Anda di halaman 1dari 3

NERANG HUJAN

Tehnik Dasar Nerang Hujan

Krama bali bila ingin melakukan "nerang hujan" tanpa bantuan balian atau pawang hujan, bisa-bisa saja, asalkan
memiliki keyakinan kuat terhadap sesuhunan yang dimohonkan dalam hal tersebut.

Adapun hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan bagi pemula:

1. Susunan Dewata yang berperan dalam ritual nerang ataupun pengujanan.


2. perhatikan pula efek pada lingkungan akibat dilakukan ritual ini
3. pilihlah sarana nerang hujan
4. pahami proses ritual nerang hujan
5. pelajari sedikit ilmu kawisesan dalam rangka menyerang lawan yang hendak
membuat hujan.

Berikut ini penjelasan beberapa prinsip ditas:

Bila semeton bali memiliki bekal spiritual, ritual nerang hujan bisa dilakukan tanpa harus repot-repot menggunakan
upakara banten, cukup dengan kekuatan batin (midep) memohon langsung kepada dewa-dewa yang berkaitan
dengan proses terjadinya hujan. adapun dewa-dewa tersebut diantaranya:

1. Dewa Surya, sebagai saksi kegiatan kita, selaku dewa tertinggi dalam ritual Hindu
Bali.
2. Wulan-lintang-tranggana, merupakan saksi kegiaan, wakil dewa surya disaat malam
hari.
3. Dewa Agni, merupakan dewa yang memberikan anugrah kekuatan panasnya api,
yang dapat menguapkan setiap embun disekitar kita.
4. Dewa Indra, merupakan dewa hujan, hanya seijinnyalah hujan dapat terhenti.
5. Dewa Bayu, merupakan dewa angin, yang membantu dalam proses menggeser
embun yang telah teruap oleh panasnya jnana (idep).

adapun aturan umun untuk melaksanakan nerang hujan diantaranya:

1. pahamilah, hujan merupakan ciri restu tuhan melalui para dewa dan leluhur kita,
memberikan kesuburan dan panglukatan, jadi sangat tidak elok kalau kita nerang pada saat
melakukan  yadnya pecaruan atau sedang ngaturan piodalan, atau saat nunas panglukatan.
2. pahami pula area dan dimana saja yang memerlukan perlindungan dari hujan
(nerang hujan), karena kita tidak boleh nyengker desa hanya demi keinginan pribadi, ingatlah
hujan merupakan sumber air yang sangat diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan dan para petani.
3. sehubungan dengan point 2 diatas, waktu nerang hujan juga diperhatikan, janganlah
nerang sepanjang hari, karena situasi pada saat nerang hujan, baik suhu serta keadaan akan
menjadi penat, panas dengan minim hembusan angin, sehingga akan mengganggu
kenyamanan lingkungan serta tetangga.
4. pahami ciri-ciri petir, jangan sampai dewa hyang yang sedang melancaran, kita
melakukan ritual nerang hujan maka akan berakibat kurang baik kedepannya untuk diri yang
melakukan ritual dan orang yang memanfaatkan ritual nerang hujan tersebut.

berikut ini pilihan sarana nerang hujan yang biasa digunakan oleh balian nerang, diantaranya:

 dupa atau hio


 sambe layar (lampu minyak)
 pasepan atau paDUPAn
 rokok,
 api pedamaran, DIPA, baik lilin atau ganjreng (untuk ganjreng biasanya menggunakan minyak nyuh surya) 
 cabe yang ditusuk dengan sebatang lidi yang biasa digunakan untuk menyapu (sampat)
 banten pejati, dll
setelah memahami fungsi dewata tersebut diatas, mengenai ilmu kawisesan untuk melakukan nerang hujan sangat
beraneka ragam. berikut ini ada beberapa tehnik dan tips nerang hujan yang biasanya digunakan Balian Nerang
dalam rangka menahan hujan agar tidak jatuh ke bumi.

bagi para pemula, terutama yang baru Belajar Tenaga Dalam Asli Bali, berikut ini tehnik umum yang bisa
diterapkan:

1. lakukan doa saa pembuka, seperti saat awal latihan.


2. ikuti doa dalam hati: "ratu sang hyang surya candra lintang tranggana, piceyang
tityang penugran nyelang galah panerangan hujan, ledang ratu bhatara indra tan
ngemedalan gulem lan hujan, bhatara bayu ngingsirang sekancan gulem ngaja nganinang,
ngarangsuk bhatara agni ring sasiran tyang, menadi gni sakti, kedep sidhi mandi mantranku".
3. tarik nafas dalam-dalam, letakkan di nabi dan ucapkan mantram (seperti saat
latihan).
4. tengadahkan salah satu telapak tangan, niatkan gni sakti keluar dari telapak tangan
anda.
5. gerakan tangan anda memutar berlawanan arah dengan jarum jam (prasawya),
sambil tetap tahan nafas anda, dan niatkan gni sakti tersebut membumbung keatas, dan
menguapkan awan dilangit
6. bila nafas anda sudah tidak kuat, lepaskan pelan-pelan, sambil tetap berkonsentrasi,
tarik nafas anda dan kunci nabi anda seperti point 2.
7. terus lakukan hingga mendung, awan menjadi menipis.
8. bila ada ciri-ciri: angin terasa lembab berair atau kabut semakin menurun, terus
lakukan tehnik diatas, karena itu ciri serangan susulan.
9. bila mendungnya terasa sudah berat, disarankan menggunakan alat bantu
"pedamaran sambe layar" untuk memperkuat gni sakti yang digunakan.

