Anda di halaman 1dari 17

ARSITEKTUR

INDONESIA
WUJUD INKULTURASI SERTA KONSEP KERUANGAN PADA
MUSHALLA AL-QOMAR, DENPASAR

SEPTIAN APRILIANTO

1404205106

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

MEI, 2017
1 ARSITEKTUR INDONESIA

WUJUD INKULTURASI SERTA KONSEP


KERUANGAN MUSHALLA AL-QOMAR

PENDAHULUAN
Masjid dapat diartikan sebagai tempat Indonesia is very diverse appropriate with local
dimana saja bagi umat muslim bersembahyang. conditions of local community. Mostly mosques in
Oleh karena fungsinya, masjid ini bersifat sakral Indonesia is designed, built, and developed by the
bagi umat Islam dimanapun berada. Sedangkan local communities. (Maslucha, 2012)
mushalla adalah tempat atau rumah kecil Dapat diartikan, Indonesia sebagai salah
menyerupai masjid yang digunakan sebagai tempat satu negara muslim terbesar sangat kaya akan
mengaji dan shalat bagi umat yang menganut arsitektur masjidnya secara kualitas maupun
agama Islam. Fungsi dari mushalla sama dengan kuantitas. Ini disebabkan karena Islam tersebar ke
masjid hanya dalam skala yang lebih kecil sehingga semua daerah di Indonesia dengan tradisi - tradisi
tidak dapat digunakan untuk shalat jumat, kegiatan serta keanekaragaman budayanya masing - masing
iktikaf, dan sebagainya. Mushalla ini juga dapat menyebabkan terciptanya keanekaragaman bentuk
berupa milik pribadi seseorang dan dapat berupa yang didasarkan pada kearifan lokal. Kebanyakan
fasilitas umum. masjid dan mushalla di Indonesia didesain,
Masjid dan mushalla dapat juga dibangun, dan dikembangkan oleh komunitas
merepresentasikan kebudayaan muslim yang (masyarakat) lokal.
berwujud fisik. Perkembangan arsitektur Islam Bali merupakan salah satu kota di
memiliki prinsip: kesetiaan pada garis keagamaan Indonesia yang memiliki karakter kebudayaan yang
dan adaptabilitas terhadap ekspresi fisik tradisi kental dan masih tetap dipertahankan sampai saat
lokal 1. Oleh karenanya masjid di setiap daerah ini. Salah satu produk budaya Bali yang dapat
mempunyai perbedaan dan ciri khusus dari segi dilihat secara nyata adalah dari segi arsitekturnya
arsitekturnya yang terus mengalami inkulturasi yang jelas memiliki ciri khas yang berbeda dengan
dengan budaya setempat atau budaya lokal. daerah lain di Indonesia, diantaranya adalah ragam
Inkulturasi itu sendiri merupakan proses hias dan ornamen, penggunaan material - material
pembudayaan lewat pencampuran dua kebudayaan khusus, serta tipologi bangunan - bangunan
atau lebih yang saling bertemu dan saling tradisional yang ada Bali. Arsitektur Bali juga
mempengaruhi. sangat dipengaruhi oleh kepercayaan serta agama
Indonesia as one of the biggest muslim mayoritas yang ada di Bali, yaitu agama Hindu.
countries in the world are very rich in the quality Masuknya agama Islam ke Bali
and quantity of mosques architecture. This is diperkirakan pada abad ke-13 dan 14 melalui
caused Islam spread in almost all parts of Kerajaan Gelgel, namun tepatnya belum ada
Indonesia with different ethnic traditions and penelitian pasti. Oleh karena persebaran agama
custom. This is why mosque architecture in Islam tersebut menjadikan Islam sebagai salah satu
bagian dari agama di Bali disamping Hindu, Budha,
1 Kristen, Katholik, dan agama lainnya. Walaupun
Fanani, Ahmad, Arsitektur Masjid, Yogyakarta:
Bentang Pustaka, Tahun 2009, hlm. 42 terbilang minoritas di Bali namun agama Islam
2 ARSITEKTUR INDONESIA

terus mengalami perkembangan dari segala aspek bangunan tradisional Bali namun jelas pada
termasuk pula perkembangan arsitektur Islam bangunan masjid ini memiliki filosofi atau makna
yang terlihat dari wujud masjid dan mushalla yang yang berbeda.
ada di Bali. Salah satu wujud arsitektur masjid yang
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, mengalami inkulturasi adalah Masjid Al-Hikmah
bahwa perkembangan masjid di Bali bukan hanya yang berada di daerah Kertalangu, Denpasar Barat
terlihat dari segi kuantitasnya saja namun juga dari serta masjid Al-Qomar yang berada di daerah
segi kualitas. Beberapa masjid di Bali mengalami Denpasar Selatan. Facade dari bangunan ini
inkulturasi budaya antara budaya Islam dengan memiliki style yang menyesuaikan dengan local
arsitektur Bali yang terlihat dari segi facade genius dari daerah Bali. Penggunaan entrance
bangunan baik dari segi tipologi maupun material berupa candi bentar serta material yang digunakan
serta ragam hiasnya. Walaupun mengadopsi bentuk adalah salah satu contohnya.

