Anda di halaman 1dari 14

PATTINGALLOANG

© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Bangunan Masjid Agung Banten sebagai Studi Sosial dan Budaya


Hanifa Rizky Indriastuty 1, Aulia Rachman Efendi2, Alwi Ibnu Saipudin3
Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UHAMKA
Email: Hanifarizky10@gmail.com , 2Auliafachran@gmail.com, 3
1

Sheilladara101@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang keunikan bangunan Masjid Agung Banten.


Bangunan ini memiliki perpaduan 3 kebudayaan dan nilai-nilai sosial yang tampak
dari arsitektur bangunan tersebut. Bangunan Masjid Agung Banten merupakan
salah satu peninggalan Kesultanan Banten. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara narasumber,
jurnal dan buku. Hasil penelitian ini membahas tentang bangunan Masjid Agung
Banten sebagai studi nilai-nilai sosial dan budaya. Nilai sosial terlihat dari toleransi
beragama (kerukunan) dan golongan disekitar. Hal tersebut terwujud dengan
adanya bangunan Masjid Agung Banten dan Vihara Avelokitesva yang saling
berdekatan. Nilai budaya yang tercermin dari arsitektur bangunan menara Masjid
Agung Banten perpaduan 3 budaya yaitu Arab, China, Eropa. Tujuan dari
penelitian ini adalah melihat potensi lain dari bangunan Masjid Agung Banten yang
mayoritas dijadikan sebagai tempat ibadah, wisata religi, dan rekreasi. Namun
bangunan masjid Agung Banten dapat dijadikan sebagai studi social budaya.
Kata kunci : Masjid Agung Banten, sosial, budaya

Abstrack
This research discusses the uniqueness of the building of the Great Mosque of
Banten. This building has a combination of 3 cultures and social values that can be
seen from the architecture of the building. The building of the Great Mosque of
Banten is one of the legacies of the Sultanate of Banten. This study uses a
qualitative method. Data collection is obtained through observation, interviewing
sources, journals and books. The results of this study discuss the building of the
Great Mosque of Banten as a study of social and cultural values. Social value can be
seen from religious tolerance (harmony) and the surrounding groups. This was
realized with the building of the Great Mosque of Banten and Vihara Avelokitesva
which were close to each other. Cultural values that are reflected in the architecture
of the tower building of the Great Mosque of Banten, a combination of 3 cultures,
namely Arabic, Chinese, and European. The purpose of this research is to see the
other potentials of the Great Mosque of Banten, the majority of which are used as
places of worship, religious tourism, and recreation. However, the Great Banten
mosque building can be used as a socio-cultural study
Keyword: Great Mosque of Banten, social, culture

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |119


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

A. Pendahuluan serambi serta kompleks pemakaman


Sultan Banten dan keluarganya.
Kesultanan Banten adalah salah Seni budaya bisa dilihat dari
satu kerajaan Islam yang ada di Provinsi bagunan Masjid Agung Banten
Banten dan pada awal mulanya berada (Tumpang Lima) dan juga beberapa
di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. bangunan gapura yang ada di Kaibon
Namun, kemudian Banten melepaskan Benteng. Selain itu, istana yang
diri dari Kerajaan Demak, dan dibangun Jan Lucas Cardeel seorang
pemimpin pertama ialah Sultan berkebangsaan Belanda yang
Hassanuddin yang memiliki periode merupakan pelarian dari Batavia dan
pemerintahan dari tahun 1522 sampai memeluk Agama Islam. Istana ini
dengan 1570 M. Jika dilihat dari letak terlihat seperti istana Eropa dan situs
geografisnya, Kejaraan Banten ada di peninggalan lainnya.
bagian utara. Kerajaan Banten terletak Masjid Agung Banten
paling ujung pulau Jawa dan pada merupakan peninggalan pada masa
awalnya wilayah dari kesultanan Banten Kesultanan Maulana Hasanuddin tahun
masuk ke dalam wilayah kerajaan 1552 yang kini menjadi cagar budaya
Sunda. serta menjadi tempat yang wajib
Kesultanan Banten pada masa dikunjung ke daerah Banten dan masih
pemerintahan Sultan Abdulfatah atau digunakan untuk beraktivitas baik
Sultan Ageng Tirtayasa mencapai keagamaan maupun pendidikan yang
puncaknya dalam bidang politik, mencerminkan keberagaman toleransi
perekonomian, perdagangan, dan aspek sosial budaya berupa
keagamaan, dan kebudayaan. Dalam peninggalan bangunan Masjid yaitu
bidang perdagangan internasional makin Masjid Agung Banten, memiliki
dikembangkan dengan negeri-negeri keunikan dalam arsitektur dengan
Iran, Hindustan, Arab, Inggris, akulturasi 3 aspek kebudayaan yaitu
Perancis, dam Cina. Bagian Arab, Cina dan Eropa. Masjid Agung
Selama Kesultanan Banten Banten berdekatan dengan Vihara
berkuasa, kerajaan ini meninggalkan Avalokitesvara dan kerajaan Kaibon.
beberapa peninggalan bersejarah di Tahun 2015, Masjid Agung Banten
Banten yang sebagian masih berdiri direvitalisasi oleh Gubernur Banten
kokoh hingga sekarang. Masjid Agung untuk memperbaiki dari sektor
Banten merupakan peninggalan bangunan, fasilitas sarana, dan
Kerajaan Banten sebagai kerajaan Islam prasarana, serta keamanan sebagai
di Nusantara yang berada di desa wujud perhatian dan kepedulian
Banten Lama, kecamatan Kasemen dan Pemerintah Daerah pada situs
Masih berdiri sampai sekarang. Masjid peninggalan Banten Lama (Firdausi,
ini dibangun pada tahun 1652 M pada 2020) .
masa pemerintahan putra pertama Menara Masjid ini mempunyai
Sunan Gunung Djati yakni Sultan ciri khas ialah dari atap bangunan utama
Maulana Hassanuddin dan menjadi yang bertumpuk lima, mirip dengan
salah satu masjid tertua di Nusantara. pagoda cina. Selian menara juga,
Masjid ini mempunyai menara yang terdapat sebuah konstruksi tembok
terlihat seperti mercusuar dan bagian persegi delapan yang dikenal dengan
atapnya seperti pagoda Cina, sedangkan nama istiwa, bencet, atau mizwalah.
pada bagian kiri dan kanan Masjid ada Bangunan masjid ini ditopang oleh dua

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |120


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

puluh empat tiang. Dinding timur akulturasi masyarakat nusantara


memisahkan ruang utama dengan membentuk, memanfaatkan, dan
serambi timur yang mempunyai bentuk mengubah budaya Islam (Arab) sesuai
atap limas. Pada dinding ini terdapat dengan kebutuhannya (Hasan Mua’rif
empat buah pintu masuk yang posisinya Ambary, 1998). Ketika kebudayaan
rendah, memaknai setiap orang yang dipahami sebagai keseluruhan sistem
masuk ke dalam ruang utama harus gagasan (ideas), sistem perilaku dan
menundukkan kepala, meski ia berasal tindakan, sistem sosial (social system),
dari status sosial tertentu, ketika serta benda fisik karya manusia
memasuki masjid semuanya sama. (material cultur), maka di dalamnya
Arsitektur Islam adalah sebuah terkandung unsur keindahan (estetis).
karya seni bangunan yang terpancar dari 1) Teori Nilai
aspek fisik dan metafisik bangunan Munandar Sulaiman (1992)
melalui konsep pemikiran islam yang Nilai adalah segala sesuatu yang
bersumber dari Al-Qur'an, Sunnah dipentingkan manusia sebagai
Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para subjek, menyangkut segala sesuatu
Ulama maupun cendikiawan muslim. yang baik atau buruk sebagai
Pemikiran islam di sini termasuk di abstraksi, pandangan, atau maksud
dalamnya adalah nilai-nilai ajaran islam dari berbagai pengalaman dengan
seperti penghambaan pada Allah, seleksi perilaku yang ketat. Dari
hubungan baik sesama makhluk hidup, pendapat tersebut dapat dikatakan,
dan nilai-nilai Islam lainnya. Dalam hal bahwa dalam kehidupan
ini, arsitektur islam tidak hanya masyarakat nilai merupakan
berbicara tentang bentuk-bentuk, lebih sesuatu untuk memberikan
dari itu berbicara tentang tanggapan atas perilaku, tingkah
kebermanfaatan bagi orang banyak, laku, dan segala sesuatu yang
suasana yang ada pada bangunan berkaitan dengan aktivitas
tersebut, serta fungsi dari bangunan itu masyarakat baik secara kelompok
sendiri, sesuai dengan nilai-nilai Islam maupun individu. Nilai yang
yang sudah disebut tadi. muncul tersebut dapat bersifat
Masjid merupakan salah satu positif apabila akan berakibat baik,
produk arsitektur Islam. Gaya dan namun akan bersifat negatif jika
bentuk masjid sangat terpengaruh oleh berakibat buruk pada obyek yang
budaya, suku, dan etnis pada daerah diberikan nilai tersebut (Munandar
sekitar tempat di mana masjid itu Sulaiman, 1992).
dibangun pada masanya. Masjid Agung Menurut Isna (2001) Berbagai
Banten yang merupakan sebuah masjid nilai yang sudah ada tersebut perlu
dengan perpaduan tiga budaya dan penting untuk dapat
arsitektur yang berbeda, yaitu Jawa, dikembangkan semaksimal
Cina, dan Belanda. mungkin. Munculnya nilai
dikarenakan adanya dorongan dari
dalam diri manusia, diantaranya
B. Kajian Pustaka adalah dorongan untuk memenuhi
Pada bab ini menjelaskan proses kebutuhan fisik untuk
penyebaran agama dan budaya Islam di kelangsungan hidupnya, kebutuhan
Nusantara pada dasarnya terjadi dalam rasa aman, kebutuhan akan rasa
kerangka akulturasi. Dalam proses cinta kasih, kebutuhan akan

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |121


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

penghargaan dan dikenal orang berfungsi sebagai tempat manusia


lain, kebutuhan akan pengetahuan melakukan kegiatannya, baik
dan pemahaman, kebutuhan akan hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keindahan dan aktualitas diri (Isna, keagamaan, kegiatan usaha,
2001). kegiatan sosial, budaya, maupun
Menurut Chabib Thoha kegiatan khusus.
(1996) nilai merupakan sifat yang Masjid Agung Demak dan
melekat pada sesuatu (sistem Cirebon memiliki atap bertumpang
Kepercayaan) yang telah tiga bersusun yang memiliki makna
berhubungan dengan subjek yang tentang Iman, Islam, dan Ihsan.
memberi arti (manusia yang Sedangkan Masjid Agung Banten
meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu memiliki lima atap bersusun yang
yang bermanfaat dan berguna bagi melambangkan rukun Islam.
manusia sebagai acuan tingkah Terdapat dua versi yang
laku. menjelaskan siapa arsitektur
2) Teori Bangunan pembangunan masjid ini. Versi
Menurut Oloan Situmorang pertama menyebutkan bahwa
(1993) Bangunan masjid awal tidak Masjid Agung Banten dibangun
memiliki ciri-ciri arsitektural khusus oleh arsitektur keturunan Tiongkok
walaupun pada perkembangannya yang bernama Tjek ban Tjut. Versi
terdapat ciri-ciri berupa unsur kedua menjelaskan bahwa masjid
manarah, mighrab, qubbah, dan ini arsiteknya ialah Raden Sepat
maqsurah. Seiring perkembangan yang berasal dari
budaya Islam, seni bangunan Demak.(Indonesia, 2019), berbeda
masjid menyebar ke berbagai pula masjid Makmr Melayu di
wilayah dengan arsitektural dan Makassar yang penamaannya karna
ornamen yang disesuaikan dengan di didirikan oleh orang melayu,
budaya masyarakat setempat kemudian gaya arsitekturnya pun
(Oloan Situmorang, 1993). Dan bergaya Melayu (Ridha, M. R., &
dipadukan oleh Ornamen seni yang Amirullah, A., 2017)
ditambahkan atau sengaja dibuat
untuk tujuan sebagai hiasan pada
Masjid Agung Banten yang 3) Teori Pendidikan
merupakan termasuk masjid tertua Menurut Amos Neolaka (2017)
yang memiliki nilai sejarahnya. Pendidikan merupakan alat bantu
Pengertian bangunan gedung mencapai suatu tujuan. Adapun
menurut Peraturan Menteri pengertian pendidikan menurut M.J.
Pekerjaan Umum No. Langeveld yaitu usaha yang
26/PRT/M/2008 tentang memengaruhi agar mampu menuju
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi kearah kedewasaannya, lebih
Kebakaran pada Bangunan Gedung tepatnya mampu membantu anak
dan Lingkungan yaitu wujud fisik untuk menyelessaikan tujuan
hasil pekerjaan konstruksi yang hidupnya. Manusia dalam
menyatu dengan tempat kehidupannya selalu hidup bersama-
kedudukannya, sebagaian atau sama karena manusia merupakan
seluruhnya berada diatas dan/atau mahluk sosial. Untuk hidup
didalam tanah dan/atau air, yang bersama-sama manusia secara

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |122


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

individu harus memiiki pengetahuan dari bangunan maupun tokoh-tokoh


dan keterampilan dalam hidupnya pejuang dalam mendirikan dan
yang didapatkan dari pendidikan. mempertahankan peninggalan
Baik pendidikan dalam maupun luar bangunan tersebut. Bangunan
kelas(Amos Neolaka, 2017). tersebut menjadi ciri khas jika
Menurut Zakiah Darajat (2014) berkunjung ke daerah Banten.
Pengertian pendidikan dalam Islam Masjid Agung Banten merupakan
ialah suatu yang diharapkan tercapai hasil peninggalan Kesultanan Banten
setelah sesuatu usaha atau kegiatan yang menganut sistem islam dalam
selesai. Maka pendidikan merupakan pemerintahan. Maka tidak heran jika
suatu usaha dan kegiatan yang bangunan tersebut dipertahankan
berproses melalui tahap-tahap dan hingga sekarang. Karena masjid
tingkatan-tingkatan, tujuannya menjadi pusat aktivitas baik dari
bertahap dan bertingkat. Tujuan keagamaan maupun pendidikan,
pendidikan bukanlah suatu benda seperti belajar baca al-quran dan
yang berbentuk tetap dan statis, ilmu tauhid. Arsitektur bangunan
tetapi ia merupakan suatu tersebut mencirikan akulturasi
keseluruhan dari kepribadian keberagaman budaya yang saling
seseorang, berkenaan dengan harmonis tercermin dari bangunan
seluruh aspek kehidupannya(Zakiah tersebut seperti Menara yang di buat
Daradjat, 2014). oleh orang Eropa dengan arsitektur
Abdurrahman An-Nahlawi Eropa.
(1979) berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan tarbiyah adalah C. Metode Penelitian
memelihara fitrah anak dan
menumbuhkan seluruh bakatnya, Penelitian ini menggunakan
serta mengarahkannya agar menjadi pendekatan penelitian kualitatif.
baiik dan sempurna secara Terdapat beberapa macam pendapat
bertahap(Abdurrahman an-Nahlawi, menurut beberapa ahli mengenai
1979). Abdul Fatah Jalal mengatakan pengertian dari penelitian kualitatif,
bahwa maksud tarbiyah dalam ayat di Bogdan dan Taylor dalam Moleong,
atas adalah pendidikan yang penelitian kulitatif adalah penelitian
berlangsung pada fase pertama yang menghasilkan data deksriptif
pertumbuhan manusia, yakni pada berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
fase bayi dan anak-anak(Abdul Fatah orang-orang dan perilaku yang dapat
Jalal, 1988). Dengan demikian diamati(Ahmad Tanzeh, 2011).
pengertian tarbiyah terbatas pada Penelitian kualitatif adalah
pemeliharaan, pengasuhan, dan penelitian yang menjawab permasalahan
pengasihan seorang anak manusia yang memerlukan pemahaman
semasa kecil saja, dan bimbingan mendalam dalam konteks waktu dan
yang diberikan setelahnya bukan situasi yang bersangkutan. Penelitian ini
termasuk dalam pengertian menjelaskan dan menjawab fenomena
pendidikan (tarbiyah). yang terjadi(Zainal Arifin, 2014).
Masjid Agung Banten Penelitian ini merupakan sebuah
mempunyai nilai-nilai arsitektur penelitian terhadap sebuah fenomena
bangunan yang kaya akan makna yang diperoleh peneliti dari subjek yang
yang bisa dipetik buah hikmah baik

