bhuti prakanggi ditempat itu sisertai tetabuhan tuak arak
berem
TETABUHAN :
Ngaturang daksina dengan runtutannya beserta uang ssari kepada sang muput /
nganteb upakara tersebut dan kepada serati / tukang banten
Makan bersama
Catatan :
1. Alangkah baiknya dalam pelaksanaan upacara maguru piduka disertai kidung, suara
gender / angklung, duara kulkul nungting lebih lebih pelaksanaannya di pura untuk
keselamatan desa pakraman / daerah
2. Apabila upacara guru piduka ini terlaksana du pura akibat pura kerubuhan seperti
disambar petir, kebakaran, ditimpa reruntuhan dll, pemaksan ngaturang guru piduka
pada tragtag, dimana setiap anggota pemaksa, watu mebakti dengan kwangen sesari 5
kepeng kemudian dikumpulkan (menuru widhi sastra).
3. Tempat melaksanakan upacara guru piduka
4. Bagi keluarga – di meraja kemulan rong 3
5. Bagi desa pakraman – di pura desa
6. Bagi kabupaten – di pura terbesar berupa sad khayangan / dang khayanagan / kayangan
jagat
7. Bagi propinsi bali – di pura besakih atau menyesuaikan darimana sumber malapetaka
karena kena marah dewa / kesisip.
8. Karena guru piduka ini hanya berupa janji bertangguh sebaiknya disusul upcara yang
sesuai kepentingan kedurmanggalan seperti apabila kerubuhan, ditempat pura tersebut
bila wabah penyakit merajalela, ditempat pura dalem, bila merana / peyakit tumbuhan
ditempat yang sesuai seperti pura puseh. Bila kekacauan daerah, ditempat pura desa.
9. Bila kehancuran kabupaten / provinsi dilaksanakana di pura khayangan jagat seperti pura
besakih pura pusering jagat, pura kental gumi, pura luhur uluwatu, pura luhur batukau,
pura rambut siwi, pura pulaki dllnya.
10. Bagi desa pekraman, apabila ada marabahaya / “kebrebahan” di desa setelah genteng
linggih di pura dalem patutlah ngaturang guru pidukan, bendu piduka disertai anawur sot
asani aluh.