Anda di halaman 1dari 125

DINAMIKA GEREJA

PADA MASA REFORMASI


DAN KONTRA REFORMASI
(1517-1903)
Disusun oleh:
Stanislaus Ryo Zenna
Latar Belakang

 Masa ini banyak diwarnai dengan berbagai
perubahan dalam tubuh Gereja akibat perpecahan
dan perkembangan penghayatan Ekaristi (melalui
iman, teologi, dan magisterium gereja), waluapun
tetap ada bagian konstan yang tidak mengalami
perubahan.
 Liturgi Gereja Katolik mengalami perkembangan
yang lambat pada masa ini (abad 16), sebagai imbas
dari usaha menstabilkan kondisi Gereja dan situasi
kontra-reformasi dalam Konsili Trente
Latar Belakang

 Masa ini juga diwarnai suasana politik keagamaan dengan
pembentukan secara radikal gereja-gereja reformasi.
 Zaman ini (abad 16) sering disebut sebagai zaman eksplorasi,
yang menggambarkan kekuasaan Eropa melanjutkan
kolonialisme di Afrika dan eksplorasi “dunia baru” di Amerika
Utara dan Selatan.
 Banyak pergeseran hidup rohani kekristenan di Eropa, seperti
perubahan sistem kebiaraan menjadi biara konstitusional yang
lebih bersifat politik, pemberontakan raja Henry dari Inggris
kepada Gereja Katolik karena pernikahan keduanya dinilai
tidak sah, dan kekuatan-kekuatan politik yang mendorong
reformasi religius dan liturgi sehingga muncul gereja-gereja
reformasi.
Latar Belakang

 Kondisi Gereja Katolik yang berantakan disertai pula
dengan kondisi carut marut di Eropa:
 Penolakan-penolakan serius atas kepausan;
 Wabah penyakit dan iklim yang buruk menggoncang
Eropa;
 Berbagai revolusi yang dilancarkan oleh rakyat jelata
dan kaum buruh kepada raja atau kaisar;
 Tindak korupsi merajalela di dalam Gereja, termasuk
salah satunya dalam rupa penjualan indulgensi.
Latar Belakang

 Marthin Luther merupakan salah satu pelopor reformasi
Gereja yang didukung oleh banyak pihak pada masa itu,
yang menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Jerman, dan
dikutuk oleh Paus Leo X.
 Kondisi-kondisi sebelumnya mendorong sebagian besar
rakyat Eropa memberikan dukungan bagi reformasi
Luther untuk mengubah bentuk praktek pastoral dan
pengajaran iman.
 Melalui 95 tesis, Luther menyerang Gereja Katolik
Romayang dinilai sudah tidak memiliki adekuasi sebagai
institusi religius.
 Selain Luther, masih ada beberapa tokoh reformasi Gereja
yang lain, seperti Ulrich Zwingli dan Martin Bucer
Latar Belakang

 Akan tetapi, ketiga tokoh ini (sekurang-kurangnya)
memiliki cara pandang yang berbeda mengenai
Gereja ideal. Walaupun pada bulan Oktober 1529
mereka sempat berunding untuk membentuk
kesepakatan bersama, tetapi perbedaan di antara
mereka tetap ada dan menjadi ciri Gereja masing-
masing hingga sekarang.
Latar Belakang

 Sekitar tahun 1530-an, hubungan multilateral antara
Skandinavia, Inggris, Jerman, Austria, dan beberapa bagian
Perancis terputus dengan Roma. Hal ini dipicu oleh berbagai
suksesi untuk mempertahankan otoritas para penguasa,
termasuk pula paus.
 Dua konsili diadakan untuk menjawab berbagai keresahan ini:
 Konsili konstantin (menghapuskan skisma besar dengan
memberhentikan 3 paus tandingan dan menetapkan konsili
sebagai otoritas tertinggi Gereja; dilaksanakan jauh sebelum
abad 16/1530, namun masih berefek hingga saat itu)
 Konsili Trente (hampir dalam rentang waktu 20 tahun secara
periodik) yang berusaha memerangi (bukan berdamai) kaum
reformis Gereja dan memberlakukan pembaharuan tertentu
dalam Gereja Katolik
Latar Belakang

 Bentuk reaksi kontra-reformasi Gereja Katolik ini
telah mereformasi dan memecah-mecah Kristianitas
Barat, dan juga Gereja Katolik Roma sendiri.
 Nyatanya, hasil-hasil dari kondili Trente tidak
sepenuhnya diterima dan diimplementasikan oleh
Gereja Katolik Roma secara menyeluruh, seperti
munculnya Gallicanisme, Josephinisme.
 Di dalam tubuh gereja protestan pun muncul
beragam aliran, dan juga kemunculan kaum reformis
anabaptis.
Latar Belakang

 Kristianitas barat secara fundamental mengalami
pengaturan kembali, terutama melalui
perkembangan sains dan filsafat
 Nicolaus Copernicus yang mematahkan doktrin gereja
mengenai matahari sebagai pusat tata surya
(mengukuhkan pendapat Galileo Galilei)
 Isaac Newton yang mengembangkan teori-teori baru
mengenai optik, matematika, dan hukum gravitasi.
Latar Belakang