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |123


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

terkait dengan kasus yang memahami karakteristik kehidupan


diteliti(Zulganef, 2008), dan lebih sosial budaya suatu masyarakat. Di
mengerucut pada penelitian dalam penelitian ini yang menjadi
kebudayaan. Penelitian kebudayaan realitas sosial yang dipelajari adalah
merupakan kegiatan membentuk dan aspek sosial budaya di dalam
mengabstraksikan pemahaman secara masyarakat sekitar Masjid Agung
rasional, empiris dan fenomena Banten, dan aspek kebudayaan yang ada
kebudayaan, baik terkait dengan di dalam bangunan Masjid Agung
konsepsi, nilai, kebiasaan, pola Banten.
interaksi, aspek kesejarahan, biografi,
teks media massa, film, pertunjukan
(berkesenian), maupun berbagai bentuk D. Hasil dan Pembahasan
fenomena budaya. Fenomena budaya A. Hasil Penelitian
dapat berbentuk tulisan, rekaman lisan,
perilaku, pembicaraan yang memuat Hasil penelitian yang dilakukan
konsepsi, pemahaman, pendapat, pada tangga 7 februari 2020 di
ungkapan perasaan, angan-angan, dan kawasan Masjid Agung Banten
gambaran pengalaman kehidupan menurut narasumber situs peninggalan
kemanusiaan(Maryaeni, 2005). Data sejarah Banten yaitu Pak Mul
yang digunakan terdiri dari data primer mengatakan Masjid Agung Banten
dan sekunder. merupakan bangunan yang unik,
dibangun dengan atap susun tumpang
Data primer diperoleh dari limayang melambangkan rukun Islam.
wawancara dan observasi. Data Awal abad ke 16 bentuk menara tidak
sekunder didapat dari jurnal, buku, dan seperti saat ini, tetapi berbentuk
penelitian yang relevan. Peneliti segiempat dan tinggi 12 meter dengan
menghabiskan waktu penelitiannya tangga sisak dari papan, namun pada
selama sebulan, yaitu bulan Februari masa Hasanuddin menara tersebut
2020. Tempat penelitian dilakukan di dirombak oleh Arsitektur China
Masjid Agung Banten. Focus penelitian bernama Cek Bancut bersama Raden
yaitu pada nilai-nilai sosial dan budaya Sepat sehingga mulai melahirkn
yang terkandung dalam Bangunan akulturasi budaya China dan Jawa.
Masjid Agung Banten. Peneliti akan Pada Abad 17 ketika terjadi perang
melihat realitas yang terjadi, dan saudara, di dapatkan oleh musuh
kebudayaan yang terdapat dalam bahwa di dalam menarat terdapat
bangunan Masjid tersebut. gudang senjata yang akhirnya
Pengumpulan data menggunakan dimusnahkan. Pada masa Kesultanan
wawancara, observasi, dan data-data Banten yang terakhir, yaitu Sultan Haji
penelitian yang relevan. Setelah data akrnya dibangun kembalilah menara
dikumpulkan lalu dianalisis tersebut dengan menggandeng seorang
menggunakan analisis interaktif. arsitek dari Belanda bernama Hendric
Berdasarkan pengertian diatas, Lucas Kardil dengan bentuk yang
pendekatan yang penulis gunakan berbeda. Tinggi menara tersebut
secara metodelogis adalah pendekatan menjadi dua kali lipat lebih tinggi
kualitatif dengan menggunakan strategi menjadi 24 m dengan 83 anak tanggan
etnografi yang digunakan untuk dan terbuat dari terakota.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |124


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Disamping itu, kebudayaan yang Masjid Agung Banten memiliki


tergambar yaitu terdapat hiasan pada atap lima tingkat berbentuk bujur
ujung menara berupa bunga teratai sangkar setinggi 30 m, berupa atap
yang melambangkan umat tumpang yang tersusun semakin ke
Asia,ndipintu menara berbentuk atas makin mengecil dan yang paling
seperti Candi, dan keseluruhan atas berbentuk limas yang di sebut
bangunan seperti Eropa. Selain kubah. Atap ini di topang oleh tiang-
budaya terdapat kehidupan social yang tiang kayu yang berdiri di atas umpak
terjalin didalamnya. Banyak batu, dan rangka atapnya di ekspos
masyarakat dari berbagai wilayah dan plafonnya juga naik mengikuti
bertempat tinggal di Banten. Dapat bentuk atapnya, menunjukan
diketahui melalui bangunan menara pengaruh seni bangunan Hindu.
Masjid Agung Banten tersebut, di Atapnya dari genteng dengan memolo
dalamnya terdapat akulturasi pada puncaknya. Tinggi memolo 1,2
kebudayaan Eropa, China, dan Jawa. m terbuat dari tanah liat. Rancangan
Ketiga kelompok masyarakat itu hidup atap masjid yang beratap susun lima,
saling berdampingan dan dengan rasa yang mirip dengan pagoda Cina ini
toleransi yang tinggi. Terlihat dari menjadi sisi menarik pertama dari
realitas yang mereka melakukan bangunan utama masjid yang menjadi
perkawinan campuran, gotong royong suatu keunikan tersendiri. Banyak
dan saling melindungi.(Pak Mul, pendatang Eropa mengagumi masjid
Narasumber Masjid Agung Banten, 7 tersebut dan menyebutnya sebagai
Februari 2020, di Masjid Agung temple atau kuil(Moh.Ali Fadillah,
Banten, Banten) 2005).
Salah satu kekhasan yang
B. Pembahasan tampak dari masjid ini adalah atap
1. Nilai Budaya Bangunan Masjid bangunan utama yang bertumpuk
Agung Banten lima, mirip pagoda Tiongkok yang
Masjid Agung Banten tidak luput juga merupakan karya arsitek
dari 3 budaya yaitu budaya Cina, Tionghoa yang bernama Tjek Ban
Budaya Eropa, dan budaya Arab. Tjut. Dua buah serambi yang
Masjid ini memiliki beberapa fungsi- dibangun kemudian menjadi
fungsi lainnya di antaranya sebagai pelengkap di sisi utara dan selatan
tempat berkumpulnya para alim bangunan utama.
ulama, tempat pengajaran agama Selain Raden Sepat, arsitek
Islam, dan wisata religi. Di samping lainnya yang ditengarai turut berperan
itu, terdapat pula pengajian, adalah Cek Ban Cut. Karena jasanya
marhaban, majelis taklim dan itulah Cek Ban Cut memperoleh gelar
tadarusan. Pada bulan Ramadhan, Pangeran Adiguna. Kemudian pada
Masjid ini selain dugunakan sebagai tahun 1620 M, semasa kekuasaan
tempat shalat Tarawih berjamaah, Sultan Haji, datanglah Hendrik Lucaz
biasa diadakan pula taqabalan, yaitu Cardeel ke Banten, ia seorang
melakukan puji-pujian kepada Allah perancang bangunan dari Belanda
SWT menjelang berbuka yang melarikan diri dari Batavia dan
puasa(Disbudpar, n.d.). berniat masuk Islam. Kepada sultan ia
A. Budaya Cina Pada Arsitektur menyatakan kesiapannya untuk turut
Masjid Agung Banten serta membangun kelengkapan Masjid

