Nuh
Tim Penulis:
Wakhid Sugiyarto, Suhanah, Reslawati, Nuhrison M. Nuh,
Syaiful Arif, Asnawati, Sony Dandel
KEMENTERIAN AGAMA RI
BADAN LITBANG DAN DIKLAT
PUSLITBANG
KementerianKEHIDUPAN
Agama RI KEAGAMAAN
Badan Litbang dan Diklat
TAHUN
Puslitbang Kehidupan 2015
Keagamaan
Jakarta, 2015
Penerbit:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI
Jl. M. H. Thamrin No.6 Jakarta 10340
Telp./Fax. (021) 3920425 - 3920421
http://puslitbang1.kemenag.go.id
Kepala
Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Latar Belakang
Sasaran pembangunan bidang agama adalah
peningkatan kualitas kehidupan beragama yang ditandai
dengan meningkatnya kualitas pemahaman dan pengamalan
agama pada masyarakat, serta terwujudnya kehidupan sosial
yang harmonis, rukun dan damai semua umat beragama.1
Sebagaimana dijelaskan oleh Emile Durkheim, bahwa agama
adalah merupakan suatu kekuatan kolektif masyarakat yang
berada di atas individu-individu, sehingga para pemeluknya
harus tunduk dan bergantung pada kekuatan moral serta
menerima segala yang baik dan meninggalkan laranganya.2
Dalam konteks kekristenan, maka agama harus dipahami
sebagai jalan menuju atau mencapai kehidupan sejati, seperti
diyakini setiap agama dan menjadi pedoman bagi para
pengikutnya, karena itu tujuan agama adalah menggiring
realitas kehidupan masyarakat yang ada (das sein) kepada
kehidupan masyarakat tertentu yang seharusnya (das sollen).
Proses sosial menuju kehidupan masyarakat yang seharusnya
dan diinginkan inilah yang menjadi pendorong kuatnya sifat
dan semangat missioner dari agama untuk menyebarkan
semua ajaranya agar kehidupan masyarakat tersebut sesuai
dengan petunjuk al-Kitab.
1RPJMN 2010 -2014, Peraturan Presiden No. 5 th 2010 bab II tentang Pembangunan
3 Keterangan dari anggota MUI dan Kasi Bimas Kristen di Kota Medan, Maret
2014
4 Dituturkan seorang kawan yang pernah menjadi aktifis sosial
kemasyarakatan di Palangkaraya dan Kabupaten Berau (sekarang Kalimantan Utara)
tahun 1983 - 2005.
5 Gereja pertama didirikan 1955 di Manokwari setelah 1 abad para misionaris
bekerja (1885) mulai dari pulau Mensinan, memperkenalkan cocok tanam, cara
berpakaian, mengenal baca tulis, mengurus kesehatan diri dan lingkungan, cara
mengolah hasil alam dan sebagainya.
6Menurut Kepala Kemenag Sumba Barat yang lahir di pedesaan Timor dan
agama lokal masih sangat kuat. Masyarakat umumnya ber-KTP Kristen atau Katolik,
tetapi jarang ke gereja, kecuali Natal dan pemberkatan perkawinan, sehingga
gerejapun sepi jemaat (Kristen Abangan), karena ia memang masih menganut agama
local atau tinggalan nenek moyang mereka..
7 Lihat catatan sejarah yang membicarakan integrasi Papua ke pangkuan ibu
gerejanya tetap sepi di hari sabtu dan minggu, karena memang masyarakatnya masih
menganut agama Marapu atau Bhara Marapu).
9 Bagi pengamat sosial keagamaan pasti tahu, bagaimana Kristen dan Katolik
sukses paska G.30 S. PKI di bebereapa daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Upaya Berteologi Secara Kontekstual” dalam, Gerakan Oikumene Tegar Mekar di Bumi
Pancasila.BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993.
Agama RI dalam diskusi awal pengumpulan bahan desain penelitian ini, 11 Februari
2014.
14 Lihat lagi Jan S. Aritonang,
Gunung Mulia, 1995); lihat pula direktori organisasi gereja, Bimas Kristen
Kementerian Agama RI
Agama) dan Marvel dalam diskusi awal untuk melengkapi bahan penyusunan desain
operasional penelitian, 11 Februari 2014
menambah kelengkapan bahan persiapan penyusunan desain dan judul penelitian ini,
11 Februari 2014
18 Eryanto, Makalah "Seminar Potensi Dampak UU No. 17 Tentang Ormas" di
Masalah Penelitian
Dari latar belakang diatas, maka masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut;
Bagaimana pandangan tokoh agama Kristen tentang
pelayanan, dan pengaturan organisasi atau denominasi
gereja yang dilakukan Dirjen Bimas Kristen selama ini?
Bagaimana kebijakan Kementerian Agama di daerah
berkaitan dengan pelayanan, dan pengaturan organisasi
atau denominasi gereja yang telah ada selama ini?
Pemikiran visioner seperti apa yang dapat disumbangkan
oleh para tokoh Kristen di berbagai daerah untuk
menjamin keharmonisan dan kedamaian kehidupan
beragama, berkaitan dengan semakin banyaknya
Tujuan Penelitian
Penjelasan Konsep
Agama Kristen
Agama sebagai seperangkat aturan dan peraturan
yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib,
khususnya dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan
manusia lainnya, dan hubungan manusia dengan
lingkungannya. Secara khusus, agama didefinisikan sebagai
suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan
yang diwujudkan suatu kelompok atau masyarakat dalam
menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang
dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para
penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai
kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia
dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di
akhirat. Agama menjadi bagian dan inti dari sistem nilai
dalam kebudayaan dari masyarakat, dan pendorong serta
pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat
tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai
Analisis dan Interpretasi Sosiologis", pp. v-xvi. Jakarta: CV Rajawali. Lihat pula Bernard
Raho SVD di latar belakang desain penelitian ini.
Pemimpin Gereja
Dalam konteks Kekristenan, pemimpin gereja adalah
pimpinan organisasi gereja tertentu, yang biasanya seorang
pendeta. Pemimpin tertinggi gereja ada yang disebut Bishop,
Ephorus dan ada yang disebut Ketua. Ketiga sebutan
pemimpin organisasi gereja itu hanya diakui di komunitasnya
sendiri. Misalnya, Ephorus dalam HKBP belum tentu diakui
gereja lainya. Bishop dalam GTDI belum tentu diakui sebagai
pemimpin oleh organisasi gereja lainya, begitu seterusnya.
Jika ada Ephorus, Bishop dan Ketua diakui oleh organisasi
Organisasi Gereja
Harus dipahami bahwa kekristenan telah melewati
perjalanan sejarah dan mengalami berbagai perdebatan dan
pergumulan teologis untuk menjadi seperti sekarang ini.
Saking fanatiknya para pemimpin agama Kristen, hingga
pernah melahirkan perang agama di Eropa yang sangat
dahsyat untuk mempertahankan kebenaran teologi dan ajaran
masing-masing. Perdebatan dan pergumulan teologis ini juga
menyangkut cara menterjemahkan wahyu Ilahi dalam realitas
kehidupan manusia dalam dunia yang konkret. Sebelum
munculnya Martin Luther, perdebatan pergumulan teologis
tersebut telah melahirkan aliran-aliran dalam tubuh gereja
Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja, BPK
21
Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja, BPK
24
Prosedur Penelitian
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
karena data yang akan digali secara naturalistik atau alamiah
dari para tokoh Kristen baik yang memimpin organisasi atau
denominasi gereja maupun yang tidak memimpin, gembala,
pendeta, penatua, anggota jema’at, akademisi, pemuka agama
dan masyarakat yang bersifat kualitatif dan mendalam, yang
tidak mungkin diperoleh dengan pendekatan kuantitatif.
Oleh:
Wakhid Sugiyarto
29 Kota Medan Dalam Angka 2012. Lihat pula Basyaruddin, Peta Dakwah Kota
Medan, Bank Muamalat Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia Kota Medan, Perdana
Publising, Medan, 2012, hal. 49
Tabel 1
Jumlah Penduduk Menurut Etnis di Kota Medan
Tahun 193030
30 O.H.S. Purba dan Elvis F. Purba, Migran Batak Toba di Luar Tapanuli Utara:
Suatu Deskripsi, Penerbit Monora, Medan, 1998, hal. 102. Lihat pula Disertasi Chalida
Fachruddin, Labuhan Deli: Organisasi sebuah Komuniti Melayu di Sumatra Utara,
Indonesia, Fakultas Sain Kemasyarakatan dan Kemanusiaan Universitas Kebangsaan
Malaysia, Bangi, 1998, hal. 33
31 Ibid hal.103
Tabel 3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Per Kecamatan di Kota Medan35
Penduduk
No Kecamaatan Kong
Muslim Protestan Katolik Hindu Budha
hucu
1 M. Kota 47.062 23.443 10.075 3.392 5.323 242
2 M. Timur 83.098 24.060 10.501 1.145 3.437 147
3 M. Barat 58.987 23.875 5.718 3.979 2.387 157
4 M. Baru 30.353 22.244 7.067 1.779 4.444 97
5 M. Belawan 73.859 34.052 15.426 972 4.864 134
6 M. Labuhan 98.323 46.258 4.093 1.075 3.227 156
Tabel 5
Jumlah Rumah Ibadah
Di Kota Medan Menurut Kecamatan
Rumah Ibadah
No Kecamaatan
Masjid Musholla Gereja Pura Wihara
1 Medan Kota 53 24 36 2
2 Medan Timur 51 33 33 2
3 Medan Barat 47 35 19 1
4 Medan Baru 19 31 27 0
5 Medan Belawan 26 71 47 0
6 Medan Labuhan 45 48 43 2
7 Medan Deli 44 57 15 3
8 Medan Sunggal 69 18 26 1
9 Medan Tuntungan 46 17 65 0
10 Medan Denai 73 31 56 1
11 Medan Johor 73 27 16 1
12 Medan Amplas 69 34 33 1
13 Medan Tembung 76 26 36 2
14 Medan Helvetia 85 29 49 1
Tabel 6
Organisasi/Denominasi Kristen Sumatra Utara
Pengurus
No. Mana gereja
Ketua Sekretaris
1 Huria Kristen Batak Pdt. WTP Simarmata, Pdt. Mori
Protestan (HKBP) MA Sihombing
2 Gereja Luther Indonesia Pdt. Aladin Sitio Pdt. J.A. Saragih,
(GKLI) M.Th.
3 Banua Niha Keriso Pdt. Ar Geya, S.Th. Pdt. Y.S. Harefa,
Protestan (BNKP) S.Th.
4 Gereja Angorahua Pdt. Osara”O Gea Pdt. Air Hulu,
Fa”awasa Geheha (AFG) S,Th.
5 Gereja Angwuloa Fa Awasa Pdt. Sab. Waruhu Pdt. Samali Hura
Kho Yesus Nias (AFY)
6 Gereja Angowuloa Masehi Pdt. S.S. Gea, S.Th. Pdt. Larosa,
Indonesia Nias (AMIN) S.Th.,M.Min.
7 Orahua Niha Keriro Pdt. BL Hia, S.Th. Pdt. S. D.
Protestan Nias (ONKP) Waruwu, S.Th.
8 Banua Keriso Protestan Pdt. S. Manao, Sm.Th.
Nias (BKPN)
9 Gereja Niha Keriso Pdt. M. A. Lase, S.Th. Pdt. Faat Zebua,
Protestan Indonesia S.Th.
(GNKPI)
Tabel 7
Organisasi/Denominasi Gereja di Sumatra Utara
Pengurus
No. Mana gereja
Ketua Sekretaris
1. Gereja Injil Kristus Indonesia Pdt. Domianus, S.Th
2. Gereja Iman Pengharapan Pdt. Yefta Maulana Sembiring Rachel F.
Kasih Indonesia Sembiring
3. Gereja Penuai Indonesia Pdt. Johnny Seragig, S.Th.
4. Gereja Kebangkitan Iman Pdt. Philip N. Surbakti, S.Th.
Indonesia
5. Gereja Angilikan Holy Trinity Pdt. Moses Alegesan
6. Gereja Laskar Kristus Sembiring
Indonesia (GLKRI)
7. Gereja Elim Kairos Pdt. Kunaraz Jurudame Ginting
8. Gereja Pentakosta Kudus Pdt. T. Sitanggang Pdt. S.
Immanuel (Gepkim) Simanjuntak
Tabel 8
Yayasan Pendidikan dan Penginjilan di Sumatra Utara
Jenis
No Nama Yayasan Alamat & No. Telp.
