Anda di halaman 1dari 4

ARSITEKTUR TIONGHOA PADA

BANGUNAN BAN HIN KONG DI MANADO


BLESSY FRELI JONA LUMIMBUS, 220211020003

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR, UNIVERSITAS SAMRATULANGI

PENDAHULUAN
Arsitektur Tionghoa memiliki kekayaan warisan
budaya yang kaya dan mempesona. Salah satu
contohnya Bangunan yang ada dimanado
adalah Klenteng Ban Hin Kong .Bangunan ini
merupakan sebuah Klenteng yang menarik
perhatian banyak orang karena keindahan dan
keunikan arsitektur Tionghoa yang terpancar
dari setiap detailnya. Bangunan Ban Hin Kong,
yang berarti "Rumah Doa untuk Keselamatan", telah menjadi pusat spiritual bagi komunitas
Tionghoa di Manado sejak dibangun pada tahun1800-an. Klenteng ini memadukan elemen-
elemen arsitektur Tionghoa tradisional dengan nuansa lokal, menciptakan suatu tempat
yang memancarkan keindahan dan kedamaian. Klenteng ini juga merupakan Klenteng tertua
di Manado.

TEORI ARSITEKTUR TIONGHOA


I. Sejarah Arsitektur Tionghoa
Arsitektur Tionghoa memiliki sejarah panjang yang berakar dari peradaban kuno Tiongkok.
Pengembangan arsitektur ini dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu, dimulai pada
masa Dinasti Shang dan Zhou. Pada masa tersebut, arsitektur Tionghoa mulai mengambil
bentuk yang khas dengan penggunaan bahan-bahan seperti kayu, batu, dan tanah liat.
Selanjutnya, arsitektur Tionghoa mengalami perkembangan pesat selama masa Dinasti Han
(206 SM - 220 M) dan Dinasti Tang (618 - 907 M). Pada masa Dinasti Tang, terjadi kemajuan
dalam teknik konstruksi bangunan, seperti penggunaan genteng atap melengkung yang
menjadi ciri khas arsitektur Tionghoa. Selama periode Dinasti Song (960 - 1279 M), terjadi
pula inovasi dalam penggunaan material dan teknik pembangunan, termasuk penggunaan
batu bata sebagai bahan utama.
II. Perkembangan Arsitektur Tionghoa
Perkembangan arsitektur Tionghoa terus berlanjut seiring dengan perubahan zaman dan
perkembangan budaya. Pada masa Dinasti Ming (1368 - 1644 M), terjadi peningkatan dalam
penggunaan ornamen dan ukiran yang rumit, serta kekayaan warna dalam desain bangunan.
Sementara itu, pada masa Dinasti Qing (1644 - 1912 M), terjadi pengaruh budaya Manchu
yang membawa perubahan dalam elemen-elemen arsitektur seperti gaya atap dan tata letak
ruangan. Pada era modern, pengaruh arsitektur Tionghoa menyebar ke berbagai negara di
dunia, termasuk Indonesia. Arsitektur Tionghoa di Indonesia mengalami adaptasi dengan
budaya lokal, menciptakan gaya arsitektur Tionghoa-Indonesia yang unik. Klenteng Ban Hian
Kong di Manado merupakan contoh nyata dari adaptasi tersebut, dengan penggabungan
elemen-elemen arsitektur Tionghoa dengan sentuhan lokal Sulawesi Utara.
III. Karakteristik Arsitektur Tionghoa
Arsitektur Tionghoa memiliki beberapa karakteristik yang khas dan mudah dikenali . Berikut
adalah beberapa ciri utama dari arsitektur Tionghoa:

 Simetri: Simetri merupakan prinsip penting dalam arsitektur Tionghoa. Bangunan-


bangunan Tionghoa umumnya memiliki tata letak yang simetris dan seimbang.
 Ornamentasi yang Rumit: Arsitektur Tionghoa sering kali ditandai dengan
penggunaan ornamentasi yang rumit dan detail. Ornamen seperti pahatan batu,
patung, dan lukisan menjadi elemen penting dalam arsitektur Tionghoa. Motif-motif
tradisional seperti naga, burung phoenix, bunga teratai, dan awan sering digunakan
untuk menghiasi bangunan Tionghoa, menggambarkan keberuntungan, kekuatan,
dan keindahan dalam budaya Tionghoa.
 Penggunaan Warna Cerah: Warna memiliki makna simbolis yang dalam dalam
arsitektur Tionghoa. Warna merah, emas, hijau, dan biru sering digunakan dalam
klenteng, paviliun, dan bangunan Tionghoa lainnya. Warna merah melambangkan
keberuntungan dan kebahagiaan, sementara emas melambangkan kemakmuran dan
kekayaan. Penggunaan warna yang cerah menciptakan suasana yang hidup dan
menyenangkan dalam arsitektur Tionghoa.

PENJELASAN MENGENAI OBJEK BANGUNAN TERPILIH KLENTENG BAN HIAN KONG


DIMANADO
I. Sejarah Bangunan Klenteng Ban Hian Kong
Klenteng Ban Hian Kong di Manado memiliki sejarah yang kaya dan panjang. Bangunan ini
pertama kali didirikan pada tahun 1800-an oleh komunitas Tionghoa yang datang ke
Manado. Klenteng ini awalnya dibangun sebagai tempat ibadah bagi para imigran Tionghoa
yang tinggal di daerah tersebut. Kehadiran komunitas Tionghoa di Manado sendiri dapat
ditelusuri kembali hingga abad ke-15, ketika pedagang Tionghoa pertama kali datang ke
daerah ini untuk berdagang. Seiring berjalannya waktu, komunitas Tionghoa di Manado
tumbuh dan berkembang, memainkan peran penting dalam bidang perdagangan,
agama, dan budaya.
II. Perkembangan Klenteng Ban Hian Kong dari waktu kewaktu
Pendirian Awal (Klenteng Ban Hian Kong didirikan pada tahun 1800-an oleh komunitas
Tionghoa di Manado. Pada tahap awal ini, klenteng mungkin hanya terdiri dari bangunan
sederhana dengan struktur kayu dan bahan bangunan yang sederhana. Perluasan dan
Perbaikan (abad ke-19): Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan komunitas
Tionghoa di Manado, klenteng mengalami perluasan dan perbaikan. Bangunan klenteng
diperluas untuk memenuhi kebutuhan komunitas yang semakin besar. Mungkin ada
penambahan ruangan, altar, atau fasilitas lainnya untuk mengakomodasi aktivitas
keagamaan dan kebudayaan yang beragam. Terjadinya Restorasi dan Pemeliharaan (abad
ke-20 hingga saat ini): Klenteng Ban Hian Kong telah melalui beberapa proyek restorasi dan
pemeliharaan untuk mempertahankan keaslian dan keindahan arsitektur Tionghoa.
Restorasi ini mencakup perbaikan struktural, peremajaan ornamen, dan pemeliharaan
umum untuk memastikan bahwa klenteng tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan dan
budaya yang berfungsi penuh sampai saat ini.
III. Karakteristik dari Bangunan Klenteng Ban Hian Kong
 Struktur dan Tata Letak: Klenteng Ban Hian Kong umumnya memiliki struktur yang
simetris dan tata letak yang terorganisir dengan baik. Bangunan ini didesain dengan
prinsip simetri sehingga menciptakan kesan harmoni.
 Ornamen dan Dekorasi: Klenteng Ban Hian Kong dihiasi dengan ornamentasi yang
rumit serta indah yang mencerminkan kekayaan budaya Tionghoa.
 Warna Cerah: Penggunaan warna cerah menjadi ciri khas dalam arsitektur Klenteng
Ban Hian Kong.

IMPLEMENTASI ARSITEKTUR TIONGHOA PADA BANGUNAN KLENTENG BAN HIAN KONG


Implementasi arsitektur Tionghoa pada bangunan Klenteng Ban Hian Kong di Manado dapat
dilihat melalui berbagai elemen desain dan konstruksi yang khas. Berikut ini adalah beberapa
implementasi arsitektur Tionghoa yang dapat ditemukan dalam Klenteng Ban Hian Kong:

 Atap Tumpang: Salah satu implementasi yang paling mencolok dari arsitektur
Tionghoa pada Klenteng Ban Hian Kong adalah penggunaan atap tumpang. Atap ini
terdiri dari serangkaian balok dan penopang yang saling bertumpuk, menciptakan
struktur yang kompleks dan indah. Atap tumpang ini adalah salah satu ciri khas yang
paling dikenal dari arsitektur Tionghoa dan memberikan identitas yang kuat pada
klenteng ini.
 Ornamen dan Ukiran: Klenteng Ban Hian Kong dihiasi dengan ornamentasi dan ukiran
yang rumit dan indah. Motif-motif tradisional Tionghoa seperti naga, dan berbagai
ciri khas Arsitektur Tionghoa dapat di temukan pada bangunan ini
 Kesimetrisan bangunan: Prinsip simetri dan keseimbangan adalah ciri khas lain dari
arsitektur Tionghoa yang dapat ditemukan dalam Klenteng Ban Hian Kong. Bangunan
ini memiliki tata letak yang simetris, baik dari segi eksterior maupun interior.

KESIMPULAN
Dalam artikel ini, kita telah menjelajahi arsitektur Tionghoa yang terimplementasi pada
bangunan Klenteng Ban Hian Kong di Manado. Bangunan ini tidak hanya merupakan tempat
ibadah, tetapi juga menjadi penanda penting dari sejarah, perkembangan, dan karakteristik
arsitektur Tionghoa di daerah tersebut. Tak hanya itu karena keindahannya Bangunan ini
sering menjadi daya tarik wisatawan. Sejarah Klenteng Ban Hian Kong mengungkapkan
perjalanan panjang komunitas Tionghoa di Manado, yang telah berkontribusi secara
signifikan dalam bidang perdagangan, agama, dan budaya. Klenteng ini didirikan pada tahun
1800-an dan mengalami perluasan serta perbaikan seiring berjalannya waktu,
mencerminkan pertumbuhan dan perkembangan komunitas tersebut. Melalui Klenteng Ban
Hian Kong, kita dapat menghargai kekayaan budaya dan warisan arsitektur Tionghoa yang
terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat Manado. Klenteng ini menjadi wujud
konkret dari upaya komunitas Tionghoa untuk mempertahankan identitas budaya mereka
dan menyumbangkan keanekaragaman budaya di Indonesia. Dengan mempelajari dan
memahami arsitektur Tionghoa pada Klenteng Ban Hian Kong, kita juga dapat merenungkan
pentingnya menghormati dan melestarikan warisan budaya yang berharga ini. Klenteng ini
tidak hanya merupakan warisan sejarah dan keagamaan, tetapi juga menjadi saksi bisu dari
perjalanan komunitas Tionghoa yang kuat dan semangat mereka dalam mempertahankan
identitas budaya mereka. Dengan demikian, Klenteng Ban Hian Kong di Manado bukan
hanya sekadar bangunan, tetapi juga merupakan simbol penting dari hubungan yang erat
antara Tionghoa dan Indonesia, serta menunjukkan bagaimana arsitektur dapat
mencerminkan identitas budaya yang kaya dan beragam.

DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS STEKOM PUSAT, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Kelenteng_Ban_Hin_Kiong

Hamdil Khaliesh , Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Indonesia

Sudjoko, D. (2017). Klenteng Ban Hian Kong: Tradisi, Arsitektur, dan Masyarakat Tionghoa di
Manado. Makara Human Behavior Studies in Asia, 21(2), 101-108.

Wiryono, G., & Purwanto, E. (2014). Tipologi dan Karakteristik Arsitektur Klenteng Tionghoa di
Indonesia. Dimensi Teknik Arsitektur, 42(1), 19-28.

Wiyono, S. (2009). Arsitektur Tionghoa di Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Lumentut, F. M. (2017). Klenteng Ban Hian Kong: Religi, Budaya, dan Warisan Masyarakat Tionghoa
di Manado. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 19(2), 205-218.

Kusumo, A. D. (2015). Identitas Arsitektur Tionghoa pada Klenteng di Indonesia. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, 26(1), 22-33.

Sumarno, R. (2018). Arsitektur Klenteng Ban Hian Kong Manado: Identitas Budaya Tionghoa di
Sulawesi Utara. Jurnal SUSTAINIA, 1(1), 33-42.

Sitepu, A. (2016). Klenteng Ban Hian Kong Manado: Bangunan Bersejarah dengan Arsitektur yang
Elegan. Journal of Art and Craft, 2(2), 1-11.

Suryanto, B., & Irwansyah, Y. (2013). Identitas Arsitektur Klenteng Tionghoa di Indonesia. Jurnal
Dimensi Interior, 11(1), 16-29..

Anda mungkin juga menyukai