Anda di halaman 1dari 7

ALKUTURASI BUDAYA PADA ARSITEKTUR PESISIR PANTAI UTARA JAWA

Sejarah dan Budaya Masuknya Budaya Pendatang (Cina, Arab, dan Kolonial),
Budaya Lokal (Jawa), dan Budaya Pesisir

Sejarah Masuknya Budaya Pendatang (Cina, Arab, dan Kolonial)

Pendatang Cina di Lasem Pendatang Belanda di Tuban Pendatang Arab di Gresik

Gambar 1. Peta Jalur Pantai Utara Jawa sebagai Tempat

Masuk Budaya Pendatang

Berdasarkan sejarah, masuknya pendatang di pesisir Jawa memiliki


periode waktu tertentu dimana pendatang Cina terlebih dahulu masuk pada
abad ke 13-14, kemudian pendatang Arab abad 15-16 dan pendatang Belanda
pada abad 16-19 bersamaan dengan berdirinya VOC. Masa-masa tersebut
merupakan bagian penting dari sejarah masuk dan bercampurnya budaya
pendatang dengan budaya lokal Jawa dan merupakan asal usul dari munculnya
budaya dan arsitektur pesisir.

Arsitektur Pesisir, Arsitektur Lokal (Jawa), Arsitektur Pendatang (Cina, Arab, dan
Kolonial)

Akulturasi Budaya dan Arsitektur Pesisir


Akulturasi budaya Cina, Arab, dan Kolonial Belanda yang masuk ke
daerah pesisir utara Jawa meninggalkan banyak jejak salah satunya dari karya
seni termasuk arsitektur.

Akulturasi Budaya Cina ditandai dengan beberapa tipe bangunan


seperti rumah toko, kelenteng/ vihara, dan adanya daerah pecinan di kawasan
tersebut. Pecinan merupakan ciri yang paling menandakan budaya Cina karena
sesuai dengan mata pencaharian masyarakat Cina itu sendiri yang sebagian
besar merupakan kaum pedagang. Artefak lain yang dapat diamati yaitu
melalui ornamentasi pada kulit bangunan yang berbau Cina seperti tulisan
Cina maupun ragam dengan bentuk flora fauna.

Gambar 2. Contoh pengaruh budaya Cina di Lasem

Gambar 3. Contoh ornamentasi pada arsitektur Cina- Jawa

Akulturasi Budaya Arab tidak secara langsung diamati pada


arsitekturnya tetapi lebih kepada nilai dan konsep yang dianut masyarakatnya.
Arsitektur Arab lebih dipengaruhi pada budaya dan iklim di tempat
asalnya,sehingga arsitekturnya lebih berkesan tertutup dan menggunakan inner
court / patio untuk menyikapi iklim yang panas terik. Pada prinsipnya,
arsitektur rumah tinggal Arab terdiri dari satu atau dua lantai yang dipisahkan
berdasarkan ruang publik dan privat melalui pembatas dinding massif pada
bagian dalam rumah. Ruang publik merupakan ruang untuk laki-laki dan
berdekatan dengan lobby, sehingga tamu tidak dapat berbincang dengan
penghuni wanita. Ruang ini juga merupakan simbol status ekonomi sang
pemilik rumah. Gaya arsitektur arab yang paling dapat diamati adalah dari
pengaruh gaya hidup masyarakat arab yang tertutup dan kurang senang
bersosialisasi sehingga tercermin pada arsitekturnya yang juga cenderung
tertutup dan berdinding massif dengan tidak banyak bukaan.
Gambar 4. Contoh arsitektur arab di kampung Kemasan

Akulturasi Budaya Kolonial Belanda terutama pada kawasan Tuban,


dapat diamati dari cerminan bentuk arsitektur yang sesuai gaya hidup
masyarakatnya yang cenderung mewah dan boros akibat dari keberhasilan
masyarakat indis di Batavia. Arsitektur yang mempengaruhi daerah ini adalah
arsitektur indis. Bentuk bangunan rumah tempat tinggal yang cenderung besar
dan luas, dan mewah dengan ragam hias seperti kolom-kolom yang kokoh dan
megah.

Gambar 5. Tuban tempo dulu, terpengaruh budaya kolonial pada arsitekturnya

Relasi Konsep Fungsi, Bentuk, dan Makna Arsitektur Pesisir

Konsep Ruang Arsitektur Pesisir


Ruang merupakan sesuatu yang berbeda dari tempat, ruang lebih
abstrak daripada tempat dan mempunyai esensi dasar yang lebih konkrit.
Ruang sendiri dapat merujuk pada nilai budaya setempat dimana seseorang
dapat memberi nilai, pandangan, dan eksplorasi tersendiri terhadap sebuah
ruang secara bebas seperti pembagian antara ruang publik dan ruang privat.
Pembagian ruang secara fungsi dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu fisik,
spasial, dan profan, fungsi sosial, dan fungsi simbolis – sakral.
Fungsi ruang secara fisik – spasial – profan merupakan fungsi ruang
yang didasari dari kegiatan dan aktivitas manusia sehari-hari sehingga
memunculkan kebutuhan akan suatu ruang tertentu. Fungsi ruang secara sosial
muncul karena adanya tatanan sosial yang berlaku dalam masyarakat seperti
bagaimana hubungan sang pemilik rumah dengan tetangganya, dengan para
tetua, dan dengan pemerintah. Ruang secara sosial juga mencakup tatanan
privasi dan keterbukaan ruang dalam arsitektur terutama arsitektur hunian.
Sedangkan fungsi ruang sebagai simbolis – sakral merupakan hasil ekspresi
dan refleksi dari kehidupan sosial suatu komunitas masyarakat. Bagaimana
hubungan antara Tuhan dan alam semester (makrokosmos) dengan lingkungan
buatan manusia dan manusianya (mikrokosmos).

Gambar 6. Pembagian ruang pada rumah adat Jawa

Sebagai contoh adalah ruang pada arsitektur Jawa. Arsitektur Jawa


mengedepankan hakikat penghayatan suatu ruang terhadap kehidupan dan
kepercayaan, sehingga ruang merupakan hasil manifestasi dari dualisme antara
manusia dan dewa. Fungsi simbolisasi – sakral dan sosial pada arsitektur jawa
masih sangat kental baik pada bangunan pemerintahan, kekeratonan, maupun
rakyat jelata. Arsitektur Jawa masih berorientasi terhadap sumbu kosmis Utara
– Selatan dan hal ini muncul karena kepercayaaan masyarakat Jawa terhadap
Gunung yang merupakan tempat tertinggi tempat para dewa, berada di sebelah
Utara. Jika ditarik garis lurus, maka arsitektur berorientasi ke Utara dan
Selatan. Selatan berkaitan dengan mitos Ratu Laut Selatan atau Nyi Roro
Kidul yang masih dipercaya dan dipuja oleh masyarakat Jawa.
Gambar 7. Perbedaan pembagian ruang rumah Jawa

Selain arsitektur tradisional Jawa, arsitektur tradisional Jawa itu sendiri


mengalami akulturasi budaya dari pendatang terutama pada arsitektur pesisir.
Akulturasi budaya tersebut dipengaruhi oleh arsitektur Cina, Arab, dan
Kolonial Belanda sebagai pendatang. Ruang arsitektur cina di Jawa dapat
dibagi menjadi dua yaitu antara rumah toko dan rumah cina. Rumah cina
didasarkan pada bentuk hirarki yang mengalami penyesuaian pada lokasi dan
budaya setempat. Arsitektur cina di Jawa biasanya terdiri dari 1-2 massa
utama dan 2 massa tambahan dimana hirarki ditentukan dari ruang milik
kepala keluarga dan altar untuk persembahan bagi nenek moyang. Arsitektur
ini juga masih kental dalam penekanan terhadap simbolisasi – sakral dan
sosial sebagaimana halnya arsitektur tradisional jawa sendiri.

Gambar 8. Tata ruang rumah cina

di Lasem
Gambar 9. Arsitektur tradisional rumah Lasem

Unsur, elemen, dan komponen pada suatu arsitektur termasuk ragam


hias merupakan bagian penting dari suatu objek yang lebih besar, elemen
dasar membentuk suatu wujud arsitektur elemen pembentuk arsitektur yang
harus saling mendukung dan tidak bisa berdiri sendiri, contohnya suatu
material pasti dihubungkan dengan bagaimana sistem konstruksinya.
Menurut Vitruvius, dasar berpikir dalam melihat dan membaca
arsitektur adalah melalui elemen dasarnya, yaitu relasi antar elemen dasar
yang membentuk arsitekturnya. Utilitas (fungsi), firmitas (struktur /
kekuatan), venustas (keindahan) merupakan segitiga arsitektur yang saling
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Penutup

Arsitektur Pesisir Pantai Utara Jawa


Perkembangan sejarah arsitektur di Nusantara menunjukkan bahwa
sejak dahulu masyarakat Jawa Pesisiran telah membuka diri terhadap
pengaruh budaya luar. Terbentuknya budaya Pesisir melalui proses
percampuran budaya (akulturasi) diawali dengan masuknya etnis pendatang
yang mempunyai budaya berbeda. Kota Pesisir Utara di kawasan Jawa Timur
merupakan awal masuknya pendatang asing untuk berdagang. Kota-kota yang
berada di kawasan Pesisir utara Jawa Timur, seperti Lasem, Tuban dan Gresik
merupakan kota yang memiliki pelabuhan yang pada masanya berfungsi
sebagai kawasan perdagangan, sehingga orang-orang Cina, Arab dan Belanda
(VOC tahun1602) menggunakan pelabuhan tersebut untuk keperluan
berdagang.
Akulturasi berpengaruh pada arsitektur, dengan demikian akulturasi
yang terjadi di kawasan masyarakat kota Pesisir utara Jawa juga berpengaruh
terhadap proses pembentukan arsitekturnya, khususnya dalam bentuk
percampuran tipe bentuk, ragam arsitektur, pola ruang dan tatanannya.
Pengetahuan mengenai relasi konsep fungsi, bentuk dan makna arsitektur
penting dalam menentukan arah perkembangan arsitektur masyarakat kota
Pesisir utara Jawa.

Sumber :

 DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), Vol. 38, No. 2, December
2011, 79-88 ISSN 0126-219X
 https://id.scribd.com/document/376775660/arsitektur-pesisir

Nama : Nur Muhammad Barokah


NIM : 17312024
Mata Kuliah : Pengantar Arsitektur Pesisir

Anda mungkin juga menyukai