Pelayanan
1. Yayasan Kalvari Medan Jl. Kawi No.4 Medan Penginjilan
2. Yayasan Perguruan Emmanuel Jl. Melati Gunung Sitoli Pendidikan
Agung
3. Yayasan Injil Soli Deo Gloria Jl. Iskandar Muda No. 24 Penginjilan
Medan
4. Yayasan Pekabaran Injil Jl. Gereja No. 5 Sei Agul Penginjilan
Maranatha (YPI Maranatha) Medan
Tabel 9
Jumlah Lembaga Pendidikan
36 Diolah dari hasil wawancara dengan Pdt. Sitorus (GTDI), Pdt. Y. Silaban
(HKBP), Pdt. Aliasa Lawolo (GKRI) dan Paulus Siahaan dari Gereja Metodhis
Merdeka Indonesia (GMMI)
37 Diolah dari hasil wawancara dengan Pdt. Ostar Pasaribu dari GKPI; Pdt.
N.P. Sitorus dan Pdt. Paulus Nababan dari GTDI; Pdt Yeleber Silaban dari HKBP, Pdt.
JMP. Siregar dari GKI, dan Pdt. Yosef Hutabarat dari Gereja Merdeka Protestan
Indonesia (GMPI). Marbun (Pembimas Kanwil Kemenag Sumatra Utara,
38 Disimpulkan dari hasil wawancara dengan Pdt. Riawati Nainggolan dari
Gereja Bethel Penthakosta Indonesia, Pdt. Jan Alpon Saragih dari Gereja Bethel
Sepenuh, dan Pdt. Ruben Esvron Purba Gembala Sidang GBIS; Pdt. Benyamin
Munthe dan Pdt. Yusmin Batubara dari Gereja Kemenangan Iman Indonesia (GKII);
Pdt Pdt. S. Sitepu dari Gereja Jemaat Allah Indonesia (GJAI), ;
40 Disimpulkan dari hasil wawancara dengan Pdt. Ostar Pasaribu dari Gereja
Kristen Protestan Indonesia (GKPI); Pdt. N.P. Sitorus dan Pdt. Paulus Nababan dari
Gereja Tuhan di Indonesia (GTDI) di Jl. Bambu Runcing, 30 Medan; Pdt Yelibar
Silaban dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Komplek Perumahan Helvitia
Medan; Pdt. JMP. Siregar dan GH Simorangkir dari Gereja Kristen Indonesia Sumatra
Utara, Jl. Gatot Subroto, Medan; dan Pdt. Yosef Hutabarat dari Gereja Merdeka
Protestan Indonesia (GMPI)
42 Disimpulkan dari hasil wawancara dengan Pdt Sitorus dari GTDI dan Pdt.
Y. Silaban dari HKBP Wilayah Medan
43 Disimpulkan dari hasil wawancara dengan Pdt Yusman Seregar dari GKPI
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi diatas maka dapat disimpulkan;
1. Dalam kehidupan sosial keagamaan, masyarakat Kota
Medan sangat dinamis dan toleran dengan kecenderungan
meningkatnya jumlah umat Kristen, yang saat ini telah
memiliki 47 organisasi atau denominasi gereja, 8 (delapan)
denominasi mendapat surat keterangan telah lapor; 63
yayasan (26 yayasan sosial, 8 yayasan pendidikan dan 32
yayasan penginjilan). Sementara rumah ibadah yang tidak
didata oleh Kemenag sekitar 200 gereja, karena berada di
ruko-ruko dan mall yang dengan masa kontrak rata-rata
antara 5 – 10 tahun, serta di rumah-rumah pemimpin
jema’at;
2. Pada umumnya para pimpinan organisasi gereja
mendukung adanya peraturan organisasi gereja agar
tercipta ketertiban umum dan terpeliharanya kerukunan
intern dan antar umat beragama.
3. Pengaturan dalam bentuk pembatasan lahirnya organisasi
gereja baru tidak konstitusional, karena bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar ’45. Tugas pemerintah
adalah membina organisasi gereja agar tidak menggangu
ketertiban umum dan menjaga kerukunan umat beragama,
agar bekerja lebih baik dan persyaratan lengkap menurut
undang-undang terpenuhi, sehingga berapapun jumlah
organisasi gereja tidak menjadi persoalan;
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas direkomendasikan :
Karena penduduk Kota Medan yang sangat plural dan
dinamis dalam kehidupan sosialnya itu, maka hal penting
yang harus dilakukan adalah tetap menjaga kerukunan antar
umat bergama.
Kemudian berkaitan dengan pengaturan organisasi
gereja, pemerintah hendaknya tetap pada prinsip semula yaitu
bahwa organisasi gereja harus tetap diatur seperti biasanya,
sebagaimana saran hampir semua pimpinan organisasi gereja
yang dijadikan fokus penelitian ini. Mengatur bukan berarti
membatasi, tetapi agar tetap terjaga kerukunan intern ke
kristenan. Pembatasan munculnya organisasi gereja baru
mungkin dianggap melanggar konstitusi, tetapi pemerintah
dapat membuat persyaratan-persyaratan tertentu yang lebih
ketat, agar semua kelompok tidak semaunya mendaftarkan
diri sebagai sebuah organisasi.
Daftar Informan
1. Pdt. Aliasa Lawolo dari Gereja Kristus Rahmani Indonesia
(GKRI)
2. Pdt. Paulus Siahaan dari Gereja Methodis Merdeka
Indonesia (GMMI)
3. Pdt. Ostar Pasaribu dari Gereja Kristen Protestan
Indonesia (GKPI)
4. Pdt. N.P. Sitorus dari Gereja Tuhan di Indonesia (GTDI)
5. Pdt Yelesber Silaban dari Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP), Medan
6. Pdt. JMP. Siregar dari Gereja Kristen Indonesia (GKI)
Sumatra Utara,
7. Pdt. S. Sitepu dari Gereja Jemaat Allah Indonesia (GJAI);
8. Pdt. Benyamin Munthe dari Gereja Kemenangan Iman
Indonesia (GKII)
Oleh:
Suhanah
Tabel 1
Daftar Nama Yayasan Kristen Jakarta Pusat
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013
KELENGKAPAN BERKAS
NAMA
NO ALAMAT AKTE
YAYASAN SK DOMISILI
NOTARIS
1 Yayasan Jl.Pegangsaa SK.Depag R.I Sigit Kel. Menteng
Pekabaran n Barat No.32 No.F/ Ket / 27 Siswanto, Kec.Menteng
Injil El.Roi / 2495 / 91 No.17 Jakarta Pusat.
Tanggal 22
juni 2009
2 Yayasan Jl.Jend. SK.Dirjen Dr.Irawan Kel.Cmpk Putih
Gospel Achmad yani No.DJ S.SH, Timur
Overseas Kav.65 III/Kep/HK.00. Msi.No.855 Kec.Cmpk
Studio 5/285/2007 Tanggal Putih Jakarta
Nasional 15.8.207 Pusat
3 Yayasan Setia Jl.R.P.Soeros SK.Dirjen Jana Hanna Kel.Cikini
Bakti o No.24 No.III/Kep/HK W. No.05 Kec.Menteng
.00.5/122/192 Tanggal13. Jakarta Pusat
3/2007 10.2006
4 Yayasan Jl.R.P Dalam Chandra Kel.Cikini
Karya Alpha Soeroso Urusan Lim SH Kec.Menteng
Omega No.24 No.22 Jakarta Pusat
Tanggal10
Mei 2011
Tabel 2
Data Yayasan Kristen Di Jakarta Timur
KELENGKAPAN BERKAS
NAMA
NO ALAMAT AKTE
YAYASAN SK DOMISILI
NOTARIS
1 Yayasan Jl.Jatinegara KumHam Daniel Jakarta Timur
Cahaya Kasih Barat No.195 No.C- Perganda
Bangsa Gdng 316.HT.03. Marpaung
LPK.Tiranus lt.2 1.2006 Sh. No.75
No.8-9 20.02.2006
2 Yayasan Jl.Cipinang Dirjen Bimas K Dirhamdan, Jakarta Timur
Betania Baru I,Komp. DJIII/Kep/ SH No.6
Indonesia Haji Sidik HK.00.5/240/2 5.02.1999
No.18F Rawa- 008
manggun.
3 Yayasan Jl.Jatinegara Dirjen Bimas F.K.Makahana Kel.Bali Mester
Awana Timur Gg.Limo K No.C-2763-P SH. No .5 16 Kec. Jatinegara
Indonesia No105/62 HT.01.02 Thn1 - 2006 Jakarta Timur
2006
4 Yayasan Musik Jl.Wisma Jaya Dirjen Bimas KH.Zamry Kel.Rwmanggu
Gereja No.11 No.OJ/III/Kep/Gimon, n Kec.Pulo
(Yamuger) Rawamangun HK.00.05/67/2SH.No.58 Gdng Jakarta
008, 19 – 2- 12.04.1991 Timur
2008
5 Yayasan Jl.H.Husin KumHam Achmad Kel.Susukan
Tabura No.33 Rt.09/04 No.AHU- zainudin Kec. Ciracas
Indonesia Susukan 368.AH01,04 SH.No.02 l jakarta Timur
Ciracas Thn 2009 2.12.2008
6 Yayasan Jl.Taman Jelita - H.Azra Jakarta Timur
Pendidikan Blok C.11 Alia,SH
dan Pek. Injil Rawamangun No.41
Efrata 7.03.1991
Tabel 3
Data Yayasan Kristen Di Jakarta Selatan
KELENGKAPAN BERKAS
NAMA
NO ALAMAT AKTE
YAYASAN SK DOMISILI
NOTARIS
1 Yayasan Jl.Kemang KumHam R.Ningsi Kel.Duren Tiga
Lembaga Utara IX/10 AHU-499. .SH No.28 Kec.Pancoran
Reformed Jakrta AH.01.04 23.04.2010 Jakarta Selatan
Indonesia Thn 2010
2 Yayasan Jl.Tebet Raya - Haryanti .S Kel.Tebet Barat
Taman No.11 rt.02/02 Tanubrata,S Kec.Tebet Barat
Firdaus Tebet H No.2 Jakarta Selatan
14.04.2009
3 Yayasan Jl.Wijaya I Dirjen Maria Kel.Petogogan
Pelayanan No.41 Rt 9/5 Bimas K Kristiana
Halleluya Petogogan No.51 Thn
1992
Tabel 4
Data Yayasan Kristen Jakarta Utara
KELENGKAPAN BERKAS
NAMA
NO ALAMAT AKTE
YAYASAN SK DOMISILI
NOTARIS
1 Yayasan Domba Jl.Pluit Murni KumHam H.M.Afdal,G Kel.Pluit
Cerdas VI No.48 AHU- azali SH. Kec.Penjaringa
Indonesia AH.01.08. No.207 n Jakarta Utara
365 Thn 7.5.1997
2008
2 Yayasan Dong Jl.Gading KumHam Rusman,SH Kel.Klp.Gading
Bu Kirana Timur NoAHU- No.17 Kec. Klp.Gadin
H-13/33 5098.AH.01. 26.02.2009 Jakarta Utara
04 Thn
2010
3 Yayasan Jl.Muncang 7 - - -
Suara No.1Rt.014/00
Pentakosta 8 Koja
Indonesia
Tabel 5
Data Yayasan Kristen Jakarta Barat
KELENGKAPAN BERKAS
NAMA
NO ALAMAT AKTE
YAYASAN SK DOMISILI
NOTARIS
1 Yayasan Iman Jl.Lapangan Dirjen Bimas No.182/30.6.7 Jakarta Barat
Indonesia Bola,Kbn K No.E / Ket / 6
Jeruk 79/ 0369 / 77
2 Yayasan STT Jl.Green Ville Dirjen PPTK S.Siswadi Jakarta Barat
Amanat Agung Blok C3 No.1 Kep05683/P Aswin.SH
PTK/PTA/20
08
3 Yayasan Jl.Komp.Green KumHam Drs.Wijanto Jakarta Barat
Suara Nafiri Ville No.C- Suwongso,S
Kemenangan Masisonette 316HT.03.0 H
Blok.FA No.4-7 1Thn 2001
4 Yayasan Jl.Pal Merah Dirjen No.23 Kel.Palmerah
Baptis UtaraI,Rt02/16 Bimas 4.4.1987 Kec.
Independent N0.26 kDJ.III/Kep/ Palmerah
Indonesia HK.00. Jakarta Barat
5/272/
Kesimpulan
Dari paparan tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Para pemimpin gereja yang ada di wilayah DKI Jakarta,
berpandangan bahwa pelayanan dan pengaturan
organisasi gereja atau denominasi gereja yang dilakukan
oleh Dirjen Bimas Kristen terhadap organisasi gereja,
selama ini baru bersifat administratif karena gereja itu
merupakan mitra kerja dan bukan sebagai atasan, tetapi
juga Dirjen Bimas Kristen memberdayakan keberadaan
lembaga tersebut, namun demikian pengaturan tentang
keberadaan Sinode gereja atau denominasi gereja baru,
Dirjen Bimas Kristen dengan tegas sudah menutup dan
tidak bisa lagi ada pendaftaran baru. Karena di Indonesia
hingga sekarang ini sudah mencapai 323 Sinode bahkan
sesuai dokumen yang ada jumlahnya mencapai 338
sinode;
2. Para pemimpin gereja yang ada di wilayah DKI Jakarta,
berpandangan bahwa Kebijakan Kementerian Agama
dalam hal ini pembimas Kristen tentang pelayanan dan
pengaturan organisasi gereja atau denominasi gereja yang
telah ada selama ini , pembimas Kristen di Wilayah DKI
Jakarta berpedoman kepada buku Sosialisasi PBM No. 9
dan 8 Tahun 2006. Gereja yang tidak memenuhi
persyaratan seperti tidak memiliki surat IMB gereja dan
lain sebagainya, maka dikategorikan gereja yang tidak
Rekomendasi
1. Pemerintah dalam hal ini Dirjen Bimas Kristen sebaiknya
melakukan pendataan ulang sejak kapan jumlah
Oleh:
Reslawati
Kondisi Demografi
Kesimpulan
Hasil dari pengumpulan data tersebut dapat di
simpulkan sebagai berikut::
1. Sebagian besar pemimpin gereja berpandangan bahwa
pelayanan yang dilakukan oleh Pembimas Kristen Kanwil
Kementerian Agama hanya bersifat administrative yang
diwujudkan dalam program kegiatannya berupa
pelayanan pembuatan SKTL, memfasilitasi gerej-gereja
jika ada permasalah baik intern maupun antarumat
beragama, melibatkan gereja dalam kegiatan seperti
seminar, training, dll. Dalam hal pengaturan gereja,
pembimas tidak intervensi dalam pengaturan organisasi
gereja, karena gereja memiliki tata aturan sendiri sesuai
degan aturan gereja masing-masing.
2. Kanwil Kementerian Agama dalam hal ini pembimas
Kristen belum banyak mengeluarkan kebijakan terkait
dengan pelayanan dan pengaturan organisasi gereja.
Hanya melakukan pendataan bagi gereja-gereja yang
melaporkan dirinya ke pembimas dengan mengeluarka
Surat Keterangan Tanda Lapor ((SKTL) kepada gereja-
gereja dan melaporkan kegiatannya 2 tahun sekali ke
pembimas Kristen. Adapun kebijakan pendaftaran gereja
yang mempunyai kewenangan adalah pada Dirjen Bimas
Kristen Kementerian Agama di Pusat. Pemerintah dalam
hal ini pembimas Kristen sebagai refresentasi gereja,
Rekomendasi
1. Kanwil Kemenag Jawa Barat perlum membuat aturan yang
baku terkait bentuk pelayanan dan pengaturan organisasi
dengan versi birokrasi, karena pelayanan dan pengaturan
organisasi versi gereja dalam konteks peribadatan yang
diatur berdasarkan tata aturan gereja sangat berbeda
makna dan terjemahan pelayanan dan pengaturan
organisasi menurut pandangan pemerintah.
Oleh:
Nuhrison M. Nuh
Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada umumnya pemimpin gereja di Sulawesi Utara
mendukung sepenuhnya kebijakan Dirjen Bimas Kristen
yang mengeluarkan kebijakan moratorium terhadap
pendaftaran organisasi atau denominasi gereja baru.
Mereka beralasan sekarang sudah terlalu banyak
organisasi atau denominasi gereja, sebaiknya bagi yang
baru mau mendaftar bergabung saja dengan organisasi
atau gereja yang sudah ada. Berkaitan dengan keluarnya
UU No 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan, para pemimpin gereja berpendapat tetap
pendaftaran tersebut di Kementerian Agama, karena
organisasi keagamaan berada dalam binaan Kementerian
Agama. Untuk itu sebelum di syahkan oleh Kemenkum
dan HAM dan Kementerian Dalam Negeri tetap harus
kordinasi dengan Kementerian Agama.
2. Kebijakan Kementerian Agama Provinsi mengenai syarat-
syarat yang harus dipenuhi ketika sebuah organisasi atau
denominasi gereja akan melapor, masih dianggap relevan
dipertahankan karena untuk menjaga ketertiban dan
mencegah konflik dalam masyarakat. Bagi organisasi atau
denominasi gereja yang sudah terdaftar di Dirjen Bimas
Kristen masih tetap diharuskan melapor ke Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi dengan memenuhi
Saran – Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan hal-
hal sebagai berikut:
1. Perlu di sosialisasikan kepada umat Kristen, mengapa
perlu dilakukan moratorium pendirian organisasi atau
denominasi gereja baru bagi keberlangsungan oikumene.
Perlu pula dijelaskan bahwa yang dibatasi adalah
pembentukan organisasi gereja bukan pendirian gedung
gereja yang baru, sebab masih terdapat pemahaman
adanya pembatasan pendirian gedung gereja yang baru.
2. Perlu ada penertiban terhadap organisasi gereja yang
belum terdaftar, atau sudah terdaftar di Dirjen Bimas
Kristen tetapi belum melapor kepada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi, karena belum dapat
memenuhi persyaratan yang disyaratkan.
3. Kementerian Agama perlu melakukan kordinasi dengan
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan
HAM, agar dalam menerima pendaftaran organisasi
keagamaan termasuk organisasi gereja, selalu
mengadakan komunikasi dan meminta informasi kepada
Kementerian Agama. Bila mungkin dalam PP-nya nanti
diatur bahwa organisasi keagamaan mendaftarnya di
Kementerian Agama, bukan di Kementerian Dalam Negeri
atau Kementerian Hukum Dan HAM.
DAFTAR INFORMAN
1. Pdt Dr. Revli Pesak dari Gereja Pentakosta di Indonesia
(GPdI).
2. Pdt Yudi Tonari dari Gereja Masehi Injili di Minahasa
(GMIM).
3. Gembala Teddius Batasina dari Kerapatan Gereja
Protestan Minahasa (KGPM)
4. Pdt Esther Telenan, dari Gereja Pelayanan Penyembahan
Karismatik(GPPK).
Oleh:
Syaiful Arif
Demografi Keagamaan
Kota Semarang terletak antara garis 650’ – 710’ Lintang
Selatan dan garis 10935 – 11050’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah
Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan
Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten
Semarang dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan
panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. ketinggian Kota
Semarang terletak antara 0,75 sampai 348,00 di atas garis
pantai.
Secara administratif, kota ini terbagi atas 16 wilayah
Kecamatan dan 177 Kelurahan. Luas wilayah Kota Semarang
tercatat 373,70 Km-2. Luas yang ada, terdiri dari 39,56 Km-2
(10,59%) tanah sawah dan 334,14 (89,41%) bukan lahan sawah.
Menurut penggunaannya, luas tanah sawah terbesar
merupakan tanah sawah tanadh hujan (53,12%) dan hanya
sekitar 19,97%-nya saja yang dapat ditanami dua kali. Lahan
kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan
atau tanah bangunan dan halaman sekitar, yaitu 42,17% dari
total lahan bukan sawah.
Secara umum penduduk Kota Semarang terdiri dari
umat beragama yang memeluk agama Islam, Katholik, Kristen
dan Buddha. Pada tahun 2012, jumlah pemeluk agama-agama
secara total meliputi; Islam (1.302.349), Katholik (115.355),
Kristen (110.232) dan Buddha (18.457). Dengan demikian,
warga Kota Semarang yang beragama Kristen menempati
Tabel 1
Pemeluk Agama di Kota Semarang Tahun 2012
44 Semarang dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2012, h., 3,
164, 342
Gereja/
No. Kecamatan Masjid Musholla Vihara
Kapel
1. Mijen 69 140 15 1
2. Gunungpati 94 223 4 2
3. Banyumanik 115 121 33 1
4. Gajah Mungkur 57 61 17 1
5. Smg. Selatan 59 53 21 2
6. Candisari 50 44 12 1
7. Tembalang 110 196 20 0
8. Pedurungan 123 203 17 3
9. Genuk 54 240 6 0
10. Gayamsari 53 62 9 0
11. Smg. Timur 39 87 22 6
12. Smg. Utara 54 106 29 0
13. Smg. Tengah 28 71 18 17
14. Smg. Barat 111 87 51 4
15. Tugu 17 86 1 0
16. Ngaliyan 96 151 14 0
Jumlah
No. Sinode
Gereja
1. Gereja Kristen Jawa (GKJ) 18 buah
2. Gereja Kristen Indonesia (GKI) 8 buah
3. Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) 6 buah
4. Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) 6 buah
5. Gereja Injili Di Tanah Jawa (GITJ) 1 buah
6. Gereja Isa Almasih (GIA) 23 buah
7. Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) 4 buah
8. Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) 2 buah
9. Gereja Kristen Indonesia Injili (GKII) 5 buah
10. Gereja Bala Keselamatan (GKB) 3 buah
11. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) 3 buah
12. Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) 3 buah
13. Gereja Baptis Indonesia (GBI) 26 buah
14. Gereja Bethel Tabernakel (GBT) 11 buah
15. Gereja Pantekosta Di Indonesia (GPDI) 26 buah
16. Gereja Bethel Indonesia (GBI) 16 buah
17. Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) 7 buah
18. Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) 3 buah
19. Gereja Jemaat Kristen Indonesia (JKI) 6 buah
20. Gereja Kristen Injili Nusantara (GKIN) 3 buah
21. Gereja Kristen Baithani (GKB) 4 buah
22. Gereja Sidang Jemaat Pantekosta (GSJP) 1 buah
23. Gereja Sidang Jemaat Kristus (GSJK) 1 buah
24. Gereja Pantekosta Serikat Indonesia (GPSI) 1 buah
25. Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia (GPSDI) 2 buah
26. Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) 1 buah
27. Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) 3 buah
28. Gereja Kristus Tuhan (GKT) 1 buah
29. Gereja Kristus Tuhan Indonesia (GKTI) 1 buah
30. Gereja Kristen Protestan Injili Indonesia (GKPII) 3 buah
31. Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) 1 buah
32. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) 1 buah
45 Data Gereja Di bawah Sinode Kota Semarang Tahun 2013, Provinsi Jawa
Tengah, h., 1-11, Data Sekolah Tinggi Theologia Kristen Kota Semarang Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2013, h., xlii
Tabel 4
Pendidikan Tinggi Theologia Kristen
Kota Semarang Tahun 2013
Tahun Lembaga
No. Nama Alamat
Berdiri Sponsor
1. Sekolah Tinggi Theologia 1954 Yayasan Jl. Simongan No. 1
Baptis Indonesia Baptis
2. Akademi Theologia - - Jl. Puri Anjasmoro B1
Kristus Alfa Omega J-1/104
3. Sekolah Tinggi Theologia 1996 - Jl. Gunung Talang 24
Aliansi
4. Sekolah Tinggi Theologia 1994 - Jl. Srinindito 1 No. 7
Eklesia
5. Sekolah Tinggi Theologia 1999 World Ruko Mutiara
Harvest Harvest Mariana No. 40
Memperoleh Kuasa Iman, Masuk Kodrat Ilahi, Semarang: Yayasan SADAR, 1995, h., 17
Identitas Gereja Mormon dalam Ruang Publik Semarang, the Wahid Institute, 2008, h., 17-
18
Kesimpulan
Secara umum, pimpinan gereja di Kota Semarang tidak
keberatan dengan regulasi organisasi gereja sebagai
konsekuensi dari UU No.17/2013 tentang Ormas. Hanya saja
diperlukan pembagian yang proporsional antara Kemenag
dan Kesbangpol. Untuk wilayah keagamaan, khususnya
terkait dengan paham dogmatik, Kemenag harus
mendapatkan porsi untuk melakukan regulasi. Hal ini terkait
dengan panduan umum kekristenan yang memiliki doktrin
baku. Sementara untuk ranah kemasyarakatan dan
kenegaraan, Kesbangpol bisa berperan dalam melakukan
seleksi.
