Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN

ASITEKTUR DI DUNIA

DISUSUN OLEH
ZULKIFLI
NIM : 4523043019

DOSEN PENGAMPUH
SATRIANI LATIEF, ST.,MT

TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DARI MASA KE MASA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Arsitektur diartikan
sebagai seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan atau metode
dan gaya racangan suatu konstruksi bangunan. Arsitektur adalah seni dan ilmu
merancang dan membangun bangunan ata lingkungan yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, seperti hunian, tempat kerja, ibadah, edukasi, hiburan,
atau tempat umum. Arsitektur melibatkan proses perancangan, penggambaran,
dan pembanunan bangunan yang meliputi aspek-aspek seperti desain structural,
desain interior, pengaturan tata letak, dan pemilihnan bahan-bahan bangunan.
Arsitektur juga melibatkan pengorganisasian ruang dan bentuk, serta
pemikiran terhadap keterkaitan antara manusia dan bangunan atau lingkungan
yang dibangun. Seorang arsitek harus memperhatikan aspek estetika,
fungsionalitas, keterjangkauan, keamanan, dan kesehatan lingkungan dalam
merancang sebuah bangunan.
Secara histooris, arsitektur mempunyai sejarah yang panjang dan rumit
yang menyaingi kompleksitas sejarah manusia itu sendiri. Periode Neolitikum,
kira-kira 10.000 tahun yang lalu, dapat dianggap sebagai permulaan arsitektur,
atau bisa juga menjadi titik waktu ketika orang-orang berhenti tinggal di gua, dan
mulai merancang rumah mereka. kemudian manusia menjadi lebih maju dan
pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik, arsitektur
berkembang menjadi keterampilan. Pada tahap inilah terdapat proses uji coba,
improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses.
Permukiman manusia pada masa lalu pada dasarnya bersifat rural.
Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang
menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun
meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan
pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan
saranan rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap mejadi bagian
penting didalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis
mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi
kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur
Religius.
Pada masa pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual
menjadi lebih penting daripada agama, dan menadi awal baru dalam arsitektur.
Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual Michaelangelo,
Brunelleschi, Leonardo da Vinci dan kultus individu pun dimulai. namun pada
saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun
insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini seorang
seniman pun dapat merancang jembatan karena perhitungan struktur didalamnya
masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang
ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta
teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan
menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah “arsitek priyayi” yang biasanya
berurusan dengan bouwheer (klien) kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual
dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. pada abad ke-19 Ecole
des Beaux-Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa
dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
GARIS WAKTU GAYA ARSITEKTUR YANG BERBEDA
A. Arsitektur Prasejarah
Hal yang paling luarbiasa dari arsitekur prasejarah adalah seberapa
cepatnya arsitektur yang tidak begitu memerhatikan kegunaannya
berkembang. Contohnya, arsitektur monumental yang pembangunannya
memerlukan banyak energi disaat keberlangsungan hidup untuk esok hari
bahkan belum pasti pada masa tersebut. Pembangun prasejarah
memindahkan tanah dan batu kedalam bentuk geometris, menciptakan
formasi buatan manusia yang paling awal. Manusia membangun gundukan
tanah, lingkaran batu, megalit, dan bangunan. Pada dasarnya, ketika
arsitektur prasejarah berkembang, peninggalan paling tua dari nenek
moyang kita ada zaman batu yang belum menetap adalah gua dengan
banyak ruang, tempat perlindungan dari batu, dan susunan tiang-tiang
seperti tenda dengan atap dari jerami atau alang-alang yang tidak
permanen. Hal ini dikarenakan strukturnya yang permanen hanya akan
menyulitkan manusia batu yang masih nomaden. Gobeki tepe di turki saat
ini adalah contoh arsitektur arkeologi yang bagus. sebelum sejarah tercatat,
manusia membangun gunukan tanah, lingkaran baru megalit, dan
bangunan yang sering kali membingungkan para arkeolog modern.
Arsitektur prasejarah mencakup struktur monumental seperti Stonehenge,
tempat tinggal ditebing di amerika, dan struktur jerami dan lumpur.
Banyak contoh bagus arsitektur prasejarah yang terpelihara dengan baik
ditemukan di Inggris bagian selatan. Stonehenge di Amesbury, Inggris
adalah contoh lingkaran batu prasejarah yang terkenal. Pada zaman
Neolitikum (zaman batu baru), nenek moyang kita sudah mulai menetap
karena sudah mulai mengetahui cara bercocok tanam, berburu dan
berternak, membuat pakaian, membuat tembikar, dan menyimpan serta
mengawetkan produk secara sederhana. Karena itu, arsitektur dengan sifat
yang lebih permanen mulai berkembang walaupun bahan yang digunakan
masih bersifat semi-permanen seperti jerami, lumpur, tanah liat, kayu, dan
lain-lain. Salah satu contoh arsitektur pada zaman ini berada di Eropa,
dekat bagian timur dari daratan tinggi Anatolian, Catal huyuk. Tempat ini
dikenal sebagai kota terorganisir dengan ekonomi ekstensif yang didasari
dengan perdagangan, dan situs arsitektural yang lebh maju. Rumah-rumah
dan pondasinya dibuat dari batu bata yang terbuat dari lumpur. Bentuknya
menyerupai persegi, tingginya satu lantai, dan terbagi kedalam tempat
tinggal dan tersambung dengan gudang. Rumah ini dapat dimasuki melalui
cerobong asap yang sekaligus digunakan sebagai pintu. pergerakan dari
rumah ke rumah yang lainnya juga hanya melalui atap kea tap. Tanpa
pintu dan jendela dan terdiri dari struktur kotak-kotak yang terus menerus,
rumah-rumah ini tampak seperti dinding solid dari luar.
Gambar 1 Gambar 2