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |125


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Agung Banten, yaitu menara masjid Denah bangunan empat persegi


serta bangunan tiyamah yang berfungsi panjang berukuran 19,5 x 6,5 x 11,5 m
untuk tempat musyawarah dan kajian- dan terdiri dari dua tingkat. Masing-
kajian keagamaan. Hal ini dilakukan masing tingkat mempunyai tiga
sebagai wujud keseriusannya untuk ruangan berderet dari barat-timur.
masuk Islam. Karena jasanya tersebut, Ukuran ruangan barat dan timur
Cardeel kemudian mendapat gelar masing-masing 5,62 x 5,30 m,
PangeranWiraguna (Lukman Hakim, sedangkan ruang tengah 7,25 x 5,60
2006). m. Atap tiyamah berbentuk limasan
B. Budaya Belanda Pada Arsitektur dan ditunjang oleh dinding-dindingnya
Masjid Agung Banten Pintu masuk utama berada di
Pada sisi timur masjid terdapat dinding selatan (muka) berbentuk
sebuah menara yang mirip mercusuar empat persegi dengan ukuran 192 x
menjadi ciri khas Masjid Agung 149 cm, memiliki dua daun pintu.
Banten. Terletak di sebelah timur Pintu tersebut menuju ke ruang utama
masjid, menara ini terbuat dari batu dengan lantai tegel merah hati
bata, dengan diameter bagian berukuran 40 x 40 cm. Pada ruang
bawahnya kurang lebih 10 meter. tengah terdapat jendela berukuran 125
Menurut Pijper,(Juliandi, 2007) x 125 cm dengan dua daun jendela
menara Masjid Agung Banten yang dan mengapit pintu masuk, dan
berbentuk segi delapan itu mempunyai jeruji besi. Dinding utara
mengingatkan pada (belakang) terdapat pintu tanpa daun
bentukmercusuar,khususnya pintu yang menghubungkan tiyamah
Mercusuar Belanda. Saat ini ada bukti dengan pemakaman selatan dilengkapi
peninggalan mercusuar buatan dua anak tangga, karena pemakaman
Belanda di Anyer sebelah barat Serang lebih tinggi dari tiyamah. Pintu yang
dari abad ke-19, yakni bangunan terdapat pada ruang barat dan timur
mercusuar yang dalam beberapa hal masing-masing terdiri dari dua daun
memiliki kemiripan dengan Menara pintu dan ukurannya sama dengan
Masjid Agung Banten. pintu utama. Jendela pada tiap-tiap
Bentuk tersebut lazim ruangan terdapat dua buah. Selain itu
ditemukan di Negeri Belanda, seperti terdapat pula tangga kayu dua buah
segi delapan, pintu lengkung bagian menuju tingkat dua.
atas, konstruksi tangga melingkar Lantai tingkat dua terbuat dari
seperti spiral, dan kepalanya memiliki papan. Pintu pada tingkat dua ada
dua tingkat. Dari sini, banyak empat buah, dua buah di ruang barat
pendapat yang menyimpulkan bahwa dan dua lagi di ruang timur, serta
pembangunan menara segi delapan saling berhadapan berukuran 374 x
dan beberapa tiang penyangga atap 167 cm. Pada tingkat ini jendelanya
masjid yang juga bersegi delapan ada sebelas buah terdiri dari empat di
dipengaruhi arsitektur Belanda. ruang barat, tiga buah di ruang tengah,
Bangunan lain di komplek Masjid dan empat lagi di ruang timur. Bahan
Agung Banten adalah tiyamah, yaitu jendela dari kaca bening dan di beri
bangunan tambahan yang terletak di teralis. Untuk mencapai ujung menara,
selatan masjid, yang dahulu digunakan ada 83 buah anak tangga yang harus
sebagai tempat bermusyawarah dan ditapaki dan melewati lorong yang
berdiskusi soal-soal keagamaan. hanya dapat dilewati oleh satu orang.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |126


