Anda di halaman 1dari 12

NAMA : HAMZAH ALFARIZ

NIM : 120732436490
MATA KULIAH : SEJ. LISAN
OFF : G / 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN GEREJA St.PERAWAN


MARIA TAK BERNODA DI LAWANG 1918 – 2013.

ABSTRAK : Seiring dengan tuntutan kemajuan jaman dan globalisasi, terjadi


berbagai perubahan dan proses modernisasi yang semakin meluas dalam
segala aspek kehidupan manusia. Gereja Katolik, dalam hal ini, turut mengalami
perubahan dalam berbagai hal disebabkan oleh tantangan dari dalam maupun
dari luar Gereja. Nilai-nilai dan ajaran agama Katolik lama menjadi terlalu
kaku dan kurang fleksibel, kurang dapat mengimbangi tuntutan jaman. Oleh
karenanya Gereja kemudian memperbaharui nilai-nilainya untuk menanggapi
tuntutan pembaharuan dengan mengadakan Konsili Vatikan II. Konsili ini
diadakan pada tahun 1962 sampai dengan 1965 dan diikuti oleh uskup-
uskup sedunia. Dari sini muncullah dokumen Gaudium et Spes yang
memutuskan sikap Gereja terhadap perkembangan dunia dewasa ini.
Putusan dari dokumen ini menghimbau agar Gereja lebih memasyarakat,
antara lain dengan cara melakukan inkulturasi dengan budaya dan tradisi
masyarakat setempat dimana Gereja berada.
Dalam sebuah karya desain atau arsitektur, terkait dua aspek penting yaitu
aspek fungsi atau guna dan aspek citra estetik. Citra menunjuk pada
tingkat kebudayaan, sedangkan fungsi atau guna lebih tertuju pada segi
ketrampilan atau kemampuan. Unsur citra merujuk pada sesuatu yang memberi
makna, yang mampu membuat kita melihat apa yang ada dibalik sesuatu serta
mengatasi hal-hal yang bersifat materi. Seperti halnya yang terjadi pada gereja
Katolik St. Perawan Maria tak bernoda yang bangunannya juga diakulturasikan
dengan desain arsitektur yang asli dari Indonesia. Gereja ini mengambil arsitektur
Jawa dengan interior atau desain bagian dalam yang bercorakkan Bali. Sehingga

1
gereja ini sangat bercorakkan kebudayaan Indonesia dengan Arsitektur bangunan
yang berbentuk joglo dan interior yang bercorakkan budaya bali.

PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum tentang Gereja St.Perawan Maria tak Bernoda.

Gereja St. Perawan Maria tak Bernoda. Berada di Kecamatan Lawang,


terletak di utara Kota Malang. Jarak gereja ini dari pusat kota kurang lebih 30
KM. Gereja ini dibangun pertama kali oleh pemerintah Belanda pada tahun 1918
dengan luas bangunan awal 7 x 16 M2, dan diresmikan oleh Pastor H.J.A.P. Van
Meerwijk yang pada saat itu menjabat sebagai pastor yang membawahi wilayah
Malang dan diarsitekturi oleh C. Smits.

Gambar 1. C. Smits. Seoranga Arsitek yang mengarsiteki Gereja St. Perawan


Maria tak Bernoda. Sumber: kitlv.nl

Pada tahun 1973 gereja ini mengalami pemugaran pertama kemudan gaya
arsitekturnya diganti dengan gaya arsitektur rumah joglo dengan luas bagunan 22
x 15 M2. Dan pemugaran ke dua dilakukan pada tahun 1993 dengan luas
bangunan 35 x 22 M2. Pemugaran yang pertama maupun pemugaran kedua
diarsitekturi oleh Bruder Andres. Selain melakukan pemugaran pada bangunan
gereja, dilakukan pula pemugan terhadap Aula Gereja dan Ruang Pastor. Selain
terdapat gereja, di kompleks tesebut juga terdapat wisma yang dulunya adalah
ruang seminari. Luas keseluruhan dari kompleks gereja ini adalah 8 hektare yang
terbagi antara beberapa bangunan. gereja ini merupakan gereja Katolik yang
bangunan awalnya berarsitektur gothic, dan kemudian setelah pemugaran pertama
arsitekturnya berganti menjadi Joglo hingga saat ini.

Gambar 2. Bruder Andreas seorang yang mengarsitekturi pemugaran gereja pertama


dan kedua. Sumber: dokumen pribadi.
Foto gereja St.Perawan Maria tak Bernoda dari depan

Sumber: dokumen pribadi


Bentuk atap Joglo dari gereja St. Prawan Maria tak Bernoda.

