Disusun Oleh :
Khaerul Aji (212014085)
Gilang Ramadhan Ridwan (212014090)
Rizal Wahyu Permana (212014109)
Razan Rae (212014114)
Aldy Perdana (212014121)
Fauzi Ramadhan (212014123)
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Budaya China mewarisi kekayaan yang melimpah hingga ke pelosok dunia, termasuk
dalam perancangan arsitektur dan desain interior sebagai salah satu hasil karya manusia. Oriental
adalah salah satu istilah yang lekat dengan budaya china, dalam hal penggayaaan desain pun
istilah desain oriental banyak tervisualisasikan pada bangunan hunian di Indonesia.
Kebudayaan dataran China cukup banyak meninggalkan jejak yang hingga kini masih
dapat dijumpai di belahan dunia mana pun, tradisi budaya kosmologis yang kerap bersinergi dari
alam masih dipegang kuat oleh bangsa Tionghoa sehingga memberikan sebuah filosofi karya
yang khas dan unik. Desain khas oriental, memiliki akar budaya yang kaya dan sangat filosofis,
dalam Hal ini akan menyenangkan sekaligus unik untuk dapat menelusuri lebih lanjut mengenai
estetika yang terdapat dalam rancangan arsitektur bergaya oriental khususnya terhadap objek
penelitian pada ruang utama di bangunan Vihara Satya Budhi yang terletak di jalan Kelenteng -
Bandung.
Ruang utama vihara tersebut merupakan sebuah ruang yang dirancang denganbanyak
penerapan elemen-elemen khas oriental china. Elemen-elemen tersebut terbentuk dan dibuat
berdasarkan pemahaman terhadap aspek fungsi, bentuk, dan makna dalam perancangannya,
sehingga menghasilkan sebuah rancangan yangmemiliki nilai estetis di dalamnya. Pada
pembahasan berikutnya, akan diungkap danditelusuri, bagaimana sebuah perancangan arsitektur
dan interior dapat terbentukdengan memahami terlebih dahulu komposisikan nilai fungsi, bentuk
dan maknapada perancangan sebuah karya desain.
BAB II
ARSITEKTUR ORIENTAL
Pada abad ke-14 itu, kehidupan berdampingan antar etnis berbeda budaya ini
hidup berdampingan dengan damai. Tidak terkecuali dalam hal beribadah, para
pribumi (penduduk asli pulau Jawa) yang masih beragama hindu beribadah di candi.
Sementara itu para pedagang dari tiongkok yang menganut konfusius, Budha, & Tao
beribadah di kelentengnya.
Pada abad ke-15, Agama islam mulai tersebar di pulau jawa dan
kebudayaan hindu mengalami kemunduran.Bersama dengan itu muncul pedagang
pribumi yang hidup berdekatan dengan pecinan Di timur laut jawa tengah ,Raden
Patah mendirikan kesultanannya & diikuti dengan semakin banyaknya pengikut
agama islam.Tetapi orang Tionghoa tetap bertahan pada kebudayaannya &
memeluk agama yang berbeda.
2.2.Klenteng/Vihara
Vihara adalah rumah ibadah agama Buddha, bisa juga dinamakan kuil.
Terdapat juga istilah Kelenteng yang dapat diartikan sebagai rumah ibadah penganut
taoisme, maupun konfuciusisme, Namun di Indonesia terjadi sedikit perbedaan
penafsiran terhadap istilah ini, karena orang yg dating ke vihara/kuil/kelenteng,
umumnya adalah etnis tionghoa, maka menjadi agak sulit untuk di bedakan. Banyak
dari khalayak umum yang tidak mengerti perbedaan dari klenteng dan vihara.
Klenteng dan vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitektur, umat dan fungsinya.
Rancangan bangunan Klenteng dibuat dengan langgam arsitektur tradisional
Tionghoa, berfungsi untuk kegiatan keagamaan dan spiritual juga dapat berfungsi
sebagi tempat aktivitas sosial masyarakat. Sedangkan, bangunan Vihara memiliki
rancangan bangunan yang berasimilasi dengan arsitektur lokal dan cenderung
berfungsi kegiatan spiritual. Namun ada beberapa vihara yang memiliki rancangan
arsitektur tradisional Tionghoa seperti pada vihara Buddhis aliran Mahayana dari
Tiongkok.