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Dari atas menara ini, dapat melihat terdahulu, yaitu sebagai tempat
pemandangan di sekitar masjid dan mengumandangkan adzan.
perairan lepas pantai, karena jarak C. Budaya Arab Pada Arsitektur
antara menara dengan laut hanya Masjid Agung Banten
sekitar 1,5 km. Selain digunakan Masjid banten ini juga
sebagai tempang mengumandangkan memiliki pintu yang unik. Pintu masuk
adzan, menara ini juga digunakan masjid di sisi depan berjumlah enam
sebagai tempat menyimpan senjata buah yang melambangkan rukun
dan sebagai menara pengawas pada Iman. Pintu Masjid Banten ini sengaja
masa kolonial Belanda. dibuatrelatif pendek, dengan maksud
Alya Nadia mengatakan, siapapun yang masuk ke masjid harus
“Dahulu menara tersebut difungsikan menunduk dan tidak boleh sombong
sebagai tempat untuk di Mata Allah. Mimbar ini berdenah
mengumandangkan adzan, seperti empat persegi panjang berukuran 93 x
layaknya fungsi menara Masjid Agung 170 cm dengan dinding di sisi utara,
Banten(Alya Nadya, 2017). Bentuk barat, dan selatan. Di depan dinding
tubuh menara segi delapan dan utara dan selatan terdapat pipi dinding
mengecil pada bagian atasnya serta yang berhiaskan bingkai. Dalam
pada dasar tubuh terdapat pelipit. mimbar terdapat tempat duduk
Pintu masuk ke tubuh menara dengan injakan kaki setinggi 16 cm.
terdapat di sisi utara berukuran tinggi Pada sisi luar dinding tubuh mihrab
188 cm dan lebar 66 cm dengan daun terdapat hiasan dalam bidang segi
pintu dari perigi besi dan atasnya empat sebanyak tiga buah di sisi utara-
berupa lengkungan dan di tengah selatan. Dinding bagian bawah berisi
lengkungan tersebut terdapat panil segi hiasan teratai mekar ditengahnya
empat. Di depan pintu masuk terdapat terdapat motif bingkai cermin, dan di
tangga dengan empat anak tangga bagian atasnya terdapat motif oval yang
dengan pipi tangga berbentuk empat di dalamnya terdapat lubang
persegi. Dari kiri-kanan pintu terdapat berbentuk daun semanggi.
tiga tiang segi delapan. Pada setiap sisi Pada setiap sudut panil
menara sejajar dengan pintu terdapat terdapat hiasan daun yang di apit oleh
hiasan empat persegi panjang (12 semacam lukisan binatang. Di atas
buah) berjajar empat-empat ke panil terdapat susunan pelipit dan di
samping dan tiga ke bawah. Di antara atas pelipit tersebut terdapat bidang
jajaran yang ke bawah ada bentuk persegi panjang di sisi utara, timur dan
bujur sangkar berjajar tiga-tiga ke barat, serta berhiaskan pilih ganda
samping dan dua ke bawah. Di atas dengan posisi silang berhadapan,
jajaran persegi panjang dalam posisi bunga dan daun-daunnya. Pada bagian
horizontal, terdapat hiasan tumpal di atas muka mimbar terdapat penampil
sekeliling tubuh menara, lubang- berbentuk lengkung di sisi timur dan
lubang yang melingkar seperti spiral, di dalamnya ada tulisan Arab. Mimbar
kemudian tumpal lagi, dan terakhir pada Masjid ini biasanya digunakan
berupa pelipit. Sekarang menara tidak sebagai tempat khatib menyampaikan
lagi difungsikan sebagai tempat untuk khotbah pada pelaksanaan shalat
mengumandangkan adzan, kecuali Jum’at. Pada masa sekarang tempat
ketika akan melaksanakan shalat khatib tersebut banyak yang
Jum’at, menara difungsikan seperti menggunakan podium(Nurman

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |127


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Kholis, 2012). Di Masjid-masjid kuno mihrab juga berfungsi sebagai


di Indonesia pada umumnya terdapat petunjuk arah kiblat.
mimbar. Letak podium pada masjid-
masjid sekarang di sebelah imam di 2. Nilai-Nilai Sosial pada Masjid
dalam mihrab. Sedangkan tempat Agung Banten
mimbar pada masjid-masjid kuno, Masjid Agung Banten
umumnya di belakang satu saf dari merupakan sebuah simbol sekaligus
mimbar. Di Masjid Agung Banten juga peninggalan sejarah Kesultanan
terdapat mimbar dan terletak di Banten. Setiap harinya Masjid Agung
belakang satu saf dari mihrab. Mimbar Banten memiliki tingkat pengunjung
menghadap ke arah timur, arah yang cukup tinggi, sebab dalam
jamaah. Bahan utama mimbar ini kawasan masjid agung tersebut tak
terbuat dari kayu dan besi, di topang hanya menghadirkan bangunan masjid
oleh tiang penyangga sebanyak empat yang unik tetapi ada sejarah panjang,
buah. Bagian bawah mimbar terbuat makam sultan, menara yang indah dan
dari ubin berkeramik putih dengan arsitektur halaman yang mirip dengan
lima buah anak tangga samoai tempat Masjid Nabawi. Hal tersebut membuat
kursi mimbar yang menyerupai kursi terjadinya banyak nilai sosial, mulai
kerajaan. Panjang mimbar sekitar 2,60, dari awal bangunan masjid tersebut
lebar 0,95m dan tinggi dari lantai dasar dibangun sampai saat ini.
masjid sekitar dua meter. Tiang Toleransi merupakan fenomena
mimbar berukiran salur-salur dan sosial yang nyata terjadi di Banten.
bagian pinggir atapnya dihiasi ragam Mulai dari agama sampai suku bangsa.
hiasan meander. Hampir seluruh Tercatat dalam sejarah kedatangan
bagian mimbar dicat warna emas. China di Nusantara pada abad ke-5,
Sekeliling mimbar kiri-kanan dan yaitu pada masa Dinasti Tang, sebab
belakangnya ditutupi oleh kain putih pada masa itu china merupakan
transparan (Alya Nadya, 2017). negara yang ramai akan
Pada mimbar terdapat pedang perdagangan(Wibowo, 2009).
bercabang dua pada mata pedangnya Persebaran Tionghoa pun meluas
(pedang bermata dua) yang dianggap sampai Banten dan menduduki
pernah di pakai oleh Khalifah Ali bin Banten tercatat dalam sejarah pada
Abu Thalib untuk berperang (wallahu tahun 1642 terdapat 1600 orang
a’lam); Bentuk mata pedang yang Tionghoa di Banten (Benny G
terbelah dua sangat unik. Pedang Setiono, 2002).
tersebut kini masih digunakan untuk Karakteristik Kesultanan Banten
khutbah pada shalat Jum’at yang kala itu sangat terbuka dengan
dipegang oleh khatib pada saat keberagaman, karena menurutnya
menyampaikan khutbah. Mihrab semakin banyak suku bangsa yang
adalah sebuah rongga tempat imam singgah maka semakin besar pula
memimpin shalat, yang terletak di sisi peluang banten untuk menjadi wilayah
barat, menjorok keluar dan berbentuk yang maju. Dari hal tersebut terjadi
bilik tanpa jendela. Mihrab dalam komunikasi antarbudaya dan suku
bahasa Jawa disebut Pangimaman, dan bangsa di Banten yang pada akhirnya
dalam bahasa Sunda disebut menghasilkan toleransi dan akulturasi.
paimbaran, yaitu tempat imam Terdapat pemukiman china dan
memimpin shalat. Selain itu juga vihara tertua di indonesia yang