 Ini menjadi era baru yang disebut sebagai era
“modern”, suatu awal bagi kemunculan zaman
pencerahan (enlightment).
 Masa ini menawarkan suatu alat yang baru dan
tantangan yang kuat bagi perkembangan Teologi
dan peribadatan di dalam Gereja.
 Akan tetapi, hal ini tidak terlalu mempengaruhi
kehidupan liturgi, setidaknya sampai abad ke-20
PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR GEREJA
PADA MASA
REFORMASI DAN
KONTRA REFORMASI
ARSITEKTUR
• Arsitektur gereja pada masa ini dipengaruhi oleh
• Pergolakan dan kemeriahan gerejani yang terjadi
pada abad ke-16
• Pengubahan bentuk secara radikal dari Kristianitas
Barat
• Gaya arsitektural yang memberikan energi pada masa
yang heboh, penuh kegembiraan dan perayaan
kemenangan ini ditandai dengan kemunculan GAYA
BAROQUE dalam arsitektur gereja.
Gaya Baroque
• Walaupun telah ada gaya arsitektural yang lain,
seperti gaya rococo dan neo-klasikisme, tetapi
Gereja tetap menggunakan gaya Baroque
sebagai simbol arsitektural gereja Katolik Roma
pada masa Post-Tridentine.
• Begitu pula pada gereja Lutheran dan Anglican
(komunitas Gereja Protestan), gaya Baroque.
Tetapi, banyak gereja Protestan lebih berfokus
pada usaha yang memungkinkan komunitasnya
untuk mendengar dan merespon sabda lebih
baik, daripada mengusahakan rekonstruksi
gereja melalui gaya Baroque.
Gaya Baroque
• Ciri gaya Baroque:
 Ada atmosfer antusiasme dan optimisme atas kehidupan
 Ada unsur perayaan
 Mulai hilang unsur ketakutan atas yang ilahi sebagai
pribadi yang transendental. Allah dirasakan lebih dekat
(imanen), sehingga lebih ditekankan sisi humanisme
 Dekorasi ornamental
 Segala bangunan gereja 3 dimensi diukir/diberi gesture
dan dilukis
 Sering ditemukan cupid-cupid (malaikat kecil) pada
lukisan interior
 Muncul aliran fresco: lukisan nyata pada langit-langit
bangunan gereja sehingga tampak mewah, megah, dan
elegan
BASILIKA SANTO PETRUS
DI ROMA
• Abad ke-16: Basilika ini mengalami transisi dari
arsitektur gaya renaissance menuju arsitektur gaya
baroque.
• Ironisnya, seperti yang diungkapkan oleh Martin Luther,
pembiayaan rekonstruksi gereja basilika St, Petrus
didukung oleh penjualan indulgensi.
BASILIKA SANTO PETRUS
DI ROMA
• Donato Bramante mendesain suatu ruang pusat yang
terdiri atas suatu rangkaian bentuk salib Yunani kecil
(dengan empat lengan sisi yang sama panjang) yang
dikelilingi satu bentuk salib Yunani berukuran besar.
• Rancangan ini mengekspresikan simbol posisi gereja
Basilika Santo Petrus sebagai pusat gereja barat,
Kristianitas, dan dunia.
BASILIKA SANTO PETRUS
DI ROMA
• Michelangelo (tahun 1546) melanjutkan karya Bramante
yang meninggal pada tahun 1514.
• Dengan menyederhanakan rancangan Bramante dan
memasukkan ruangan dalam suatu bentuk persegi yang
melintang, Michelangelo mengkonversikan Basilika St.
Petrus dari bangunan bergaya Renaissance menjadi
bangunan bergaya Baroque.
BASILIKA SANTO PETRUS
DI ROMA
• Setelah Michelangelo wafat, rancangan bangunan Basilika St.
Petrus diubah dengan suatu penambahan bagian tengah ruangan
Gereja, yakni mengubahnya dari yang awalnya suatu salib Yunani
menjadi salib Latin (tiga sisi lengan berukuran sama, dengan satu
sisi lengan yang lebih panjang).
• Kelebihan dari penambahan ini:
 Mengakomodasi dengan lebih baik liturgi Roma
 Prosesi-prosesi liturgi menjadi lebih integral
• Kekurangannya ialah:
― Penambahan ini menutupi kubah besar yang
dirancang oleh Michelangelo, yang hingga saat
ini kubah itu hanya dapat diamati dari balik
bangunan Basilika St. Petrus.
BASILIKA SANTO PETRUS
DI ROMA
• Gian Lorenzo Bernini menyelesaikan bagian akhir dari
proses transisi Basilika St. Peter dari gaya renaissance
menjadi gaya baroque dengan menambahkan piazza:
ruangan terbuka yang besar, dikelilingi oleh dua sisi
barisan tiang-tiang berbentuk elips yang terdiri atas 284
kolom marmer yang diatasnya berdiri 162 patung santo-
santa setinggi 12 kaki.
• Maksud dari penambahan piazza ini:
Mengisyaratkan sagala sesuatu ke dalam pelukan Ibu
Gereja di Roma.
Il Gesú dan Gaya Baroque
• Il Gesú (Bahasa Italia, berarti “Gereja Yesus) adalah
gereja induk para Jesuit yang menjadi salah satu gereja
pertama bergaya baroque.
• Melambangkan vitalitas dan kecendekiawanan
komunitas Jesuit yang masih baru berdiri saat itu dan St.
Ignatius Loyola sebagai pendirinya:
• Sangat Terpusat dalam sistem pemerintahan
komunitas
• Terorganisasi dengan baik
• Bebas bergerak dan bebas dari tuntutan hidup
liturgis, seperti Offisi bersama.
Il Gesú dan Gaya Baroque
• Ciri-Ciri gereja Il Gesú:
 Lebih memiliki ruangan terbuka dan dinamis dibanding
kebanyakan gereja Gothic yang memiliki ruang yang terbagi-
bagi
 Mengeliminasi sisi jalan/gang di antara deretan bangku
umat/pew
 Memperpendek apse (bagian depan gereja yang menonjol
berbentuk setengah lingkaran)
 Menghilangkan tempat koor pada umumnya yang
biasanya terletak antara altar dan konggregasi itu (ini
disebabkan karena arsitektur greja ini mengafirmasi
penghilangan Offisi/Ibadat bersama dalam praktek
kehidupan Jesuit), sehingga terdapat ruang terbuka yang
besar dengan area pusat gereja itu yang ditekankan pada
suatu kubah.
Il Gesú dan Gaya Baroque
• Ciri-Ciri gereja Il Gesú:
 Perhatian lebih pada mimbar dan tindakan kotbah
 Menggambarkan kedekatan kaum awam dengan
tindakan liturgis
Ketetapan-Ketetapan Umum Liturgi dalam
Gereja-Gereja Katolik Roma
• Konsili Trente dan karya yang dihasilkan darinya telah
membuahkan suatu keseragaman baru dalam
peribadatan Katolik Roma. Misalnya: keseragaman
doktrin ekaristi dan keseragaman dalam tata perayaan
Ekaristi (akibat dari revisi terhadap buku-buku liturgi).
• Karena keseragaman-keseragaman itu semakin tersebar
luas, maka arsitektural gereja pun harus mendukung
keseragaman dalam perayaan ritus-ritus ekaristi.
Ketetapan-Ketetapan Umum Liturgi dalam
Gereja-Gereja Katolik Roma
• Akan tetapi karena tidak diatur berdasarkan mandat
hukum/aturan Gereja, keseragaman itu justru bersifat
mutitafsir dan bahkan menjadi aturan yang dianggap
legal (padahal hanya berupa kebiasaan umum)
• Contoh: soal peletakan tabernakel yang awalnya
sebagai salah satu bejana liturgis, menjadi suatu
perlengkapan arsitektural yang bersifat tetap; soal jalur
khusus untuk komuni.
Ketetapan-Ketetapan Umum Liturgi dalam
Gereja-Gereja Katolik Roma
• Charles Borromeo (uskup agung Milan) merupakan
pribadi yang berpengaruh dalam standardisasi beberapa
ketentuan-ketentuan liturgi saat itu melalui penjelasan
detil dari buku yang ditulis olehnya pada tahun1577,
yang berjudul “Instructions on the Architecture and
Furnishings of Churches”
Ketetapan-Ketetapan Umum Liturgi dalam
Gereja-Gereja Katolik Roma
• Sebagai sekretaris bagian di Vatican, pengaruhnya
sangat signifikan, yaitu:
1. Membantu mengadakan kembali Konsili Trente;
2. Berpartisipasi pada sesi terakhir dari konsili
tersebut;
3. Mendorong pembuatan Katekismus Romawi
(Roman Catechism)
4. Berusaha merevisi buku Brevir dan buku Roman
Missal
5. Memegang jabatan sebagai Prefek atas Konsili
Trente
Gereja-Gereja Reformasi
• Protestantisme memunculkan suatu kebaruan bentuk
pluralitas dalam tata aturan liturgi dalam rumah
peribadatan mereka
• Mereka menggunakan gereja yang telah ada dan
menyesuaikannya dengan kebutuhan mereka
Gereja-Gereja Reformasi
• Bentuk penggubahan itu diantaranya:
 Menghilangkan unsur-unsur ikonografi dan patung-
patung;
 Menciptakan gambaran baru yang
mempertimbangkan lebih banyak pada koreksi teologi
Gereja-Gereja Reformasi
• Kemunculan buku Book of Common Prayer tahun 1549
dan 1552 mengatur standar-standar kewajiban jemaat
untuk menghadiri persekutuan hari Minggu dan minimal
pada hari raya Paskah
• Akibatnya, ini menjadi norma peribadatan protestan
yang umum dijadikan pedoman pada era itu
Gereja-Gereja Reformasi
• Secara umum di benua Eropa, renovasi ruang
peribadatan meliputi:
Pembongkaran rood screen yang memisahkan gereja
menjadi dua bagian, sebuah ruang tengah gereja
yang besar (untuk jemaat melakukan kebaktian dan
menyanyikan lagu pujian, ) dengan area koor (untuk
digunakan bagi pelayanan komuni/persekutuan)
Menghilangkan elaborasi/perluasan reredos dan
tabernakel
Pemindahan mimbar ke bagian depan di tengah-
tengah
Gereja-Gereja Reformasi
• Sayangnya, pembedaan dari tradisi dan alam desentralisasi yang
dilakukan kaum reformasi protestan macam itu sulit diterapkan pada
gedung gereja yang telah ada, dan berbagai pengecualian-
pengecualian akhirnya harus diterima
• Contohnya:
Rumah Sakramen abad 15 di Katedral Ulm
tetap bertahan sampai saat ini, meskipun
tidak dipergunakan dalam perayaan Ekaristi
mereka
Katedral Lutheran di Stockholm menerima
reredos dan altar baru yang terbuat dari kayu
eboni dan perak di tahun 1640
Gereja-Gereja Reformasi
• Tidak puas dengan berbagai renovasi itu dan kebutuhan
untuk menambah gereja baru, akhirnya mereka
membangun gedung gereja baru milik mereka sendiri
• Ciri umum bangunan gereja baru mereka ialah
keterpusatan pada mimbar/ambo, yang menegaskan
referensi baru mengenai Sabda Allah dalam kitab suci
dan pentingnya khotbah dalam peribadatan Kristen.
Gereja-Gereja Reformasi
• Penekanan pada pewartaan Sabda itu justru
menutupi tradisi Perjamuan Malam Terakhir
Tuhan Yesus, yang bahkan oleh Gereja
Zwingli perayaan Ekaristi pengenangan
Perjamuan Malam Terakhir hanya dirayakan 4
kali setahun di Zurich
• Akibatnya, meja altar tidak dibuat paten, tetapi
fleksibel
• Tetapi, Gereja Leipzig pada masa J.S. Bach
yang mengadakan perayaan komuni kudus
dalam tiap peribadatan utama di hari Minggu
justru berusaha membuat altar yang permanen
Gereja-Gereja Reformasi
• Menurut Spiro Kostof, hal umum dalam
arsitektur Protestan ialah pergeseran fungsi
ruangan dari fungsi prosesional (visual tata
gerak) menjadi fungsi auditorial
(pendengaran), baik secara horisontal maupun
vertikal (menjadi semacam gedung opera)
• Contoh: Gereja Frauenkirche di Dresden
• Disamping itu, Gereja mereka juga dipenuhi
dengan bangku-bangku umat, yang
melambangkan immobilitas
(ketidakbergerakkan) dan kepasifan peserta
ibadat
PERKEMBANGAN MUSIK GEREJA
PADA MASA
REFORMASI-KONTRA REFORMASI
MUSIK
 Perkembangan musik pada masa ini lebih
banyak dipengaruhi oleh para reformator gereja,
daripada oleh Takhta Suci di Roma.
 Hal ini disebabkan oleh kemampuan dan bakat
musikal yang tinggi dari para reformator
tersebut, seperti Martin Luther
MUSIK
 Fokus reformasi musik pada
 pelayanan sabda dengan menyandingkan antara
Sabda Tuhan dengan kemampuan musik;
 Tradisi yang kuat pada musik-musik berbahasa
lokal/tradisional dalam wilayah yang bertutur kata
bahasa Jerman yang mana proses Reformasi itu
dimulai
PERBEDAAN MENDASAR

Gereja Katolik Roma:


 Musik ditekankan pada gaya yang
lebih tenang dalam
Polifoni/Perpaduan Suara
berbahasa Latin
Gereja Protestan:
 Musikditekankan pada lagu-lagu
konggregasional
PERSAMAAN MENDASAR
 Komposer Protestan dan beberapa Katolik Roma
sama-sama mengeksplorasi melodi bergaya
hymne dan aransemen/gubahan atas melodi itu
 Kedua tradisi itu (Katolik dan Protestan)
dipengaruhi oleh opera dan pengembangan
musik orkestra yang sangat berpengaruh pada
masa itu
LAGU REFORMASI
 Sangat dipengaruhi oleh komposer-komposer handal
dalam musik gerejani, seperti Martin Luther:
 Berpegang pada prinsip teologi “keimaman
bagi seluruh orang beriman”, mengubah
tekanan musik dari klerikal musik
skolastik menjadi musik konggregasional
yang mudah dinyanyikan bersama (musik
sederhana), tekstual dan lebih tahan
zaman yang diterapkan dalam
peribadatan.
 Kekhasan musik Luther ialah melodi
yang bergerak secara stepwise dan
mentransformasikan musik non
liturgis dan lagu-lagu religius ke
dalam musik-musik liturgi.
LAGU REFORMASI
 Sayangnya, musik-musik Luther tidak berlaku
secara universal (walaupun banyak berpengaruh
luas) di semua gereja protestan; Contoh:
 Gereja Zwingli yang menganggap bahwa musik
secara esensial bersifat sekular, sehingga tidak
memperoleh tempat dalam ibadat mereka.
 Gereja Calvinis yang melarang polifoni dan
instrumental (dianggap menutupi Sabda), tetapi
mengizinkan untuk menyanyikan lagu-lagu yang
diangkat dari KS dan musik-musik religius dari
musisi terkenal dan puisi-puisi religius saat itu.
 Kemunculan geneva psalter (versi sajak yang dibuat
menjadi suatu melodi sederhana) dalam peribadatan
RESPON GEREJA KATOLIK ROMA:
KONSILI TRENTE
 Konsili Trente (yang muncul sebagai reaksi
Gereja Katolik Roma atas reformasi)
menekankan kejelasan dan ketenangan dalam
musik gereja.
 Yohanes XXII dalam sesi ke-22 konsili Trente
memberikan dekrit suplemental yakni “melarang
segala jenis musik gerejani yang bersifat
menimbulkan nafsu birahi dan tidak murni
(terlalu profan)
RESPON GEREJA KATOLIK ROMA:
KONSILI TRENTE
 Tetap berpegang pada paduan suara klerikal dan
solis cantor, melebihi konggregasi dalam musik
liturgi
 Tidak mengizinkan perayaan Ekaristi dengan
bahasa lokal
 Musik polifoni diizinkan dalam Ekaristi
RESPON GEREJA KATOLIK ROMA:
KONSILI TRENTE
 Giovani Palestrina: komposer yang berhasil
menghasilkan kejernihan dan ketenangan
musik, sesuai dengan yang diharapkan oleh
Konsili Trente dan Tradisi Polifonik.
 Ciri musiknya:

yang bergerak secara stepwise, mengandalkan


harmoni konsonan, menghindari nada-nada
kromatik, menunjukkan penghargaan terhadap
teks.
 Hasil karya:

Missa Papae Marcelli yang bersifat polifoni


RESPON GEREJA KATOLIK ROMA:
KONSILI TRENTE
 Disisi lain, lagu-lagu berlogat lokal/tradisional
tetap eksis dan berkembang dalam peribadatan
Gereja Katolik Roma
 Perkembangan ini berakar pada perkembangan
era nasionalisme saat itu, dan masa „Pencerahan‟
yang menekankan kejelasan dan sebab-sebab
RESPON GEREJA KATOLIK ROMA:
KONSILI TRENTE
 Buku lagu Michael Vehe yang berjudul Ein neue
Gesangbuchlein Geistlicher Lieder dianggap
sebagai buku pertama mengenai himne berlogat
lokal (berbahasa German) dalam Gereja Katolik
Roma.
 Anthony Ruff melalui Singmesse memberikan
warna baru dalam partisipasi jemaat. Lagu-lagu
bernada himne Katolik Roma yang dibawakan
dalam logat lokal (logat Jerman khususnya)
memperoleh tempat dalam penggabungan
dengan proprium dan ordinarium perayaan
Ekaristi.
RESPON GEREJA KATOLIK ROMA:
 Di “Dunia Baru”, lagu-lagu vernacular juga
memperoleh tempat dalam Gereja Katolik Roma,
namun dengan tujuan yang berbeda, yakni
untuk membantu praktek pewartaan ajaran
religius para misionaris.
 Musik-musik konggregasional lebih menjadi
musik dalam liturgi daripada musik untuk
liturgi itu sendiri.`
Perkembangan Buku-Buku
Gereja pada Masa
Reformasi dan Kontra-
Reformasi
Buku
• Perkembangan industri percetakan sangat
mempengaruhi perkembangan buku-buku religius,
terutama buku-buku yang berkaitan dengan Gereja.
• Beberapa contoh buku yang terbit pada masa ini:
 Imitation of Christ karya Thomas A Kempis
 Vulgata (kitab suci berbahasa latin yang ditulis oleh
St. Hieronimus dan dicetak oleh percetakan
Gutenberg)
Buku
• Perkembangan industri percetakan juga mempengaruhi
laju perkembangan para kaum reformis dan kaum anti-
semitik (bangsa smith) dengan menyebarluaskan
berbagai karya mereka dan mencetak pamflet-pamflet
yang mendukung reformasi Gereja.
• Contoh:
• Kisah pencurian hosti oleh seorang Yahudi di Passau
• Pamflet Luther yang menyibak sisi gelap Gereja
dalam penjualan indulgensi.
Buku
• Percetakan pada masa ini memungkinkan suatu
pertukaran ide dan gagasan dengan cepat, serta
menjadi katalis/perantara bagi perubahan
• Kemampuan percetakan untuk memperbanyak suatu
karya tulis secara identik (dibandingkan dengan proses
memperbanyak melalui tulisan tangan yang memiliki
unsur human error) memungkinkan terbentuknya suatu
keseragaman.
• Oleh sebab itu, masa ini menjadi zaman baru bagi
uniformitas dalam liturgi
Buku-Buku Kaum Protestan
• Buku-buku liturgi cetakan jarang yang memuat secara
komprehensif, terutama pada masa awal gerakan
reformasi.
• Kombinasi antara instruksi, ritus, dan uraian dalam buku
liturgi cetakan sering lebih serupa dengan tata perayaan
missa, daripada dengan buku-buku liturgi pada abad
pertengahan.
Buku-Buku Kaum Protestan
Awal Upaya
• Tahun 1520, Martin Luther untuk pertama kali
menyebarkan pamflet yang dengan berapi-api
mengecam sistem sakramen Gereja Katolik Roma,
berjudul The Babylonian Captivity of Church, namun ia
belum mengajukan revisi tata perayaan missa dalam
karya itu.
• Nyatanya, banyak perbedaan pendapat di antara kaum
reformis, yang pada akhirnya justru menimbulkan sikap
saling beroposisi antar para teolog dan reformis
protestan
Buku-Buku Kaum Protestan
Awal Upaya
• Beberapa contoh cetakan publikasi mengenai tata cara missa
yang dimunculkan kaum reformis:
• Evangelical Mass karya saudara Karmelit di Nordling
(1522)
• The Rite for Mass and Communion for the Church of
Wittenberg karya Luther (1523) yang disukai oleh
sebagian besar kaum reformis
• An Attack upon the Canon of the Mass dan Action or Use
of the Lord’s Supper karya Zwingli (1523 dan 1525)
• Form and Manner of the Lord’s Supper in Basil karya John
Oecolampadius
• German Mass dan Order of Worship karya Luther yang
dipublikasikan pada tahun 1526
Buku-Buku Kaum Protestan
Pematangan Ritus Reformasi
• Muncul buku Kirkenordnungen karya pastor Johann
Bugenhagen (pengikut Luther) yang berisi berbagai
petunjuk bagi kehidupan dan peribadatan Gereja
Reformasi: bentuk peribadatan, isi khotbah, berbagai
ketetapan/aturan gereja.
• Martin Bucer (pengikut Calvin yang sangat
mempengaruhi pemikiran Calvin) menerbitkan revisi
atas liturgi Strasbourg (yang dibuat oleh Calvin pada
tahun 1540) yang berjudul Psalter, with Complete
Church Prayers and Hymns
Buku-Buku Kaum Protestan
Pematangan Ritus Reformasi
• Di Inggris, kematian Raja Henry VIII membuka jalan bagi
publikasi liturgi baru yang dipelopori oleh Mgr. Thomas
Cranmer, Uskup Agung Canterbury, dengan judul buku
Common Prayer and Administracion of the Sacraments, atau
yang dikenal juga dengan sebutan First Prayer Book of King
Edward (karena muncul pada masa pemerintahan Raja
Edward VI)
• Karena ada pihak yang merasa tidak senang dengan sebutan
kedua dari buku ini, diciptakan edisi kedua yang berjudul
Boke of Common Prayer.
• Dua publikasi ini menjadi dasar/pondasi bagi peribadatan
Gereja Anglikan dan Episcopalian hingga sekarang.
Buku-Buku Kaum Protestan
Pematangan Ritus Reformasi
• John Knox (seorang reformis Skotlandia yang
dipengaruhi pemikiran Calvin dan Cranmer) menerbitkan
buku The Form and Prayers and Ministration of the
Sacrament untuk kelompok Protestan Inggris di Geneva
dan digunakan oleh Gereja Skotlandia pada tahun 1562.
• Kaum Puritan juga mengadaptasi pemikiran Knox dalam
buku tata ibadat mereka yang berjudul Book of the
Forme of Common Prayers yang diterbitkan pada tahun
1586
Buku-Buku Kaum Protestan
Abad ke-17 dan ke-18
• Meskipun petunjuk umum mengenai liturgi reformasi
muncul pada abad ke-16, kepentingan dan dinamika
publikasi buku-buku liturgi terus berlanjut sepanjang
abad ke-17 dan ke-18.
Buku-Buku Kaum Protestan
Abad ke-17 dan ke-18
• Contohnya:
• Parlemen Inggris membredel buku Book of Common
Prayer dan menyetujui penggunaan buku Directory for
the Public Worship of God atau yang biasa juga disebut
Westminster Directory for Worship. Buku ini hanya
digunakan selama 15 tahun. Bersamaan dengan kenaikan
tahta Charles II dan restorasi biara Inggris, buku Book of
Common Prayer digunakan kembali dan sebuah edisinya
yang bar teDirectoryrbit pada tahun 1662.
• Meskipun demikian, buku Directory for the Public
Worship of God tetap digunakan oleh Gereja Skotlandia,
bahkan menjadi normatif bagi seluruh kaum Presbyterian.
Buku-Buku Gereja Katolik Roma
• Pada dasarnya, panggilan untuk memperbaharui buku-buku
liturgi Roma telah disuarakan jauh sebelum reformasi terjadi:
 Abad ke-15, Mgr. Nicholas dari Cusa, uskup Brixen
menganjurkan seluruh perayaan Ekaristi di keuskupannya
memiliki kesesuaian dengan satu model yang diakui dan
sama.
 Awal abad ke-16, para kaum reformis dari berbagai
kelompok menuntut hal serupa.
• Panggilan untuk menyusun kembali (merevisi) buku-buku ini
bukan hanya menyangkut satu diosesan saja, tetapi lebih-
lebih menyangkut uniformitas seluruh Gereja Latin
Buku-Buku Gereja Katolik Roma
• Sebenarnya, selama beberapa abad pada masa itu telah
ada kecenderungan-kecenderungan untuk terarah pada
satu buku yang sama dalam berliturgi, seperti buku
Roman Missal.
• Buku tata perayaan missa di lingkungan kepausan,
khususnya yang direvisi oleh Haymo dari Faversham