Vihara Satya Budhi merupakan salah satu kelenteng yang berada di di kota
Bandung.Vihara ini merupakan salah satu tempat beribadat untuk umat Buddha yang terdapatdi
Jalan Kelenteng, Bandung. Vihara yang telah mengalami 3 pergantian nama ini merupakan salah
satu bangunan yang identik dengan arsitektur oriental dengankombinasi penerapan bentuk dan
warna-warna berciri khas oriental pada setiapornamen maupun struktur bangunan sebagai
harmonisasi antara manusia danlingkungannya. Vihara ini merupakan satu tempat yang menjadi
tempatberkumpulnya etnis tionghoa yang beragama Budha ataupun karena keturunan padasaat
malam pergantian tahun cina atau yang lebih kita kenal yakni hari rayaimlek.Hal ini dikarenakan
Vihara ini merupakan salah satu Vihara yang digunakansebagai pusat pengajaran agama Budha
di kota kembang ini.
Orientasi vihara tidak lepas dari pengaruh kepercayaan terhadap hong shui /
feng shui, yaitu pengaturan letak berdasarkan aliran air dan angina. Pemugaran
pertamakali di lakukan pada tahun 1958 dan kedua tahun 1985 untuk memperingati
ulang tahun yang ke 100. Vihara satya budhi ini semula bernama kuil hiap thian kiong
yang berarti “ istana para dewa”. Kurang lebih 20 tahun sebelum diresmikan sebagai
tempat peribadatan tanggal 15 juni 1885. Kuil ini semula berfungsi sebagai
tempattingal kapten tan yun liong yang menjabat sebagai ketua pengurus masyarakat
cina ( wijkmeester der chinesen). Perancangan kuil ini oleh arsitek (chui tzu tse) dan
sipil ( (kung chen tse) yang didatangkan dari cina selatan pada abad 19 ( dinasti
ch’ing). Ciri arsitektur ch’ing ini terlihat pada ukiran harimau dan kolom berupa
ukiran naga berkaki. Kuil ini terutama memuja koan kong yang merupakan panglima
milliter pada jaman dinasti han (206-25SM) ia mendapatkan ia mendapat gelar dewa
perang (koan te kun).
Bangunan unik dengan dominasi warna merah, arsitektur khas yang hanya
bisa di temui di beberapa tempat saja. Ya, tempat tersebut adalah kelenteng atau
vihara.
Ini kali pertama saya mengunjungi kelenteng, dan kelenteng yang saya datangi
adalah Kelenteng Satya Budhi yang berada di dalam Pecinan China daerah Cibadak
. Suasanya ramai saat minggu kami bertandang kesana, oya saya ke sana bersama
komunitas Gambong Voorit, sebuah komunitas pecinta sejarah di kota Priangan.
Gambar 3. 3 Salah Satu Ujung dari atap Vihara Satya Budhi (Sumber: google.com)
Salah satu estetika rancangan arsitektur bergaya oriental ini adalah terletak
pada kesimetrisan rancangan bangunannya yang berpadu dengan warna merah
khas oriental dan warna kuning pada setiap di setiap sudut bangunannya. Hal ini
menampilkan sebuah keharmonisan antara bentuk , warna, dan ornamen yang
menghiasi bangunan secara global maupun detail dari Vihara Satya Budhi ini.
Gambar 3. 4 Salah Satu Sudut Vihara Satya Budhi (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3.3.Tinjauan Penerapan Elemen Interior pada Ruang Utama di Vihara Satya Budhi
Di dalam kompleks peribadatan yang terdapat di vihara terbagi menjadi 9
bagian utama yang menjadi tempat persembahyangan dalam hal ini, bagian utama
atau pertama dari rute persembahyangan inilah yang akan kami jabarkan:
Pintu merupakan
Menyerupai bentuk
akses utama untuk
Pintu masuk utama pintu gerbang khas
masuk dan keluar
dalam rute kuil-kuil Buddha
antar ruangan.
1. persembahyangan dilengkapi dengan
dilengkapi Papan nama mural dan ukiran
Representasi sopan
Kuil/ruang. yang tidak difinish
dan santun sebagai
terlihat legih natural.
pengguna.
Menyerupai kaligrafi
kanji cina Dengan Representasi Adanya
merupakan papan
finishing warna penghormatan
2. pemberitahuan nama
merah yang terhadap ruang yang
dari tempat tersebut
dipadukan dengan akan di lalui
warna natural
5. natural yang
Representasi
Ceiling tentu dipadukan dengan
Pelindung umat
merupakan peneduh kita warna merah ,hijau
manusia dalam
individu yang berada di dan kuning membuat
naungan sang
bawah kesan yang kuat untuk
Buddh a.
naungannya.(ceiling bangunan Vihara satya
ekspos)- Budhi oriental.