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |128


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

letaknya 400 m di belakang masjid dengan masyarakat indonesia(Carey,


agung banten, yaitu vihara 1985).
avalokitesvara. Komunikasi yang Masa orde baru etnis tionghoa
terjalin antar umat beragama sangatlah terus mendapat ancaman sebab
baik, vihara tersebut dibangun di adanya jawasentris dan rasisme.
sekitar pemukiman penduduk Mereka melakukan berbagai cara agar
muslim, antar sesama saling tetap bertahan hidup dan
membantu. Bahkan vihara siap mendapatkan haknya. Mulai dari
membantu apabila terjadi kerusakan berasimilasi, menikah dengan
dalam masjid begitupun sebaliknya. pribumi, perubahan nama menjadi
Disekitar kawasan banten lama nama jawa atau indonesia, dan
terdapat beberapa peninggalan berpindah agama. Adanya kejadian
pecinaan salah satunya masjid tersebut membuat realitas sosial
pecinaan tinggi, yang merupakan penduduk China di Banten semakin
peninggalan dari Sunan Gunung Jati sedikit, khususnya di Kelurahan
(Syarif Hidyatullah)(Benny G Setiono, Banten menurut data kependudukan
2002). Kelurahan Banten, Provinsi Banten
Toleransi yang terjalin 2017 saat ini mayoritas dihuni orang
menghasilkan sebuah budaya baru, pribumi muslim sekitar 99,5% (17.886
yaitu akulturasi. Dapat dilihat dari orang) dan pemeluk agama budha
arsitektur bangunan kesultanan banten 0,23% (43 orang). Dari data tersebut
yang sampai saat ini terkenal yaitu atap membuktikan bahwa banten di masa
masjid tersusun dari 5 lapis dan lalu merupakan pusat penyebaran
menara masjid yang bercorak 3 islam di jawa barat. Sedangkan jika
kebudayaan (eropa, china, dan arab). melihat realitas kondisi social ekonomi
Munculnya tradisi perayaan upacara rata-rata bermata pencaharian nelayan
perkawinan, membakar petasan yang 74,67% (1.878 orang), dan pedagang
diadopsi dari tradisi Tionghoa. (480 orang).
Namun seiring dengan berjalannya Nilai dan makna tempat Masjid
waktu fenomena sosial tersebut mulai Agung Banten terdapat pada ciri khas
berubah, toleransi mulai hilang. Sejak bangunan yang memiliki keunikan
abad 17 pembantaian besar-besaran tersendiri seperti adanya menara,
etnis tionghoa dilakukan disekitar payung yang seperti di Mekkah, ketika
batavia, yang dilakukan oleh gubernur wudhu airnya asin, terdapat adanya
jendral valckenier. Mereka merasa makam. Pengunjung banyak
diadu domba oleh pihak penjajah, mereflesikan religiusnya dengan
dengan mengindikasikan adanya china melakukan kunjungan ke tempat-
mulai mendominasi perdagangan di tempat yang baginya tempat tersebut
indonesia sehingga memiskinkan suci termasuk ziarah ke makam-
masyarakat pribumi. Kejadian tersebut makam ulama dan raja serta ke masjid-
memakan 10.000 korban etnis china masjid kuno yang memiliki nilai
meninggal dunia. Tidak nerhenti sejarah yang tinggi.
sampai situ,tahun 1949 kaum Menurut Sukardjo, motif
nasionalis mulai berpikir tentang spiritual dan wisata spiritual (spiritual
identitas negara sehingga membuat tourism) merupakan salah satu tipe
masyarakat tionghoa kebingungan, wisata yang tertua. Sebelum orang
kembali ke asal atau berasimilasi mengadakan perjalanan untuk

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |129


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

rekreasi, bisnis, olahraga dan Parkiran untuk berkunjung ke Masjid


sebagainya, orang sudah mengadakan Agung Banten ini terdapat dimana-
perjalanan untuk berziarah (pariwisata mana. Parkiran tidak terpusat di satu
ziarah). Menurut Koentjaradiningrat titik melainkan menyebar. Parkiran
wisata religi merupakan salah satu tersebut terdapat di lahan-lahan
unsur kebudayaan adalah sistem religi kosong disekitar kawasan yang
dimana unsur ziarah berada di disediakan dan dikelola oleh
dalamnya. Berziarah merupakan masyarakat sekitar (Budi Sulistiyo,
berkunjung ke tempat-tempat suci atau 2012).
tempat bersejarah seperti ke makam- Walaupun sudah direvitalisasi,
makam ulama atau tokoh-tokoh akan tetapi fasilitas sarana dan
agama (Astiti, 2016). Makam-makam prasarana pada Masjid Agung Banten
ulama dan tokoh-tokoh agama yang sudah cukup baik walaupun masih
terdapat di Masjid Agung Banten banyak kekurangan sana-sini tidak
menjadi fokus-fokus wisatawan yang menutup kekurangan tersebut
berkunjung disana dengan tujuan membuat pengunjung enggan datang
ziarah untuk mendoakan serta ke tempat tersebut. Bangunan yang
mengenang kembali perjuangan para kaya akan nilai dan makna budaya,
tokoh agama dan raja sosial, dan sejarah yang besar
mempertahankan wilayah Banten dari sepatutnya dilestarikan dan dirawat
para penjajah. Aktivitas di Masjid dengan sebaik-baiknya.
Agung Banten pun selalu ramai
terutama pada saat hari-hari besar
agama islam yang diadakan di dalam Daftar Pustaka
lingkungan masjid tersebut (Astiti, Abdul Fatah Jalal. (1988). Azas-azas
2016). Pendidikan Islam (terj). Bandung:
Meningkatnya aktivitas Diponegoro.
masyarakat sekitar karena adanya
kegiatan hari-hari besar yang diadakan Abdurrahman an-Nahlawi. (1979).
oleh pengelola masjid. Namun, tingkat Ushul al Taarbiyah al Islamiyah wa
keamanan dan fasilitas yang masih Asalibuha fi al Bayt wa al
banyak yang harus ditingkatkan Madrasah wa al Mujtama.
kembali seperti meletakan sepatu atau Damaskus: Daar Al Fikr.
sandal, kantin untuk makan dan Ahmad Tanzeh. (2011). Metodologi
minum, serta kamar mandi yang bayar Penelitian Praktis. Yogyakarta:
menurut kami itu tidak perlu Teras.
walaupun tujuannya untuk
perekonomian tapi memberikan nilai Alya Nadya. (2017). Gaya Arsitektur
negative kepada para pengunjung, dan Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua
ketika kita masuk ke dalam masjid, di Banten. Prosiding Seminar
banyak peminta-minta yang Heritage, 314,313. Retrieved from
menyarankan untuk beramal terlebih https://seminar.iplbi.or.id/wp-
dahulu untuk memakmurkan masjid content/uploads/2017/06/HERIT
di halaman masjid. Dari segi AGE2017-A-311-316-Gaya-
keamanan, pengelola masjid belum Arsitektur-Masjid-Kasunyatan-
memberikan keamanan dan Masjid-Tertua-di-Banten.pdf
kenyaman pengunjung atau wisatawan.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |130