(Superior Jenderal Ordo Fransiskan) menjadi sungguh
populer di abad-abad pertengahan.
Buku-Buku Gereja Katolik Roma
• Buku Revisi Tata Perayaan Ekaristi Gereja Katolik Roma
inilah yang diadopsi oleh Kepausan dan menjadi dasar
pencetakan pertama buku tata perayaan Ekaristi (Missale
Romanum) di tahun 1474.
• 8 April 1546, Sesi ke-14 Konsili Trente mengantisipasi
pembuatan buku-buku liturgi dengan mengeluarkan dekrit
mengenai Scripture, yang menyatakan bahwa buku-buku
yang berkaitan dengan teks-teks suci dan penjelasan-
penjelasan tentang itu tidak dapat dicetak tanpa persetujuan
dari kewenangan Gereja.
• Pada 20 Juli 1562, Paus Pius IV menunjuk suatu komisi untuk
mengumpulkan suatu daftar terbitan dan kelompok yang
mengandung penyalahgunaan/penyimpangan dalam Missa.
Buku-Buku Gereja Katolik Roma
• Awalnya, hanya tata perayaan Ekaristi dan brevir yang
mengalami pembaharuan. Hal ini ditandai dengan
pemakaian brevir, tata perayaan Ekaristi, dan rubrik-
rubrik Roma oleh seluruh Gereja Latin.
• Buku kemartiran Roma terbit pada tahun 1584, buku
tentang kepausan terbit pada tahun 1595, dan buku
tentang susunan upacara ritus kekristenan Roma terbit
pada tahun 1595.
• Meskipun ritus-ritus ini hanya mengalami sedikit revisi
dalam perjalanan abad ke abad, buku-buku liturgi yang
dipublikasikan 50 tahun setelah konsili Trente tetap
bertahan hingga paruh kedua abad ke-20.
Perkembangan Vessel (Bejana Liturgi)
pada Masa Reformasi dan Kontra-
Reformasi Gereja
Vessel
• Seperti yang telah dijelaskan pada masa-
masa sebelumnya, gaya dan ukuran
vessel untuk ekaristi berhubungan dengan
ukuran dan gaya arsitektural ruang
peribadatan yang digunakan
• Setelah abad ke-16, suatu keterkaitan
yang tampak antara arsitektur dan vessel
ekaristi masih jelas terlihat dalam
beberapa bagian dari peribadatan Gereja
Katolik Roma
Vessel
• Dalam Gereja-Gereja Protestan, terjadi
kecenderungan yang berbeda: seperti
penekanan pada komuni bagi setiap orang
dari cawan yang sama dan penurunan
frekuensi perayaan Ekaristi; yang
mengarahkan pada keberbedaan, dan
bahkan kontradiksi dalam pengembangan
vessel Ekaristi
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
• Mengacu pada Konsili Trente, Tidak ada
jenis vessel baru yang dikembangkan
dalam Gereja Katolik Roma.
• Perubahan struktural utama, yang telah
tercatat sebelumnya adalah penyatuan
tabernakel ke altar yang tinggi, sehingga
mengakibatkan tabernakel bertransisi dari
vessel menjadi bagian arsitektural
• Gaya Baroque dan Rococo secara khusus
berpengaruh pada desain piala dan
monstran.
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Tabernakel
• Sebelum abad ke-16, Sakramen
Mahakudus biasanya diletakkan pada
sebuah piksis berpenutup di atas altar, di
sebuah lemari sakristi, di dalam sebuah
dinding berceruk, atau di dalam sebuah
rumah sakramen
• Selama abad ke-16, peletakkan di dalam
tabernakel yang dilekatkan pada altar
utama menjadi pilihan yang lebih disukai
di Italia
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Tabernakel
• Tahun 1584, Ritual diosesan Roma
memuat pertama kali petunjuk Roma
secara eksplisit untuk meletakkan
tabernakel di atas Altar, juga dipertegas
pada Roman Ritual pada tahun 1614
• Kehadiran buku Roman Ritual ini bukan
bertujuan untuk membuat suatu ketetapan
yang memaksa, melainkan memberikan
anjuran yang baru bagi Gereja Universal
dengan masih mengakui berbagai
perbedaan pratek, termasuk tata letak
tabernakel.
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Tabernakel
• Tahun 1584, Ritual diosesan Roma
memuat pertama kali petunjuk Roma
secara eksplisit untuk meletakkan
tabernakel di atas Altar, juga dipertegas
pada Roman Ritual pada tahun 1614
• Kehadiran buku Roman Ritual ini bukan
bertujuan untuk membuat suatu ketetapan
yang memaksa, melainkan memberikan
anjuran yang baru bagi Gereja Universal
dengan masih mengakui berbagai
perbedaan pratek, termasuk tata letak
tabernakel.
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Tabernakel
• Pada tahun 1863, Konggregasi Suci Ritus-
Ritus melarang Gereja-Gereja untuk
memperkenalkan kembali praktek peletakan
Sakramen Mahakudus di dalam rumah-rumah
sakramen, di dalam piksis berpenutup, atau
cara-cara tradisional lainnya.
• Ini bukan berarti mengharuskan gereja-gereja
untuk meninggalkan salah satu kebiasaan
mereka mengenai peletakkan Sakramen
Mahakudus yang menjadi alternatif bentuk
peletakkan, melainkan suatu larangan bagi
Gereja-Gereja lama dan baru yang belum
pernah mempraktekkan suatu cara peletakkan
yang tradisional mengadopsi cara tersebut
menjadi kebiasaan mereka.
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Tabernakel
• Sebagai puncaknya, tabernakel
bertranformasi dari suatu vessel Ekaristi
yang dapat berdiri sendiri, menjadi bagian
dari arsitektur Gereja.
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Piala dan Monstran
• Banyak pengembang artistik dalam
vessel-vessel Gereja Katolik Roma selama
masa post-tridentin hanya dapat
melakukan hal-hal kecil dengan sakramen
komuni yang berkaitan dengan iman
• Misalnya:
• Standardisasi ukuran dan bentuk piala
yang saat itu hanya diperuntukkan bagi
komuni imam
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Piala dan Monstran
• Pengembangan kedalaman artistik piala
atau monstran pada dasarnya hanya untuk
memperindah vessel-vessel yang
digunakan dalam perayaan Ekaristi,
hampir bukan untuk meningkatkan suatu
fungsi ritual atas vessel-vessel itu
• Akibatnya, seringkali vessel-vessel itu
mencerminkan gaya Baroque dan Rococo
yang berkembang pada zaman ini
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Piala dan Monstran
• Piala-piala yang berbentuk kerucut (populer
pada era Gothic) ditinggalkan, dan digantikan
dengan yang berbentuk melingkar seperti bel
atau seperti berbentuk bunga tulip.
• Bagian pegangan piala yang kaku dengan
suatu gagang tunggal dan berbentuk dasar
geometris, diubah menjadi pegangan piala
yang membulat dengan kesan lembut,
seringkali bercabang menjadi 2 atau 3 cabang
gagang didasarnya dan diakhiri dengan dasar
yang menggunduk
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Piala dan Monstran
• Monstran-monstran pada masa ini sering
mencerminkan arsitektur Gereja Post-
Tridentine dengan baik, dengan hiasan
permata dan logam-logam mulia di bagian
luar sekitar tempat Hosti yang berada di
tengah
• Sayangnya, artistik monstran yang
berlebihan ini seringkali mengkerdilkan
fungsinya dari perlengkapan vessel Ekaristi
menjadi hanya bagian arsitektur Gereja yang
berfungsi untuk memberi unsur keindahan
yang lebih.
• Contohnya: Sebuah Monstran yang sangat
besar dibangun di Katedral Toledo.
Vessel-Vessel Gereja Katolik
Roma
Piala dan Monstran
• Akibatnya, seperti tabernakel pada abad
ke-16, monstran-monstran yang tidak
mendukung sebagai vessel Ekaristi atau
hanya menjadi desain yang permanen,
digunakan arsitektur Ekaristi.
• Seperti yang dilakukan di Spanyol, suatu
prosesi monumental monstran yang besar
(menyerupai bangunan kecil) digunakan
pada pesta Tubuh Kristus
Vessel-Vessel Protestan
• Karena setiap kelompok Gereja Protestan
memiliki cara pandang, aturan dan tingkat