Kesimpulan ini peneliti dapatkan secara implisit dari
dilema yang dihadapi oleh pimpinan gereja mainstream di
Semarang. Dilema ini akhirnya menimbulkan konflik laten
akibat ketidaksetujuan atas paham teologis dari gereja-gereja
non-mainstream, seperti JAGI, Saksi Yehova dan Mormon.
Percikan konflik tersebut terlihat pada ketidakmauan wakil
Kristen di dalam FKUB Semarang untuk menandatangani
rekomendasi FKUB untuk pendirian Saksi Yehova di
Semarang. Dari sini terlihat bahwa secara laten, para
pimpinan gereja mainstream tetap tidak mau menerima
kehadiran gereja-gereja yang dianggap menyimpang tersebut.
Hanya saja, berkat keaktifan Pembimas Kristen Jawa
Tengah dalam mengupayakan kerukunan antar-denominasi
gereja Kota Semarang, konflik laten tersebut tidak mencuat
Rekomendasi
1. Dibutuhkan sosialisasi lebih luas tentang UU No. 17/2013
tentang Ormas kepada pimpinan gereja khususnya terkait
dampak yang ditimbulkan bagi organisasi gereja.
Pimpinan gereja belum memahami perbedaan kategorial
antara organisasi gereja sebagai organisasi keagamaan
dengan organisasi kemasyarakatan.
2. Dibutuhkan alokasi dana yang lebih besar kepada
Pembimas Kristen khususnya dalam rangka pembinaan
kerukunan antar-gereja. Di level Penyelenggara Kota,
persoalan dana menjadi penyebab utama bagi belum
maksimalnya program pembinaan.
3. Dibutuhkan program kerukunan antar-gereja yang lebih
massif. Terutama antara gereja mainstream dan non-
mainstream. Kerukunan ini diletakkan dalam rangka
kehidupan bangsa yang majemuk, sehingga mampu
meredam perbedaan teologis yang tetap konfliktual secara
laten.
4. Dibutuhkan riset lanjutan tentang relasi sosial antara
gereja mainstream dan non-mainstream dalam rangka
pengarusutamaan kerukunan inter umat Kristen
Daftar Informan
1. Pdt. Joko Sukono, M.Th, Dosen Sekolah Tinggi Theologia
Baptis Indonesia (STTBI) dan pendeta Gereja Baptis
Indonesia (GBI).
2. Pdt. Rahmat PR, pendeta Gereja Kristen Indonesia (GKI)
dan Pengurus PGKS
3. Aryanto Nugroho, pendeta Gereja JAGI
4. Tjahjadi Nugroho, pimpinan Gereja JAGI
5. Pdt. Djoko Poernomo, S.Th, Gereja Isa Almasih (GIA)
6. Pdt. Stefanus Supai, GBT Alfa Omega
Oleh:
Asnawati
Kondisi Demografi
Secara historis, pada tahun 1545 Ortis de Retes memberi
nama Papua dengan Nova Guinea, yang dalam bahasa
Spanyol Nova artinya baru dan Guinea artinya tanah atau
tempat. Kemudian pada waktu pemerintahan Belanda diberi
nama Nederland New Guine, yang kemudian berubah
menjadi Papua Barat. Pada masa integrasi dengan Indonesia
dirubah menjadi Irian Barat, kemudian Irian Jaya dan pada
tanggal 26 Desember 2001 diganti lagi dengan nama Provinsi
Papua sehubungan dengan diberlakukannya Otonomi Khusus
bagi Provinsi ini.
Provinsi Papua yang beribukota Jayapura terletak antara
20.25’ – 90 Lintang Selatan dan 1300 -1410 Bujur Timur.
Provinsi Papua merupakan provinsi dengan wilayah terluas
di Indonesia, yang memiliki luas 316.553,07 km2 atau 16,70
persen dari luas Indonesia. Pada tahun 2012, Papua dibagi
menjadi 28 kabupaten dan 1 kota dimana Merauke merupakan
kabupaten terluas (14,98 persen) dan Kabupaten Supiori
merupakan kabupaten/kota terkecil di Provinsi Papua (0,20
persen dari luas Papua).
Papua di bagian utara berbatasan dengan Samudra
Pasifik, sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan Laut
Arafura. Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Papua
Barat dan sebelah timur berbatasan dengan Negara Papua
New Guinea. Wilayah Papua terletak pada ketinggian antara 0
– 3.000 meter di atas permukaan laut. Propinsi Papua terdiri
Pelayanan Organisasi/Denominasi
Pandangan pemuka agama terhadap pelayanan
Kementerian Agama Provinsi Papua kepada gereja, menurut
Pdt. A. Yoku, selama ini belum ada sinergitas antara
Kementerian Agama dan Gereja, termasuk dalam pelayanan
dan pembinaan. Ia sebagai pemimpin Gereja GKI di Tanah
Papua mengharapkan ad anya pertemuan antara gereja
dengan Kementerian Agama. Ketika gereja mengadakan
kegiatan seharusnya Pembimas Kristen memberikan
perhatian.