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Amos Neolaka, G. A. (2017). Landasan peninggalan-kesultanan-banten


Pendidikan Dasar Pengenalan Diri
Sendiri Menuju Perubahan Hidup. Isna, M. (2001). Diskursus Pendidikan
Depok: Kencana. Islam. Yogyakarta: Global Pustaka.

Astiti, N. K. A. (2016). Pengelolaan Iwan Sugiwa. (2013). Profil Obyek dan


Kawasan Situs Kota Kuno Banten Tujuan Wisata (ODTW) di
Sebagai Destinasi Wisata Budaya Provinsi Banten dan Daya
Untuk Meningkatkan Pergerakan Tariknya terhadap Wisatawan.
Wisatawan Nusantara. 1, 3–4,5,8. Epigram, 10, 103. Retrieved from
https://scholar.google.com/citations
Benny G Setiono. (2002). Tionghoa ?user=XTssQ0oAAAAJ&hl=id
dalam Pusara Politik. Jakarta:
Transmedia. Juliandi. (2007). Masjid Agung Banten:
Nafas Sejarah dan Budaya.
Budi Sulistiyo, G. V. M. (2012). Yogyakarta: Ombak.
Revitalisasi Kawasan Banten Lama
sebagai Wisata Ziarah. 3, 4. Lukman Hakim. (2006). Banten dalam
Perjalanan Jurnalistik. Serang:
Carey, P. (1985). Orang Jawa dan Banten Heritage.
Masyarakat China (1755-1825).
Jakarta: Pustaka Azet. Maryaeni. (2005). Metode Penelitian
Kebudayaan. Jakarta: Bumi
Disbudpar. (n.d.). Jelajah Pesona Aksara.
Wisata Banten Indonesia.
Moh.Ali Fadillah, et al. (2005). Ragam
Firdausi, A. A. (2020). Sejarah Tak Pusaka Budaya Banten. Serang:
Hadir di Situs Banten Lama. Balai Pelestarian Peninggalan
Retrieved from tirto.id website: Purbakala.
https://tirto.id/sejarah-tak-hadir-di-
situs-banten-lama-dti9 M.Chabib Thoha. 1996. Kapita Selekta
Pendidikan Islam. Yogyakarya:
Guntur Setiawan. (2004). Implementasi Pustaka Pelajar.
dalam Birokrasi dan
Pembangunan. Bandung: Remaja Mohammad Thareq. (2017).
Rosdakarya. Perpaduan Gaya Arsitektur Jawa
Kuno, Tiongkok, dan Eropa pada
Hasan Mua’rif Ambary. (1998). Arsitektur Masjid Agung Banten.
Menemukan Peradaban Jejak 2. Retrieved from
Arkeologis&Historis Islam http://seminar.iplbi.or.id/wp-
Indonesia. Jakarta: Logos Wacana content/uploads/2017/06/HERIT
Ilmu. AGE2017-A-051-054-Perpaduan-
Gaya-Arsitektur-Jawa-Kuno-
Indonesia, P. (2019). Masjid Agung Tiongkok-dan-Eropa-pada-
Banten, Kokohnya Peninggalan Arsitektur-Masjid-Agung-
Kesultanan Banten. Retrieved Banten.pdf
from Kementrian Pariwisata
Indonesia website: Munandar Sulaiman. (1992). Ilmu
https://pesona.travel/keajaiban/302 Budaya Dasar Suatu Pengantar.
/masjid-agung-banten-kokohnya- Bandung: Refika Aditama.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |131


PATTINGALLOANG
© Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan

Nurdin Usman. (2002).Konteks


Implementasi Berbasis Kurikulum.
Bandung: CV. Sinar Baru.
Nurman Kholis. (2012). Mimbar dan
Podium:Kajian atas Masjid Kuno
di Nanggroe Aceh. Lektur
Keagamaan, 2, 443.
Ridha, M. R., & Amirullah, A. (2017,
October). Eksistensi Masjid
Makmur Melayu dalam Syiar
Islam di Kota Makassar (1943-
2015). In Seminar Nasional LP2M
UNM (Vol. 2, No. 1).

Oloan Situmorang. (1993). Seni Rupa


Islam Pertumbuhan dan
Perkembangannya. Retrieved from
https://docplayer.info/177468708-
Jurnal-imajinasi-nilai-multukultural-
ornamen-tradisional-masjid-masjid-
warisan-para-wali-di-pesisir-utara-
jawa.html
Wibowo, S. H. (2009). Merangkul
China:Hubungan China Indonesia
pasca Soeharto. Jakarta: Gramedia.
Zainal Arifin. (2014). Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Zakiah Daradjat, D. (2014). Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Zulganef. (2008). Metode Penelitian
dan Bisnis. Yogyakarta: Griya
Ilmu.

Vol. 7, No.2 Agustus 2020, 119-132 |132

Anda mungkin juga menyukai