keseringan perayaan Ekaristi yang
berbeda-beda, maka muncul pula
berbagai perbedaan vessel Ekaristi
• Berbagai tipe vessel yang baru mulai
dikembangkan
Vessel-Vessel Protestan
Adaptasi
• Luther dan Cranmer adalah dua orang
reformis yang sangat menghargai Ekaristi
• Hal itu tampak dalam berbagai hasil karya
seni yang indah dan apik pada vessel-
vessel yang mereka hasilkan
• Contohnya:
berbagai vessel mereka yang dibuat di
Jerman serupa dengan yang digunakan
dalam peribadatan Katolik Roma, tetapi
dengan corak yang estetis Protestan
Vessel-Vessel Protestan
Adaptasi
• Kekhasan estetis vessel Gereja Protestan
pada masa ini adalah penghilangan
gambaran-gambaran santo-santa dan lebih
menekankan gambar-gambar dan ikon-ikon
yang memiliki dasar biblis.
• Contohnya:
• Relief pohon anggur dan buah anggur
pada piala (Yohanes 15)
• Ikon anak domba pada piksis (Wahyu 5)
• Tulisan Ego sum Pastor bonus pada
sebuah cawan komuni abad 17 (Yohanes
10:11) yang menyimbolkan Kristus sebagai
gembala yang baik
Vessel-Vessel Protestan
Eliminasi dan Substitusi
• Banyak Gereja Reformasi sepanjang abad
ke-16 melakukan „pembersihan‟,
mencakup penghancuran gambar-gambar,
penghilangan batas-batas arsitektural,
penghapusan tabernakel, membongkar
organ-organ pipa
• Kebutuhan beberapa kaum reformis untuk
menetapkan suatu pemutusan definitif
terhadap Perayaan Ekaristi Tradisional
Gereja Katolik Roma dikukuhkan dengan
mengeliminasi berbagai vessel ekaristi.
Vessel-Vessel Protestan
Eliminasi dan Substitusi
• Banyak Gereja Reformasi sepanjang abad ke-16
melakukan „pembersihan‟, mencakup
penghancuran gambar-gambar, penghilangan
batas-batas arsitektural, penghapusan tabernakel,
membongkar organ-organ pipa
• Kebutuhan beberapa kaum reformis untuk
menetapkan suatu pemutusan definitif terhadap
Perayaan Ekaristi Tradisional Gereja Katolik Roma
dikukuhkan dengan mengeliminasi berbagai vessel
ekaristi.
• Contohnya:
pada masa pemerintahan Raja Edward VI, seluruh
vessel kecuali sebuah cawan dan piring dari
semua Gereja harus dihilangkan (dihancurkan,
dijual, atau diberikan bebas)
Vessel-Vessel Protestan
Eliminasi dan Substitusi
• Ketika kebutuhan vessel baru meningkat,
menjadi hal yang lazim bagi Gereja-Gereja
Reformasi di Benua Eropa, Inggris, dan New
World (Amerika Utara dan Selatan) meminjam
vessel-vessel sekuler; seperti mangkuk bir,
mangkuk sup, gelas anggur, cangkir, talam,
dan piring makan.
• Vessel-vessel sekuler itu digunakan sebagai
cawan komuni dan tatakan bagi roti ekaristi
pada beberapa kelompok jemaat
• Terkadang vessel itu amat sederhana (terbuat
dari kayu), dan terkadang pula amat anggun
karena didonasikan oleh kaum hartawan dari
meja makan mereka
Vessel-Vessel Protestan
Penemuan/Penciptaan
• Pengembalian (restorasi) cawan kepada jemaat
dalam Gereja-Gereja Reformasi menghasilkan dua
jenis vessel baru untuk anggur: satu spesial vessel
digunakan untuk membawa anggur sebelum
dikonsekrasikan, dan satu lagi berupa piala yang
digunakan selama perayaan
• Digunakan juga beberapa botol besar, mangkuk
bir, dan cawan-cawan besar untuk mengedarkan
anggur diantara umat, yang mana wadah yang
lebih kecil diisikan anggur dari wadah yang lebih
besar secara berkala
• Beberapa vessel itu didonasikan pada gereja dari
penggunaan rumah tangga, dan beberapa yang
lain memang dibuat khusus untuk tujuan
peribadatan.
Vessel-Vessel Protestan
Penemuan/Penciptaan
• Di Amerika Serikat pada abad ke-19,
diciptakan suatu vessel ekaristi baru
berupa sebuah nampan yang berisi
cawan-cawan kecil untuk anggur, sejalan
dengan perkembangan sains dan ilmu
kesehatan (aspek higienis) yang
diadopsikan dalam pertimbangan-
pertimbangan peribadatan kaum reformis
Vessel-Vessel Protestan
Penemuan/Penciptaan
• Penemuan yang kedua juga dari Amerika
Serikat, yang mengubah anggur dari suatu
minuman beralkohol menjadi minuman
non-alkohol (jus anggur).
• Mereka juga tidak lagi menggunakan roti
tak beragi, melainkan roti beragi seperti
pada abad ke-16
Perkembangan Teologi Ekaristi
pada masa Reformasi dan
Kontra-Reformasi
Teologi Ekaristi
• Perselisihan pendapat mengenai teologi dan praktek
Ekaristi bukanlah suatu hal yang baru dan khusus pada
periode Kristianitas ini.
• Sejak kemunculan Kristianitas telah ada berbagai
pertanyaan mengenai:
 Apa itu Ekaristi?
 Bagaimana Ekaristi dilakukan?
 Unsur-unsur ritual apa yang harus diikutsertakan
dalam Ekaristi?
 Siapa yang diundang untuk ikut berpartisipasi dala
Ekaristi?
 Siapa yang harus memimpin Ekaristi?
Teologi Ekaristi
• Akan tetapi, pada masa ini, pertentangan pendapat
mengenai kekristenan itu memuncak pada pecahnya
Kristianitas.
• Permasalahan tentang „kehadiran yang nyata‟, jumlah
sakramen-sakramen, peran dari proses pentahbisan,
efek dari sakramen pengampunan dosa, dan peran
liturgis dari Sabda Allah menjadi pokok masalah
keterpecahkan Kristianitas pada abad ke-16
Teologi Ekaristi
• Permasalahan yang terjadi saat itu bukan berpusat pada
teori yang berusaha memecahkan persoalan-persoalan
Kristianitas tersebut, tetapi lebih-lebih praktek pastoral
dan pengaruh mereka bagi kehidupan dan iman jemaat
pada umumnya.
• Perhatian para cendekiawan di bidang Ekaristi pada
masa itu lebih pada bagaimana melakukan perubahan-
perubahan pada ritual, dan tidak semata-mata membuat
teologi yang abstrak tentang Ekaristi.
Teologi Ekaristi
• Akibatnya, reformasi itu memunculkan perbedaan yang
luas mengenai Ekaristi melebihi apa yang pernah terjadi
pada masa-mas sebelumnya, baik dalam praktek dan
teologi
• Kondisi ini menimbulkan respon yang kuat dan bersifat
membatasi, sehingga memperbesar polarisasi
(pengkubuan) jemaat-jemaat Kristen di Barat sepanjang
era ini
Konsep tentang
„Kehadiran yang Nyata‟
• Dalam pamflet “The Babylonian Captivity of The
Church”, Luther menyuarakan banyak tema yang
menggaungkan seluruh proses reformasi Gereja, salah
satunya mengenai transubstansiasi
• Luther menolak gagasan tentang transubstansiasi atas
dasar biblis, sebab tidak diajarkan dalam ajaran gereja
selama 1200 tahun awal masa kekristenan, dan
kontradiktif dengan ajaran Aristoteles; tetapi tanpa
mengutuki mereka yang mengimani „transubstansiasi‟
dalam Ekaristi
Konsep tentang
„Kehadiran yang Nyata‟
• Luther percaya bahwa substansi tubuh dan darah
Kristus secara real hadir dalam roti dan anggur yang real
pula—keduanya bersubstansi bersama (baik roti dan
anggur, maupun tubuh dan darah Kristus hadir secara
nyata dalam substansi masing-masing tanpa suatu
peristiwa transubtansiasi)
• Ajaran Luther ini dikemudian hari dikenali dengan istilah
„konsubstansiasi‟
Konsep tentang
„Kehadiran yang Nyata‟
• Dalam ajaran Thomas Aquinas di akhir abad ke-13, ko-
eksistensi antara unsur roti dan anggur yang sejalan
dengan kehadiran Kristus merupakan suatu ajaran yang
keliru dan bukanlah interpretasi yang benar mengenai
ajaran ortodoks „transubstansiasi‟ yang benar dalam
gereja (terutama dalam Konsili Lateran ke-4)
• Tetapi kritik Aquinas ini banyak di tolak oleh kaum
reformis dan lebih membenarkan Luther, termasuk pula
John Wycliffe
Konsep tentang
„Kehadiran yang Nyata‟
• Reformis yang sangat tidak setuju dengan cara pandang
Luther dan memiliki cara pandang yang sangat berbeda
tentang kehadiran Ekaristi adalah Zwingli
• 2 cara pandang utama Zwingli mengenai Ekaristi tubuh
dan darah Kristus ialah
1. Tidak ada sesuatu yang bersifat fisik mampu mempengaruhi jiwa (bdk.
Yoh. 6:63), sehingga melahirkan konsep dualisme dalam ajaran Zwingli
yang membedakan dengan jelas antara hal-hal yang bersifat spiritual dan
hal-hal yang bersifat material. Sakramen diposisikan sebagai latihan
spiritual, bukan material.
2. Konsep „janji‟ yang menjadi pemaknaan paling awal dari sakramen-
sakramen merupakan suatu bentuk komitmen seseorang pada Tuhan,
bukan semata-mata sebagai tanda perjanjian Tuhan dengan kita
(manusia). Sakramen-sakramen menjadi upacara ritual bagi setiap orang
beriman untuk merayakan imannya, daripada sebagai momen untuk
menerima karunia khusus
Konsep tentang
„Kehadiran yang Nyata‟
• Menurut Zwingli, kehadiran Kristus dalam Ekaristi adalah
secara spiritual atau metaforis, daripada secara
substansial.
• Kata-kata Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir,
“inilah tubuh-Ku” berarti “inilah yang menandakan tubuh-
Ku”.
• Jadi, tidak ada konsekrasi dalam Ekaristi, hanya bantuan
secara visual yang mendorong orang-orang yang telah
dibaptis untuk mengakui imannya akan Kristus, dan
bersedia mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari
• Kehadiran Kristus dalam Ekaristi ialah berupa
transubstansiasi iman jemaat itu sendiri, bukan semata-
mata transubstansiasi unsur-unsur dalam Ekaristi
Konsep tentang
„Kehadiran yang Nyata‟
• Sedangkan bagi John Calvin, para
penerima komuni kudus dalam Ekaristi
sama-sama berbagi tubuh dan darah
Kristus, tetapi kehadiran Kristus itu sendiri
bukan di altar, melainkan di Surga
• Manusia dihubungkan dengan Kristus
dengan suatu vinculum communicationis
(pengikat komunikasi), yakni Roh Kudus
Konsep tentang
„Kehadiran yang Nyata‟
• Tiga pemikiran yang berbeda itu
menunjukkan:
• keberbedaan perspektif teologi diantara
para reformis Protestan;
• Pertentangan yang luas mengenai apa
yang dipercayai kaum Protestan mengenai
„Kehadiran yang Nyata‟
Konsep tentang
„Kehadiran yang Nyata‟
• Gereja Katolik Roma menanggapi keberagaman cara pandang
dan tantangan ini melalui suatu dekrit yang dihasilkan dalam
Konsili Trente sesi ke-13 pada bulan Oktober 1551 (berlandas
pada ajaran Aquinas) dengan menyatakan bahwa:
 Kristus “sungguh benar, sungguh nyata, dan secara substansial
terkandung” dalam Ekaristi didalam kenampakan roti dan anggur.
 Konsekrasi mengubah seluruh substansi roti menjadi Tubuh
Kristus, dan seluruh substansi anggur menjadi Darah Kristus
(Transubstansiasi)
 Mengutuk dan menyalahkan semua teori Ekaristi yang
menganggap tidak adanya perubahan substansial, yang berpikir
bahwa Kristus hanya hadir sebagai simbol, dan yang berasumsi
bahwa substansi anggur dan roti tetap berlanjut (ada) setelah
konsekrasi
Konsep tentang
„Pengorbanan dan Imamat‟
• Persoalan tentang Ekaristi dan
pengorbanan adalah salah satu topik
hangat abad ke-16 yang dipublikasikan
Martin Luther dalam pamfletnya,
Babylonian Captivity.
• Ini berkaitan dengan penggunaan
indulgensi sebagai praktek religius yang
komersial/berbayar, seolah-olah tindakan
manusia lebih berpengaruh melampaui
Allah.
Konsep tentang
„Pengorbanan dan Imamat‟
• Menurut Luther, pemikiran tentang
pengorbanan dalam Ekaristi berdasarkan
pada perjamuan malam terakhir kala
Kristus berjanji akan memberi
pengampunan dosa.
• Itu berarti, Ekaristi merupakan tawaran
Allah bagi manusia secara cuma-Cuma
(anugerah ilahi bagi karya manusia), bukan
manusia berusaha menawarkan sesuatu
pada Allah
Konsep tentang
„Pengorbanan dan Imamat‟
• Sedangkan bagi Zwingli, Ekaristi bukanlah
suatu pengorbanan, melainkan sebuah
perayaan peringatan akan satu pengorbanan
Kristus di kayu salib dan suatu meterai
penebusan melalui Kristus
• Bagi Calvin yang menyandarkan
pandangannya berdasarkan kitab suci, Ekaristi
adalah pengorbanan diri Kristus yang hanya
satu kali bagi semua orang, bukan sebuah
perayaan sebagai suatu pengorbanan.
Konsep tentang
„Pengorbanan dan Imamat‟
• Kenyataan yang terjadi saat itu ialah
banyak terjadi skandal praktek religius
dalam hal stipendium dan „pembelian‟
perayaan Ekaristi, khususnya untuk liturgi
kematian, dan berbagai korupsi yang
merajalela dalam sistem gerejani.
• Maka, susah sekali mengubah sudut
pandang orang-orang awam pada
umumnya mengenai perayaan Ekaristi
sebagai suatu upaya „menyuap‟ Allah
Konsep tentang
„Pengorbanan dan Imamat‟
• Berdasarkan hal itu, seringkali terjadi
keterputusan hubungan antara praktek
perayaan Ekaristi dengan panggilan kemuridan
Yesus
• Gambaran karya penyelamatan saat itu lebih
serupa dengan sihir, daripada sebagai suatu
dukungan bagi perubahan diri dan komitmen
personal. Sehingga, sistem sakramen saat itu
tidak selalu mengarahkan perjalanan hidup
orang-orang Kristen pada panggilan
Kemuridan Yesus
Konsep tentang
„Pengorbanan dan Imamat‟
• Luther juga mengkritik fungsi imamat yang
menjembatani Allah dengan orang-orang yang telah
dibaptis.
• Menurut Luther, semua orang Kristen adalah sederajat
sebagai imam, dan memiliki kuasa yang sama untuk
menghormati sabda dan sakramen. Saat manusia
dibaptis, ia dikonsekrasikan menjadi imam.
• Baginya, tidak ada praktek perayaan sakramen, tetapi
suatu ritus gerejani. Komunitas Kristen dapat
mendesain/mempersiapkan sendiri pemimpin pastoral
mereka dan mempercayakan padanya suatu karya untuk
mengatur kekayaan anugerah Allah bagi gereja.
Konsep tentang
„Pengorbanan dan Imamat‟
• Dalam banyak kelompok gereja Protestan juga
mempersipkan seorang klerus untuk dapat memberi
sakramen baptis dan Ekaristi, walaupun mereka ini
sering tidak dapat bertahan dalam Gereja Protestan
yang secara teologis tidak mendukung hal ini.
• Kata „Imam‟ dalam gereja protestan diubah menjadi
pastor, pendeta, atau presbiter.
• Terjadi pula kontroversi pada abad ke-16 di Inggris
tentang penggunaan jubah dan busana-busana
liturgi mengenai apa yang harus dikenakan dalam
Ekaristi dan apa yang harus dikenakan pada
perayaan religius lain
Konsep tentang
„Pengorbanan dan Imamat‟
• Gereja Katolik Roma melalui Konsili Trente
menyatakan bahwa tidak ada gambaran
lain dari Ekaristi kecuali dalam
pengorbanan. Artinya, Gereja Katolik Roma
menyalahkan semua praktek religius yang
menolak peran imam tertahbis, khususnya
dalam hal mempersembahkan missa
Konsep tentang
„Pengorbanan dan Imamat‟
• Perbedaan cara pandang atas Ekaristi ini (disatu sisi sebagai
perjanjian dan rahmat, disisi lain sebagai persembahan dan
pengorbanan) harus dilihat dari perbedaan gambaran
masyarakat dan perbedaan kepentingan politik antara
berbagai komunitas Protestan dan komunitas Katolik Roma
• Perubahan tatanan sosial akibat perjuangan-perjuangan
demokrasi seperti di Switzerland (yang menentang
kekaisaran roma) menjadi cikal bakal mengapa terjadi
perbedaan cara pandang itu, yang pada intinya ibadat dan
unsur-unsurnya harus mencerminkan demokrasi.
• Sedangkan Gereja Katolik Roma sendiri kala itu tidak
membuka ruang bagi gerakan demokrasi dan tetap
berpegang pada sistem monarki (hierarki) yang tak dapat