Pdt. Carol Maniani (Ketua GKII) juga berpandangan
bahwa seharusnya Kementerian Agama secara berkala
Kesimpulan
Rekomendasi
Informan:
Agustin Nagala, Kasi Urusan Agama Kristen Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Papua
Oleh:
Sony Dandel
Kondisi Demografi
Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur,
merupakan Kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Sedangkan wilayah Gerbangkertosusila (Wilayah
Metropolitan Surabaya) merupakan metropolitan terbesar
kedua di Indonesia setelah Jabodetabek.60 Merupakan pusat
bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan
Indonesia bagian. timur. Surabaya terkenal dengan sebutan
Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan
dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia
dari penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos
pertempuran antara sura (ikan Hiu) dan baya (buaya) dan
akhirnya menjadi kota Surabaya. Surabaya merupakan kota
multi etnis yang kaya budaya; seperti etnis Melayu, Cina,
India, Arab, dan Eropa. Etnis Nusantara pun dapat dijumpai,
seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Maluku,
Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya
membentuk pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri
khas kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat Surabaya
adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Ciri khas
masyarakat asli Surabaya adalah mudah bergaul. Gaya
bicaranya sangat terbuka. Walaupun tampak seperti
bertemperamen kasar, masyarakat Surabaya sangat
demokratis, toleran dan senang menolong orang lain. Jumlah
60http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya#Geografi
Tabel. 1
Jumlah Pemeluk Agama Islam, Protestan dan Katholik
di Kota Surabaya- BPS Tahun 2013
61http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=22
Tabel.3
Jumlah Penduduk Kota Surabaya
Tahun 201463
Tabel.5
Jumlah Gereja di Surabaya
Sumber BAMAG 2014
64Ibid.
Dinamika/Perkembangan Kristen
Hampir semua denominasi gereja ada di Surabaya.
Mulai dari Calvinis, Lutheran, Methodis, Bala Keselamatan,
Pentakostal, Kharismatik, hingga gereja Orthodok. Banyaknya
denominasi disatu sisi merupakan sebuah kemunduran,
karena semakin banyaknya denominasi gereja menunjukkan
semakin rentannya kekristenan dengan perpecahan. Namun
di sisi lain, perserakan gereja-gereja tersebut dapat secara
positif dilihat sebagai warna-warni yang bisa saling
memperkaya. Maka, sikap yang harus diambil adalah:
Menghentikan perpecahan gereja.
Harus diakui. Pertama, semakin maraknya kepelbagaian
komunitas keagamaan - dengan beragam ajaran, cara hidup
Kesimpulan
Mencari atau mencuri domba, merupakan masalah
antarumat kristiani yang paling sering muncul. Ia berupa
perpindahan anggota dari satu gereja ke gereja lain, yang
terkadang terjadi tidak secara natural, namun karena tindakan
“penginjilan-kembali”. Proselitisme semu semacam ini kerap
dikeluhkan oleh gereja-gereja arus utama terhadap gereja-
gereja pentakostal dan kharismatik.Hal ini terjadi juga karena
gereja-gereja asal Amerika ini bekerja bukan berdasarkan
teritori tertentu, seperti halnya pada gereja-gereja arus utama
asal Eropa. Lagipula Piagam Saling Menerima dan Saling
Mengakui (PSMSM) yang dilansir oleh PGI memang tidak
diterima oleh gereja-gereja non-PGI.
Pertikaian doktrin atau ajaran secara mudah bisa kita
bedakan berdasarkan bobot teologisnya, menjadi doktrin
primer (keselamatan), sekunder (perjamuan kudus, baptisan,
dll) dan tertier (eskatologi, karunia Roh). Dalam hal doktrin
primer, agaknya secara umum gereja-gereja di Indonesia,
termasuk juga Gereja Katolik, sudah memiliki kesepakatan
dan kesamaan pendapat. Masalah seringkali muncul dengan
persoalan doktrin sekunder dan tertier. Perbedaan teologi
seringkali dibarengi dengan sikap menyalahkan dan memberi
stereotip sesat dari satu gereja ke gereja lain.
Akhir-akhir ini muncul banyak gerakan antargereja
yang menyebut diri “interdenominasi.” Gerakan semacam ini
makin marak setelah munculnya rentetan peristiwa kekerasan
Saran/Rekomendasi
Perserakan gereja-gereja tersebut dapat secara positif
dilihat sebagai warna-warni yang bisa saling memperkaya.
Maka, sikap yang harus diambil adalah:
1. Menghentikan perpecahan gereja.
2. Menghargai perbedaan yang sudah terlanjur ada.
3. Mengusahakan keesaan gereja;
a. Pembelajaran sikap ekumenis; b. Partisipasi dalam
gerakan keesaan, c. Kerjasama dalam berbagai level
(lokal, regional, nasional, internasional).
4. Gereja yang hadir di dunia agar mampu mengatur dirinya
sendiri. Dalam rangka pengaturan diri tersebut gereja
membutuhkan organisasi dan kepemimpinan.
5. Gereja yang Belajar: (a) gereja yang memusatkan diri pada
lain, dunia); (e) Gereja yang kritis, menyuarakan keyakinan
dan kebenaran secara tepat dan baik. Visi dan misi ke
***
A D
Agama, 1, 2, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, Demografi, 33, 41, 115, 183, 225,
13, 14, 15, 21, 27, 29, 41, 48, 57, 263
59, 60, 63, 64, 65, 68, 69, 72, 73, Denominasi, 48, 51, 153, 158, 237,
75, 80, 96, 98, 100, 103, 107, 108, 238, 253, 258, 259
111, 116, 119, 121, 122, 125, 126, Dirjen Bimas Kristen, 5, 7, 8, 12,
128, 130, 131, 133, 134, 137, 141, 21, 60, 73, 81, 82, 83, 84, 97, 98,
145, 147, 149, 150, 153, 157, 158, 99, 100, 102, 103, 104, 105, 107,
159, 163, 164, 166, 167, 168, 169, 108, 109, 131, 132, 135, 136, 140,
170, 171, 172, 173, 174, 175, 177, 145, 147, 149, 157, 158, 164, 165,
178, 179, 184, 185, 190, 203, 208, 166, 167, 173, 175, 177, 204, 232,
229, 231, 235, 236, 237, 238, 239, 248, 249, 260
240, 241, 242, 243, 244, 245, 247,
248, 249, 250, 264, 266, 267, 271,
E
273
Ephorus, 16, 63
B Etnis, 4, 36, 37, 39, 46, 80, 263
R
U
Relasi, 29, 68, 72, 105, 108, 109,
142, 170, 171, 215, 245, 271 UU No. 17 Tahun 2013, 11
Relasi sosial, 108
V
S Visioner, 66, 136, 243
Sinode, 95, 96, 107, 108, 116, 124,
131, 132, 156, 162, 163, 164, 170,