Sumber: Dokumen pribadi


B. Gaya Arsitektur Gereja St. Perawan Maria tak Bernoda.

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang


lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan
binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,perancangan perkotaan, arsitektur
lanskap, hingga ke level mikro yaitu desainbangunan, desain perabot dan desain produk.
Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Gaya arsitektur dari gereja St. Perawan Maria tak Bernoda mengalami beberapa
perubahan. Arsitektur pertama yakni ketika gereja ini baru dibangun pada tahun 1918
yang berarsitekturkan gothic. Arsitektur gothic pada masa itu memang banyak digunakan
sebagai arsitektur di berbagai geraja, tidak terkecuali di gereja St. Perawan Maria tak
Bernoda. Kemudian pada tahun 1973 arsitektur gothic digantikan dengan arsitektur joglo
dikarenakan gereja diwajibkan melakukan akulturasi dengan kebudayaan local. Arsitektur
ini masih digunakan hingga sekarang.

1. Arsitektur gothic.
Arsitektur Gothic adalah gaya arsitektur yang berkembang selama akhir tinggi
dan periode abad pertengahan . Hal ini berevolusi dari arsitektur Romawi dan
digantikan oleh arsitektur Renaissance .
Berasal dari abad ke-12 Perancis dan abadi ke dalam abad ke-16 , arsitektur
Gothic dikenal selama periode sebagai "Gaya Perancis" (Opus Francigenum),
dengan jangka Gothic pertama muncul pada bagian akhir dariRenaissance .
Karakter fitur termasuk lengkungan menunjuk , yang kubah bergaris dan
memperkuat terbang .
arsitektur Gothic yang paling dikenal sebagai arsitektur banyak besar katedral ,
biara dan paroki gereja-gereja di Eropa. Hal ini juga banyak arsitektur kastil ,
istana , balai kota , balai serikat , universitas .
Pada abad XVII di mana kedudukan Belanda di Indonesia dapat dikatakan
sudah mantap, pembangunan gereja masih cenderung berciri gothic, sedikit atau
tanpa memasukkan unsur budaya setempat dan aspek tropis. Yang banyak
diterapkan dalam bangunan Gereja Katholik pada waktu itu adalah penerapan
Ekletisme dengan mengambil sepenuhnya arsitektur klasik abad pertengahan
(VII-XVI) yaitu Gothic. Secara garis besar ada 3 hal yang diterapkan oleh arsitek-
arsitek Belanda di dalam merancang Gereja Katholik di Indonesia. Pertama,
sepenuhnya dalam arsitektur Eropa baik klasik, ekletik maupun modern. Kedua,
campuran antara arsitektur Barat dengan memasukkan elemen-elemen tradisional
dimana elemen Barat menonjol. Ketiga, campuran antara arsitektur Barat dengan
elemen-elemen tradisional dimana elemen tradisional lebih menonjol.

Contoh Gereja dengan Arsitektur Gothik.

Gambar gereja kayu tangan yang berarsitekturkan gothic

2. Arsitektur joglo.
Berdasarkan pada pandangan hidup orang Jawa bahwa kehidupan manusia
tidak terlepas dari pengaruh alam semesta, atau dalam lingkup yang lebih terbatas
adalah dari pengaruh lingkungan sekitarnya, maka keberadaan rumah bagi orang
Jawa harus mempertimbangkan hubungan tersebut. Joglo sebagai salah satu
simbol kebudayaan masyarakat Jawa, merupakan media perantara untuk menyatu
dengan Tuhan (kekuatan Ilahi) sebagai tujuan akhir kehidupan (sangkan paraning
dumadi), berdasar pada kedudukan manusia sebagai seorang individu, anggota
keluarga dan anggota masyarakat. Nilai filosofis Joglo merepresentasikan etika
Jawa yang menuntut setiap orang Jawa untuk memiliki sikap batin yang tepat,
melakukan tindakan yang tepat, mengetahui tempat yang tepat (dapat
menempatkan diri) dan memiliki pengertian yang tepat dalam kehidupan.
Nilai filosofis dari joglo ini dapat digabungkan dengan nilai filosofis dari
sebuah gereja yang hamper sama. Sehingga tidak sedikit gereja di Indonesia yang
berarsitekturkan joglo khususnya di wilayah Jawa.
Berikut contoh gereja yang berarsitekturkan Joglo.

Gambar dari gereja St. Perawan Maria Tak Bernoda Lawang-Malang yang
berarsitekturkan Joglo

3. Arsitektur Didalam Gereja.


Arsitektur atau interior didalam gereja St. Perawan Maria Tak Bernoda
menggunakan langgam arsitektur jawa dan bali. Sehingga sangat terlihat bahwa
gereja ini sangat bernuansa budaya Indonesia. Interior didalam gereja meliputi
mimbar tempat khutbah, bilik pengakuan dosa, tempat untuk paduan suara gereja
dan ruangan operator. Selain itu juga terdapat lukisan – lukisan perjalanan kristus
mulai dari lahir hingga diangkat ke surge. Juga ada lukisan 4 rasul yang menulis
injil.
Berikut foto – foto dari interior gereja St. Perawan Maria tak Bernoda:

Foto diatas merupakan foto dari tempat pastor yang ber interiorkan budaya bali.
Sumber: Dokumen pribadi.

Foto diatas adalah altar pesembahan. Sumber: Dukumrn pribadi


Foto diatas merupakan bilik pengakuan dosa.
Sumber: dokumen pribadi

Foto tentang perjalanan kristus. Sumber: dokumen pribadi


KESIMPULAN

Gereja St. Perawan maria tak bernoda terletak di Kecamatan Lawang


Kabupaten Malang. Gereja ini didirikan pada tahun 1918 yang diarsitekturi oleh
C. Smits. Bangunan awal gereja ini adalah ber arsitektur gothic yang merupakan
arsitektur eropa yang sangat terkenal. Arsitektur gothic berkembang pertama kali
di nergara Perancis. Kemudian menyebar ke seluruh Eropa pada abad
pertengahan. Arsitektur gothic mulai berkembang di Indonesia sejak kedatangan
bangsa eropa yang menjajah Indonesia. Hasil dari arsitektur gothic dapat dilihata
dari gaya arsitektur gereja – gereja peninggalan dari kolonialisme Belanda.
Gereja St. Perawan maria tak bernoda mengalami pemugaran sebanyak
dua kali yaitu pada tahun 1973 dan pada tahun 1993. Pada pemugaran ini gaya
arsitektur berganti dari gaya arsitektur gothic berubah menjadi arsitektur joglo
yang diarsiteki oleh bruder Andreas seorang biarawan yang tinggal di kompleks
gereja tersebut. Bentuk joglo memiliki filosofi yang sangat bagus, sehingga
dijadikan sebagai arsitektur gereja tersebut. Interior dari gereja tersebut banyak
menggunakan gaya dari Bali. Gereja ini sangat unik, jika dilihat dari luar terlihat
arsitektur joglo yang sangat mencolok, akan tetapi jika masuk kedalam akan kita
jumpai gaya arsitektur dari bali yang sangat menonjol.
DAFTAR RUJUKAN.
Konferensi Waligereja Indonesia, Sejarah Gereja Katolik Indonesia, Jakarta.
Budiono Herusatoto.1984. Simbolisme dalam Budaya Jawa, Yogyakarta : PT
Hanindita
Windhu, I. Marsana. 1997. Mengenal 30 Lambang atau Simbol Kristiani.
Yogyakarta: Kanisius
Online. http://media-kitlv.nl/all-media/indeling/detail/form/advanced/start/26?
q_searchfield=c.+smits. Diakses pada Oktober 2014.

Lampiran Wawancara
Peneliti: selamat sore pak....
Bruder: selamtat sore, kedatangan adik kesini ada keperluan apa?
Peneliti: mohon maaf sebelumnya, nama anda siapa?
Bruder: nama saya Bruder Andreas, mungkin ada yang bisa saya bantu?
Peneliti: begini bruder, saya kesini mau melakukan wawancara mengenai sejarah
dan perkembangan Gereja di sini.
Bruder: silahkan..... silahkan...
Peneliti: Bruder, kapan persisnya gereja ini dibangun?
Bruder: Gereja ini pertama kali di bangun pada tahun 1918 dan diarsiteki oleh C.
Smits dengan luas bangunan awal 7 x 16 M2 . Gereja ini mengalami
pemugaran sebanyak dua kali.
Peneliti: kalo boleh tahu tahun berapa mulai pertama kali dipugar?
Bruder: gereja ini dipugar pertama kali pada tahun 1973 dan arsitekturnya diganti
dengan gaya rumah joglo. Pemugaran kedua dilakukan pada tahun 1993
dengan luas bangunan 35 x 22 M2. Dan keduanya kebetulan saya sendiri
yang mengarsitekinya.
Peneliti: Bruder, mengapa gaya arsitekturnya diganti dengan gaya arsitektur
joglo?
Bruder: itu karena untuk menunjukkan adanya akulturasi dari arsitektur gereja itu
sendiri. Selain gaya joglo, didalam ruangan gerejanya juga menggunakan
arsitektur Bali.
Peneliti: mengenai bahan materialnya itu berasal dari mana?
Bruder: kalo bahan material, berasal dari sumbangan para jemaat gereja, dan
gereja tidak mengeluarkan dana sedikitpun. Semua itu dari jemaat semua.
Peneliti: terimakasih bruder, kalo begitu saya pamit dulu, terimakasih atas
kesediaannya untuk saya wawancarai, maaf ngrepotin...
Bruder: tidak apa-apa, kalo masih ada yang kurang silahkan datang lagi...
Peneliti: terima kasih Bruder, selamat sore....

Anda mungkin juga menyukai