prasawya

alasan putaran tangan prasawya adalah untuk mengurangi ke kekuatan awan hujan dan angin pembawa hujan. Kata
asli dalam Bahasa Kawi untuk Maprasawya sebenarnya “pasawya-sawya” artinya: kanan ke kiri, yaitu bagian dari
ritual smarana dengan berjalan melingkar dari arah kanan ke kiri berlawanan dengan arah jarum jam sebanyak tiga
kali (simbol utpti, stiti, pralina) sebagai simbol “penurunan status”. Gerakan-gerakan itu analog alamiah dengan
memperhatikan gerakan air dalam suatu bejana di mana sumbat bejana di bagian bawah dibuka, perputaran air akan
pasawya-sawya; sebaliknya bila suatu bejana kosong diisi air secara terus menerus tak terputus, maka gerakan air
akan mapurwa daksina. awan diarahkan ke timur laut, maksudnya ke arah gunung atau dataran tinggi, karena hujan
normalnya terjadi di dataran tinggi.

Sambe Layar

Pedamaran Sambe Layar atau "api terapung" adalah salah satu simbol Hyang Agni, merupakan sistim pedamaran
(dipa) dengan menggunakan mangkok kramik (istilah balinya: cawan sutra), sumbu-nya benang tukel (sejenis kapas),
minyaknya lengis nyuh surya, sumbu digantung dengan busung (janur) atau daun lontar berbentuk tapak dara yang
dirajah "ong-kara pasupati", diatasnya diisi batas uang kepeng sebagai penyangga api. bila memungkinkan uang
kepengnya gunakan yang tridatu/pancadatu dan sangat direkomndasikan menggunakan pis wayang (pis anoman,
pis padma atau nawasanga). pendamaran sambe layar ini baiknya dibuat pada hari Kajeng Kliwon Enyitan atau
Subacara.
selain tehnik diatas, ada cara yang paling simple digunakan adalah mantra nerang hujan pendek ini "Ang Ung
Mang Syah" diucapkan 11x ngacep ida bhatara dalem mohon penugrahan panerangan. hanya saja, mantra ini akan
bermanfaat apabila anda sudah Belajar Dasar Kawisesan 3, gunakan sarana banten pejati dengan 11 dupa yang
dihaturkan kehadapan bhatara surya (sanggah surya).

Disamping itu bagi yang sudah mampu NGURIP GNI SAKTI dapat mengunakan ILMU KALWUNG GNI dalam rangka
menahan posisi awan. logikanya dengan kalwung gni, hawa di sekitar target, akan menjadi panas, sehingga udara
menjadi lebih hangat, penguapan menjadi lebih maksimal, dan apabila terbentuk awan, awan akan lebih cepat
terpecah dan tergeser ke tempat yang lebih sejuk.

berikut ini sedikit tentang kawisesan kaluwung gni:

"... iti kaluwung gni ngaran, iki ngawtokakan kasidyan ing pangiwa, salwiring pangiwa tunggal idep nia. yan
wawu ataki-taki amtokakan kasidyan ing pangiwa, tatukna tingkahnia tkeng tarpania mwang solah nia. teher
idit sanak nia patpat, kengetkna gnah nia mwang pasuk wtunia. yan wus tpet den ta, tut akna ulah ing
pangiwa, iki glarakna, sakawenang paglarania. wus mangkana, rehan ing pangiwa, tut akna mwah gnah nia,
yan wus mangkana donia, mtu mantra tingkah ing anglekas. yan wus puput, idepakna gnine ring sarira,
kengetakna gnah nia mwang pasuk wtunia. gni manca warna gnah nia ring nabi, pasuk wetu nia ring
siwadwara, irika pangulun ing gni. gni sweta gnah nia ring.... dan seterusnya..."

Mantra GNI ASTRA berikut biasanya digunakan pada saat hujan sudah tidak bisa ditahan, akibat perbuatan orang-
orang yang ingin merusak kegiatan dan sengaja menyerang dengan sarana hujan. adapun mantranya:

Ong Ang , Bang Gni Astra murub kadi Kala Rupa, Anyapu awu, Durga lidek teka geseng 3X, Aku
Sanghayang Cintya Gni Angabar abar gni sejagat, Bhuta gseng, Kala Gseng, Desti gseng, Ndih aku kadi teja
sumirat, Gseng tan patalu-talu, Teka geseng 3x, lah poma 3x dst...

berikut ini tehnik nerang hujan, dengan mengunakan kekuatan dasa aksara:

ring Buwana Agung, Brahma-Iswara, wetuakena.

Apan Trikasara lingganing api, yeh, angin.

Ida maraga Brahma, Wisnu, Iswara.

Ida meraga Sang Hyang Tunggal, malingga ring patining idepta. Yang sira anunggalan idep, Sang Hyang
Triaksara awas ranuhun, apan irika lingganing idep, Sang Hyang Triaksara awas rumuhun, apan irika
lingganing idep, beginilah adalnya:

Ang; bayu, Ung; sabda, Mang; idep. Ang metu ring irung karo.

Ang; Brahmaloka, Ung; Wisnuloka, Mang; Siwaloka.

Brahmaloka, tunggalakena ring Wisnuloka,

malih Brahmanaloka lan Wisnuloka tunggalakena ring Siwaloka.

Sambil aneleng tungtuning irung, aneleng tungtunging pamusti.

asiki ring idep (pikiran). Ang, Ung, Mang (Bayu, Sabda, idep) anunggal,

panunggalannya ingaran Sang Hyang Pasupati, sumungsang ring pakukuhing jiwanta.

Yang sira weruh anipta niki, asing pinuja sidhi palanya, away wera pingita jua.

Demikian Tehnik Dasar Nerang Hujan semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai