NIM : 120732436490
MATA KULIAH : SEJ. LISAN
OFF : G / 2012
1
gereja ini sangat bercorakkan kebudayaan Indonesia dengan Arsitektur bangunan
yang berbentuk joglo dan interior yang bercorakkan budaya bali.
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum tentang Gereja St.Perawan Maria tak Bernoda.
Pada tahun 1973 gereja ini mengalami pemugaran pertama kemudan gaya
arsitekturnya diganti dengan gaya arsitektur rumah joglo dengan luas bagunan 22
x 15 M2. Dan pemugaran ke dua dilakukan pada tahun 1993 dengan luas
bangunan 35 x 22 M2. Pemugaran yang pertama maupun pemugaran kedua
diarsitekturi oleh Bruder Andres. Selain melakukan pemugaran pada bangunan
gereja, dilakukan pula pemugan terhadap Aula Gereja dan Ruang Pastor. Selain
terdapat gereja, di kompleks tesebut juga terdapat wisma yang dulunya adalah
ruang seminari. Luas keseluruhan dari kompleks gereja ini adalah 8 hektare yang
terbagi antara beberapa bangunan. gereja ini merupakan gereja Katolik yang
bangunan awalnya berarsitektur gothic, dan kemudian setelah pemugaran pertama
arsitekturnya berganti menjadi Joglo hingga saat ini.
1. Arsitektur gothic.
Arsitektur Gothic adalah gaya arsitektur yang berkembang selama akhir tinggi
dan periode abad pertengahan . Hal ini berevolusi dari arsitektur Romawi dan
digantikan oleh arsitektur Renaissance .
Berasal dari abad ke-12 Perancis dan abadi ke dalam abad ke-16 , arsitektur
Gothic dikenal selama periode sebagai "Gaya Perancis" (Opus Francigenum),
dengan jangka Gothic pertama muncul pada bagian akhir dariRenaissance .
Karakter fitur termasuk lengkungan menunjuk , yang kubah bergaris dan
memperkuat terbang .
arsitektur Gothic yang paling dikenal sebagai arsitektur banyak besar katedral ,
biara dan paroki gereja-gereja di Eropa. Hal ini juga banyak arsitektur kastil ,
istana , balai kota , balai serikat , universitas .
Pada abad XVII di mana kedudukan Belanda di Indonesia dapat dikatakan
sudah mantap, pembangunan gereja masih cenderung berciri gothic, sedikit atau
tanpa memasukkan unsur budaya setempat dan aspek tropis. Yang banyak
diterapkan dalam bangunan Gereja Katholik pada waktu itu adalah penerapan
Ekletisme dengan mengambil sepenuhnya arsitektur klasik abad pertengahan
(VII-XVI) yaitu Gothic. Secara garis besar ada 3 hal yang diterapkan oleh arsitek-
arsitek Belanda di dalam merancang Gereja Katholik di Indonesia. Pertama,
sepenuhnya dalam arsitektur Eropa baik klasik, ekletik maupun modern. Kedua,
campuran antara arsitektur Barat dengan memasukkan elemen-elemen tradisional
dimana elemen Barat menonjol. Ketiga, campuran antara arsitektur Barat dengan
elemen-elemen tradisional dimana elemen tradisional lebih menonjol.
2. Arsitektur joglo.
Berdasarkan pada pandangan hidup orang Jawa bahwa kehidupan manusia
tidak terlepas dari pengaruh alam semesta, atau dalam lingkup yang lebih terbatas
adalah dari pengaruh lingkungan sekitarnya, maka keberadaan rumah bagi orang
Jawa harus mempertimbangkan hubungan tersebut. Joglo sebagai salah satu
simbol kebudayaan masyarakat Jawa, merupakan media perantara untuk menyatu
dengan Tuhan (kekuatan Ilahi) sebagai tujuan akhir kehidupan (sangkan paraning
dumadi), berdasar pada kedudukan manusia sebagai seorang individu, anggota
keluarga dan anggota masyarakat. Nilai filosofis Joglo merepresentasikan etika
Jawa yang menuntut setiap orang Jawa untuk memiliki sikap batin yang tepat,
melakukan tindakan yang tepat, mengetahui tempat yang tepat (dapat
menempatkan diri) dan memiliki pengertian yang tepat dalam kehidupan.
Nilai filosofis dari joglo ini dapat digabungkan dengan nilai filosofis dari
sebuah gereja yang hamper sama. Sehingga tidak sedikit gereja di Indonesia yang
berarsitekturkan joglo khususnya di wilayah Jawa.
Berikut contoh gereja yang berarsitekturkan Joglo.
Gambar dari gereja St. Perawan Maria Tak Bernoda Lawang-Malang yang
berarsitekturkan Joglo
Foto diatas merupakan foto dari tempat pastor yang ber interiorkan budaya bali.
Sumber: Dokumen pribadi.
Lampiran Wawancara
Peneliti: selamat sore pak....
Bruder: selamtat sore, kedatangan adik kesini ada keperluan apa?
Peneliti: mohon maaf sebelumnya, nama anda siapa?
Bruder: nama saya Bruder Andreas, mungkin ada yang bisa saya bantu?
Peneliti: begini bruder, saya kesini mau melakukan wawancara mengenai sejarah
dan perkembangan Gereja di sini.
Bruder: silahkan..... silahkan...
Peneliti: Bruder, kapan persisnya gereja ini dibangun?
Bruder: Gereja ini pertama kali di bangun pada tahun 1918 dan diarsiteki oleh C.
Smits dengan luas bangunan awal 7 x 16 M2 . Gereja ini mengalami
pemugaran sebanyak dua kali.
Peneliti: kalo boleh tahu tahun berapa mulai pertama kali dipugar?
Bruder: gereja ini dipugar pertama kali pada tahun 1973 dan arsitekturnya diganti
dengan gaya rumah joglo. Pemugaran kedua dilakukan pada tahun 1993
dengan luas bangunan 35 x 22 M2. Dan keduanya kebetulan saya sendiri
yang mengarsitekinya.
Peneliti: Bruder, mengapa gaya arsitekturnya diganti dengan gaya arsitektur
joglo?
Bruder: itu karena untuk menunjukkan adanya akulturasi dari arsitektur gereja itu
sendiri. Selain gaya joglo, didalam ruangan gerejanya juga menggunakan
arsitektur Bali.
Peneliti: mengenai bahan materialnya itu berasal dari mana?
Bruder: kalo bahan material, berasal dari sumbangan para jemaat gereja, dan
gereja tidak mengeluarkan dana sedikitpun. Semua itu dari jemaat semua.
Peneliti: terimakasih bruder, kalo begitu saya pamit dulu, terimakasih atas
kesediaannya untuk saya wawancarai, maaf ngrepotin...
Bruder: tidak apa-apa, kalo masih ada yang kurang silahkan datang lagi...
Peneliti: terima kasih Bruder, selamat sore....