TINJAUAN UMUM
Penerapan arsitektur Bali, khususnya di bangunan ibadah masjid, sangat variatif tersebar di kota-
kota besar atau desa-desa tua yang menjadi awal atau pusat pertumbuhan Islam di Bali. Walaupun tidak
ada ketentuan yang mengikat dalam wujud arsitektur masjid (bersifat flesksible), namun para umat Islam
berupaya mencari identitas bagi bangunan ibadahnya sebagai suatu tanda identitas dimana tempat
mereka melakukan persembahyangan. Sebab itu lah yang mendorong terjadinya inkulturasi budaya
setempat dalam hal ini adalah budaya Bali, pada sosok bangunan masjid yang merupakan tempat ibadah
umat Islam.

Arsitektur Masjid
Arsitektur masjid merupakan bagian dari Arsitektur Islami yang memiliki sifat-sifat Islam. Bisa jadi
yang dimaksud arsitektur Islami adalah arsitektur yang bukan berasal dari Islam, namun karena sejalan
dengan kosepsi Islam yang tertera dalam Al-Quran dan Al-Hadits, maka arsitektur tersebut disebut
sebagai arsitektur Islami. Jadi dapat dikatakan bahwa arsitektur masjid merupakan bagian dari
arsitektur yang menerapkan konsepsi dari ajaran-ajaran Kitab Suci umat muslim.
Dalam membangun masjid umat Islam diberikan kebebasan dalam menentukan arsitektur masjid
sepanjang masjid tersebut berperan sebagai pusat ibadah dan pusat pembinaan umat. Penentuan serta
perencanaan bentuk bangunan serta arsitektur masjid dapat disesuaikan dengan selera masyarakat,
lingkungan sosial, serta budaya setempat.
Masjid tidak lah harus berkubah namun harus memiliki menara. Fungsi kubah hanya memberikan
sifat sakral pada bangunan ke arah vertikal yang merupakan perlambang menyembah Sang Pencipta,
Allah SWT. Sedangkan menara dianjurkan pada masjid, karena disamping berfungsi sebagai tempat
muadzin atau tempat menempatkan pengeras suara, juga sebagai titik tangkap ( land mark) serta
merupakan ciri khas bangunan masjid. Yang diatur dalam hukum agama mengenai masjid antara lain:
Mengarah ke hadad/kiblat.
Harus suci badan dan bersih tempat (wudhu untuk bersih badan, sedangkan bersih tempat
dapat diwujudkan dari adanya kolom di depan/samping masjid seperti di Masjid Agung Banten).
3 ARSITEKTUR INDONESIA

Kiblat dalam bangunan masjid masa lalu ditetapkan melalui arah matahari. Kini telah
memanfaatkan teknologi canggih. Masjid kuno tidak mengenal menara dan kebanyakan masjid
masa lalu dibangun oleh raja.
Ornamen pada masjid menurut hadist dinyatakan bahwa Tuhan tidak mengizinkan menerapkan
makhluk hidup. 2
Peran elemen hias pada bangunan masjid harus diolah dengan cermat dan diarahkan dengan tepat,
agar tampak indah di mata dan sekaligus dapat bermakna lain pada diri kita. Seiring dengan hal tersebut
maka estetisnya pada bangunan masjid perlu dilakukan, paling tidak ada tiga macam pokok yang harus
diperhatikan:
Sesuatu yang dapat memberikan, menimbulkan, dan menumbuhkan rasa cinta keagamaan yang
lebih mendalam dalam hati sanubari jamaah.
Ornamen-ornamen dekoratif yang selaras dan fungsional yang sesuai dengan arsitektur masjid.
Sebagai ciri khas dan identitas kebudayaan lingkungan yang beranekaragaman.3
Dengan memperhatikan ketiga macam pokok tersebut, maka elemen estetis masjid banyak
berbentuk kalografi Arab yang dipadukan dengan budaya lokal denan mengambil ayat-ayat Al-Quran,
Asmaul Husna, dan sebagainya. Dalam membangun dan mengembangkan fisik masjid, yang harus
diperhatikan adalah kesesuaian fungsi dan tujuan masjid itu sendiri. Sedangkan arsitektur yang
menyangkut bentuk bangunan bisa saja disesuaikan dengan kultur dan budaya setempat atau
berkembang mengikuti arsitektur modern. Meskipun demikian, nilai-nilai Islam tetap harus menjiwai
setiap bangunan masjid.
Arsitektur bangunan masjid di Indonesia dipengaruhi oleh erbagai faktor antara lain:
Peran dan perkembangan budaya daerah sebagai bagian dari kebhinekatunggalikaan bangsa
Indonesia.
Peran dan pengaruh ilmu dan teknologi
Campuran4
Oleh karena itu penilaian terbaik arsitektur terbaik untuk masjid adalah merupakan suatu yang
relatif. Dalam hal ini, penilaian arsitektur terbaik ditentukan menurut seni dan budaya yang berkembang
di daerah. Seni membangun suatu masjid bukanlah merupakan suatu yang mutlak dalam Islam, kecuali
arah kiblat yang merupakan hukum tetap yang tidak dapat diubah. Dalam desain masjid yang perlu
diperhatikan antara lain adalah ruang-ruang sebagai berikut:
Ruang Utama
Ruang utama mempunyai fungsi utama antara lain:
Kegiatan sehari-hari dipakau untuk ibadah shalat lima waktu yang diadakan secara
berjamaah ataupun munfarid.
Kegiatan shatat jumat
Kegiatan ramadhan

2
Salain, Putu Rumawan, Arsitektur Tradisional Bali pada Masjid Al-Hikmah di Kertalangu
Denpasar, Denpasar: Disertasi Program Pasasarjana Universitas Udayana, Tahun 2011
3
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Tipologi Masjid, Tahun 2008, hlm. 28
4
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Tipologi Masjid, Tahun 2008, hlm. 32
4 ARSITEKTUR INDONESIA

Kegiatan pada hari besar Islam, masjid akan digunakan sebagai tempat sembahyang
hari raya, upacara keagamaan seperti Isra Miraj, Maulid Nabi, Nuzulul quran, dan
sebagainya
Ruang Wudhu
Menurut firman Allah dlam surat Al-Maidah, bahwa kebersihan merupakan syarat
mutlak melakukan ibadah. Oleh karena itu masjid memerlukan ruang khusus untuk tempat
wudhu.
Ruang Pelayanan
Kebersihan diri rohani dan jasmani perlu diimbangi pula dengan kebersihan ruang
tersebut. untuk itu perlu ruang pelayanan yang dapat menunjang pelayanan jamaah masjid.
Ruang Penunjang
Disamping ruang utama, ruang wudhu, dan ruang pelayanan, diperlukan juga ruang
penunjang yang digunakan untuk menampung kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan seperti
kegiatan pendidikan dan kegiatan musyawarah.5
Kehadiran masjid juga tidak lepas dari konsep masjid itu sendiri, sedangkan konsep masjid dari segi
arsitektur ada tiga, yaitu:
Terbuka
Adalah masjid mampu mencerminkan suasana keterbukaan atau memberikan kesan
terbuka dan menerima setiap orang yang akan masuk ke dalamnya.
Khusyuk
Adalah masjid itu harus mampu memberikan suasana yang agung sehingga setiap
orang yang beribadah di dalamnya akan dapat melaksanakan ibadah dengan khusyuk.
Suci
Adalah masjid itu harus bisa menjaga kebersihan dari segala kotoran, najis-najis,
sehingga masjid merupakan tempt yang sakral.

Simbol dan Islam


Sejak jaman pra-sejarah, simbol sudah dikenal dan digunakan oleh manusia untuk menyatakan
sesuatu yang tidak kasat mata/konkrit, dan sebagian besar lebih banyak bertautan dengan persoalan
transcendental spiritual. Dengan simbol, manusia memiliki alat untuk lebih intens didalam
perhubungannya dengan yang tak terlihat atau yang gaib.
Pada agama-agama samawi (Yahudi, Kristiani, dan Islam) penggunaan simbol-simbol konkrit untuk
memvisualisasikan Tuhan dan segala hal yang berhubungan dengan Tuhan tidak diperbolehkan. Namun
diantara agama-agama tersebut hanya Islam yang sampai kini secara jelas mentabukan simbol semacam
ini. penggambaran makhluk hidup terutama manusia dihindarkan.
Sementara untuk menyatakan atau menkonkritkan Allah SWT, Islam melakukannya melalui
ungkapan ucapan, baik verbal maupun tulisan. Hal ini kemudian menjadi pendorong berkembangnya karya
seni kalgrafi dan pembacaan ayat-ayat Al-Quran. Karya-karya bangunan/arsitektur terutama masjid pun
menjadi wacana bukan untuk menggambarkan Allah SWT, melainkan memvisualkan sifat dan kebesaran

5
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Tipologi Masjid, Tahun 2008, hlm. 32
5 ARSITEKTUR INDONESIA

Allah SWT, suatu hal yang paling berdekatan dengan Allah, yang paling mampu dan boleh disimbolkan oleh
umatnya.
Fungsi masjid adalah selain sebagai tempat beribadah juga merupaan pusat komunitas kaum
muslimin, tempat belajar memahami Islam maupun dakwah. Kegiatan-kegiatan bersama ini berlangsung
setiap hari dalam satuan waktu tertentu dan rutin. Untuk mengakomodasi kegiatan tersebut umumnya
membutuhkan ruangan yang cukup luas serta datar sehingga area lantai ruang masjid bisa dipastikan
berbentuk datar.
Keharusan atas adanya imam (pemimpin) dan makmum (pengikut imam) jelas mempengaruhi
rancangan denah masjid kearah bentuk sederhana dan optimal yaitu segi empat, sementara keberadaan
mimbar sebagai wadah aktivitas imam memberikan elemen tambahan pada denah (mihrab). Orientasi
yang harus menghadap ke satu arah yaitu Makkah dan adanya larangan untuk melintas di depan kamaah
serta adanya kebutuhan mimbar dan mihrab memberikan konsekwensi logis pada penempatan akses
sirkulasi keluar-masuk masjid, yaitu berada pada sisi-sisi selain dai area imam. Dengan kata lain, dari
bentuk denah yang segi empat tersebut, hanya tiga sisi lah yang menjadi akses keluar-masuk manusia ke
dalam masjid.

Ornamen Kekarangan dan Pepatran Bali


Ragam hias/ornamen khas Bali merupakan salah satu ciri khas yang digunakan pada bangunan-
bangunan yang ada di Bali. Maka tidak heran kalau penerapan ornamen-ornamen tersebut dilakukan pada
bangunan-bangunan yang ada di Bali. Tidak hanya bangunan yang bersifat privat seperti rumah, namun
bangunan-bangunan umum pun turut menggunakan ornamen-ornamen ciri khas Bali tersebut, seperti
area pemerintahan yang berada di Renon yang kental akan nuansa Balinese style nya.
a. Kekutusan (Gelebet, 1982)
Mengambil bagian terpenting dari suatu tumbuh-tumbuhan yang dipolakan berulang
dengan pengolahan untuk memperindah penonjolannya. Keketusan dalam ragam hias
tradisional sangat banyak jenisnnya, seperti: keketusan wangga yang menggambarkan
bunga-bunga besar yang mekar dari jenis tanaman yang berdaun lebar; keketusan bungan
tuwung adalah hisan berpola bunga terung dalam bentuk liku-liku segi banyak berulang
atau bertumpuk menyerupai bunga terung; keketusan bun-bunan adalah hiasan berpola
tumbuh-tumbuhan jalar atau jalar bersulur. Keketusan lainnya seperti:mas-masan, kakul-
kakulan,batun timun, pae, ganggong, dan lain.
b. Pepatran (Gelebet, 1982)
Jenis ragam hias ini berwujud gubahan-gubahan keindahan hiasan dalam patern-
patern yang juga disebut patra. Ide dasar pepatran banyak diambil dari bentuk-bentuk
keindahan flora. Keindahan flora diambil sedemikian rupa sehingga jalur daun, bunga,
putik dan ranting dibuat berulang-ulang. Masing-masing pepatra memiliki identitas yang
kuat dalam penampilannya, sehingga mudah diketahui, seperti: Patra Punggel yang ide
dasarnya diambil dari potongan tumbuh-tumbuhan menjalar, terutamanya ujung daun
paku yang masih muda. Punggel berarti potongan.
Jenis pepatran yang lain adalah Patra Cina. Karena namanya, kehadiran dari patra ini
diyakini oleh masyarakat Bali sebagai pengaruh dari kebudayaan Cina. Patra Cina
6 ARSITEKTUR INDONESIA

merupakan stiliran dari tumbuhan kembang sapatu yang dalam pengolahan batang, daun
dan bunganya dibuat dengan garis tegas sehingga mencerminkan pola yang konstruktif.
Sulur Mas-masan dasarnya diambil dari tanaman Samblung, yakni tanaman menjalar
dengan daun-daun yang lebar. Dalam pepatran tanaman samblung ini dibuat berupa
tanaman yang ujung-ujungnya menjalar dan melengkung harmonis. Dalam bangunan
tradisional Bali jenis pepatran ini menempati bidang-bidang yang panjang karena polanya
yang berulang dan memanjang.
c. Kekarangan (Gelebet, 1982)
Menampilkan suatu bentuk hiasan dengan suatu karangan yang berusaha mendekati
bentuk-bentuk flora yang ada dengan penekanan bagian-bagian keindahan. Seperti jenis
keketusan atau pun pepatran, jenis kekarangan sangat banyak ditemukan dalam ragam
hias tradisional Bali, seperti: Karang Simbar merupakan hisan yang menyerupai atau
mendekati tumbuh-tumbuhan yang mirip tanduk menjangan dengan daun terurai menjalar
kebawah; Karang Bunga adalah jenis ragam hias yang berbentuk bunga dengan kelopak
dan seberkas daun.
Disamping bentuk flora, ide dasar bentuk kekarangan juga bersumber dari bentuk
binatang atau jenis fauna yang dikarang keindahannya, seperti: Karang Guak adalah
stiliran dari kepala burung tanpa rahang bawah, dan dari mulutnya keluar tumbuh-
tumbuhan sejenis pidpid dan simbar; Karang Gajah disebut juga Karang Asti merupakan
stiliran dari binatang gajah; Karang Bentulu adalah kombinasi dari kepala burung yang
bermata satu tanpa hidung dan tanpa rahang bawah.
Kekarangan yang lainnya seperti: Karang Tapel, Karang Sae, Karang Boma dan lain
sebagainya. Dalam arsitektur rumah tinggal tradisional Bali kekarangan umumnya
menempati bidang-bidang tonjolan terutama di sudut-sudut. Penempatan jenis
kekarangan dalam arsitektur rumah tinggal tradisional Bali tetap memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan yang logis, seperti: Karang Guak, karena burung
diasosiasikan bersayap maka hidupnnya selalu di alam atas, maka letaknya pada
bangunan selalu di bagian atas. Demikian pula dengan Karang Gajah yang letaknya selalu
di bawah (bebaturan rumah), karena gajah dianggap memiliki kekuatan yang sangat tinggi,
sehingga ia akan dapat menopang beban bangunan yang dimaksud.
7 ARSITEKTUR INDONESIA

PEMBAHASAN
Mushalla Al-Qomar

Gambar 1
Fasade Mushalla Al-Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017

Mushalla Al-Qomar merupakan mushalla yang berada di Jalan Pura Demak, Denpasar, Bali,
Mushalla ini sudah melakukan berbagai renovasi dari tahun 1997-2007. Tampak pada fasade bangunan
mushalla Al-Qomar mengadopsi wujud dari Arsitektur Bali, antara lain terlihat dari material bangunan
tersebut yang menggunakan bata merah pada sebagian besar fasade, dimana seperti yang kita ketahui
bahwa bata merupakan material khas dari langgam Bebadungan Bali, selain bata merah, pada mushalla
tersebut juga menggunakan batu paras. Disamping itu pada bangunan mushalla ini juga menggunakan
ukiran-ukiran khas Bali yang bertema floral maupun fauna walau hanya berbentuk geometri-geometri
dasar. Wujud dari atap pada mushalla Al-Qomar pun menggunakan atap yang mirip dengan atap pada
wantilan maupun bangunan-bangunan umum lainnya di Bali. Lebih jauh lagi terdapat pula candi bentar
yang menjadi pembatas antara bagian luar dengan bagian dalam mushalla. Penerapan local genius ini
tentu dilakukan sebagai bentuk pemberian identitas dimana mushalla itu didirikan, yaitu di Provinsi Bali
secara umum serta di Kabupaten Badung secara khusus.

1. Ornamen
Pada masjid Al-Qomar menerapkan beberapa ornamen pepatran dan kekarangan khas
Bali yang pada dasarnya merupakan representasi dari makhluk hidup, hal ini tentu
bertentangan dengan ajaran agama Islam, dimana ornamen yang menyerupai makhluk hidup
(tumbuhan, hewan, dan manusia) dilarang diterapkan dalam sebuah bangunan-bangunan biasa,
terlebih lagi bangunan yang berfungsi sebagai rumah ibadah (masjid dan mushalla). Untuk
menghidari kesan kontradiktif dengan ajaran-ajaran Islam yang dianut namun tetap
8 ARSITEKTUR INDONESIA

menerapkan kearifan lokal (local genius) pada bangunan tersebut, maka sebagai jalan
tengahnya pada masjid Al-Qomar hanya menggunakan motif karang yang berupa geometri-
geometri sederhana dan tidak menampilkan dengan jelas bentuk dari makhluk hidup tersebut.

Gambar 2
Karang Asti
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017

Gambar 3
Karang Goak dan Pepatran pada Candi Bentar Mushalla Al- Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017
9 ARSITEKTUR INDONESIA

Gambar 4
Ornamen floral pada mushalla Al-Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017

Gambar 5
Kekarangan dan Pepatran yang digunakan pada Mushalla Al-Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017

2. Studi Bentuk
Bentuk dasar yang digunakan pada bangunan ini merupakan bentuk persegi dimana
merupakan bentuk yang banyak diterapkan pada masjid/mushalla di dunia. Uniknya jika pada
atap masjid kebanyakan berbentuk kubah (secara global) maupun limasan (atap yang digunakan
pada masjid di Indonesia pada umumnya), namun pada atap yang digunakan mushalla Al-Qomar
ini menerapkan bentuk atap yang menyerupai atap wantilan dengan hiasan ikut celedu pada
sisi-sisi atapnya, namun untuk murda paras digantikan dengan hiasan kubah khas arsitektur
Islam, serta tidak lupa bulan sabit dan bintang sebagai simbol dari agama Islam.
Untuk proporsi bangunan mushalla ini merupakan bangunan berlantai dua dengan
ketinggian ceiling 3,5 meter membuat proporsi dari bangunan ini terasa pas untuk jemaah yang
datang untuk beribadah. Selain itu elemen vertikal sangat terasa pada bangunan ini dengan
penerapan tiang kolom yang tampak menonjol dan berbeda dari badan bangunan. Ini merupakan
perwujudan dari filosofi hubungan antara jemaah mushalla dengan Tuhan Yang Maha Esa, Allah
SWT.
10 ARSITEKTUR INDONESIA

Gambar 6
Wujud atap mushalla Al-Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017

3. Material dan Warna


Material yang digunakan pada bangunan ini sebagian besar merupakan bata merah
yang merupakan langgam khas dari arsitektur Bebadungan, selain itu mushalla ini juga
menggunakan batu paras sebagai variasinya yang diterapkan pada bagian kolom bangunan.
Untuk pepatran dan kekarangan menggunakan material batu berwarna putih gading, sementara
untuk bagian atap menggunakan atap genting biasa dengan warna cokelat serta ceiling
berbahan kayu yang sudah di politure. Pada bagian dalam mushalla menggunakan material
berupa lantai keramik dengan variasi warna putih dan hitam sebagai elemen penutup lantai
serta warna krem sebagai elemen penutup dinding dan kolom interior.
Untuk elemen pintu dan jendela menggunakan kusen kayu berwarna cokelat tanpa
politure. Untuk pintu menggunakan pintu kaca dua arah dengan tipe double swing door agar
jemaah dari luar dapat melihat kedalam maupun sebaliknya. Jendela pada mushalla juga berupa
jendela biasa yang dapat dibuka dua arah, dengan ventilasi yang tertutup (karena ruangan
menggunakan AC) berbentuk arch sebagai variasi dan tentu dilengkapi dengan sun shading
sebagai penghalau cahaya matahari yang masuk menuju ke dalam ruangan. Uniknya pada
bagian transisi antara bagian luar dengan selasar,terdapat elemen pembatas berupa bukaan
tanpa pintu dengan bentuk arch pada bagian atasnya. Hal ini memberikan bentuk yang variatif
serta dinamis bagi bangunan mushalla ini.
11 ARSITEKTUR INDONESIA

Gambar 7
Sosok candi bentar pada mushalla Al-Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017

Gambar 8
Elemen jendela pada mushalla Al-Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017

Gambar 9
Pintu pada mushalla Al-Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017
12 ARSITEKTUR INDONESIA

Gambar 10
Bentuk arch pada entrance menuju selasar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017

4. Konsep Keruangan
Berbicara mengenai konsep keruangan, tentu akan dihadapkan pada permasalahan
orientasi banguanan. Orientasi merupakan salah satu faktor terpenting yang menjadi acuan
bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah. Orientasi yang dimaksud adalah bangunan harus
menghadap kearah kiblat (mengarah ke arah kabah). Pada mushalla Al-Qomar ini menerapkan
ketentuan tersebut yang mengakibatkan letak bangunan yang agak miring dan tidak tegak lurus
dengan jalan seperti pada bangunan-bangunan umum yang ada disebelahnya.

Gambar 11
Orientasi mushalla Al-Qomar yang miring ke arah kiblat
Sumber: Google Earth diakses pada tanggal 19 April 2017
13 ARSITEKTUR INDONESIA

Berbanding terbalik dengan bagian fasade, untuk bagian interior bangunan ini sangat
minim baik akan ornamen maupun material khas Bali ataupun Badung. Hal ini menjadi pertanda
bahwa walaupun mengadaptasi bentuk dari Arsitektur Bali pada bagian fasade, namun pada
bagian dalam/interior mushalla Al-Qomar maupun konsep keruangannya masih berpegang
teguh pada pakem-pakem masjid yang ada. Mushalla ini tidak menggunakan kubah maupun
minaret seperti masjid pada umumnya, namun orientasi mushalla masih menuju ke arah kiblat.
Konsep ruang suci pada masjid umumnya juga masih diterapkan, dengan ruang untuk
imam sebagai ruang yang dianggap paling sakral diletakkan paling depan dan ditengah dan
dilengkapi dengan mimbar, sedangkan area untuk ibadah bagi para jemaah berada dibelakang
dari area imam tersebut. Akses menuju area suci juga hanya terdapat dari dua arah dan tidak
dapat melalui/melewati area imam. Selain itu area suci juga dikelilingi oleh selasar sebagai
area sirkulasi. Area beribadah tersebut juga digunakan oleh jemaah untuk melakukan kegiatan
keagamaan seperti pendidikan agama bagi anak-anak usia dini, maupun kegiatan pengajian.

Gambar 12
Ruang bagian dalam mushalla Al-Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017
14 ARSITEKTUR INDONESIA

Gambar 13
Ilustrasi Konsep Keruangan pada Mushalla Al-Qomar
Sumber: Observasi tanggal 19 April 2017

TABEL PERBANDINGAN
No. Pembanding Masjid/Mushalla pada Umumnya Mushalla Al-Qomar
1 Ragam Hias Menggunakan ornamen kaligrafi dan Minim ornamen kaligrafi baik pada
ayat-ayat suci sebagai ornamen eksterior maupun interior bangunan,
pelengkap pada ceiling maupun justru menerapkan ornamen-
dinding. Adapula masjid dan mushalla ornamen yang menampilkan kearifan
yang menggunakan ornamen khas lokal seperti ornamen kekarangan
Timur-Tengah (Turki, Arab, dan dan pepatran khas Bali yang
sebagainya). Tidak adanya ornamen diwujudkan dalam geometri-geometri
yang menyerupai makhluk hidup dasar
2 Bentuk Dasar Berbentuk persegi/kotak dengan Berbentuk persegi dengan hierarki
hirarki ruang, dimana bagian paling ruang yang jelas dan menerapkan
depan-tengah sebagai bagian paling ketentuan yang telah dituliskan
suci. Bangunan juga dikelilingi oleh
selasar yang berfungsi sebagai
sirkulasi
3 Warna Dominansi warna Hijau sebagai warna Dominansi warna merah karena
yang dianggap berhubungan erat penggunaan material bata merah
dengan sisi spiritual serta (local genius) sebagai bahan utama
menerapkan warna-warna yang untuk facade bangunan
condong bersifat lembut
4 Atap Pada beberapa tempat menggunakan Menggunakan atap yang menyerupai
atap berbentuk kubah yang diadaptasi bangunan wantilan yang ada di Bali
dari masjid yang berasal dari timur
tengah, di Indonesia pada umumnya
juga menerapkan atap berbentuk
limasan
5 Minaret Terdapat minaret/menara yang Tanpa minaret
digunakan untuk mengumandangkan
adzan
6 Fungsi Lain Masjid digunakan sebagai wadah untuk Digunakan sebagai tempat untuk
bardakwah maupun pembelajaran pengajian maupun TPA (Taman
agama Islam bagi generasi muda Pendidikan Al-Quran) bagi anak-anak
maupun masyarakat beraga Islam usia dini masyarakat sekitar
yang tinggal di sekitar mushalla
7 Orientasi Menghadap kearah kiblat sesuai Menghadap ke arah kiblat
dengan ketentuan
8 Sikulasi Sirkulasi masuk bagi jemaah menuju Area sirkulasi berasal dari dua arah,
ke ruang ibadah berasal dari dua atau yaitu sisi kanan dan kiri
tiga arah, serta tidak boleh melintasi
area imam
15 ARSITEKTUR INDONESIA

9 Konsep Bagian paling tengah merupakan Bagian paling suci terdapat dibagian
Keruangan bagian suci (berfungsi sebagai tempat depan-tengah. Tempat yuntuk jemaah
persembahyangan) yang dikelilingi melakukan persembahyangan juga
oleh selasar. Pada bagian paling dikelilingi oleh selasar sebagai alur
tengah tersebut juga terdapat hierarki sirkulasi jemaah
ruang, dimana bagian paling depan-
tengah (yang merupakan tempat
imam) merupakan tempat yang paling
disakralkan

Tabel 1
Perbandingan antara mushalla Al-Qomar dengan masjid/mushalla pada umumnya

KESIMPULAN DAN SARAN


Masjid dan mushalla merupakan tempat beribadah bagi umat beragama Islam. Arsitektur
masjid dan mushalla tidak didefinisikan secara khusus, namun hanya menekankan pada konsep
keruangan serta orientasi dari mushalla atau masjid tersebut. Dalam pergerakannya, masjid dan
mushalla pun berkembang dan berinkulturasi dengan kearifan lokal dari masing-masing daerah tempat
dimana masjid tersebut didirikan. Hal ini menjadi dasar mengapa masjid dan mushalla pada satu daerah
dengan daerah lain terkadang memiliki bentuk yang berbeda.
Pada mushalla Al-Qomar sebagai salah satu contoh inkulturasi yang terjadi pada bangunan
tempat ibadah umat Islam ini, mushalla yang terdapat di Jalan Pura Demak, Denpasar ini menerapkan
beberapa ciri arsitektur khas Bali pada bagian fasadnya. Pertama penggunaan material khas bangunan
Bali seperti bata merah dan paras. Kedua penggunaan atap yang menyerupai wantilan serta penggunaan
candi bentar pada mushalla tersebut. Dan yang ketiga penerapan ornamen khas Bali berupa kekarangan
dan pepatran yang terdapat pada setiap sudut fasad bangunan. Inkulturasi jelas terjadi pada bagian
fasad bangunan mushalla Al-Qomar.
Sementara membahas masalah konsep keruangan, pada mushalla ini masih menerapkan
pakem-pakem yang digunakan untuk membangun suatu tempat ibadah bagi umat Islam. Orientasi
bangunan agak miring, menghadap ke arah kiblat (arah paling suci bagi umat Islam). Selain itu bagian
depan-tengah (tempat imam) pada ruang utama (ruang persembahyangan) masih menjadi bagian paling
disakralkan pada mushalla tersebut. selain itu juga masih terdapat selasar sebagai area sirkulasi serta
tempat berwudhu pada mushalla tersebut. Perbedaan hanya terdapat pada tidak adanya
minaret/menara yang digunakan untuk mengumandangkan adzan.
Mengingat fungsinya sebagai rumah ibadah, memang sebaiknya bangunan tersebut tetap
menerapkan pakem-pakem yang telah ditetapkan sesuai dengan ajaran yang dianut. Bagi masjid yang
tidak teralalu menekankan penerapan ornamen pada bangunannya, maka inkulturasi antara masjid
dengan kearifan lokal tentu tidak dapat dihindarkan. Inkulturasi tersebut dapat dilihat sebagai wujud
toleransi serta identitas dimana bangunan masjid/mushalla tersebut didirikan, sesuai dengan kata
pepatah, dimana tanah dipijak maka disitu langit dijunjung, namun tetap dengan catatan inkulturasi
tersebut tidak bertolak belakang dengan pakem yang telah ditetapkan.
16 ARSITEKTUR INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA
Afriani, Dinda Wulan. 2014. Masjid Jami Piti Laksamana Muhammad Cheng Ho Purbalingga:
Simbol Keindahan Toleransi dalam Akulturasi, Purwokerto: Jurnal STAIN Purwokerto Vol. 12 No. 1
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah. 2008. Tipologi Masjid, Jakarta:
Departemen Agama
Fanani, Ahmad. 2009. Arsitektur Masjid, Yogyakarta: Bentang Pustaka
Gelebet dkk. 1982. Arsitektur Tradisional Daerah Bali, Denpasar: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Maslucha, Luluk. 2012. Spatial and Architectural Design Aspects in Community Based Mosques,
Malang: Journal of Islamic Architecture Volume 2 Issue 2
Salain, Putu Rumawan. 2011. Arsitektur Tradisional Bali pada Masjid Al-Hikmah di Kertalangu
Denpasar, Denpasar: Disertasi Program Pasasarjana Universitas Udayana
Suharjanto, Gatot. 2013. Keterkaitan Tipologi Dengan Fungsi dan Bentuk: Studi Kasus Bangunan
Masjid, Jakarta: Jurnal Comtech Vol.4

Anda mungkin juga menyukai