Struktur utama
bangunan yakni
merupakan kolom
Representasi sebuah
induk. Penjagaan, yang juga
dimaksudkan baik
Bentuk finish dari
secara filosofi
Column kolom yakni : sebagai penjagaan
terhadap struktur
6.
Tiang Penyangga Dihiasi oleh bangunan pendukung
kekuatan bangunan agar dapat berdiri
ornament naga bangunan tersebut.
yang digunakan.
Dihiasi oleh
grafis
dengan teks dalam
bahasa mandarin
dengan kolom
hitam
Merupakan
penerangan
tambahan secara
alami dan sumber Dibuka demikian
udara alami. Dibuka juga sebagai lambang
agar asap yang penyerahan secara
8. ceiling
dihasilkan dari langsung doa yang
pembakaran hio dan dipanjatkan pada
panas lilin dan api yang maha kuasa.
dapat langsung
dinetralisirkan oleh
udara.
a. Wisata
Vihara Samudra Bhakti telah dijadikan tempat wisata dan juga hunting
bertujuan untuk pengenalan dari sejarah vihara tersebut dan sebagai tempat liburan
bagi pengunjung, tak terlupakan juga sebagai tempat ilmu pengetahuan tentang
arsitektur yang dimana makna dari setiap ornament serta patung dan makna ruang
yang bermanfaat untuk ilmu arsitektur.
b. Festival
Pada perayaan imlek pergantian tahun biasanya di Vihara Samudra Bhakti
dijadikan tempat festival mulai dari theater, aneka jajanan dan juga jualan barang-
barang ciri khas toinghoa. Setiap acara imlek di Vihara Samudra Bhakti selalu ramai
dan penuh dengan pengunjung yang datang.
d. Pernikahan
3.5. Hubungan Mata Kuliah Arsitektur Kontekstual Dengan Bangunan Vihara Satya Budhi
Vihara Satya Budhi merupakan bangunan yang sudah didirikan dari tahun 1885
dan masuk bangunan heritage kelas A di Bandung. Arsitektur Kontekstual menjadi
sesuatu yang perlu diperhatikan. Bangunan baru disekitarnya perlu menyesuaikan atau
menyelaraskan dengan arsitektur Vihara Satya Budhi, dan juga terkait bagaimana
menyikapi gaya bangunan yang ada di vihara satya budhi agar bangunan baru
disekitarnya dapat memberikan kaitan dengan bangunan lama. Sehingga Vihara Satya
Budhi dapat terkoneksi dengan bangunan baru atau menciptakan hubungan yang
simpatik.
BAB IV
KESIMPULAN
Penerapan elemen oriental pada interior vihara satya budhi dipahami sebagaiornamen
yang sangat filosofsi dan tidak hanya dapat dilihat dalam segi estetiknyasaja namun juga
memiliki komposisi fungsi,bentuk dan makna padaperancangannya. Sehingga berdasarkan
pengamatan dan analisa yang dilakukanpada setiap elemen yang berada dalam ruang utama
vihara.Memberikan sebuahjawaban bahwa penerapan elemen- elemen interior tersebut dapat
dibaca secaraempiris, karena masing-masing elemen itu mengandung makna sebagai
bentukkomunikasi bagi pengamat yang datang.
Selanjutnya dalam penerapan interior tersebut Vihara Satya Budhi dapat kita lihatsebagai
pesona estetik oriental di tempat peribadatan.Dalam hal ini fungsi secaraestetika merupakan
sesuatu yang potensial untuk dapat ditonjolkan dari keagunganbangunan (Vihara Satya Budhi)
dan tidak ada pula batasan yang tegas antarastruktur dan fungsi estetika yang dominan.
Eksistensi pemahaman nilai fungsi sebagai awal proses perancangan akanmengarah pada satu
tujuan yang komunikatif antara pemberi pesan dan penerimapesan atas rasa syukur terhadap
berkah dan perlindungan akan Yang maha kuasa.Penerapan dari setiap elemen yang menghiasi
setiap ruang pada Vihara Satya Budhimerupakan sebuah upaya membentuk satu konektivitas