dipertanyakan (absolut)→memuncak dalam promulgasi
doktrin kepausan Konsili Vatikan I tahun 1870
Konsep tentang
„Inkulturasi‟
• Walaupun istilah „inkulturasi‟ baru muncul
sekitar abad 20, tetapi budaya dan peribadatan
adalah dua hal yang saling mempengaruhi
sejak kemunculan kristianitas
• Reformasi kaum protestan merupakan suatu
gerakan radikal ke arah inkulturasi, yaitu
dengan jalan mengaitkan sensibilitas kultural
atau kontekstual tertentu dengan teologi
tradisional dan berbagai praktek peribadatan
gereja, sehingga memunculkan sesuatu yang
baru
Konsep tentang
„Inkulturasi‟
• Disaat yang sama, Gereja Katolik Roma menolak
segala proses inkulturasi
• Tetapi secara resmi, Gereja Katolik Roma pada
abad ke-16 mengakui keberadaan berbagai ritus
kuno yang masih dipraktekkan dalam komunitas-
komunitas religius di wilayah tertentu, sejauh masih
beriringan dengan Ritus Roma.
• Contohnya:
 Ritus Cistersian, Dominikan
 Ritus Ambrosian di Milan
 Ritus Mozarabik di Spanyol
Konsep tentang
„Inkulturasi‟
• Dalam promulgasi buku Tridentine Roman
Missal tahun 1570, Paus Pius V
menyatakan bahwa
 semua ritus yang telah ada selama 200 tahun
diizinkan untuk terus dipergunakan
 Buku Roman Missal yang baru itu dapat
dipergunakan oleh pihak manapun, termasuk
mereka yang merayakan missa berdasarkan
ritus-ritus lain (dilakukan demi menunjang
terciptanya uniformitas peribadatan)
Konsep tentang
„Inkulturasi‟
• Setelah promulgasi itu, muncul kebingungan: apa yang
mungkin untuk dianggap sebagai adaptasi liturgi?
• Akibatnya, ada begitu banyak praktek dan percobaan
untuk mengadaptasi liturgi ke dalam berbagai konteks
kultural, seperti memasukkan musik-musik tradisional
kedalam perayaan Ekaristi resmi Latin
• Contoh ekstrem yang terjadi:
• Para pemimpin gereja dan sipil di Perancis yang melakukan
berbagai tindakan teologis dan legislatif untuk menunjukkan
bahwa kerajaan Perancis lebih berkuasa dibandingkan Paus;
selain itu mereka juga mendukung bentuk-bentuk musik liturgi
dan peribadatan yang berbeda di Perancis. Hal ini
menghasilkan banyak lagu gereja, tata perayaan, brevir, dan
beraneka buku liturgi yang baru.
Konsep tentang
„Inkulturasi‟
• Era ini juga menjadi masa yang luar biasa
dalam hal aktivitas eksplorasi dan misionaris
• Sayangnya, berbagai dinamika adaptasi liturgi
yang mengiringi dua aktivitas ini tidak
terdokumentasi dan hilang begitu saja
• Salah satu yang sempat terdokumentasi ialah
karya misi di Cina pada abad ke-17, yang
dilakukan oleh Matteo Ricci (seorang Jesuit
asal Italia yang tiba di Cina pada akhir abad
ke-16)
Konsep tentang
„Neo-Skolastikisme dan Pedoman Teologi‟
• Selain tantangan biblis dan pastoral yang dilakukan oleh para
reformis Protestan pada abad ke-16, tantangan besar lain
yang harus dihadapi oleh teologi Katolik pada masa itu adalah
Era Pencerahan (Enlightment; Aufklarung) yang
menekankan akal (rasionalisme) dan pengalaman manusia.
• Banyak teolog Gereja Katolik Roma pada masa ini
menitikberatkan perhatian mereka pada rasionalisme, untuk
mengembangkan pendekatan teologis yang lebih bersifat
ilmiah
• Contohnya:
 Terdapat beberapa teolog yang mengembangkan teologi
dengan pendekatan metode deduktif dan sangat
mempercayai berbagai bentuk ajaran filosofis dari karya-
karya kuno para filsuf Yunani, khususnya Aristoteles.
Konsep tentang
„Neo-Skolastikisme dan Pedoman Teologi‟
• Kemudian muncul suatu paham baru yang disebut
„Neo-Skolastikisme‟ atau „Neo-Thomisme‟ yang
memiliki bentuk teologi sangat berbeda dari ajaran
teologi Thomas Aquinas dan teolog-teolog abad
pertengahan yang lain.
• Bentuk teologi ini dikembangkan sebagai bentuk
apologetik dan pertahanan Gereja Katolik Roma
untuk mempertahankan posisi dan pengaruhnya
(authoritarian) yang mulai hilang di Eropa
• Teologi ini juga digunakan untuk menghadapi
berbagai tantangan teologis para kaum Protestan
dan kekurangan intelektual dalam era pencerahan
Konsep tentang
„Neo-Skolastikisme dan Pedoman Teologi‟
• Simbol pendekatan „ilmiah‟ kepada teologi pada
masa ini (Neo-Skolastikisme) adalah kemunculan
“buku pedoman” teologis, suatu jenis
ensiklopedia informasi teologi yang secara
sistematis menyusunnya berdasarkan perbedaan-
perbedaan prinsip.
• Suatu kekhasan dari buku pedoman ini ialah dimulai
dengan ajaran gereja, bukan pertanyaan disputif
seperti yang dilakukan oleh Aquinas dan para
skolastik. Ajaran Gereja merupakan fondasi dan
prisma yang melampaui berbagai sumber teologis
lain, seperti Kitab Suci dan ajaran teologis para
penulis yang lain.
Konsep tentang
„Neo-Skolastikisme dan Pedoman Teologi‟
• Peletakkan Kitab suci pada posisi kedua ini
menjadi suatu respon bagi para reformis
Protestan sekaligus tanggapan atas prinsip
sola scriptura mereka.
• Para teolog Neo-Skolatik berpendapat
bahwa ajaran resmi gereja membantu kaum
beriman untuk dapat menginterpretasi Kitab
Suci dengan benar dan menghindari
berbagai salah tafsir.
Konsep tentang
„Neo-Skolastikisme dan Pedoman Teologi‟
• Ketika Neo-Skolastikisme berkembang pesat di
Roma, Perancis, Spanyol, dan juga Filipina;
gerakan itu juga secara khusus berpengaruh kuat di
Jerman.
• Seorang Jesuit berkebangsaan Jerman, Pater
Joseph Kleutgen menjadi figur kunci pada masa ini
dan menjadi pusat bagi seluruh kemajuan gerakan
Neo-Skolastik
• Bukunya yang berjudul Philosophie der Vorzeit
(Filsafat Masa Lalu) berisi tentang prinsip-prinsip
fundamental dari Thomisme, satu-satunya
kumpulan prinsip yang mampu memuaskan
berbagai kebutuhan akal manusia.
Konsep tentang
„Neo-Skolastikisme dan Pedoman Teologi‟
• Pengaruh Kleutgen ini memperluas naskah
penyusunan versi akhir Konstitusi Dogmatik
iman Katolik, Dei Filius (Putra Allah) yang
dipromulgasikan pada Konsili Vatikan
Pertama (1869-1870)
• Konstitusi ini mengejawantahkan prinsip-
prinsip neo-skolastik, khususnya seputar
hubungan iman dan akal budi
Konsep tentang
„Neo-Skolastikisme dan Pedoman Teologi‟
• Kleutgen juga dihargai sebagai pengarang
utama ensiklik Paus Leo XIII yang diterbitkan
pada tahun 1879, Aeterni Patris (Putra
Tunggal Bapa yang Kekal); ensiklik ini berisi:
• pengangkatan Thomas Aquinas sebagai filsuf
sekaligus teolog yang mulia dalam Gereja Katolik
Roma,
• Penetapan pendekatan Neo-Skolatikisme sebagai
bahan yang akan digunakan dalam pembinaan
imam-imam Gereja Katolik Roma di segala masa
mendatang,
• Penggunaan paham Neo-Skolastik sebagai perisai
baja apologetik Gereja Katolik Roma
Konsep tentang
„Neo-Skolastikisme dan Pedoman Teologi‟
• Efek dari teologi Neo-Skolastik dalam
teologi Ekaristi sangatlah luas dan
berkesinambungan
• Teologi Neo-Skolastik menawarkan refleksi
inti dari apa yang dianggap sebagai
kebenaran-kebenaran fundasional, bukan
semata-mata pada liturgi itu sendiri.
• Pendekatan ilmiah ini bersifat langsung,
ringkas, dan metodologis
Konsep tentang
„Neo-Skolastikisme dan Pedoman Teologi‟
• Sayangnya, Neo-skolastikisme bersifat
mereduksi (reduksionistik):
• Jarang memberikan akses pada pembaca
kepada sumber primer, tetapi lebih
menawarkan berbagai ringkasan yang
mengurangi nuansanya, dan kadangkala juga
ketajamannya.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
BERKAH DALEM

Anda mungkin juga menyukai