Gambar 1, sumber:
https://uploud.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/75/Paulnabrone.jpg
Gambar 2, sumber:
http://www.orkneyjar.com/history/skarabrae/skarab1.htm
B. Arsitektur Mesir Kuno (3500 SM hingga 900 M)
Arsitektur Mesir memiliki sejarah panjang dalam bereksperimen
dengan pola dan gaya sepanjang periode sejarah. Pengaruh bentuk dan
gaya eklektik dalam arsitektur Mesir sangat mempengaruhi evolusi dari
waktu ke waktu.
Pada tahun 3001 SM, dianggap sebagai rezim arsitektur pradinasti
dan awal dinasti, arsitektur Mesir menyaksikan asal usulnya dalam bentuk
hieroglif, Mastaba, dan obelisk yang pada dasarnya memproyeksikan
hubungan manusia dengan ilahi. Bentuk arsitektur ini terutama menggaris
bawahi prinsip-prinsip budaya Mesir kuno yang mencakup ciri-ciri seperti
simetri, keseimbangan dan keagungan. Ide untuk memasukkan piramida
kedalam arsitektur mesir yang kini menjadi bagian dari sejarah dan
budaya, muncul di kerajaan lama Mesir. Pembangunan pertama piramida
medium dan piramida Giza selama priode ini menjadi landasan era
dinamis dalam arsitektur Mesir. Termasuk inspirasi besar dari arsitektur
dinasti awal, gaya desain ini sangat mengidealkan elemen seperti patung,
lukisan, dan lain lain. Orang Mesir kuno tidak menggunakan mortar,
sehingga batu-batu dipotong dengan hati-hati agar menyatu. Bangunan-
bangunan yang ada pada masa Mesir kuno dapat dibedakan kedalam dua
jenis. Yang pertama adalah bangunan untuk kediaman masyarakat Mesir
kuno. Yang kedua adalah bangunan untuk kepentingan religius. Bangunan
yang berfungsi sebagai kediaman masyarakat terbagi menjadi bangunan
untuk kaum elit pemerintahan dan bangunan untuk kaum pedagang dan
pekerja. Bangunan kaum elit memiliki dekorasi berupa hiasan pada
tembok dan lantai. Hiasan tersebut merupakan gambar pemandangan yang
indah.
Masyarakat Mesir kuno memliki kepercayaan yang salah satunya
adalah keterpisahan antara tubuh dan jiwa. Kepercayaan ini menyebabkan
masyarakat Mesir kuno mengabadikan tubuh yang sudah terpisah dengan
jiwa sebagai bentuk tempat tinggal jiwa. Proses pengabadian ini dikenal
dengan proses mumifikasi. Pada masa Mesir kuno, firaun atau raja
dipercaya sebagai perantara dewa dengan manusia. Kepercayaan
masyarakat Mesir kuno inilah yang menyebabkan adanya prioritas dalam
mumifikasi firaun, sehingga pemerintah Mesir kuno membangun makam-
makam firaun dengan batu. Hal ini bertujuan agar rumah bagi jiwa firaun
jadi abadi.
Pada awalnya para pembangun memiliki keterbatasan dalam sistem
teknologi mereka. Hal ini menyebabkan pembangunan makam-makam
firaun menjadi rumit dan terstruktur. kuil-kuil tua yang tersisa , seperti
terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup dengan lembaran atap
yang berdiri karena pilar. Pada zaman kerajaan Mesir baru, Para
pembangun menambahkan pilon atau halaman terbuka, serta ruangan yang
bergaya hypo. Gaya ini bertahan hingga masa kejayaan Romawi dan
Yunani kuno. Arsitektur makam tertua yang berhasil ditemukan adalah
mastaba. Mastaba berbentuk persegi panjang dengan atap datar yang
terbuat dari batu-bata. Struktur ini biasanya terbangun untuk menutupi
ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan mayat.
Karena keterbatasan kayu, bahan bangunan yang paling banyak
digunakan di Mesir kuno adalah bata lumpur dan batu, terutama batu
kapur, tetapi kadang-kadang batu pasir atau granit juga digunakan.
Selama 1550-1070 SM, pembangunan Abu Simbel, Kuil Luxor,
Kuil Karnak, dan lain-lain mengubah jalannya sejarah arsitektur Mesir.
Selama priode ini, kerajaan baru Mesir menyaksikan domunasi kuil dan
makam yang terbuat dari batu, termasuk tiang dan ruang. Arsitektur Mesir
sangat dipengaruhi oleh budaya dan cerita rakyat Yunani, yang merupakan
hasil karya firaun Yunani pada era Ptolemeus. Pengaruh ini ditandai
dengan menghormati dewa-dewa seperti Osiris, Isis, Horus, dan lain-lain.
Proses penyertaan beragam pola dan tata letak kedalam arsitektur Mesir
menjadikannya sangat populer diseluruh dunia.
Gambar 1 Gambar 2

Gambar 1, sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Mesir_Kuno
Gambar 2, sumber:
https://www.mixreadymix.com/2017/11/09/fakta-menarik-tentang-beton-ternyata-sudah-
ada-sejak-jaman-mesir-kuno/
C. Arsitektur Klasik (850 M sampai 476M)
Arsitektur klasik mengacu pada gaya dan desain bangunan di
Yunani Kuno dan Roma kuno. Mulanya, arsitektur klasik terbangun pada
abad ke-5 SM di Yunani dan sekitar abad ke-3 M di Roma, bersamaan
dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal.
Kata klasik sendiri digunakan untuk menujukkan nilai-nilai
keabadian yang dimilki di priode ini, serta keunggulan mutu dan nilainya.
Karya-karya arsitektur klasik terpusat pada seni pahat yang berbentuk
kolosial yang memainkan fungsi sebagai visualisasi dari agama, kitab suci,
serta kepercayaan lainnya. Tidak hanya itu, seni pahat juga kerap kali
berperan sebagai sarana ritual keagamaan. Kedua gaya arsitektur ini
memiliki ciri yang mirip, yaitu berupa aspek simeri, kolom, penggunaan
jendela persegi panjang, serta pengunaan material batu dan marmer,
Arsitektur klasik membentuk pendekatan dalam membangun koloni-koloni
barat diseluruh dunia.
Awal mula arsitektur Yunani sendiri adalah Megaron, yang
merupakan sebuah bangunan tinggal vernakuler bangsa Yunani yang
terbangun dari bahan dasar kayu. Bentuk Megaron identik dengan
rasionaisme keindahan yang diterapkan dalam desainnya. Bangunan inilah
yang kemudian menjadi tolak ukur dalam perancangan dan pembangunan
bangunan lainnya di Yunani, seperti tempat pemerintahan, tempat
peribadahan, dan lainnya. Seperti halnya yang terjadi pada Parthenon, kuil
paganisme Yunani yang kemudian menjadi langgam arsitektur klasik
Yunani dan awet digunakan hingga saat ini.
Arsitektur klasik Romawi sejatinya merupakan perkembangan dari
arsitektur klasik Yunani dan beberapa gaya arsitektur lain yang lokasinya
berdekatan, seperti arsitektur Mesopotamia. Dari kombinasi-kombinasi
inilah terlahir tipolog denah dan teknologi yang baru dalam arsitektur
Romawi. beberapa di antaranya seperti basilica (pengembangan
parthenon), pantheon (Parthenon dengan tipologi denah berbentuk
lingkaran), banteng, aquaduct, kuburan, stadion, teater, sekolah,
hypocaust, dan lain sebagainya.
Periode antara kebangkitan kekaisaran Yunani dan jatuhnya
kekaisaran Romawi pada akhirnya ditandai dengan pembangunan
beberapa bangunan. Fitur arsitektur terpenting yang menonjolkan gaya ini
adalah kolom yang ditempatkan pada fasad. Ciri-ciri estetika klasik yang
dapat diidentifikasi meliputi simetri, proporsi, tatanan rasional, hubungan
bagian-bagian individu dengan keseluruhan, dan logika yang tenang. 700
hingga 323 SM, Yunani: kolom Doric pertama kali dikembangkan
diyunani dan digunakan untuk kuil-kuil besar, termasuk Parthenon yang
terkenal di Athena. kolom ionic sederhana digunakan untuk candi kecil
dan interior bangunan. 323 hingga 146 SM, Helenistik: ketika Yunani
berada pada puncak kekuasaannya di Eropa dan Asia, kekaisaran
membangun kuil-kuil yang rumit dan bangunan sekuler dengan kolom-
kolom ionic dan korintus. periode helenistik berakhir dengan penaklukan
kekaisaran Romawi. 44 SM hingga 476 M, Romawi: Bangsa Romawi
banyak meminjam gaya Yunani dan Helenistik sebelumnya, namun
bangunan mereka memiliki ornament yang lebih tinggi. Mereka
menggunakan kolom gaya korintus dan komposit bersama dengan tanda
kurung dekoratif. Penemuan beton memungkinkan orang Romawi
membangun lengkungan, dan kubah. Contoh arsitektur Romawi yang
terkenal termasuk Colosseum Romawi dan Pantheon di Roma. Sebagian
besar arsitektur kuno ini berada dalam reruntuhan atau dibagun kembali
sebagian. Progra realitas virtual seperti Romerebon.org berupaya
menciptakan kembali lingkungan peradaban penting ini secara digital.

Sumber:
https://esensi.tv/wp-content/uploads/2023/12/The_Parthenon_in_Athens.jpg
D. Arsitektur Kristen Awal (373 M sampai 500 M)
Arsitetur Kristen awal dimulai didua lokasi terkemuka yang
berpusat di Roma dan Konstantinopel. Posisi Roma sebagai pusat kerajaan
sedunia merupakan faktor penting. Kekristenan menjadi universal.
Penambangan reruntuhan bangunan Romawi mempengaruhi perlakuan
arsitektural gaya tersebut, baik dalam hal konstruksi maupun dekorasi.
Arsitektur Kristen awal di Roma dipnengaruhi oleh, arsitektur Romawi
yang sudah ada. Kolom dan fitur arsitektur lainnya serta marmer dari
bangunan tua digunakan dalam desain gereja Basilika Kristen yang baru.
Arsitektur Kristen awal diciptakan untuk gereja Kristen pada kira-
kira 600 tahun pertama setelah zaman masehi khususnya di Italia dan
wilayah Mediterania barat. Periode dari 300 M hingga 750 M ini penting
bagi perkembangan seni dan arsitektur Bizantium. Kaisar Konstantin
Agung menjadikan agama Kristen sebagai salah satu agama resmi
kekaisaran Romawi, sehingga mengakhiri penganiayaan/perlakuan buruk
terhadap umat Kristen. Seni Kristen dibatasi pada dekorasi tempat-tempat
ibadah Kristen yang tersembunyi, seperti katakombe dan rumah pribadi
tituler yang digunakan untuk pertemuan keagamaan rahasia.
Diperkirakan bertahan sekitar tahun 300 hingga 600 M, umat
Kristen awal sebagai pengrajin Romawi, meneruskan tradisi Romawi
kuno, memanfaatkan semaksimal mungkin bahan-bahan dari kuil Romawi
yang sudah tidak berguna lagi dengan tujuan aslinya untuk bangunan baru.
Gereja-gereja mereka yang meniru Basilika Romawi, menggunakan tiang-
tiang tua yang dengan bebrbagai alat dibuat setinggi seragam. Bangunan-
bangunan Kristen mula-mula hampir tidak memiliki nilai arsitektural dari
suatu gaya yang dihasilkan oleh solusi masalah-masalah konstruktif.
Karakteristik Arsitektur:
 Mempunyai kolom-kolom berjarak lebar menyangga entablaure
ataupun pelengkungan untuk mendapatkan bentangan lebih lebar.
 Kerangka atap dari kayu diatas ruang umat utama (nave)
 Dikiri-kanan terdapat sayap atau disebut aisle.
 Kolom berderet dikiri-kanan membentuk ruang panjang.
 Pada ujungnya terdapat apse yang denahnya berbentuk setengah
lingkaran atau setengah segi banyak
 Atrium atau halaman dikelilingi oleh potico, sebagai ruang
peralihan dari luar kedalam gereja.
 Warna, kaca warna dan mozaik mulai banyak digunakan dalam
bangunan-bangunan pada zaman ini, termasuk lukisan pada bagian
dalam kubah.

Sumber:
https://commons.m.wikimedia.org//wiki/File:Mausoleo_di_galla_placidia_(ravenna).JPG
E. Arsitektur Romawi (500 M sampai 1200M)
Arsitektur Romawi berkembang pada zaman Republik Romawi,
bahkan semakin marak pada zaman kekaisaran Romawi, zaman
didirikannya sebagian besar bangunan yang masih dapat dijumpai saat ini.
Arsitektur Romawi memanfaatkan material-material baru, khususnya
beton Romawi, dan menerapkan teknologi-teknologi baru seperti
pelengkung dan kubah dalam pendirian bangunan-bangunan yang
biasanya kukuh dan direkayasa dengan baik. Banyak di antaranya masih
membekas diberbagai tempat yang pernah dikuasai kekaisaran Romawi,
bahkan ada yang masih utuh dan dimanfaatkan sampai sekarang.
Arsitektur Romawi berkembang sejak Republik Romawi terbentuk
pada tahun 509 SM sampai sekitar abad ke-4 M. Sesudah jangka waktu
tersebut, arsitektur Romawi direklasifikasi menjadi arsitektur akhir abad
kuno atau arsitektur Bizantin. Sejumlah kecil bangunan penting
peninggalan Romawi kuno yang masih ada saat ini berasal dari kuun
waktu pra-sekitar tahun 100 M, sementara kebanyakan bangunan penting
sintas dari penghujung zaman kekaisaran, yakni pasca-sekitar tahun 100
M. Langgam arsitektur bangunan-bangunan bercorak Romawi yang
didirikan di Eropa barat sejak sekitar tahun 1000 M disebut langgam
Romanik (Latin: Romanica, Prancis: Romanesque) karena didasari bentuk-
bentuk pokok arsitektur Romawi.
Bangsa Romawi baru mulai menghasikan ciri-ciri khas mereka
sendiri dibidang arsitektur pada permulaan zaman kekaisaran, sesudah
berhasil memadukan unsur-unsur pribumi arsitektur Etruski dengan unsur-
unsur serapan dari Yunani, termasuk sebagian besar unsur langgam
asitektur yang sekarang disebut arsitektur klasik. Bangsa Romawi beralih
dari konstruksi tiang ambang yang berunsur pokok tiang-tiang dan
ambang-ambang kebinaan yang berunsur pokok tembok-tembok masif,
disemaraki pelengkung-pelengkung dan kemudian hari juga kubah-kubah,
dua unsur yang sangat berkembang fditangan bangsa Romawi. Langgam-
langgam klasik dewasa ini lebih bersifat dekoratif ketimbang structural,
kecuali pada bangunan-bangunan kolonade. perkembangan langgam-
langgam tatanan tiang klasik mencakup penciptaan langgam toskana dan
langgam Campuran. Langgam Toskana merupakan hasil pemendekan dan
penyederhanaan tatanan tiang langgam Doria, sementara langgam
Campuran adalah tatanan tiang tinggi yang dihiasi ukiran tumbuh-
tumbuhan khas langgam Korintus dan ukiran gelung-gelungan khas
langgam Yonia. capaian-capaian hebat diraih pada rentang waktu sekitar
tahun 40 SM sampai sekitar tahun 230 M, sebelum krisis abad ke-3 dan
berbagai kemelut yang menyusul kemudian menguras kekayaan negara
maupun keberdayaan pemerintah pusat dalam menata negara.
Menggabungkan ciri-ciri bangunan Romawi barat dan Bizantium
kontemporer, arsitektur Romawi dikenal karena kualitasnya yang besar,
dindingnya yang tebal, lengkungan bundar, dermaga kokoh, kubah
pangkal paha, menara besar, dan lengkungan dekoratif. Setiap bangunan
memilikibentuk yang jelas dan seringkali memiliki denah yang sangat
teratur dan simetris sehingga tampilan keseluruhannya terlihat sederhana
jika dibandingkan dengan bangunan Gotik berikutnya. Gaya ini dapat
diidentifikasi diseluruh Eropa, meskipun karakteristik regional dan
bahannya berbeda.
Gambar 1: Gambar2:

Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Romawi_Kuno
F. Arsitektur Bizantium (527 dan 565M)
Arsitektur Bizantium adalah arsitektur kekaisaran Bizantium, atau
kekaisaran Romawi timur, biasanya berasal dari tahun 330 M, ketika
Konstantinus Agung mendirikan ibu kota Romawi baru dibizantium, yang
menjadi Konstantinopel, hingga jatuhnya kekaisaran Bizantium pada tahun
1453. Awalnya ada tidak ada garis keras antara kekaisaran Bizantium dan
Romawi, dan arsitektur Bizantium awal secara gaya dan struktur tidak
dapat dibedakan dari arsitektur Romawi akhir. Gayanya terus didasarkan
pada lengkungan , dan kubah, seringkali dalam skala besar. Mosaik
dinding dengan latar belakang emas menjadi standar untuk bangunan
termegah, sedangkan lukisan dinding menjadi alternative yag lebih murah.
Interior terkaya diselesaikan dengan lempengan marmer tipis atau
batu berwarna dan bermotif. beberapa kolomnya juga terbuat dari marmer.
bahan lain yang banyak digunakan adalah batu bata. Mosaik yang terbuat
dari batu atau kaca tesserae juga merupakan elemen arsitektur interior.
Perabut kayu berharga, seperti tempat tidur, kursi, bangku, meja, rak buku,
dan cangkir perak atau emas dengn relief yang indah, menghiasi interior
Bizantium.
Arsitektur Bizantium awal memanfaatkan elemen arsitektur
Romawi dan Yunani sebelumnya. Penyimpangan gaya, kemajuan
teknologi, dan perubahan politik dan teritorial berarti bahwa gaya yang
berbeda secara bertahap menghasikan rencana salib Yunani dalam
arsitektur gereja. Arsitektur sipil melanjutkan tren Yunani-Romawi;
Bizantium membangun banteng dan jembatan yang mengesankan, tetapi
umumnya saluran airnya tidak sebesar Romawi.
Ciri khasnya terutama adalah kubah besar dengan alas persegi dan
arsitektur lengkungan dan menara bulat serta penggunaan mosaik kaca
secara ekstentif. Arsitektur bizantium awal dibangun sebagai kelanjutan
arsitektur Romawi. Pergeseran gaya, kemajuan teknologi, dan perubahan
politik dan territorial berarti bahwa gaya berbeda secara bertahap muncul
yang memberi pengaruh tertentu dari timur dekat dan menggunakan denah
salib yunani dalam arsitektur gereja. Denah salib yunani dalam arsitektur
gereja, sebuah salib dengan empat lengan yang sama tegak lurus.
Kompleksitek geometris bangunan meningkat, batu bata dan plester
digunakan selain batu dalam dekorasi struktur publik yang penting, tatanan
klasik digunakan lebih bebas, mosaik mengantikan dekorasi ukiran salib
Yunani latin, kubah kompleks bertumpu pada dermaga besar, dan jendela
menyaring cahaya, melalui lembaran tipis pualam untuk menerangi
interior dengan lembut.
Terminologi ini diperkenalkan oleh para sejarawan modern untuk
menyebut kekaisaran Romawi abad pertengahan yang berkembang sebagai
entitas seni dan budaya berbeda yang berpusat di ibukota baru
Konstantinopel (instandul modern) dan bukan dikota Roma dan
sekitarnya. Arsitektur secara dramatis mempengaruhi arsitektur abad
pertengahan di seluruh Eropa dan Timur Dekat.
Gambar 1: Gambar 2:
Gambar 1, sumber:
https://nationalgeographic.grid.id/amp/133917262/preferensi-hagia-sophia-dan-seni-
arsitektur-kekaisaran-bizantium
Gambar 2, sumber:
https://pixnio.com/id/arsitektur-bizantium-ortodoks-gereja-agama-katedral-kota-kubah
G. Arsitektur Gotik (1100 M sampai 1450 M)
Arsitektur Gotik adalah gaya arsitektur yang lazim di Eropa dari
akhir abad ke-12 hingga ke-16, pada abad pertengahan tinggi dan akhir
dan bertahan hinga abad ke-17 dan ke-18 dibeberapa wilayah. ini
berevolusi dari arsitektur Romawi dan digantikan oleh arsitektur
Renaisans.
Arsitektur Gotik dimulai terutama di Prancis, dimana arsiteknya
terinspirasi oleh arsitektur Romawi dan lengkungan runcing arsitektur
Moor Spanyol. Gaya pada saat itu kadang-kadang dikenal dengan opus
Francigenum (menyala ‘Karya Prancis’). Istilah Gotik pertama kali
digunakan secara hina pada masa Renaisans akhir, oleh mereka yang
berambisi menghidupkan kembali arsitektur kuno klasik. Sangat mudah
untuk mengenali bangunan Gotik karena lengkungannya, kubah berusuk,
penopang terbang, patung rumit (seperti gargoyle) dan jendela kaca patri.
Di Biara Saint-Denis, dekat Paris, paduan suara dibangun kembali
antara tahun 1140 dan 1144, untuk pertama kalinya menggabungkan ciri-
ciri arsitektur Gotik yang berkembang. Dengan demikian, muncul gaya
arsitektur baru yang menekankan vertikalitas dan efek yang diciptakan
oleh transmisi cahaya melalui jendela kaca patri. Arsitektur Gotik pada
awalnya dikenal sebagai “Gaya Perancis”. Sebagai gaya arsitektur, Gotik
berkembang terutama dalam arsitektur gerejawi, dan rinsip serta bentuk
karakteristiknya diterapkan pada jenis bangunan lainnya. Pada abad ke-12
dan ke-13, kemajuan dibidang teknik memungkinkan para arsitek
merancang dan menyelesaikan bangunan-bangunan yang semakin besar.
Dengan berkembangnya arsitektur Renaisans di Itaia pada
pertengahan abad ke-15, gaya Gotik digantikan oleh gaya baru, namun
beberapa wilayah, terutama Inggris dan Belgia, Gotik terus tumbuh subur
dan berkembang hingga abad ke-16. Serangkaian kebangkitan Gotik
dimulai pada pertengahan abad ke-18 di Inggris, menyebar keseluruh
Eropa pada abad ke-19 dan berlanjut, sebagian besar digereja dan gedung
universitas, hingga abad ke-20.
Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Gotik
H. Arsitektur Renaisans (1400 M sampai 1600 M)
Seni arsitektur selalu mencerminkan kemajuan umat manusia saat
beradaptasi dengan lingkungan disetiap zaman. Salah satu peninggalan
istimewa dari masa-masa tersebut adalah gaya arsitektur Renaisans dengan
bangunannya yang megah.
Gaya arsitektur Renaisans banyak dijumpai dibenua Eropa,
khususnya di Florence, Italia. Masa Renaisans berarti kelahiran kembali,
memang menjadi titik tolak bangkitnya lagi budaya klasik di Italia hinga
menyebar ke penjuru dunia..
Arsitektur Reaisans merupakan gaya arsitektur Eropa yang
bermula pada abad ke-15 hingga awal abad ke-17 setelah Eropa
mengakhiri periode abad pertengahan pascah runtuhnya kekaisaran
Bizantium dan Romawi timur. Pada masa ini banyak arsitek-arsitek di
Italia yang mulai meninggalkan gaya arsitektur bernuansa agama yang
dulunya banyak diterapkan saat periode abad pertengahan. Mereka mulai
menerapkan prinsip arsitektur berskala manusia, atau antrosentris yang
lebih bersifat duniawi.
Dari segi karakteristik, ciri khas gaya arsitektur Renaisans
memiliki kesan megah dan menawan yang dapat dilihat dari berbagai
tampilan sudut dekorasi bangunan yang dibuat pada masa tersebut. Meski
menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani dan Romawi kuno,
para arsitek dimasa itu tidak semata-mata menjiplak gaya arsitektur klasik.
Tapi mereka juga bereksperimen dan mengeksplorasi berbagai gaya
sehingga tidak terjebak pada nostalgia semata.
Beberapa ciri untuk mengenali gaya khas ini ialah dari segi denah,
dimana gaya arsitektur Renaisans menitikberatkan pada keseimbangan dan
kesimetrisan bentuk yang kongruen. Hal ini bisa dilihat dari bangunan
Basilika Santo Petrus di Vatikan, Roma, Italia. Tidak hanya itu fasad
bangunan dengan gaya arsitektur Renaisans juga dibuat simetris disekitar
sumbu bangunan. Atap bangunan juga cenderung berbentuk limas atau
berbentuk kubah cembung yang menjadi ciri khas baru dalam gaya
arsitektur ini. Sementara itu, dibagian interior, para arsitek juga banyak
menerapkan kombinasi unsur klasik yang dapat dilihat dari dekorasi,
mozaik, patung, relief, lukisan dinding, hingga lukisan dilangit-langit yang
biasanya mengambil tema epos dengan aliran romantisme.
Gambar 1: Gambar 2:

Sumber:
https://www.ikons.id/mengenal-arsitektur-renaisans-yang-mengagumkan/
I. Arsitektur Barok (1600 M sampai 1830 M)
Tidak diketahui pasti darimana asal kata ‘barok’ namun
diperkirakan berasal dari bahasa Spanyol “barrueco” dan bahasa Portugis
“barocco” yang berarti permata dengan bentuk tak beraturan. Barok
merupakan istilah untuk mengkategorikan perkembangan peradaban
manusia (termasuk seni) dalam sebuah era yang terjadi di Eropa. Karya-
karya seni yang tercipta pada zaman Barok juga merupakan cerminan
keadaan zaman tersebut sehingga memiliki ciri-ciri khusus yang tentunya
berbeda dengan corak seni pada zaman-zaman sebelumnya. Corak seni
Barok mengandung unsur tekananyang kuat, kekuatan emos, dan sesuatu
yang elegan, dan sense of movement.
Arsitektur Barok dan ornament-ornamentnya disatu sisi lebih
mudah menyentuh perasaan, dan disisi lainnya merupakan suatu
pernyataan yang tampak atas kekayaan dan kekuasaan gereja. Gaya barok
tercermin dalam gereja-gereja yang mewah dan dramatis dengan bentuk
yang tidak beraturan dan ornament yang mewah. Diprancis, gaya Barok
yang sangat berornamen dipadukan dengan pengekangan klasik.
Bangsawan rusia terkesan dengan Versailles di Prancis, dan memasukkan
ide-ide Baro kedalam gedung St. Petersburg. Eleman gaya Barok yang
rumit ditemukan di seluruh Eropa.
Arsitektur Barok Roma tinggi dapat disematkan pada masa
kepemimpinan Paus Urbanus VIII, Innosensius X, dan Aleksander VII,
yang berawal dari tahun 1623 hingga tahun 1667. Tiga arsitek utama dari
periode ini adalah pematung Gian Lorenzo Bernini, Francesco, Borromini,
dan pelukis Pietro da Cortona; masing-masing dari mereka
mengembangkan ekspresi arsitektur sendiri yang khas.
Penyebaran arsitektur Barok ke selatan Italia menghasilkan
berbagai variasi regional seperti arsitektur Barok Sisilia atau Napoli dan
Lecce. Dibagian utaranya, arsitek Teatin Guarino Guarini, Bernardo
Vittone, dan Filippo Juvarra yang terlahir di Sisilia, berkontribusi pada
bangunan-bangunan Barok dikota Torino dan Regione Piemonte.
Pada pertengahan abad ke-17, gaya barok telah menemukan
ekspresi sekulernya dalam bentuk istana-istana megah, yang pertama
adalah di Prancis dengan karya Francois Mansart pada Chateau de
Maisons (1642) didekat Paris dan kemudian diseluruh Eropa. Sepanjang
abad ke-17, arsitektur Barok menyebar diseluruh Eropa dan Amerika latin,
yang mana dipromosikan secara khusus oleh para Yesuit.
Gambar 1: Gambar 2:

Gambar 1, sumber:
https://www.kompasiana.com/amp/tonnysy/606fd227d541df07804802a4/pesona-
arsitektur-barok
Gambar 2, sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Barok
J. Arsitektur Rokoko (1650 M sampai 1790 M)
Rokoko (juga ditulis dalam bahasa-bahasa Eropa rococo atau
rococo) juga berarti “Barok akhir” (late Baroque) adalah gaya abad 18
yang berkembang ketika senimn Barok meninggalkan gaya simetris dan
mulai menambahkan bunga, tanaman dan permainan lainnya. Ruang-ruang
Rokoko dirancang sebagai karya seni total dengan prabot elegan bermotif
bunga dan tanaman, patung-patung kecil, cermin penuh ornament, dan
permadani melengkapi arsitektur, relief, dan cat dinding penuh warna.
Gaya ini banyak digantikan oleh gaya Neoklasik. Tahun 1835 pada
Dictionary of the French Academy menuliskan kata Rococo “biasanya
meliputi jenis ornament, gaya dan desain yang berhubungan dengan
pemerintah Louis XV dan awal dari Louis XVI”.
Ciri-ciri yang digunakan bangunannya:
1. Warna-warna terang dan kuat digantikan oleh warna-warna pastel.
Permainan cahaya difusi melingkupi interior bangunan. Permukaan
yang kasar digantikan oleh yang lebih halus dengan penekanan
hanya pada titik-titik tertentu.
2. Struktur dari bangunan diringankan, untuk memberi kesempatan
interior lebih berbicara.
3. Memainkan imajinasi pengguna bangunan melalui detail-detail
yang halus namun rumit.
4. Masuknya unsur-unsur detail dari dunia timur, khususnya Cina dan
Arab
5. Ciri lengkung, kurva, asimetri.
6. Patung dekoratif serta lukisan yang menyatu dengan struktur.
Arsitektur Rokoko pada umumnya melakukan pendekatan desain
untuk membuat ruang menjadi lebih unity. Menekankan kpada
penyelesaian struktur dan membuat skema-skema bagi dekorasi bangunan.
Juga menarik untuk dilihat bahwa arsitek umunya menaikkan tinggi plafon
dari bagian bangunan yang tadinya dianggap kalah hierarki, seperti lorong
(aisle) dan menyamakannya dengan ketinggian plafon bangunan inti
(nave) untuk menciptakan kesatuan ruang dari dinding ke dinding. Kolom-
kolom struktur dengan teknologi yang ada direduksi hingga ukuran
seminimal mungkin, agar tidak menggangu kesan bangunan.

Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rokoko
K. Kolonial Amerika (1600 M sampai 1780 M)
Arsitektur kolonial Amerika mencakup beberapa gaya desain
bangunan yang terkait dengan masa kolonial Amerika Serikat, antara lain
periode pertama inggris (akhir abad pertengahan), kolonial Spanyol,
kolonial Prancis, kolonial Belanda, dan Georgia. gaya ini diasosiasikan
dengan, rumah, gereja, dan gedung pemerintahan pada periode sekitar
tahun 1600 hingga abad ke-19. Gaya bangunan di 13 koloni tersebut
dipengaruhi oleh teknik dan gaya dari Inggris, serta tradisi yang dibawa
oleh pemukin dari belahan Eropa lainnya. Di New England, rumah-rumah
kolonial abad ke-17 sebagian besar dibangun dari kayu, mengikuti gaya
yang ditemukan diwilayah tenggara Inggris. Rumah bergaya Saltbox dan
rumah bergaya Cape Cod adalah beberapa rumah paling sederhana yang
dibangun dikoloni New England. Rumah-rumah Saltbox yang terkenal
dengan atapnya yang curam dibagian belakang rumah dibuat untuk
memdahkan pembangunan dikalangan penjajah. Rumah bergaya Cape Cod
adalah rumah umum pada awal abad ke-17 penjajah New England, rumah
ini menampilkan bentuk persegi panjang sederhana yang biasa digunakan
oleh penjajah.
Struktur Kolonial Belanda, yang terutama dibangun dilembah
sungai Hudson, Long Island, dan bagian utara New Jersey, mencerminkan
gaya konstruksi dari Belanda dan Flanders dan menggunakan batu bata
secara lebih ekstentif dibandingkan bangunan di New England. Di
Maryland, Virgina, dan Carolina, gaya yang disebut “Kolonial Selatan”
dikenal, ditandai dengan tipe aula dan ruang tamu serta lorong tengah,
yang sering kali memiliki cerobong asap besar yang menonjol dari ujung
atap pelana rumah.
Ciri-ciri arsitektur kolonial antara lain:
 Bentuk depan simetris dan persegi panjang.
 Tambahan mirip dengan atap kotak garam (pada dasarnya atap
dibagian belakang rumah memanjang hampir sampai ketanah,
bentuk kotak garam pada saat itu).

Sumber:
https://economy.okezone.com/amp/2012/06/11/472/645222/mengenal-arsitektur-rumah-
gaya-amerika
L. Art Nouveau (1890 M sampai 1940 M)
Art Nouveau merupakan gerakan seni dan desain yang muncul
pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Gerakan ini berpusat di
Eropa terutama di Prancis dan Belgia, sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Art Nouveau menggabungkan elemen-elemen seni dan arsitektur
tradisional dengan teknologi modern dan gagasan artistick baru untuk
menciptakan gaya yang unik dan orisional.
Art Nouveau muncul sebagai reaksi terhadap estetika Victoria yang
sangat formal dan kaku. Gerakan ini ingin membebaskan seni dari tuntutan
arsitektur klasik yang dominan pada saat itu. Salah satu ciri khas Art
Nouveau adalah penggunaan bentuk organik yang rumit dan eksentrik.
Motif-motif yang digunakan adalah bunga, daun, dan hewan seperti,
burung dan serangga. Selain itu gaya ini juga dkenal dengan penggunaan
warna-warna cerah dan kontras, khususnya warna-warna primer seperti
merah, biru, dan kuning. Seniman Art Nouveau juga sering menggunakan
teknik dekoratif seperti ukiran, mozaik, dan vitrage untuk menciptakan
efek artistic yang indah.

Sagrada Familia, karya Antoni Gaudi (sumber: all-art.org)


M. Neo-Gotik (1905 M sampai 1930 M)
Kebangkitan Gotik (juga disebut sebagai Gotik Victoria atau Neo-
Gotik) adalah sebuah gerakan arsitektur yang setelah pembangunan
bertahap dimulai pada paruh kedua abad ke-17 menjadi gerakan yang
meluas pada paruh pertama abad ke-19, sebagian besar di Inggris.
Pengagum yang semakin serius dan terpelajar berupaya menghidupkan
kembali arsitektur Gotik abad pertengahan, dengan maksud untuk
melengkapi atau bahkan menggantikan gaya neo-klasik yang lazim pada
saat itu.
Akar gerakan kebangkitan Gotik terkait dengan gerakan filosofis
yang terkait dengan agama katolik dan kebangkitan kembali kepercayaan
gereja tinggi atau Anglo-katolik yang prihatin dengan tumbuhnya
nonkonformisme agama. Arsitektur kebangkitan Gotik sangat bervariasi
dalam kesetiaannya terhadap gaya ornament dan prinsip konstrusi cita-cita
abad pertengahan, terkadang hanya berupa bingkai jendela runcing dan
sentuhan dekorasi Neo-Gotik pada bangunan yang dibuat berdasarkan
denah abad ke-19 sepenuhnya, menggunakan gaya kontemporer. Bahan
dan metode konstruksi yang paling menonjol, hal ini melibatkan
penggunaan besi setelah tahun 1880-an, baja dengan cara yang belum
pernah terlihat pada contoh abad pertengahan.
Sejalan dengan naiknya gaya Neo-Gotik di Inggris abad ke-19,
minat menyebar keseluruh Eropa, Australia, Afrika, dan Amerika; abad
ke-19dan awal abad ke-20 menyaksikan pembangunan sejumlah besar
struktur kebangkitan Gotik diseluruh dunia.

Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki?Arsitektur_Kebangkitan_Gotik
KESIMPULAN
Sejarah dan perkembangan arsitektur mencakup berbagai gaya,
teknik dan, perubahan sosial yang mempengaruhi pembangunan
bangunan. Pada masa Prasejarah, manusia membangunan struktur
sederhana seperti gua dan pondok. Priode klasik di Yunani dan Romawi
membawa inovasi dalam penggunaan kolom, dinding mermer, dan kubah.
Kemudian, arsitektur Bizantium dan islam menekankan kubah,
lengkungan dan mozaik. Zaman pertengahan Eropa menandai dengan gaya
Romanesque yang kuat dan solid, diikuti oleh kemunculan arsitektur Gotik
yang menonjolkan ketinggian, langit-langit batu, dan jendela lancip yang
besar. Renaisans membawa kembali inspirasi klasik, sementara Barok
menghadirkan drama dan ornamen yang berlebihan. Arsitektur Neo-klasik
mencerminkan kesederhanaan klasik, sementara Neo-gotik pada abad ke-
19 menghidupkan kembali gaya Gotik. Priode Neo-gotik, disisi lain,
menampilkan adaptasi modern dari elemen-elemen Gotik dengan
teknologi dan material baru.

Anda mungkin juga menyukai